Vous êtes sur la page 1sur 29

aisyah berbagi ilmu

Minggu, 15 April 2012


PRPOSAL SKRIPSI PKn (UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKn MELALUI KETERAMPILAN GURU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 102 SELUMA)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat 2, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang bersifat persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan

pemikiran, pendapat, atau kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia. 1 Sebagai suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang harus diemban. Di antara misi yang harus diemban adalah sebagai pendidikan dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai perilaku yang diharapkan. Namun dalam kenyataan di lapangan, banyak ditemukan berbagai kendala dalam proses belajar PKN sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Salah satu kendala itu antara lain tidak berani mengungkapkan pendapat. Salah satu sumber kritik yang dilontarkan masyarakat adalah PKn telah digunakan sebagai alat indoktinasi dari suatu sistem kekuasaan untuk kepentingan pemerintahan yang ber kuasa. Eksesnya para siswa atau lulusan pendidikan semakin telah dikondisikan untuk tidak berani mengemukakan pendapat dan koreksi terhadap kesalahan penguasa. Nilai dan tindakan kreatif semakin terabaikan karena masyarakat termasuk peserta didik hanya dituntut untuk menjadi penurut dan peminta petunjuk. Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi agar kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat semakin meningkat. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan. Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn kelas IV, maka penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 102 Seluma. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud mencobakan metode diskusi kelompok bagi kelas IV SDN 102 Seluma. Metode ini diterapkan

agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran PKn Melalui Keterampilan Diskusi Kelompok Kelas IV SDN 102 Seluma Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Permasalahan Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah: Apakah melalui proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajara siswa dalam pembelajaran PKn? 1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan diskusi kelompok ? 3. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan menjelaskan dan metode diskusi kelompok serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok.

2.

Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan metode diskusi kelompok.

3. Peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan metode diskusi kelompok serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn

D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan, agar penulis dapat berpartisipasi aktif secara langsung di dalam kegiatan proses pembelajaran serta memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN di Sekolah Dasar. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru PKN di SD tentang penggunaan metode diskusi kelompok, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar.

E. Penjelasan Istilah 1. Upaya meningkatkan Yang dimaksud dengan upaya peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk menaikkan atau untuk mempertinggi. 2. Hasil Belajar Yang dimaksud dengan Hasil belajar disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru). Yang penulis maksudkan dengan proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses interaksi atau hubungan timbalbalik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Diskusi Kelompok a. Pengertian Metode Diskusi Kelompok Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat penyampaian bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. Yang dimaksud dengan metode diskusi kelompok adalah cara pembelajaran melalui penyelidikan terhadap suatu kasus, kemudian diminta kepada siswa untuk mencari jawaban serta kesimpulannya. Adapun penyelidikan tersebut dilakukan secara kritis-analitis dan logis sehingga kesimpulan yang didapat akan diyakini kebenarannya. Adapun yang dimaksud dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn melalui metode diskusi adalah: Usaha, yang dilakukan guna untuk menaikkan atau mempertinggi kecenderungan/ keterkaitan siswa dalam belajar pada waktu terjadinya proses interaksi antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa, saat kegiatan belajar mengajar

melalui cara pembelajaran. Kemudian, kepada siswa ditugaskan untuk mencari jawaban serta kesimpulannya secara kritis dan logis, sehingga kesimpulan yang didapat akan diyakini kebenarannya. b. Tujuan Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai guru dalam menggunakan diskusi kelompok di dalam kelas, yaitu: 1. Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan Mengapa yang mereka ajukan atau yang dikemukakan ole guru. 2. Menolong siswa mendapatkan dan memahami dengan jelas jawaban pertanyaan, hukum, dalil dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar. 3. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan. 4. Untuk mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahaman dan untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka. 5. Menolong siswa untuk menghayati dengan pendapat, meningkatkan penalaran, membantu siswa untuk menggunakan bukti dalam menyelesaikan keadaan yang meragukan. Disamping itu ada pula beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengenai perlunya keterampilan metode diskusi kelompok dikuasai dengan baik yaitu sebagai berikut: a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

a.

Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan secara bersama-sama.

b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) c. Diskusi Kelompok Dalam Penelitian Yang dimaksud dengan diskusi kelompok dalam penelitian ini adalah suatu kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3-6 orang. Metode ini digunakan untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan masalah. Seorang juru bicara ditunjuk untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kepada sidang lengkap dengan semua kelompok-kelompok. Tujuan diskusi ini adalah untuk memperoleh informasi, untuk memecahkan masalah atau mendiskusikan suatu isu. Tugas pemimpin kelompok: 1. Membantu dalam menentukan isu atau masalah 2. Memberikan penjelasan kepada kelompok-kelompok kecil: a. Tentang tugasnya

b. Tentang batas waktu 5-15 menit untuk menyelesaikan tugas-tugas c. 3. Menyarankan agar tiap kelompok kecil memilih pemimpin siding dan penulisnya. Meminta saran-saran untuk memecahkan masalah, penjelasan isu atau menjawab pertanyaanpertanyaan 4. Merangkum hasil diskusi kelompok itu atau menugaskan salah seorang untuk melakukannya 5. Mengajukan tindakan dan studi tambahan

6. Mengevaluasi manfaat dan kekurangan situasi belajar. Tugas anggota 1. Membantu dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi 2. Ikut memilih pemimpin dan penulis dalam kelmpok 3. Memperjelas dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi mereka. 4. Ikut melaksanakan evaluasi efektifitas pengalaman belajar Tugas juru tulis 1. Mencatat seluruh pendapat anggota-anggota kelompok 2. Merangkum pendapat kelompok 3. Melaporkan kepada siding lengkap Metode ini dipertimbangkan efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembahasan diskusi kelompok tersebut, aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru adalah: 1. Pembagian kelompok 2. Penyusunan kelompok 3. Penentuan dan penjelasan topik 4. Memotivasi peserta diskusi 5. Peran guru saat diskusi berlangsung 6. Penerapan demokratisasi 7. Pemberian kesimpulan Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan diskusi kelompok siswa dituntut untuk aktif dan menjawab beberapa pertanyaan

yang diberikan oleh guru dengan membentuk kelompok kecil. Apabila menghadapi kesulitan, siswa dapat mendiskusikan dengan siswa lain atau bertanya kepada guru. d. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Langkah Persiapan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya: 1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. 2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.. 3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. 4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan. b. Pelaksanaan Diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah: 1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi. 2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan. 3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya. 4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5)

Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c.

Menutup Diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. 2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

B. Konsep Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebihlebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masingmasing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia. Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan ritualritual belajar.

Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar. Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar. Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar. Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahliahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu : 1. Pandangan Psikologi Behavioristik. Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktorfaktor kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Tokohtokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner. Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri

seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus stimulus yang dialami. Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba coba (trial and error). Mencoba coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya. 2. Pandangan Psikologi Kognitif Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon respon lainnya guna mencapai tujuan. 3. Pandangan Psikologi Humanistik Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar besarnya kepada individu. Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan keputusan yang ia ambil atau pilih. 4. Pandangan Psikologi Gestalt

Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari. Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja. Perubahan yang sematamata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan. Howard L Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104) menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut. Sementara itu, Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar. Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi pembelajaran. Sementara itu Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) mengemukakan bahwa apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan, kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan. Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terusmenerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil Belajar Siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam

bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan seharihari. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya". Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Bidang Studi PKn a. Latar Belakang PKn dijelaskan dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyatakan bahwa: Pendidikan Pancasila mengarahkan pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa: Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemapuan dasar berkenaan dengan hubungan antar Negara dengan Negara serta pendidikan bela Negara-negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Berdasarkan pengertian di atas maka PKn memiliki arti penting dalam rangka pembinaan dan pembentukkan manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila, khususnya bagi

generasi muda penerus bangsa dari pendidikan dasar sampai pendidikan dijenjang tinggi.mereka mengemban tugas membina dan melestarikan nilai dan moral Pancasila dengan demikian melaui PKn diharapkan siswa menjadi manusia terdidik dan warganegara yang baik serta berperilaku sesuai dengan norma Pancasila.

b. Pengertian Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa. Baik secara individu maupun anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Kurikulum PKn SLTP. 1996:1). Dari pengertian tersebut di atas maka PKn memiliki arti penting dalam melestarikan nilai luhur dan moral yang bersumber dari budaya bangsa, dan diharapkan siswa dapat menerapkan dalam tingkah laku dalam kehidupan di lingkungannya, bangsa dan Negara. c. Fungsi Berdasarkan pengertian PKn dalam kurikulum pendidikan dasar maka PKn adalah 1. Melestarikan dan mengembangkan nilai moral-moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat. 2. Mengembangkan dan membina siswa menuju manusia Indonesia seutuhnya yang sedikit politik, hokum dan konstitusi Negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila. 3. Membina pemahaman dan kesadaran tentang hubungan antar warga Negara dengan sesama warga Negara dan pendidikan pendahuluan bela Negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban sebagai warga Negara. 4. Membekali siswa dengan sikap perilaku yang berdasarkan nilai-nilai moral Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari. d. Tujuan Berdasarkan pengertian PKn maka diambil kesimpulan bahwa tujuan PKn adalah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila

dalam rangka pembentukkan sikap dan perilaku sebgai pribadi, anggota masyarakat dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan dijenjang pendidikan menengah. e. Ruang Lingkup Sedangkan ruang lingkup PKn ,menurut kurikulum Pendidikan Dasar yaitu: 1. Nilai, moral dan norma serta nilai-nilai spiritual bangsa Indonesia dan perilaku yang diharapkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila 2. Kehidupan Idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum PKn, 1996:2). Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan selain sebagai pendidikan nilai, moral juga merupakan pendidikan politik. Adapun sasaran kedua arah pendidikan tersebut adalah menghendaki terciptanya pribadi-pribadi manusia Indonesia yang akan tumbuh menjadi warga yang tau akan posisinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mampu menjadi warga Negara yang memilki kesadaran dan kewajibannya dalam ikut menyumbangkan peran sertanya dalam pembangunan nasional.

D. Keterkaitan Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Keterampilan Diskusi Kelompok Dalam proses pembelajaran pada prinsipnya siswa telah memiliki minat belajar yang merupakan minat pembawaan. Sehingga baik siswa itu sendiri maupun guru di sekolah bertugas mengembangkan atau meningkatkan minat-minat yang telah dimiliki. Adapun cara membangkitkan minat tersebut menurut Sardiman AM (1986: 93) adalah: 1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan 2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik 4. Menggunakan berbagai bentuk mengajar Sejalan dengan pendapat di atas disini penulis berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn melalu keterampilan guru dengan menggunakan diskusi kelompok. Keterampilan menjelaskan dengan menggunakan diskusi kelompok yang dimiliki oleh seorang guru berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Melalui metode diskusi kelompok diharapkan siswa mengalami suasana yang bebas dalam mengungkap suatu masalah sesuai dengan minat yang ada pada dirinya. Mata pelajaran PKn lebih menekankan pada aspek afektif disaming kognitif dan psikomotor, yaitu aspek nilai, sikap dan moral. Dengan keterampilan diskusi kelompok diharapkan akan membuat siswa lebih tertarik atau berminat dalam belajar, karena penanaman dan pengembangan konsep nilai dan moral dapat dicapai bila mana siswa secara langsung berinteraksi satu sama lainnya dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu metode ini dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam mengemukakan keinginan yang ada dalam diri siswa. Keterampilan diskusi kelompok dalam pengajaran PKn juga merupakan salah satu variasi agar siswa tidak menjadi bosan, maksudnya dengan pengajaran tersebut siswa akan tertarik dan termotivasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 selama kurun waktu satu bulan yaitu dari tanggal 3-27 Oktober 2011.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di kelas IV SDN 102 Seluma yang terletak di desa Air Petai.

3. Observator Penelitian

Peneliti adalah guru kelas yang berpengalaman mengajar selama 4 tahun. Dalam penelitian ini peneliti, kalbolator berjumlah satu orang yang bertugas untuk mengamati tindakan kelas.

B. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek penelitian ini adalah penelitian terhadap siswa kelas IV SD Negeri 102 Seluma yang berjumlah 38 orang siswa.

C. Metode Penelitian 24

Penelitian ini adalah penelitian tindakan latar kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sendiri oleh pelaksana/guru untuk memperbaiki pengajaran dengan cara melakukan perubahan-perubahan dan mempelajari akibatakibat perubahan itu (Oja dan Smulyan, 1989). Untuk melakukan perubahan itu, dilakukan kerjasama antara peneliti dengan guru lainnya agar hasil belajar siswa terhadap pelajaran PKn meningkat dan diharapkan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar. D. Cara Melaksanakan Tindakan Proses penelitian tindakan latar kelas ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan oleh MC. Togart (1993) yaitu: 1. Planning 2. Action 3. Reflektion 4. Observation

Secara rinci proses penelitian adalah sebagai berikut: a. Kegiatan awal Pada kegiatan awal ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melihat hasil belajar siswa 2. Merumuskan rencana pembelajaran 3. Mempersiapkan alat dan media 4. Menentukan waktu b. Pelaksana tindakan Setelah kegiatan awal dilakukan, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang telah direncanakan pada tahap awal. c. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi kemudian dilakukan refleksi dianalisis pencapaian tingkat minat belajar siswa dengan kekurangan-kekurangan guru dalam penyampaian materi sebagai salah satu masukan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya. d. Replaning Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama peneliti menyusun rencana untuk melakukan tindakan berikutnya yaitu: 1. Menyusun rencana pembelajaran 2. Menyiapkan alat dan media e. Pelaksanaan dan observasi Pada tahap ini kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan replaning kemudian diamati dan dievaluasi kembali hingga penerapan keterampilan menjelaskan dan diskusi kelompok dapat berhasil.

E. Sumber Data Penelitian Sumber data untuk mengamati variabel yang diteliti terdiri dari lembar penilaian hasil belajar siswa (data primer) dan lembar observasi kegiatan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (data skunder). Adapun format dari kedua instrument tersebut adalah sebagai berikut: a) Lembar Pengamatan I :adalah data primer yang digunakan untuk menilai kerjasama kelompok pada siklus. Adapun format lembar pengamatan I adalah sebagai berikut:

LEMBAR OBSERVASI KERJASAMA KELOMPOK

Siklus :. Tabel I No Aspek yang dinilai 1 1 Efektivitas pembagian kerja a) Adanya ketua kelompok yang mempunyai wewenang membagi tugas b) Ketua kelompok dipilih berdasarkan musyawarah kelompok c) Ketua kelompok melakukan pembagian kerja d) Anggota kelompok patuh terhadap Skor 2 3 4 Jml skor Kriteria

pembagian kerja yang ditetapkan Ketergnatungan antar anggota kelompok a) Tugas antar anggota kelompok saling berhubungan b) Adanya perbedaan tugas antar anggota c) Tugas kelompok dapat selesai jika seluruh anggota kelompok dapat selesai melaksanakan tugasnya masing-masing 3 Tanggung jawab perorangan a) Anggota kelompok memahami tugasnya masing-masing b) Setiap anggota kelompok mempunyai alat dan sumber belajar untuk menggali informasi yang dibutuhkan c) Seluruh anggota kelompok terlibat aktif melaksanakan tugasnya masingmasing d) Setiap anggota kelompok selesai mengerjakan tugas tepat waktu 4 Komunikasi antar anggota kelompok a) Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam pemilihan ketua kelompok atau pembagian tugas b) Setiap anggota terlibat komunikasi aktif (saling bertanya, mengungkapkan ide dan memberi penjelasan) Keterangan: (1) Kurang (2) Cukup (3) Baik (4) Baik 2

b) Format 2: Lembar pengamatan kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Data skunder). Tabel II
PENILAIAN NO ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN

0 1

2 3 4

Perencanaan 1 2 3 4 5 6 7 Membuat RPP Menyusun bahan ajar Merumuskan tujuan (indikator) Mengorganisasi materi Memilih media yang tepat Memilih sumber belajar Menyusun alat ukur Jumlah Kriteria Tabel III
PENILAIAN NO ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN

0 1

2 3 4

Perencanaan 1 Membuka menutup pelajaran 2 Memotivasi 3 Membentuk kelompok diskusi 4 Memberi informasi/menjelaskan 5 Membantu siswa yang mengalami kesulitan 6 Variasi mengajar 7 Memberi evaluasi Jumlah Kriteria

F. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini, penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut: a. Teknik pengumpulan data primer Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan mengisi format lembar pengamatan 1 oleh peniliti untuk mengamati hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah setiap siklus. b. Teknik pengumpulan data skunder

Teknik pengumpulan data skunder dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengisian lembar pengamatan guru dilakukan oleh kalobolator.

G. Teknik Analisis Data a) Lembar pengamatan 1: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganailisis kerjasama kelompok pada setiap siklus dengan teknik analisis data sebagai berikut:

Keterangan : % AS : Persentase tingkat kerjasama kelompok FK JSK b) : Frekuensi kelompok : Jumlah seluruh kelompok

Lembar pengamatan 2: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganailisis tingkat parsitisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada setiap siklus dengan teknik analisis data sebagai berikut:

Keterangan

% PS : Persentase parstisipasi siswa FS JSK c) : Frekuensi siswa : Jumlah seluruh siswa

Analisis data format 3 dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kinerja guru dalam pelaksanaan proses

pembelajaran pada setiap siklus. Selanjutnya indikator kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: Tabel 4 No 1 2 3 Rentang Skor <10 10-16 17-22 Kriteria Kerja Guru Kurang Sedang Baik

H. Indikator Kinerja Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indicator kinerja. Indicator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan tindakan pada siklus dalam penelitian. Indicator kerja dalam penelitian ini adalah:

1. Jika sekurang-kurangnya 75% dari seluruh kelompok kerjasama kelompoknya masuk dalam criteria Baik 2. Jika sekurang-kurangnya 75% siswa tingkat partisipasi kerja kelompoknya tergolong Baik

Diposkan oleh adelia putri di 23.45 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 1 komentar:

Vous aimerez peut-être aussi