Vous êtes sur la page 1sur 30

SISTEM SENSORI PERSEPSI

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK


Makalah ini dibuat untuk melengkapi Tugas Sistem Persepsi Sensori Dosen: Elisabeth W, S. Kep. Ns

Disusun Oleh: Nama : Berty Annely NIM : 2011. C. 03a. 0221 Prodi : S1 Keperawatan Kelas : II B Semester : IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kesehatan dan akal pikiran yang diberikan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Walaupun ada beberapa halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penyusun dapat mengatasinya dan tentunya atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan dan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Katarak, Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada lensa mata. Penyusun sajikan berdasarkan bahan dari berbagai sumber, dan dapat di baca oleh semua kalangan dan dapat pula dijadikan sebagai bahan untuk belajar.Walaupun makalah ini kurang sempurna tapi juga memiliki isi yang cukup jelas bagi pembaca. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini. Terutama untuk tim sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun juga tidak menutup diri terhadap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, yang dapat menjadi bahan perbaikan dalam membuat makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Palangka Raya, Maret 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Metode Penulisan i ii

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 Definisi Katarak Etiologi Katarak Patofisiologi Katarak Manifestasi Klinis Komplikasi Katarak Evaluasi Diagnostic Diagnosis Katarak Penatalaksanaan Medis Klasifikasi Katarak

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KOJUNGTIVITIS 3.1 Asuhan Keperawatan Katarak

BAB 4 PENUTUP 4.1 Simpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama disebabkan ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya, terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Masalah gizi, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan di daerah subtropis. Sekitar 16-22 persen penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Hal itu diduga berkaitan erat dengan faktor degeneratif akibat masalah gizi. Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang

berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ada berbagai hal yang akan penulis bahas tentang Katarak, diantaranya: 1.2.1 Bagaimana Asuhan Keperawatan Katarak ?

1.3 1.3.1

Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Katarak dengan berbagai aspek

atau bagiannya. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut: 1. Mengetahui tentangAsuhan Keperawatan Katarak. 1.4 Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode studi pustaka dan internet.Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Studi Pustaka Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. 1.4.2 Internet Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs yang relevan dan realistis.

BAB 2 KAJIAN TEORI


LAPORAN KATARAK 2.1 Definisi Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggeris Cataract, dan latih cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia di sebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan keturunan pada lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekurahan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenetal, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dalam mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya. Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti: eserin (0.25-0.5), kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti: 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 Fisik Kimia Penyakit predisposisi Genetik dan gangguan perkembangan

2.1.5 2.1.6

Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin Usia Pasien dengan katarak mengeluhi penglihatan seperti berasap dan tajam

penglihatan yang menurun secara progresif. Kekurangan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tanpak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksa prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, kunjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa penoftalmitis pescabedah dan fisik umum. Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada penerangan yang sedang atau pun keras akan tetapi bila pasien berada ditempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan kemajuannya. Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan lensa di ganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang berangsurangsur pada lensa mata atau kapsula lentis. Cahaya yang disorotkan melalui kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh pada retina menjadi kabur. Sebagai akibatnya, otak menginterpretasikan bayangan atau image yang berkabut. Umumnya, katarak terjadi bilateral (pada kedua belah mata), dan masing-masing berjalan sendiri tanpa bergantung pada yang lain. Pengecualiannya adalah katarak traunatika yang biasanya unilateral (hanya mengenai satu mata)

dan katarak kongenital yang mungkin bersifat stasioner. Katarak paling prevalen pada orang-orang yang berusia lebih dari 70 tahun sebagai bagian proses penuaan. Prognosis pada umumnya baik, dan pembedahan akan memperbaiki pengelihatan pada 95% pasien yang terkena. 2.2 Penyebab/ etiologi

Penyebab katarak meliputi : 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6 2.2.7 2.2.8 2.2.9 Penuaan (katarak senilis Gangguan congenital Abnormalitas generic Rubela maternal selama trimester pertama kehamilan Katarak traumatika Cedera benda asing Katarak yang disertai komplikasi Uveitis Glaukoma

2.2.10 Retinitis pigmentosa 2.2.11 Ablasio retina 2.2.12 Diabetes mellitus 2.2.13 Hipoparatiroidisme 2.2.14 Distrofi miotonik 2.2.15 Dermatitis atopic 2.2.16 Pajanan radiasi yang menimbulkan ionisasi atau pajanan sinar inframerah

2.3

Patofisiologi Patofisiologi dapat bervariasi menurut masing-masing bentuk katarak.

Katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan tantangan khusus. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif, dan peningkatan pigmentasi dibagian tengah lensa. Pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami ruptur. Mekanisme katarak dengan komlikasi bervariasi menurut proses penyakitnya. Sebagai contoh, pada penyakit diabetes akan terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam lensa yang menyebabkan lensa mata menyerap air. Secara khas, perkembangan katarak berlangsung lewat empat tahap : 2.3.1 2.3.2 Imatur lensa mata belum keruh seluruhnya Matur lensa mata sudah keruh seluruhnya dan pada keadaan ini telah terjadi kehilangan pengelihatan yang signifikan. 2.3.3 2.3.4 tumesen lensa terisi air, keadaan ini dapat menimbulkan glaukoma. Hipermatur protein lensa terurai sehingga peptida merembes keluar lewat kapsula, lentis glaukoma dapat terjadi jika saluran keluar cairan intraokuler terhalang. Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kencing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nekleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnyausia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat demsitas seperti duri dari anterior dan posterior nuckleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk dari katarak yang paling bermakna-makna seperti Kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zanula) yang memanjang dari badan silier halus ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat

menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mangabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak bersifat congenital dan harus didefinisikan awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehelingan penglihatan permanen. Factor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak mliputi rediasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

2.4

Manifestas Klinis

Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada katarak meliputi : 2.4.1 Pengelihatan yang kabut dan penurunan daya pengelihatan yang terjadi secara berangsur-angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa. 2.4.2 2.4.3 Pupil yang berwarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa Cahaya lampu sorot mobil yang membutakan pengelihatan pada malam hari akibat pantulan pancaran cahaya yang tidak efisien karena kekeruhan lensa. 2.4.4 Penurunan pengelihatan pada saat membaca akibat bayangan pada retina yang kurang jelas. 2.4.5 Pengelihtan yang lebih baik pada cahaya yang redup ketimbang cahaya yang redup ketimbang cahaya yang terang bagi pasien yang mengalami opasitas sentral; ketika pupil berdilatasi, pasien dapat melihat obyek disekitar opasitas.

Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan funsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudak menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjekelkan dengan distorsir bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalumengembangkan strategi untuk menghindari sluai yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulangn perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kacamata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari. 2.5 Komplikasi Komplikasi pada katarak meliputi : 2.5.1 2.5.2 Kebutuhan Glaukoma Komplikasi pembedahan dapat berupa 2.5.2.1 Kehilangan humor vitreus 2.5.2.2 Dehisensi luka operasi akibat benang jahitan yang kendur dan kamera okuli anterior yang rata atau prolapsus iris ke dalam luka operasi 2.5.2.3 Hifema yang merupakan perdarahan dalam kamera okuli anterior

2.5.2.4 Glaukoma karena penyumbatan vitreus 2.5.2.5 Ablasio retina 2.5.2.6 Infeksi\

2.6 Evaluasi diagnostic Selain uji mata yang biasa, keratometri, dan pemeriksaan lampu slit dan oftamoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostic, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endolet 2000 sel/mm 3 , pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan impantasi IOL. 2.7 Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan berikut : 2.7.1 Pemeriksaan fisik (dengan menyorotkan cahaya senter atau penlight pada pupil untuk melihat warna putih dibelakang pupil, yang baru akan terlihat tanpa cahaya senter setelah katarak memasuki stadium lanjut) 2.7.2 Oftalomoskop indirek dan pemeriksaan slit-lamp untuk memperhatikan daerah gelap pada refleks normal cahaya merah yang homogen. 2.7.3 2.8 Pemeriksaan visus untuk memastikan kehilangan pengelihatan Penatalaksanaan

Penanganan katarak meliputi : 2.8.1 Ekstraksi katarak eksrakapsuler untuk mengangkat kapsula lentis anterior serta bagian korteksnya dan memasang implan lensa intraokuler dalam kamera okuli posterior, operasi ini secara khas dilaksanakan dengan

fakoemulsifikan untuk memecahkan lensa memakai getaran ultrasonik dan kemudian mengisap pecahnya daya pengelihatan. 2.8.2 Ekstrasi katarak intrakapsuler untuk mengeluarkan keseluruhan lensa mata di dalam kapsula yang utuh melalui tindakan krioekstraksi (lensa yang basah dibuat melekat pada metal probe yang sangat dingin sehingga ekstraksi dapat dilakukan dengan mudah dan aman). Implan lensa intraokuler dapat dipasang didalam kamera okuli anterior atau posterior sesudah pengangkatan lensa mata; atau untuk meningkatkan dapat pula digunakan lensa kontak atau kacamata afakia. 2.8.3 Pembedahan dengan sinar laser sesudah tindakan ekstraksi katarak akstrakapsuler untuk memulihkan ketajaman pengelihatan ketika terbentuk membran sekunder pada kapsula lensa posterior yang ditinggalkan dalam kondisi utuh. 2.8.4 Implantasi lensa mata atau lensa kontak sesudah pembedahan untuk memperbaiki ketajaman pengelihatan, pengelihatan binokuler, dan persepsi kedalaman. Tak ada terapi untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan utnuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengsipan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992). bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan funsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasim aktivitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasi bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi,

jika ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaucoma. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anesthesia local berdasar pasien rawat jalan, merskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95& pasien. Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finasial dan psikososial dan konsekwensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anesthesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubung dengan droping bedah. Anestesis umum diperlukan bagi yang tak bias menerima anstesia local, yang tak mampu berkerja sama dengan alas an disik atau psikologis, atau yang tak berspons terhadap anesthesia lokal. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak, ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatanyang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika. Ekstraksi katarak intrakapsuler Ektraksi katarak intrakapsuler (ICCE, intracapsular cataract extraction) adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkatdengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsul lentis, bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengakat lesi atau abnormalitas. Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe deletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan secara pengangkatan katarak

utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih. Ektraksi katarak ekstrakapsuler Ektraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE, extracapsular cataract extraction) sekarang teknik yang lebih disukai dan mencampai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat isap. Dengan meninggalkan kapsul posterior dan zonula letis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi ninsidensi komplikasi nyang serius. Fakoemulslfikasi merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. Kaca mata apakia mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun pembesaran 25% sampai 30%. Menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spesial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dengan sebenarnya. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apkia. Tak terjadi pembesaran yang bermakna (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang dan tak ada kesalahan orientasi special. Lensa jenis ini memberikan rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang. 2.8.5 Pengobatan katarak senil terutama dalam pembedahan

Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah : 1. Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam bedan kaca 2. Kemudian penggunaan midriatika 3. Jarum penusuk dari emas (tahun 1700)

4. Aspirasi memakai jarum 5. Memakai sendok Daviel 6. Pinset kapsul dan zolise 7. Memakai krio teknik karbon dioksida, freon, termoelektrik 8. Mengeluarkan nukleus lensa dan aspirasi korteks lensa 2.8.6 Operasi katarak Ekstrakapsular atau Ekstrasi katarak ekstrak kapsular (EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melaluin robekan tersebut. Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan iirigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan enbdotel, ebrsama keratoplasti, implantasi lensa intraokular, posterior, perencanaan inplantasi sekunder lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaw, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolapsbadan kaca, sebelumnya mata mengalami aplasi retina mata dengan sitoit makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan [pembedahan katarak seperti kolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini dapat terjadinya katarak sekunder. 2.8.7 Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zenulazin telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus. Pada katarak ekstrasi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat populer pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelmnya. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontra indikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih memiliki ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pembedahan ini astikmat, glau, uveitis, endoplamitis dan perdarahan.

2.9 2.9.1

Klasifikasi Klasifikasi katarak

Berdasarkan usia katarak dapat di klasifikasikan dalam: 2.9.1.1 Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun 2.9.1.2 Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun 2.9.1.3 Katarak sensil, katarak setelah usia 50 tahun. Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital. 2.9.2 Katarak kongenital Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setalah bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital di golongkan dalam katarak: 2.9.2.1 Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris. 2.9.2.2 Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus lensa saja. Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama pemakaian obat selama kehamilan. kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi permatur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, ada kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terjadi nistagmus maka keadaan ini menunjukaan hal yang buruk pada katarak kongenital. Dikenal bentuk-bentuk katara kongenital: 1. Katarak piramidalis atau polaris anterior 2. Katarak piramidalis atau polaris posterior 3. Katarak zonularis atau lemalaris 4. Katarak pungtata dan lain-lain Pada pupil mata bayi yang menderita kataerak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil. Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula ini tidakakan berkembang sempurna hingga walaupu dilakukan ekstraksi katarak makavisus biasa tidak akan mencapai 5/5. Hal ini di sebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsis). Katarak kongnetal dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus. Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam bebrbagai bentuk dan gambaran morfologik. Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. 1. Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. 2. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Tindakan bedah pengobatan pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengsn aspirasi: Pengobatan katarak kongenital bergantung pada: 1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak terlihat. 2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia sebaiknya dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya. 3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah terjadi ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata. 4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progesif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik. 2.9.3 Katarak rubela Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fentus. Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepitdidalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun. 2.9.4 Katarak juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenita. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti: 2.9.4.1 Katarak metabolik 1. Katarak diabetik dan galaktosemik (gula) 2. Katarak hipokalsemik (tetanik) 3. Katarak difesiensi gizi 4. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria) 5. Penyakit Wilson 6. Katarak brhubungan dengan kelainan metabolik lain 7. Otot 2.9.4.2 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun) 1. Katarak traumatic 2. Katarak komplikata 3. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroflatmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis) 4. Katarak dengeratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal) 5. Katarak anoksik 6. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfat, dab besi)

7. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata) dan kromososm. 8. Katarak radiasi 2.9.5 Katarak senil Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Konsep penua: 2.9.5.1 Teori putaran biologik (A biologic clock) 2.9.5.2 Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati 2.9.5.3 Imunologis, dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang akibatkan kerusakan sel 2.9.5.4 Teori mutasi spontan 2.9.5.5 Teori A free Radical 1. Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat 2. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi 3. Free radical dapat dinetralisasikan oleh antioksidan dan Vit. E 2.9.5.6 Teori A Cross-Link Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi. Perubahan lensa pada usia lanjut: Kapsul 1. Menebal dan kurang elastis (1/4 di banding anak) 2. Mulai presbiopia 3. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

4. Terlihat bahan granulai Epitel-makin tipis 1. Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat 2. Bengkak dan vakuolisasi mitrokondria yang nyata Serat lensa: 1. Lebih iregular 2. Pada korteks jelas kerusakan serat sel 3. Brown sclerotik nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus (histinin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histadin dan triptofan dibanding normal. 4. Korteks tidak berwarna karena: 2.9.5.7 Kadar a.askorbat tinggi dan menghalangi forooksidasi 2.9.5.8 Pada korteksjelas kerusakan serat sel Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur dan morgagni. 2.9.6 Perbedaan stadium katarak senil insipien Ringan Normal imatur Sebagian Bertambah (air masuk) Matur Seluruh Normal Hipermatur Masif Berkurang (air+masa lensa

Kekeruhan Cairan lensa

keluar) Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata negatif Shadow test Penyulit Katarak insipiden. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks vakuol mulai terlihat didalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jarinagn degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipiden. Kekeruhan ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lens yang generatif menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal, pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepet dan mengakibatkan miopia lentikular.keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa aka mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang memberikan miopisasi. Katarak Imatur. Sebagian besar lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glukoma sekunder. glaukoma Uveitis+glaukoma Positif negatif Pseudopod Normal Sempit normal Terbuka Normal Normal Terdorong Dangkal Normal normal Tremulans Dalam

Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan sudah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses digenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.kadang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigran) terutama pada nekleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes melitus dan miopia tinggi. Sering tajam pengelihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnyadan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum pemperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah : 2.9.6.1 Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang beberapa pasien puas. 2.9.6.2 Kalsium sistein 2.9.6.3 Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa 2.9.6.4 Dipakai lentokalin dan kataraktelisin dan lensa ikan 2.9.6.5 Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam pengelihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga

mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyakit seperti glaukoma dan uveitis. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya. 2.9.7 Katarak Komplikata Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular, iskema okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin ( diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrof) dan keracunan obat ( tiotepa intra vena, steroid lokal lama, streoid sistemik, oral kontra septik dan motika antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekruhan dapat difus, pungtata ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakual. Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada pelus postenal mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa abtasi retina, kontusloretina dan miopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat didalam nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan. Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma indosiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt). Katarak komplikata selamanya mulai di daerah korteks atau dibawah kapsul yang menuju daerah sentral.

Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantil, hipoparatiroidsma. Pada lansia terlihat kekerutan titik subkapsular yang sewaktuwaktu menjadi katarak lamelar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun. 2.9.8 Katarak Diabetes Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes melitus. Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk: 2.9.8.1 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,kekeruhan akan hilang apabila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. 2.9.8.2 Pasien diabetes melitus juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarakserentak pada kedua mata dalam 48 jam,bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. 2.9.8.3 Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan true diabetik katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di dalam darah dan utina. 2.9.9 Katarak Sekunder Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.

Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu trauma yang memecah lensa. Cincin soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin sommering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi ke arah pinggir-pinggir melekat pada kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tegah, dan membentuk gambaran cincin. Bentuk makalah ini tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi. Mutiara elschning adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok.

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan Katarak adalah setiap keadaan keturunan pada lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-

duanya.Biasanya kekurahan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenetal, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dalam mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan funsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

4.2

Saran Perlu dilakukannya penyuluhan, pembelajaran dan pemberian informasi

kepada masyarakat yang lainnya mengenai katarak. Agar masyarakat tahu tentang penyakit katarak, penyebab, serta pengobatan dan penatalaksanaanya. Sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit tersebut dan terciptanya kebersamaan serta saling melindungi terlebih dalam kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, H. Sudarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. FKUI : Jakarata. Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajaran Patofisiologi. EGC : Jakarata.

Arif Muttaqin & Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioratif: Konsep,Proses,dan Aplikasi. Salemba Medika : Jakarta. Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajaran Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. EGC : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi