Vous êtes sur la page 1sur 19

MIKROMERITIK 201 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Umumnya sediaan obat yang digunakan dalam farmasi mangandung komponen bahan yang berupa partikel-partikel, baik sendirian maupun terdispersi sebagai partikel-partikel halus dalam medium yang lain. Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan metode fisis maupun metode kimiawi. Metode pengukuran ukuran partikel yang ada bermacam-macam mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks dan tergantung partikel yang akan diselidiki. Beberapa metode untuk menentukan ukuran partikel adalah mikroskopi, pengayakan, pengendapan, adsorpsi, permeametri, dan pancaran radiasi atau transmisi. Metode yang sederhana adalah mikroskopi, pengayakan dan pengendapan. Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan menghitung ukuran partikel dari asam benzoat dengan menggunakan metode ayakan, yang mana

MIKROMERITIK 201 3
metode ini merupakan metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dalam penentuan ukuran partikel. 1.2 Tujuan Praktikum Melakukan pengukuran partikel dengan meode pengayakan (shieving).

MIKROMERITIK 201 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Dasar Teori Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigt. R, 1994). Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan (Martin, 1990). Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya

MIKROMERITIK 201 3
atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990). Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990). Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970) : 1. Menghitung luas permukaan 2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat 3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topikal 4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi 5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel). Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970). Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen , yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang

MIKROMERITIK 201 3
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin,1990). Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Martin, 1990) : Mikroskopi Optik Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel

MIKROMERITIK 201 3
lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini. Pengayakan Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan. Dengan cara sedimentasi Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes: d = 18 (- o)g

h
t

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar

MIKROMERITIK 201 3
ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Voigt R, 1994). II. 2 Uraian Bahan 1. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96) Nama resmi Nama lain Rumus molekul Berat molekul Pemerian : AQUA DESTILLATA : Aquadest : H2O : 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pelarut

2. Asam Benzoat ( Ditjen POM, 1979 ; 49 ) Nama resmi Nama lain RM / BM : ACIDUM BENZOICUM : Asam Benzoat : C7H6O2 / 122,12

MIKROMERITIK 201 3
Pemerian : Hablur halus dan ringan; tidak berwarna; tidak berbau Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P Penyimpanan Kegunaan II. 3 Prosedur Kerja 1. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan 2. Masukkan 100g granul Paracetamol ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang seksama 3. Diayak serbuk yang bersangkutan selama 3 menit pada getaran tertentu pada alat shaker 4. 5. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan Buat kurva distribusi % bobot diatas/dibawah ayakan. : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai sampel

MIKROMERITIK 201 3
BAB III CARA KERJA
III. 1 Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, pipet tetes, ayakan, kuas, shaker, gunting. B. Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah parasetamol, aquades, kertas perkamen. III. 2 Langkah Percobaan 1. Disusun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan. 2. Kemudian, dimasukkan 100g granul Paracetamol ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang seksama 3. Diayak serbuk yang bersangkutan selama 3 menit pada getaran tertentu pada alat shaker. 4. Setelah itu, ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan. 5. Dibuat kurva distribusi % bobot diatas/dibawah ayakan.

BAB IV

MIKROMERITIK 201 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. 1 Hasil dan Perhitungan A. Hasil Pengamatan No Ayakan 35/40 40/60 60/120 120/170 170/230 Ukuran Pori Rata-Rata 0,46 mm 0,335 mm 0,1875 mm 0,0665 mm 0,075 mm Berat Tertinggal 16,835 gr 14,15 gr 18,52 gr 17,62 gr 6,82 gr = 85,33 % Tertinggal 19,72 16,582 21,703 20,649 7,992 % Tertinngal x Ukuran Pori Rata 9,07 5,55 4,06 1,37 0,59 = 20,64

B. Perhitungan 1. Ukuran pori rata ayakan 35/40 =

= 2. Ukuran pori rata ayakan 40/60 =

= 0,46 mm

= 3. Ukuran pori rata ayakan 60/120 =

= 0,335 mm

= 4. Ukuran pori rata ayakan 120/170 =

= 0,1875 mm

MIKROMERITIK 201 3
= 5. Ukuran pori rata ayakan 170/230 = = 0,0665 mm

= 0,075 mm

Dav =

= 0,2064 m

IV. 2 Pembahasan Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Pengertian ini sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa farmasi khususnya dalam membahas obat sediaan padat seperti kapsul,tablet, granul, sirup kering. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata, volume rata-rata an sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel disini adalah ukuran diameter rata-rata. Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek terapinya. Pengetahuan dan pengontrolan ukuran dan jarak ukuran partikel sangat penting untuk

MIKROMERITIK 201 3
diketahui. Ukuran partikel, yang berarti juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat fisika, kimia dan farmakologik suatu obat. Dalam pembuatan tablet dan kapsul misalnya, pengontrolan ukuran partikel penting dilakukan untuk mendapatkan sifat alir yang tepat dari granulat dan serbuk. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, baik dipandang dari segi stabilitas fisika maupun dari segi respon biologisnya juga tergantung dari ukuran partikel dan bahan obatnya. Secara klinik, ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat dari sediaannya yang diberikan baik secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran diameter partikel sampel dengan mneggunakan metode ayakan. Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Buereau of Standar. Ayakan umum digunakan untuk memilah-milahkan partikel-partikel yang lebih kasar, namun, jika digunakan secara hati-hati sekali ia dapat digunakan untuk mengayak bahan samapai 44 mikron (ayakan no. 325). Sekarang sudah terdapat apa yang dinamakan electroformed sieves dengan lubang (aperture) dari 5 sampai 30 mikron. Menurut metode USP untuk menguji kehalusan serbuk, suatu massa sampel tertentu diletakkan pada ayakan yang sesuai di dalam suatu alat penggojok mekanis (shakker). Serbuk digojok selama periode waktu tertentu dan bahan yang lolos dari satu ayakan dan yang yang tinggal pada ayakan berikutnya yang lebih halus, dikumpulkan dan ditimbang.

MIKROMERITIK 201 3
Apabila suatu analisa yang mendetail dibutuhkan, ayakan-ayakan dapat disusun dalam satu set dari kurang lebih lima ayakan dengan ayakan yang paling kasar berada teratas, dan setelah ayakan-ayakan digojok selama periode tertentu, serbuk yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan ditimbang. Dengan mengasumsikan suatu distribusi log normal, presentase kumulatif bobot dari serbuk yang tertinggal pada ayakan-ayakan tersebut di-plot-kan pada skala probabilitas terhadap logaritma ukuran arithmetik rata-rata, masing-masingdari dua ayakan yang berdekatan. Apabila suatu analisa yang mendetail dibutuhkan, ayakan-ayakan dapat disusun dalam satu set dari kurang lebih lima ayakan dengan ayakan yang paling kasar berada teratas, dan setelah ayakan-ayakan digojok selama periode tertentu, serbuk yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan ditimbang. Dengan mengasumsikan suatu distribusi log normal, prosentase kumulatif bobot dari serbuk yang tertinggal pada ayakan-ayakan tersebut di-plot-kan pada skala probabilitas terhadap logaritma ukuran arithmetik rata-rata, masing-masing dari dua ayakan yang berdekatan. Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengukuran terhadap diameter suatu zat padat yaitu amilum dan zink oksida dengan menggunakan metode ayakan dengan menggunakan alat vibrator agar sampel yang dilakukan pengujian dapat melewati tahap demi tahap ayakan yang telah disusun dari nomor mesh terkecil hingga nomor mesh terbesar, yakni dari nomor mesh 35, 40, 60, 120,170 dan nomor mesh 230. Alat vibrator di set selama selang

MIKROMERITIK 201 3
waktu 10 menit. Untuk selanjutnya dilakukan penimbangan terhadap zat yang tertahan dalam masing-masing nomor mesh. Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini bertujuan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. Dalam mengayak dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 5 rpm bertujuan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari kecepatan maksimum. Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah. Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana dimana hanya memerlukan timbangan, ayakan dan alat vibrator, serta waktu yang dibutuhkan cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat

MIKROMERITIK 201 3
keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik. Dari hasil percobaan diperoleh ukuran pori rata-rata 35/40 yaitu 0,46 mm, ukuran pori rata-rata 40/60 yaitu 0,335 mm, ukuran pori rata-rata 60/120 yaitu 0,1875 mm, ukuran pori rata-rata 120/170 yaitu 0,0665 mm, dan ukuran pori rata-rata 170/230 yaitu 0,075 mm. Setelah itu, apabila proses pengayakannya selesai angkat dan pindahkan kedalam kertas perkamen dipisahkan menurut no.mesh yang berbeda-beda. Kemudian ditimbang berat asam benzoate yang tertinggal pada ayakan tersebut. Pada nomor ayakan 35/40 berat rata-rata yang tertinggal 16,835 gram dan persen yang tertinggal 19,729, pada nomor ayakan 40/60 berat rata-rata yang tertinggal 14,15 gram dan persen yang tertinggal 15,582, pada nomor ayakan 60/120 berat rata-rata yang tertinggal 18,52 gram dan persen yang tertinggal 21,703, pada nomor ayakan 120/170 berat rata-rata yang tertinggal 17,62 gram dan persen yang tertinggal 20,649, serta pada nomor ayakan 170/230 berat rata-rata yang tertinggal 6,82 gram dan persen yang tertinggal 7,992. Setelah itu persen tertinggal dikalikan dengan ukuran pori rata-rata yang telah diperoleh tadi, sehingga pada nomor ayakan 35/40 diperoleh 9,07 mm, nomor ayakan 40/60 diperoleh 5,55 mm, nomor ayakan 60/120 diperoleh 4,06 mm, nomor ayakan 120/170 diperoleh 1,37 mm, dan nomor ayakan 170/230 diperoleh 0,59 mm sehingga diperoleh jumlah keseluruhan dari persen tertinngal yang dikalikan

MIKROMERITIK 201 3
dengan ukuran pori rata-rata yaitu 20,64 mm. dan langkah yang terakhir ditentukan diameter rata-ratanya diperoleh 0.2064 mm. Dari data yang peroleh bahwa umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut. Dari hasil percobaan, diperoleh diameter rata-rata dari granul paracetamol adalah sebesar 0,2064 mm. Terjadinya perbedaan atau

ketidaksesuaian antara hasil yang diperoleh dalam praktikum dengan yang ada di dalam literatur dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Adanya partikel yang tertinggal di udara atau di ayakan pada saat ayakan dibersihkan 2. Penimbangan sampel yang kurang akurat 3. Keadaan sampel yang sudah tidak layak lagi, karena lamanya penyimpanan dalam laboratorium sehingga mungkin saja sudah terkontaminasi oleh udara Kegunaan mikromeritik dalam bidang kefarmasian antara lain :

Untuk menentukan bentuk sedian obat yang cocok Untuk mengetahui efek dari stabilitas obat

MIKROMERITIK 201 3

Untuk memperoleh informasi mengenai bentuk dan ukuran partikel yang berpengaruh dalam pelepasan obat dari bentuk sediaannya didalam tubuh (waktu hancur)

Untuk memperoleh informasi tentang lama absorbsi obat dalam tubuh.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan

MIKROMERITIK 201 3
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa diameter rata-rata (dav) serbuk asam benzoat adalah V.2 Saran Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya. 0, 2064 mm

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia III. Depkes RI : Jakarta. Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika I. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta. Moechtar, 1990. Farmasi Fisika. UGM Press : Yogyakarta.

MIKROMERITIK 201 3
Parrot, L,E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Burgess Publishing Company : Mineapolish. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V. UGM Press : Yogyakarta

Vous aimerez peut-être aussi