Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I KASUS

1.1. IDENTITAS Nama Usia Jenis kelamin Agama Alamat : An.N : 8 tahun : Perempuan : Islam : Jagakarsa

Tanggal berobat : 23 Juli 2013 1.2. ANAMNESIS Keluhan Utama Lenting-lenting berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh tubuh sejak 1 hari lalu Keluhan Tambahan Gatal pada lenting-lenting Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke PKM Jagakarsa dibawa oleh ayahnya dengan keluhan timbul lenting-lenting berisi air sejak 1 hari lalu. Lenting - lenting berisi air awalnya muncul pada daerah punggung. Kemudian lenting-lenting tersebut menyebar ke bagian dada,lengan, ketiak, badan kaki dan telinga pasien. Ayah pasien mengatakan keluhan tersebut juga disertai dengan demam yang muncul sejak 7 hari yang lalu. Demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Keluhan juga disertai batuk yang muncul bersamaan dengan demam. Batuk tidak disertai dahak dan tidak disertai darah. Keluhan juga disertai pilek yang juga muncul bersamaan dengan demam dan batuk. Keluhan juga disertai dengan lemas dan nafsu makan yang menurun. Pasien mengaku bahwa di sekolah ada teman sekelasnya yang juga sakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat asma disangkal. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini Riwayat Imunisasi Imunisasi lengkap Riwayat Alergi Alergi makanan disangkal, alergi obat-obatan disangkal.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK KU Kesadaran Tekanan darah HR Pernapasan Suhu TB : 120 cm BB : 22 kg BB/U = 22/25 = 88% Status gizi : baik TB/U = 120/128 = 93% : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 100/70 mmHg : 80x/menit : 20 x/menit : 380C

Status generalis : Kepala Mata Hidung Mulut Leher : Normocephal : Konjungtiva anemis -/-, Sclera ikterik -/: Deviasi septum nasi -/-, pernapasan cuping hidung (-) : mukosa bibir lembab, sianosis (-), stomatitis (-). : Pembesaran KGB (-)

Thorax Pulmo : Inspeksi : simetris Palpasi : vocal fremitus ka = ki Perkusi : sonor di kedua lapang paru Auskultasi : vesicular +/+, wheezing -/-, ronkhi -/Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea maxillaris anterior sinistra Perkusi : batas kiri dan kanan jantung normal Auskultasi : BJ I,II reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen : Inspeksi : datar

Auskultasi : BU (+) normal Palpasi Perkusi Ekstremitas : atas : hangat +/+, CRT < 2 detik +/+ : nyeri tekan (-) : timpani

bawah : hangat +/+, CRT < 2 detik +/+ Pemeriksaan fisik kulit : a/r Efloresensi bulat, Penyebaran 1.4. RESUME Anak perempuan usia 5 tahun datang ke PKM Jagakarsa dibawa ayahnya dengan keluhan timbul lenting-lenting yang berisi cairan di seluruh tubuh sejak 1 hari lalu. Lenting-lenting ditubuh awalnya muncul di punggung kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Keluhan disertai dengan demam yang muncul sejak 7 hari yang lalu. Keluhan lainnya yang muncul bersamaan yaitu batik tidak berdahak, pilek, : generalisata : wajah, ketiak, lengan kanan, lengan kiri, badan, punggung. : vesikel, berukuran miliar, susunan tidak beraturan, berbentuk

mata merah, lemas serta nafsu makan yang menurun. Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Dikeluarga tidak ada yang sedang sakit seperti ini. Pasien mengaku bahwa di sekolah ada teman sekelasnya yang juga sakit seperti ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu 38oC, conjungtiva hiperemis +/+. Pada pemeriksaan fisik kulit ditemukan lesi a/r wajah, ketiak, lengan kanan, lengan kiri, badan, punggung, dengan efloresensi berupa vesikel, berukuran miliar, susunan tidak beraturan, berbentuk bulat, dan penyebarannya generalisata.

1.5. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Tzank 1.6. DIAGNOSA Varicella 1.7. DIFFERENTIAL DIAGNOSA Herpes Zoster 1.8. PENATALAKSANAAN Non-medikamentosa a. Istirahat yang cukup. b. Makan makanan yang bergizi c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi d. Tidak menggaruk dan memecahkan lenting-lenting tersebut

Medikamentosa Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari Parasetamol 3 x 250 mg/hari, bila panas Imunostimulan 1 x 1 tablet selama 7 hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA VARICELLA

2.1. DEFINISI Sinonim varisela yaitu chiken pox infection, water pox infection, tear drop infection, cacar air. Varicella adalah penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicela zooster yang menyerang kulit dan mukosa , berupa gejala klinik konstitusi, kelainan kulit yang polimorfik, terutama di bagian sentral tubuh. Ruam kulit yang muncul berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal. 2.2. EPIDEMIOLOGI Insidennya lebih banyak terjadi pada wilayah tropis dan semi tropis . Secara universal, insiden terbanyak terjadi pada usia 3-6 tahun. Hanya 5 % kasus yang terjadi pada usia kurang dari 15 tahun, dan hanya 10 % kasus terjadi pada usia di atas 14 tahun. Sejak pelaksanaan program vaksinasi intensif di dunia (1995 sekarang ) insiden dan morbiditas karena varisela menurun secara signifikan. Masa penularannya lebih kurang tujuh hari sejak terjadi infeksi kulit. Penyakit ini tidak dipengaruhi ras dan jenis kelamin. 2.3. ETIOLOGI Penyakit ini disebabkan oleh virus Varisela Zoster dengan nama lain Human (alpha) herpes virus 3 sub famili alpha herpes viridae. Merupakan DNA double helix , genom virus mengkode lebih daripada 70 protein, termasuk protein yang berhubungan dengan antigen virus. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.
5

Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. 2.4. PATOFISIOLOGI Virus varisela zoster memasuki tubuh manusia melaluiinhalasi (aerogen ) yaitu udara yang berhubungan dengan pernapasan seperti batuk, bersin atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Saat virus varisela-zoster masuk ke dalam mukosa dan pindah ke sekresi saluran pernapasan , ia akan berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas.Virus awalnya bermultiplikasiawal setempat. Kemudian virus menyebar kekelenjar limfe regional di sekitar traktus respiratorius, pada 2-4 hari setelah paparanawal terjadi., lalu menyebarmelalui aliran darah dan limfe seluruhtubuh pada 4-6 hari sesudah paparanawal. (inilah yang disebut viremia primer). Lalu Virus ini mencapai sel retikuloendotelial hepar, limpa, dan organtarget lainnya. Seminggu kemudian (14 16 hari sesudah paparanawal ), terjadilah viremia sekunder: Virus ini sudahbereplikasicukup banyak disel retikuloendotelial organ dalam dan pada kulit ; akan menimbulkan lesi kulit yang khas. Sebenarnya pada saat virus bereplikasi, sudah dihambat oleh imunitas non spesifik. Tetapi pada kebanyakan individu replikasi virus ini lebih dominan dibandingkan imunitas tubuhnya, sehingga dalam waktu 2 minggu sesudah paparan awal sudah terjadi viremia yang lebih hebat (viremia sekunder), seperti yang telah dijelaskan di atas. Masuknya virus dan disertai masa inkubasi adalah selama 17-21 hari, lalu pada saat tersebut akan terjadi penyebaran secara subklinis. Lesi pada kulit akan timbul dan menyebar bila infeksi masuk pada viremia sekunder . Viremia sekunder ini juga dapat mencapai sistem respirasi kembali , sebelum menimbulkan lesi khas pada kulit.Hal inilah yang menyebabkan varisela sangat menular sebelum lesi khas muncul. Kerusakan pada SSP dan hepar juga mungkin terjadi pada stadium ini. (encephalitis dan hepatitis ).

2.5. GEJALA KLINIS Secara masa inkubasi penyakit ini adalah 14-21 hari. Gejala awal yang terjadi (Gejala prodromal) umumnya terjadi 1-3 hari yaitu dengan demam dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops) berukuran milier-lentikuler. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Setelah 8-12 jam cairan di vesikel menjadi lebih keruh (pustula), kemudian menjadi krusta. Perubahan vesikel menjadi pustule lalu krusta berlangsung selama 2-12 hari dengan rata-rata 6 hari. Setelah itu krusta dapat lepas sendiri dan terkadang meninggalkan bekas (sikatrik) yang umumnya dapat hilang secara perlahan. Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal. Penderita sembuh sempurna rata-rata setelah 7-34 hari (rata-rata 16 hari ). Beberapa lesi dapat muncul di orofaring. Pada ibu hamil yang terinfeksi varisela selama kehamilan dapat terjadi : Bila terjadi pada awal kehamilan ( Congenitalvaricella syndrom(kelainan congenital pada janin ). Janin yang terinfeksi pada minggu ke 6-12 kehamilan tampak mengalami kelainan paling berat pada perkembangan tungkai. Janin yang terinfeksi pada minggu ke 16-20 kehamilan dapat mencakup kelainan mata dan otak. Infeksi varisela pada usia gestasi 20 minggu juga dapat menyebabkan terjadinya infantile zoster.\ Bila terjadi pada tri semester akhir kehamilan ( pada minggu ke 37-42 ), dapat menyebabkan congenital varicella atau neonatal varicella Cacar air pada neonatus ini ,terkadang dapat sangat berat dan menimbulkan kematian.

2.6. DIAGNOSA Ditegakkan berdasarkan : Anamnesa, adanya gejala klinik berupa demam, malaise (prodromal) yang disertai ruam yang khas pada kulit, dan riwayat perjalanan penyakit Pemeriksaaan fisik, ditemukannya ruam yang khas tersebut pada kulit, dan lokalisasi yang khas diawali di bagian sentral tubuh (ruam papulovesikuler, polimorfik, penyebaran sentrifugal, lesi bergelombang) Pemeriksaan penunjang, Laboratorium : leukopeni pada 72 jam pertama dan selanjutnya lekositosis menunjukkan terjadi viremia sekunder. Lekositosis yang sangat berlebihan dapat merupakan pertanda adanya infeksi sekunder. Umumnya pada infeksi varisela ditemukan limfositosis relatif dan absolut. o Percobaan tzanck o Kultur virus dari dasar vesikel o Tes serologic dan material biopsy 2.7. PENATALAKSANAAN Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa. Lokal dapat diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal Dapat diberikan anti virus: Asiklovir 5 x 800mg/hariyang efektifselama 7 hari setelah terpajan . Atau valacyclovir: 3x 1000 mg /hari selama tujuh hari Atau Farmcyclovir : 3 x 500 mg /hari selama tujuh hari. Anti histaminoral (dipenhidramin)Dosis : 25-50 mg/ kg BB / 4 jam untuk dewasa, Anak-anak : 5 mg/ kg BB /dosis. Antipruritus topikal dalam bentuk bedak salicyl 0,5-1 % atau calamin cair. Asetaminophen(anti piretik ) Dewasa : 500-650 mg/kali bila demam, Anak-anak : 10-15 mg/kg BB /kali bila demam. Jika sudah terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salep dan oral.

2.8. PENCEGAHAN Vaksinasi Vaksin varisela berisi virus varisela strain hidup yang dilemahkan. Vaksin ini aman dan bersifat immunogenik. Vaksin ini efektif bila diberikan pada saat atau setelah usia 1 tahun. Lama proteksi belum diketahui secara pasti, meskipun demikian vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4 0 6 tahun. Pemberian vaksin secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan 12 tahun. Pada usia diatas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml, setelah 48 minggu diulangi dengan dosis yang sama. Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan masih terjadi. Sedangkan antibodi yang cukup sudah timbul 3-6 hari setelah vaksinasi. Varicella zoster imunoglobulin(VZIG) Diberikan pada individu yang beresiko tinggi , segera setelah terpapar . Serum inidapat memberi efek perlindungan sekitar tiga minggu. Tetapi efek terbaik dalam melemahkan virus varisela serta mencegah terjadinya gejala klinik pada waktu 96 jam setelah paparan, diberikan intramuskular dalam 4 hari setelah terpajan.

2.9. KOMPLIKASI Komplikasi pada anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa yaitu berupa encephalitis, pneumonia, glomeluronefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis, artritid dan kelainan darah ( beberapa macam purpura ). Semua orang yang mengalami varisela juga memiliki resiko mengalami komplikasi berupa herpes zoster (shingles). Setelah infeksi varisela , beberapa virus varisela-zoster akan in aktif dan menetap pada ganglion dorsalis saraf sensoris. Beberap tahun kemudian dapat terjadi reaktifasi ke permukaan sebagai herpes zoster. Ketika terjadi reaktivasi virus ini akan mempengaruhi sel saraf dan kulit, sehingga timbul rasa gatal dan nyeri serta ruam berupa papula dan vesikel erimatous yang mengikuti dermatom saraf yang terkena.

2.10.

PROGNOSIS Baik pada penderita yang non immunocompromized, dan memperhatikan hiegenis perorangan serta perawatan yang teliti. Pada penderita dengan gangguan sistem kekebalan tubuh memiliki resiko penyakit yang berat dan kematian. Pada cacar air neonatus yangjarak infeksi pada ibunya dengan persalinankurang dari 1 minggu , akan menimbulkan gejala yang sangat berat pada neonatusdan bisa menimbulkan kematian. Hampir 30 % varisella pada neonatus menimbulkan kematian.

10

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta:2007. Fitzpatricks. Dematology in General Medicine Volume Three. Seventh Edition. Mc Graw Hill. USA: 2008. Handoko , Ronny P. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketiga . Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta ; 1999

11

Vous aimerez peut-être aussi