Vous êtes sur la page 1sur 2

Berbagai Upaya Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Sains

oleh: Ardi Kurniadi, S.Pd (1302727), Asep Ramdan Hidayat, S.Pd (1302600), Dian Anggriani Melinda, S.Pd (1302884)

Sains bukanlah hanya kumpulan fakta atau pengetahuan tentang fenomena alam atau body of knowledge namun sains mencakup cara mengembangkan pengetahuan (process), sikap terhadap fenomena alam (attitude), dan penerapan prinsip-prinsip sains (technology) (Cain & Evans, 1990 dan McComes, 1998 dalam Widodo, 2009). Dalam Widodo (2009), dikemukakan bahwa selama ini pelajaran sains di sekolah lebih diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan kurang mengembangkan proses dan sikap ilmiah, sehingga siswa lebih menguasai produk tetapi kurang menguasai proses untuk menghasilkan pengetahuan. Penguasaan proses pada pembelajaran sains dapat dicapai melalui pendekatan inkuiri. Kemampuan siswa dalam melakukan inkuiri masih belum memadai maka diperlukan bimbingan dari guru. Oleh karena itu, diperlukan kompetensi guru yang baik sehingga pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sains dapat tercapai dan pada akhirnya siswa tidak hanya menguasai produk tetapi prosesnya. Pengembangan profesional guru harus didukung oleh pemerintah, komunitas pendidikan dan asosiasi guru (Widodo, 2013). Salah satu strategi umum yang dilakukan pemerintah dengan menggunakan model Training of Trainers (dalam Widodo, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Flint, Zisook, and Fisher (2011) dalam Widodo (2013) menunjukkan bahwa model ini tidak memberikan kontribusi yang efektif terhadap

pembelajaran guru . Namun, usaha pencarian model peningkatan profesionalisme guru tidak pernah henti dilakukan seperti PKG, KKG, MGMP dan yang relatif baru Lesson Study (Widodo, 2011). Telah banyak dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru. Penelitian tersebut diantaranya yang telah dilakukan oleh Widodo yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan produktif mahasiswa PGSD tahun 2009, pengembangan program coaching berbasis video tahun 2011, dan penggunaan Dual-Mode tahun 2013. Dari ketiga hasil penelitian tersebut, hanya penelitian tentang pengembangan program coaching berbasis video yang menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa program atau metode yang dilakukan belum bisa sepenuhnya meningkatkan kompetensi guru. Namun, metode atau cara yang baru belum tentu bisa meningkatkan kompetensi guru. Perlu

disadari, peningkatan kualitas pembelajaran sains di Indonesia tidak hanya bergantung dari segi kompetensi guru saja. Hal ini berarti akan sangat banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru demi pendidikan yang lebih baik. Perbaikan kompetensi yang diharapkan bukan sesuatu yang mustahil. Perlu sikap optimis yang kuat agar upaya yang dilakukan dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Referensi Widodo, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan Produktif dalam Mendukung Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan 10 (1), 21-29 Widodo, A., Riandi, Bambang Supriatno. (2011). Pengembangan Paket Program Coaching Berbasis Video untuk Peningkatan Kompetensi Menajar Guru Sains. Jurnal Ilmiah Pendidikan. Yogyakarta: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY dan LPM Universitas Negeri Yoyakarta. 30 (1), 58-72 Widodo, A., Riandi. (2013). Dual-mode teacher development : challenges and re-visioning future TPD in Indonesia. Teacher Development: an international journal of teachers professional development.

Vous aimerez peut-être aussi