Vous êtes sur la page 1sur 8

Pembuatan Film Selulosa dari Nata de Pina Iskandar*, Muhammad Zaki, Sri Mulyati, Umi Fathanah, Indah Sari,

Juchairawati Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Syech Abdurraruf No. 7, Darussalam, Banda Aceh, 23111 *E-mail: asrisyad@yahoo.com Abstract Preparation of cellulose film from nata de pina, a product of pinapple fermentation, using acetobacter xylinum was done at room temperature for 15 days. The aim of the research is to investigate the effect of sugar concentration and pH on film quality. The fermentation run at sugar concentration of 0, 5, 7.5, 10 and 12.5% and at pH of 3, 5 and 7. Results show that the best nata de pina was obtained at sugar concentration of 10% and pH 5. At these conditions, maximum nata precipitates rendemen was 26,80%, with a moisture content of 80,55%, and the thickness of 3,30 cm. The product nata then can be used to produce cellulose film. The characteristic of the produced film were 8,20 Kgf/mm2 and 11,71% for maximum tensile strength and elongation, respectively.

Keywords: acetobacter xylinum, film, nata de pina, selulosa

Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah/ Teknik Kimia 6(1) Januari 2007: 49 51 ISSN 1412-7814 Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang sebagai Membran Selulosa Siswarni M.Z. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 Abstrak Membran selulosa merupakan produk fermentasi konsentrat kulit pisang oleh kerja Asetobacter xylinum sebagai starter. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah starter dan waktu fermentasi terhadap sifat mekanis produk membran di antaranya ketahanan sobek (tearing resistance), kekuatan tarik (tensile strength), dan permeabilitas. Kata kunci: membran selulosa, jumlah starter, dan waktu fermentasi.

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 3, hal. 105-111, 2010 ISSN 1412-5064

BIOSINTESIS SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DENGAN PENAMBAHAN MOLASE Novi Febrianti Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Ahmad Dahlan ABSTRAK

Selulosa merupakan biopolimer yang jumlahnya paling melimpah di alam dan mempunyai peranan penting sebagai bahan baku berbagai jenis industri. Pada penelitian ini digunakan limbah cair tahu sebagai media bagi pertumbuhan bakteri A. xylinum untuk mensintesis selulosa dengan penambahan molase sebagai sumber karbon. Ingin diketahui pengaruh perbedaan konsentrasi molase terhadap berat lapisan selulosa dan konsentrasi molase terbaik yang menghasilkan berat selulosa paling tinggi. Diujikan tiga konsentrasi molase, yaitu 2%, 4%, dan 6%. Pengamatan berat lapisan selulosa yang dihasilkan dilakukan pada hari ke-10. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi molase yang diberikan maka semakin besar berat lapisan selulosa yang dihasilkan, walaupun perbedaan berat ini tidak segnifikan setelah diuji dengan Anava. Konsentrasi molase 6% menghasilkan berat selulosa yang paling tinggi. Kata kunci: selulosa, molase, limbah cair tahu, A. xylinum

Pemanfaatan Selulosa Asetat Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Membran Untuk Desalinasi Rachmilda Pinnata D.* dan Alia Damayanti**
*Jurusan

Teknik Lingkungan ITS, milda@enviro.its.ac.id ** Jurusan Teknik Lingkungan ITS, lia@its.ac.id

Abstrak Air laut memiliki potensi untuk diolah menjadi air bersih melalui proses desalinasi. Teknologi yang saat ini sedang marak digunakan untuk proses desalinasi adalah melalui proses membran. Membran komersial memiliki harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, perlu dicari metode yang sederhana untuk mendapatkan membran dengan harga yang lebih murah. Pada penelitian ini digunakan selulosa asetat dari eceng gondok sebagai bahan baku pembuatan membran untuk desalinasi. Selulosa mikrobial dari eceng gondok yang dibentuk oleh starter Acetobacter xylinium dengan variasi 100 mL, 150 mL, dan 200 mL direndam dalam NaOH 4% selama 24 jam kemudian dicuci dengan aquadest. Perendaman dilanjutkan menggunakan CH3COOH 4% selama 24 jam. Selulosa asetat diperoleh melalui proses swelling, asetilasi, dan hidrolisis selulosa mikrobial. Membran dibuat dengan mencampurkan gumpalan-gumpalan selulosa asetat dalam pelarut diklorometan hingga terbentuk dope dan dicetak di atas pelat kaca. Dilakukan uji FTIR dan SEM pada membran untuk mengetahui struktur dan ukuran pori-pori membran, sedangkan uji karakterisasi membran selulosa asetat dilakukan melalui proses Dead-End dengan konsentrasi umpan 19.572 mg Cl -/L. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah starter Acetobacter xylinium terhadap kemampuan

membran dalam proses desalinasi. Penelitian ini menghasilkan membran selulosa asetat dari eceng gondok dengan jumlah 200 ml starter Acetobacter xylinium memiliki kemampuan terbaik dalam proses desalinasi, yaitu sebesar 25% koefisien rejeksi membran. Membran yang dihasilkan termasuk membran ultrafiltrasi dengan ukuran pori membran yang dihasilkan antara 19,43 nm hingga 58,28 nm. Kata kunci : desalinasi, eceng gondok, membran, selulosa asetat

SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA PADA AIR LIMBAH ARTIFISIAL
Muhammad Lindu 1, Tita Puspitasari 2, Erna Ismi 3
1

Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440

Badan Tenaga Nuklir, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, P.O.BOX 7010 JKSKL, Jakarta 12070 E-mail : Sentra_d5n13@yahoo.com, Titapus2000@yahoo.com, Erna_ismi@yahoo.com

Abstrak
Telah dilakukan percobaan skala laboratorium untuk mensintesis dan mengkaji kemampuan teknologi membran ultafiltrasi dari nata de coco dalam menyisihkan zat warna air limbah artifisial. Telah diperoleh membran selulosa asetat dari nata de coco dengan variasi konsentrasi perendam NaOH 2 % (CA-1), 4 % (CA-2). Selulosa asetat hasil asetilasi memiliki kadar asetil sebesar 45,20 % (CA-1) dan 44,80% (CA-2). Analisis FTIR menunjukkan serapan khas gugus C=O Karbonil pada bilangan gelombang 1755,2 cm-1 (CA-1) dan 1752,25 cm-1 (CA-2) serta gugus C-O Asetil pada bilangan gelombang 1232 cm-1 sampai 1240 cm-1. Kinerja kedua jenis membran diuji pada tekanan 2 bar, 4 bar dan 6 bar baik dengan air murni maupun air limbah artifisial. Dari hasil penelitian, nilai fluks air murni yang dihasilkan oleh membran CA-1 yaitu 16,2420 L/m2.jam32,2452 L/m2.jam dengan nilai koefisien permeabilitas adalah 5,915 L/m2.jam.bar dan nilai fluks membran CA-2 8,1210 L/m2.jam 24,1242 L/m2.jam nilai koefisien permeabilitas adalah 3,945 L/m2.jam.bar. Air limbah artifisial mengandung zat warna cibacron red dengan konsentrasi 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm. Kinerja membran CA-1 dengan nilai fluks yaitu 4,54 L/m2.jam22,21 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,7553 L/m2.jam.bar 3,5657 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi 39,88%63,89%. Membran CA-2 dengan nilai fluks 2,39 L/m2.jam 21,50 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,3118 L/m2.jam.bar3,3269 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi yaitu 54,32%90,68 %

LUKI ERSE. 0211010042. Pemanfaatan Limbah Cair Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Bahan Baku Selulosa Bakteri dan Aplikasinya Sebagai Edible Cellulose Film (ECF) (Kajian Lama Fermentasi dan Lama Perendaman Film dalam Gliserin). Dibawah Bimbingan : Dr. Ir. Yunianta, DEA dan Ella Saparianti, S.TP., MP. RINGKASAN Selulosa merupakan komponen organik terbesar di bumi. Diperkirakan kebutuhan akan selulosa di dunia mencapai 1,5 x 10 12 ton per tahun untuk aplikasi di berbagai bidang industri diantaranya farmasi, dan bidang pangan. Limbah cair VCO dapat digunakan sebagai media penghasil selulosa bakteri dengan tanpa penambahan nutrisi berupa gula bahkan perlu dilakukan pengenceran. Karena limbah cair VCO mengandung total gula hampir mencapai 20%. Indreswari (2000) telah mempelajari kemungkinan penggunaan selulosa nata de coco sebagai bahan pengemas. Namun bentuk lembaran kering nata tidak memiliki elastisitas yang baik dan rapuh sehingga belum efektif digunakan sebagai pengemas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama fermentasi dan lama perendaman dalam larutan gliserin terhadap karakteristik edible film selulosa bakteri. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor, yaitu: Faktor 1: Lama fermentasi (8, 10,12 hari) dan Faktor 2: Lama perendaman dalam larutan gliserin (1, 1.5, 2 jam), sehingga didapatkan 9 kombinasi perlakuan. Data yang diperoleh dilakukan analisa ragam (ANOVA), dilanjutkan uji BNT 5% atau DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (=0,01) pada parameter kadar air, kadar selulosa, ketebalan, "tensile strength", elongasi, daya serap air dan permeabilitas uap air. Sedangkan lama perendaman film dalam gliserin memberikan pengaruh sangat nyata (=0,01) terhadap parameter kadar air, kadar selulosa, "tensile strength" dan elongasi, serta memberikan pengaruh nyata pada ketebalan, daya serap air dan permeabilitas uap air. ECF yang dibuat dari selulosa bakteri (nata) memiliki karekteristik ketebalan 0,024-0,046 mm, kadar air 5,491-7,027 %, kadar selulosa 90,923-94,417 %, tensile strength 16,415-22,545 N/cm2, elongasi 10,139-13,782 %, permeabilitas uap air 0,005-0,008 gr/cm2, dan kecerahan 47,520-48,400. Kata kunci : selulosa bakteri, edible film, gliserin, plasticizer, tensile strength, elongasi

Potensi Membran Nata De Coco Sebagai Material Biosensor (The Use of Nata de Coco Membrane as Biosensor Material )
Tri Mulyono 1), Asnawati 1), Indra Noviandri 2) dan Buchari 2) 1) Staf Pengajar FMIPA Universitas Jember 2) Jurusan Kimia FMIPA ITB Bandung ABSTRACT Nata de coco has been characterized as filter toward glucose solutions. Standard nata de coco membrane can not be used as membrane because of variations of thickness. It has unequal weight if it was made thinner. Based on its character, nata de coco had been made in various incubation times. Three days incubation time membrane have passed up 76.84 % glucose, 61.15 Lm -2 hr-1 flux/permeability. In Low concentration, its produced permeate 87% and decrease in increasing concentration. Structures of membrane morphology showed that existence of bovine serum albumin (BSA) in glucose solution possibility didn't influence determination of glucose in blood. Keywords : Nata de Coco, Membrane, Glucose

Pembuatan membran selulosa asetat dari nata de coco untuk memisahkan gas NOx pada asap rokok / Tia Kusuma Winahyu
Skripsi (Sarjana)--Universitas Negeri Malang, 2011 Pembimbing 1. SURJANI WONORAHARDJO ; 2. NEENA ZAKIA Oleh Winahyu, Tia Kusuma

ABSTRAK Kata Kunci: Gas NOX, Asap Rokok, Membran Selulosa Asetat, Nata de Coco" Gas NOX merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa yang terkandung pada asap rokok" Gas NOX memiliki dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO" Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau" Pada asap rokok, gas NO yang pertama terbentuk dan dengan sangat cepat teroksidasi menjadi gas NO2" Kedua macam gas tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan" Penelitian ini menggunakan metode membran untuk memisahkan gas NOX pada asap rokok" Membran yang digunakan merupakan membran selulosa asetat yang berasal dari selulosa bakterial yaitu nata de coco" Nata de coco adalah hasil fermentasi air kelapa menggunakan bakteri Acetobacter xylinum" Kandungan utama nata de coco adalah selulosa" Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui hasil sintesis membran selulosa asetat dari nata de coco dengan perbandingan berat nata de coco dengan volume asam asetat glasial yaitu 3 g:20 mL dan 3 g:25 mL bila ditinjau dari penentuan gugus fungsi menggunakan FT-IR dan analisis morfologi permukaan membran dengan SEM, (2) untuk mengetahui efektifitas membran selulosa asetat dari nata de coco dalam memisahkan gas NOX dari asap rokok" Penelitian ini bersifat penelitian eksperimental laboratorium yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) pembuatan nata de coco, (2) pemurnian nata de coco, (3) pembuatan membran selulosa asetat dari nata de coco, (4) penentuan gugus fungsi pada membran dengan menggunakan FT-IR, (5) analisis morfologi permukaan membran dengan menggunakan SEM, (6) pembuatan larutan NO2-10 ppm, (7) pembuatan larutan indikator NOX, (8) pembuatan larutan standar, (9) penentuan kadar gas NOX menggunakan membran dengan perbandingan berat nata de coco dan volume asam asetat glasial 3:20 dan 3:25" Hasil penelitian yang dihasilkan adalah (1) Kedua membran selulosa asetat dari nata de coco yang dihasilkan berbentuk lembaran berwarna putih dengan ketebalan 0,7 mm" Muncul pita vibrasi pada bilangan gelombang antara 1550-1950 cm-1 milik gugus asetil (CH3C=O) pada hasil FT-IR kedua membran menunjukkan membran selulosa asetat, namun hasil foto permukaan membran menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) kurang memberikan kontribusi karena gambar yang dihasilkan kurang jelas, (2) gas NOX yang terserap pada membran selulosa asetat dengan perbandingan berat nata de coco yang digunakan dengan volume asam asetat glasial 3 g:20 mL kadarnya sebesar 59,61%,

sedangkan dengan perbandingan 3 g:25 mL kadarnya sebesar 61,54%, sehingga membran selulosa asetat dari nata de coco yang dihasilkan efektif dalam memisahkan gas NOX dari asap rokok"

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN NANOFILTRASI UNTUK PENGOLAHAN AIR


Eka Cahya Muliawati, 2012 ABSTRAK Teknologi membran berkembang pesat karena dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pembuatan membran selulosa asetat dalam proses pembuatan membran nanofiltrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi bahan pembuat membran yang menghasilkan kinerja optimum, mengetahui pengaruh waktu penguapan pelarut dan pengaruh penambahan PEG terhadap kinerja membran pada proses pembuatan membran asimetri untuk pengolahan air. Membran dibuat dengan metode inversi fasa dengan variasi waktu penguapan pelarut 10 detik, 15 detik, 25 detik dan variasi penambahan PEG 2,5%, 3,5%, 5%. Karakterisasi membran meliputi fluks, rejeksi, dan analisis morfologi membran kinerja optimum menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy). Fluks dan rejeksi diukur dengan menggunakan air payau sebagai umpan. Membran dengan kinerja optimum diperoleh pada komposisi selulosa asetat 23%, poli etilen glikol 5%, dan aseton 72%, penambahan air 1% pada waktu penguapan pelarut 25 detik dan suhu koagulan pada suhu kamar. Karakterisasi membran diperoleh kinerja optimum meliputi : fluks 34.416 L.m-2.jam-1.bar-1 , rejeksi untuk kekeruhan 92 %, rejeksi untuk TDS (padatan terlarut) 85 %, rejeksi untuk ion multivalent yaitu Ca sebesar 81%, modulus young 12433 N/cm2.

Kata kunci : membran asimetrik; PEG; selulosa asetat; selulosa diasetat; waktu Penguapan PREPARASI PRODUK NATA DE PINA DAN APLIKASI PENGIKATANNYA TERHADAP LOGAM KOBALT(II) LIA APRILIA, 2009 ABSTRAK LIA APRILIA. Preparasi Produk Nata de Pina dan Aplikasi Pengikatannya terhadap Logam Kobalt(II). Dibimbing oleh BETTY MARITA SOEBRATA dan MUHAMAD FARID. Limbah kulit nanas dapat diubah melalui fermentasi dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum menjadi produk yang lebih bermanfaat, yaitu produk nata de pina. Nata termodifikasi kimia diduga dapat digunakan sebagai adsorben yang lebih unggul dalam menjerap logam berat dibandingkan lembaran kering nata tanpa modifikasi. Kobalt merupakan logam transisi yang diperlukan dalam konsentrasi rendah tetapi dapat menjadi racun dalam konsentrasi tinggi, misalnya penyebab penyakit kanker. Modifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah modifikasi nata menggunakan asam sulfat, NaOH, dan asam monokloroasetat (konversi menjadi karboksimetil selulosa). Pencirian lembaran kering nata termodifikasi kimia menggunakan Fourier transfom infrared (FTIR). Urutan kapasitas adsorpsi terbesar dari setiap nata termodifikasi kimia dan tanpa modifikasi terhadap kobalt(II) adalah modifikasi NaOH > tanpa modifikasi > modifikasi asam sulfat > modifikasi asam monokloroasetat, dengan nilai kapasitas adsorpsi maksimumnya berturut-turut sebesar 520.89, 420.67, 95.67, dan 47.39 g/g adsorben. Urutan nilai efisiensi adsorpsi terbesar dari

nata termodifikasi kimia dan tanpa modifikasi terhadap logam kobalt(II) adalah modifikasi NaOH > tanpa modifikasi > modifikasi asam sulfat > modifikasi asam monokloroasetat, dengan nilai efisiensi adsorpsi maksimumnya berturut-turut 40.71, 23.99, 8.26, dan 4.25%. Nata termodifikasi kimia (NaOH) dapat menjerap 19.24% lebih banyak logam kobalt dibandingkan nata tanpa modifikasi.

Vous aimerez peut-être aussi