Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Setiap kegiatan industri melibatkan sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan manusia yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan tersebut pada umumnya memberikan dampak pada lingkungan yang dapat bersifat positif maupun negatif.
dikendalikan, dikurangi atau jika mungkin dihindari, agar keseimbangan dinamis lingkungan tetap terjaga dan siklus alami akan berjalan dengan sebaik-baiknya.
ENERGI
PRODUK
BAHAN BAKU
PROSES TEKNOLOGI
LIMBAH
karena tidak dapat dipergunakan lagi untuk maksud semulanya Limbah dapat dihasilkan dari suatu kegiatan alami atau oleh aktivitas manusia yang disebarkan kelingkungan berupa gas, cairan atau padatan Limbah secara kimiawi maupun fisika merupakan campuran yang sifat dan jenisnya tidak tertentu dan tidak mempunyai nilai ekonomis sebagai bahan baku maupun produknya Pada konsentrasi tinggi limbah menjadi bahan pencemar alam
LINGKUNGAN LESTARI
Pencemaran Pemurnian (Perusakan) (Perbaikan)
PEMURNIAN ALAMI
SEDIMENTASI ADSORPSI
FLOTASI
EVAPORASI
DEGRADASI
MINIMASI LIMBAH
REDUKSI PADA SUMBER
PEMANFAATAN LIMBAH
gas bumi bersifat spesifik dibandingkan dengan industri lainnya. Jenis bahan baku, produk antara dan produk akhir serta proses pengolahannya sangat bervariasi. Oleh karena itu sulit ditemukan kilang minyak yang bersifat sama.
sumber lainnya tidak pernah sama, baik dalam bentuk (gas, cair, padat); jumlah kandungan (potensi), komposisi, maupun sifat-sifatnya (parafinik, aspaltik/naftenik, dan aromatik).
sekali bisa mencapai ribuan jenis. Makin berat fraksi minyaknya maka makin banyak jenis komponen yang ada, sehingga untuk menyederhanakannya diperlukan klasifikasi minyak mentah.
jenisnya. Proses cracking, isomerasi, polimerisasi, reforming, refining atau treating diperlukan untuk membuat suatu jenis produk yang laku di pasaran. Sedangkan proses refining seperti chemical treatment, solvent treatment, maupun dewaxing ditujukan untuk memperbaiki sifat produk agar sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
(LNG, LPG), cairan (gasoline, kerosin, solar, minyak bakar, minyak pelumas, aspal), serta padatan (parafin, gemuk).
komponen (jenis, panjang rantai C, rantai jenuh/tidak jenuh, maupun isomer), sehingga pada tiap produk diperlukan klarifikasi dan spesifikasi yang lebih banyak bersifat fisik.
sampai dengan konsumen bervariasi, baik dalam jarak maupun waktu penyimpanan.
antara dan produk akhir serta jenis proses pengolahan tersebut di atas memungkinkan terbentuknya jenis dan karakteristik limbah yang kompleks pula.
IDENTIFIKASI LIMBAH
Gas
Dalam kegiatan migas, komponen gas yang diemisikan ke atmosfer dari sumber dan unit peralatan dapat berupa sebagai berikut: Sumber gas alam Cerobong dari berbagai unit proses dan operasi (fraksinasi, proses perubahan struktur dengan atau tanpa mengubah rantai C, refining dan power plant) Vents darurat Tangki penyimpan Barometrik kondensor dan jet ejektor
Jenis gas yang diemisikan bervariasi, sebagai contoh suatu sumber gas alam terdiri atas komponen-komponen dengan susunan sebagai berikut:
Komponen Vol., %
merkuri untuk mengurangi kadar asam dan merkuri di udara. Proses kondensasi ditujukan untuk mengurangi hidrokarbon yang mungkin terbuang di udara.
kebakaran, pada umumnya sebelum diemisikan, terlebih dahulu gas dibakar dengan udara dalam cerobong yang disebut sebagai flare. Dengan perlakuan tersebut maka komponen gas buang akan berubah menjadi debu yang biasanya berupa CO2, CO, H2O C, SOx, NOx, hidrokarbon dalam jumlah sedikit serta oksida logam. Hasil pembakaran minyak atau gas pada unit pembantu seperti power plant (termasuk boiler), gas buang diemisikan ke atmosfer.
ringan (gasoline, butan, nafta) atau solvent (untuk ekstraksi produk minyak) sering juga terbuang ke udara akibat kebocoran pada saluran, tangki penimbun dan pipa drains pembuangan. Demikian pula proses penguapan dan emisi gas dapat terjadi pada waktu pembersihan atau pada saat shut down, starting maupun sewaktu terjadi trouble.
Cairan
Polutan/limbah cair minyak dari kegiatan industri
migas dapat terjadi pada peralatan sebagai berikut:
Unit desalting (garam, hidrokarbon) Barometrik kondensor dan jet ejektor (hidrokarbon) Unit fraksinasi, chemical dan solvent treatment (garamgaram, asam, hidrokarbon, solvent, suspensi/emulsi) Peralatan yang menggunakan minyak pelumas/gemuk (pelumas bekas) Tangki penyimpan (hidrokarbon) Saluran pembersihan/pembuangan/drains (air, hidrokarbon cair, solven, asam, garam-garam) Stasion bahan bakar/terminal mnyak, misalnya gasoline dan solar.
Limbah cair tersebut dapat meresap ke dalam tanah atau tercampur bersama air dan cairan lain. Pada waktu pencampuran minyak (terutama minyak berat) sering terjadi emulsi yaitu pertikel minyak diliputi oleh partikel yang sulit dipisahkan kecuali dengan bahan demulsifier, sehingga dalam limbah cair terkandung fase minyak, fase air, fase emulsi dan lumpur.
Padatan
Padatan yang dihasilkan dari unit pengolahan
dapat berasal dari proses:
Dewaxing Power plant Limbah padatan dapat berupa lumpur padat hasil penyaringan dari berbagai jenis katalis, absorben seperti clay, zeolit, silica gel, arang, kapur dan lain-lain. Jenis limbah ini pada umumnya lebih mudah ditangani dibandingkan dengan limbah gas dan cair.
Reaktor (katalis) Unit-unit refining seperti chemical treatment pada proses adsorbsi, dekolorisasi, dearomatisasi.
Lumpur (Sludge)
Dalam kegiatan industri migas, sludge dapat
terjadi dalam peralatan sebagai berikut:
Crude oil tank bottom Fuel oil tank bottom Bunker fuel tank bottom Oil separator bottom Jet fuel tank bottom Avigas tank bottom LSWR tank bottom Sludge ex-dewaxing unit (biological treatment) dan
lain-lain
sangat bervariasi dengan karakteristik sesuai dengan asal pengolahannya. Sebagai contohnya adalah sludge dari tangki minyak mentah akan sangat berbeda dengan sludge yang berasal dari tangki avigas, sehingga jika limbah tersebut akan dibuang ke lingkungan, tentunya memerlukan penanganan yang berbeda.
PENGELOLAAN UMUM
Limbah dari suatu kegiatan industri seperti industri migas
perlu dikelola dengan prinsip pendekatan waste minimization. Adapun beberapa hal yang penting dalam program tersebut adalah: Meniadakan kemungkinan pembentukan limbah (eliminate generation) Mengurangi kemungkinan terbentuknya limbah (reduce generation) Daur ulang limbah (recycling) Pemanfaatan ulang dan penapisan ulang untuk mendapatkan kembali nilai-nilai yang ekonomis (reuse and recovery) Pengolahan limbah (gas, cair, padatan termasuk sludge) agar tidak membahayakan lingkungan (treatment) Pembuangan akhir limbah yang sudah cukup aman agar dapat terdukung oleh lingkungan
Pengelolaan limbah dalam kegiatan migas diselenggarakan pada: Limbah yang sudah ada (terbentuk) Limbah yang akan terjadi seperti pada sludge.
Limbah baik kualitas maupun kuantitas Hukum dan perundangan yang berlaku Cara pengolahan yang akan dilakukan Cara pembuangan yang terbaik Sumber-sumber asal limbah Berdasarkan inventarisasi di atas barulah diputuskan cara penangannya yang paling cocok, efektif dan ekonomis.
Pengendalian Pencemaran
Air Udara
2. Kelas Dua
3. Kelas Tiga 4. Kelas empat
BM Limbah Cair : 1. Industri 2. Hotel 3. Rumah Sakit 4. Migas dan Panas Bumi 5. Kawasan Industri
Perdagangan
Industri RS, Sekolah dll
PENDAHULUAN
Polusi Udara :
Material yang tidak diinginkan di udara dalam jumlah yang besar dan berdampak bagi kesehatan
sejak tahun 1960 dan saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari industri dan kendaraan bermotor
Mekanisme :
pengaruh Berbagai peralatan telah digunakan untuk mengurangi kadar polutan (SOx, NOx, CO, HK, partikel dan VOC).
pencemaran udara kebanyakan berdasar pada standard emisi, atau berdasar filosofi kemungkinan udara terbersih
menangani polutan gas, termasuk dalam mendesain proses maupun peralatan yang digunakan.
kebisingan, dan partikel Parameter kimia : Partikel karbon, partikel industri, bahan organik mudah menguap, CO, NOx, SOx, HK Parameter biologi Virus, bakteri, partikel (bunga polen)
konsentrasi rendah harus diproteksi dari kemungkinan pengembunan asam seperti SO2
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 TAHUN 1999 TANGGAL : 26 MEI 1999
Spektrofotometer
24 Jam
1 Thn 2 NO2 1 Jam 24 Jam 1 Thn 3 Flouride 24 jam
365 ug/Nm3
60 ug/Nm3 30000 ug/Nm3 10000 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
3 ug/Nm3
Specific ion
Continues
Amonia Klorin Hidrogen klorida Hidrogen fluorida Nitrogen oksida Opasitas Partikel Sulfur dioksida Sulfur tereduksi total Logam-logam : Merkuri Arsen Antimon Kadmium Seng Timah hitam
Nessler * Metoda 22 * Metoda 805 * Metoda 13A ** Metoda 7 ** Metoda 9 ** Metoda 5 ** Metoda 6 ** Metoda 16 A **
Metoda 317 * Metoda 804 * Metoda 804 * Metoda 822 * Metoda 822 * Metoda 12 **
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sulfur dioksida Karbon monoksida Oksida nitrogen Oksidan Partikel Timah hitam Hidrogen sulfida Amonia Hidrokarbon Air raksa
Parasonilin NDIR Salzam Chemiluminocent Gravimetri Gravimetri Ekstraktif Pengabuan Mercurythio- Cyanate Nessler Flame ionization
Spektrometer NDIR analyzer Spektrometer Spektrometer Hi - Vol AAS Spektrometer Spektrometer GC AAS
HF
Absorpsi
Dapat dilakukan dalam wet scrubber,
packed tower atau bubble tower. Polutan yang biasanya di absorp adalah :SO2, H2S, HCl, Cl2, Ammonia, Oksida Nitrogen dan hidrokarbon yang titik didihnya rendah.
Aliran gas berkisar antara 0,25 35 standart m3 /detik. Suhu biasanya suhu lingkungan, karena makin kecil efisiensi. PM maksimum 0,45 g/s m3 untuk mencegah penyumbatan packing.
SOLVEN
HF Pemilihan Solven :
Tergantung gas yang akan diserap , kelarutan gas yang akan diserap dalam solven harus tinggi agar hemat. Solven mempunyai tekanan uap yang rendah agar tidak banyak yang hilang. Tidak korosif Murah Tidak beracun Tidak flamable Mempunyai titik beku yang rendah Stabil secara kimia
Adsorpsi
Biological Treatment Systems operate at low temperature . Contaminant compounds are contacted with selected microbes either as a single organism or as consortia which have a high degradation efficiency with respect to a wide range of VOC and odour-forming compounds. These compounds are oxidised to carbon dioxide and water by the action of microbial enzymes (biological catalysts) which allow the microbes to use the contaminants as a source of energy for cell growth.
Incinerasi : 4 NH3+ 3 O2 2 NO2 + 6 H2O SCR Catalyst : pillared clays and ion-exchanged pillared clays
4 NO + 4 NH3 4 N2 + 6 H2O
for these applications. The Fe(3+) and Cu(2+) ion-exchanged pillared clays , atau Fe-ZSM-5 and Fe-MOR, Reaksi terjadi :
Water treatment
Transportasi Air baku dari sumber
- Air permukaan - Air tanah - Air limbah Transportasi Air untuk keperluan - Kelas 1 - Kelas 2 - Kelas 3 - Kelas 4 Pengolahan air - Kimia - Fisika - Biologi
Pengendalian Pencemaran
Air Udara
2. Kelas Dua
3. Kelas Tiga 4. Kelas empat
BM Limbah Cair : 1. Industri 2. Hotel 3. Rumah Sakit 4. Migas dan Panas Bumi 5. Kawasan Industri
Perdagangan
Industri RS, Sekolah dll
BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (UU no 23 th 97)
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP Adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan kingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya
Pencemaran air masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya (PP no 82 th 2001)
Baku mutu air : ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air
Baku mutu air limbah :ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan
I deviasi 3
II deviasi 3
III deviasi 3
IV deviasi 5
Residu terlarut
Residu tersuspensi
mg/L
mg/L
1000
50
1000
50
1000
400
2000
400
pH BOD COD DO Total fosfat sbg P NO3 sbg N mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
6-9 2 10 6 0,2 10
6-9 3 25 4 0,2 10
6-9 6 50 3 1 20
5-9 12 100 0 5 20
Pemerintah dalam rangka pengendalian pencemaran air pada sumber air berwenang (Pasal 20) :
a. Menetapkan daya tampung beban pencemaran ; b. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber
c. d. e. f.
pencemar; Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi tanah; Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air; Memantau kualitas air pada sumber air; dan Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.
Gubernur dpt menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tsb dlm lampiran ini (Pasal 4 ayat 1) Apabila AMDAL kegiatan industri mensyaratkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dlm pasal 4, maka untuk kegiatan industri tsb ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana yg dipersyaratkan oleh AMDAL (pasal 5)
e.
f.
g. h.
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Pulp dan Kertas (A)
ParaPabrik Pulp Pabrik Kertas Pabrik P dan K
kg/ton 15 35 20
kg/ton 10 20 10
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Pulp dan Kertas (B) khusus pulp
Proses/ Produk debit Para meter BO D5
kg/ton
CO D
mg/L
TSS
kg/ton
kg/ton mg/L
8,5
350
29,75
100
8,5
95 50 60
100 75 50
100 60 75
PARAMETER
BOD5 COD TSS pH
Lampiran A, mg/L
75 100 100 6,0-9,0
Lampiran B, mg/L
30 50 50 6,0-9,0
Kadar, 7x102 Bq/L 2x103 Bq/L 3x102 Bq/L 7x104 Bq/L 1x103 Bq/L
Lampiran B
Parameter Suhu pH Kadar <=30 oC 6-9 30 mg/L
BOD5
COD
TSS
80 mg/L
30 mg/L
85Sr
99Mo
4x103 Bq/L
7x103 Bq/L
Baku Mutu Limbah Cair bagi EP Migas serta Panas Bumi (Kep-42/Men-LH/10/1996) EP Migas
Para meter Kadar, mg/L (Sudah) Darat Laut Kadar, mg/L (Belum) Darat Laut
COD
Minyak&lemak Sulfida-H2S Amonia-NH3-N Phenol total
300
35 1,0 10 2
75 -
200
25 0,5 5 2
50 -
Temperatur
45
40
Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi Parameter Sebelum ditetapkan mg/L BOD5 COD Minyak&lemak Sulfida terlarut Amonia terlarut 100 200 25 1,0 10 g/m3 120 240 30 1,2 12 Setelah ditetapkan mg/L 80 160 20 0,5 5 g/m3 80 160 20 0,5 5
Phenol total
Temperatur
1,0
45
oC
1,2
0,5
45
oC
0,5
Parameter
BOD5 COD
mg/L
50 100
kg/hari/ha
4,3 8,6
TSS
pH
200
6,0- 9,0
17,2
Debit
1L/det/ha kawasan
METODE ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN DAN PENGAMBILAN CONTOH AIR PERMUKAAN KepMenLH no.: 37 th 2003
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan : Kelompok, parameter yg diukur, rentang, satuan, teknik pengujian (spektrofotometri, titrimetri, kolorimetri, inkubasi, reaksi, konduktrimetri, kromatografi, gravimetri, dll), spesifikasi metode pengujian (SNI) Pengambilan Contoh Air Permukaan menggunakan SNI dg no kelompok 13.060.10 atau kalau belum dg metode standaryg diterbitkan oleh Asosiai Kesehatan Masyarakat Amerika yg terbaru
METODE ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN DAN PENGAMBILAN CONTOH AIR PERMUKAAN KepMenLH no.: 37 th 2003
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan : Kelompok, parameter yg diukur, rentang, satuan, teknik pengujian (spektrofotometri, titrimetri, kolorimetri, inkubasi, reaksi, konduktrimetri, kromatografi, gravimetri, dll), spesifikasi metode pengujian (SNI) Pengambilan Contoh Air Permukaan menggunakan SNI dg no kelompok 13.060.10 atau kalau belum dg metode standaryg diterbitkan oleh Asosiai Kesehatan Masyarakat Amerika yg terbaru
chlor
Air minum
screening
Kolam Ekualisasi
sedimentasi
Clarifier
O2 + CO2
padatan
Ca, Mg, SO4, Cl
padatan
BFW
Unit Deaerator
steam
Unit Demineralisasi
filtrasi
screening
Sedimentasi
Sand Filter
Carbon Filter
boiler
BFW
Deaerasi
demineralisasi
Carbon Filter
boiler
Deaerasi demineralisasi
Proses penjernihan atau klarifikasi ini tidak 100% efektif. Oleh karena itu setelah klarifikasi seringkali masih dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan saringan pasir
screening
WATER CONTAMINANT
Suspended Solids:
lumpur, humus, sampah
Dissolved Ion:
Ca, Mg, Fe, Mn, SO4, Cl, dll.
Dissolved Gas:
O2, CO2, dll.
WATER + CONTAMINANT
sistem dispers:
Problems:
on-site consequences
Fouling
Fouling akan terjadi jika material padat dalam air
membentuk endapan pada permukaan alat. Material ini masuk dalam cooling water system sistem melalui air make-up (karena proses treatment yang tidak baik) dalam bentuk padatan tersuspensi (suspended solids) yang kemungkinan berasal dari padatan remah-remah karena korosi atau dari alam misal: lumpur, pasir, tanah liat, humus dll. Material ini terendapkan dan menempel pada permukaan transfer panas sehingga menghambat transfer panas dan aliran air.
Scaling (pengerakan)
Mineral yang ada di air akan terendapkan dan membentuk
kerak. Kerak yang paling umum dijumpai adalah kalsium karbonat, kalsium sulfat dan silika (silikat). Kerak yang terbentuk dan menempel pada permukaan dapat menjadi sangat keras dan sukar untuk dihilangkan. Kerak ini dapat menurunkan kapasitas transfer panas dan mengurangi efisiensi energi sistem. Secara umum, adanya pengerakan dapat mengakibatkan: reduce the HE efficiency, metal
Ca
Mg SiO2
Pembentukan scale:
Korosi
Pada sistem pendinginan dapat terjadi berbagai
macam korosi. Dari tipe korosi elektrokimia yang umum hingga pitting yang disebabkan oleh endapan, elektrolisis, dan mikroorganisme. Korosi dapat menyebabkan berkurangnya umur alat secara drastis sehingga diperlukan perbaikan atau penggantian alat. Korosi yang disebabkan oleh adanya endapan dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas dan pemborosan energi akibat kehilangan efisiensi transfer panas.
Microbial Contamination
Mikrobia seperti ganggang, jamur dan bahkan
bakteri dapat menimbulkan masalah dalam cooling water system. Kontaminasi mikrobia dalam sistem air pendingin dapat menyebabkan: penyumbatan (plugging), fouling (yang diikuti dengan under deposit corrosion), korosi, dan kerusakan pada komponen cooling tower yang terbuat dari kayu.
HARDNESS (KESADAHAN)
Total hardness: menunjukkan ukuran banyaknya Ca , Mg, dan komponen perusak sabun yang lain (Fe, Al, beberapa asam organik dan mineral ) yang ada didalam air
Konsentrasi mineral-mineral tersebut dalam air biasanya dinyatakan dalam mg/L atau part per million (ppm)
g 2 w o D Vr 18
PENGELOLAAN LUMPUR
biasanya diselesaikan dengan pemekatan bahan pengotor (impurities) yang akan menghasilkan padatan serta proses pemisahan padatan ini dari cairan limbah yang diolah. limbah dikenal sebagai lumpur (sludge) ini berisi berbagai komponen yang tidak diinginkan dan harus diolah sebaik-baiknya. Berbagai alternatif dapat dilakukan untuk pengolahan lumpur, tergantung pada jenis, karakter, komposisi serta kecepatan alirnya.
antara 0,25 12%, tergantung dari operasi dan proses sebelumnya. Harga fasilitas untuk pengolahan sludge adalah 40-60% dari harga unit konstruksi pengolahan limbah secara keseluruhan, atau sekitar 50% dari ongkos operasinya.
KARAKTERISTIK LUMPUR
Karakteristik lumpur sangat bervariasi
tergantung pada bentuk asal dan hasil lumpurnya, umur, jenis proses dan operasinya.
digunakan proses insinerasi atau pembakaran jenis lain, yaitu untuk menghitung neraca panasnya.
KUANTITAS
air limbah bervariasi dari waktu ke waktu, maka perlu diketahui produksi rata-rata dan maksimum dari lumpur serta kapasitas penyimpanan dari unit pengolahnya.
PRELIMINARY OPERATIONS
Concentration (Thickening)
Prinsip dari proses ini adalah
pengurangan volume atau pemekatan lumpur. Terdapat 2 macam peralatan yang biasa digunakan yanti peralatan dengan prinsip mekanis (misalnya vacuum filtration atau centrifugation), serta peralatan dengan prinsip gravity (misalnya gravity thickeners atau flotation thickeners).
dengan proses pada bahan organik dalam lumpur. Tindakan ini ditujukan antara lain agar :
Bakteri patogen dapat dikurangi Bau yang keras dieliminasi Bahan-bahan yang mudah busuk dapat dicegah, dikurangi serta dieliminasi Kondisi tersebut di atas dapat dikurangi dampak negatifnya dengan : Mereduksi bahan-bahan yang mudah menguap Mengoksidasi secara kimia bahan yang dapat menguap Menambah bahan kimia pada lumpur agar kondisinya tidak
cocok untuk berkembang biaknya mikro-organisme Menggunakan panas sebagai disinfectant atau sterilizer
CONDITIONING
memperbaiki karakteristik cairan pada proses dewatering. Dua cara yang biasa dilakukan adalah dengan: Penambahan bahan kimia Pemberian panas
Heat Treatment
padatan berkoagulasi, struktur gel pecah, dan mengurangi aktivitas lumpur terhadap air. Hasil lainnya adalah lumpur dapat disterilkan, dikurangi baunya serta dihilangi airnya dalam saringan vakum atau saringan tekan tanpa menambah bahan kimia. Heat treatment ini baik digunakan pada lumpur biologis yang sulit distabilkan dan dikenai conditioning dengan cara lain.
DISINFEKSI
penting, apabila lumpur akan dipakai kembali untuk penggunaan yang beraktian dengan kesehatan umum, misalnya jika dipakai untuk pupuk atau landfill.
DEWATERING
Dewatering adalah suatu unit operasi mekanis yang
ditujukan untuk mengurangi kadar air dalam lumpur. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain: mengurangi ongkos pengangkutan, memudahkan penanganan/transporatasinya, untuk proses insenerasi (menaikkan nilai kalor), mengurangi bau dan mencegah pembusukan serta untuk keperluan landfilling. filtrasi (vakum atau tekan), pengendapan secara sentrifugasi, kompaksi/pemadatan, drying bed filter, horizontal bed filter, dan lagoon dan cara yang dipilih bergantung pada jenis lumpurnya.
COMPOSTING
pembuatan kompos dengan proses degradasi bahan-bahan organik secara biologis untuk menjadi suatu produk akhir yang stabil. Lumpur dapat diubah menjadi kompos sehingga 20-30% bahan organiknya berubah menjadi karbon dioksida dan air.
THERMAL REDUCTION
Hal pokok yang dapat digaris bawahi dari proses
ini adalah bahwa thermal reduction bertujuan untuk mengurangi kuantitas material padat yang akan dibuang. Lumpur yang diproses untuk thermal reduction adalah lumpur kering sehingga tidak perlu dilakukan stabilisasi sebelum insenerasi.
reduction adalah: multiple heat inceneration, fluidized bed inceneration, flash combustion, coinceneration, copyrolysis, oksidasi udara basah, dan recalcination.
antara lain dengan pipa, truk, barge, kereta atau kombinasi dari keempatnya. Apabila lumpur berbau, beracun serta mengandung bakteri patogen, maka pengangkutannya dilakukan dengan tangki tertutup, sebaliknya lumpur yang telah bersifat stabil dapat diangkut dengan tangki terbuka.
Penyimpanan Lumpur
Penyimpanan lumpur yang telah diproses anaerobik sebelum didaur ulang atau dibuang sering diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan dalam kolam-kolam penyimpanan, yang memungkinkan terjadinya digestasi anaerobik atau aerobik lanjutan yang akan memekatkan lumpur. Kedalaman lumpur dapat berkisar antara 3 5 meter.
FINAL DISPOSAL
Pembuangan akhir lumpur dan padatan dari hasil
pengolahan meliputi beberapa bentuk pembuangan di tanah (land disposal). Cara pembuangan yang dilakukan di kota-kota pinggir pantai di Amerika Serikat telah dilarang karena pertimbangan pengaturan kontrol pencemaran air. Sementara itu pemanfaatan lumpur air limbah sebagai bahan conditioner tanah dan pupuk dalam beberapa hal telah berhasil.
di tanah diantaranya adalah: spreading on land, lagooning, dumping dan landfilling.
Tungku pemanas
Ke industri kecil
Incenerator
Distilasi untuk memperoleh produk minyak
Solid waste
????
5. Healthcare Sector
green waste, paper (can also be recycled). Recyclable material: paper, glass, bottles, cans, metals, certain plastics, etc. Inert waste: construction and demolition waste, dirt, rocks, debris. Composite wastes: waste clothing, Tetra Paks, waste plastics such as toys. Domestic hazardous waste (also called "household hazardous waste") & toxic waste: medication, e-waste, paints, chemicals, light bulbs, fluorescent tubes, spray cans, fertilizer and pesticide containers, batteries, shoe polish.
loaded containers to the point of collection. Separation of waste components is an important step in the handling and storage of solid waste at the source.
Collection:
The functional element of collection includes not
only the gathering of solid waste and recyclable materials, but also the transport of these materials, after collection, to the location where the collection vehicle is emptied.
Disposal:
Today the disposal of wastes by landfilling or
landspreading is the ultimate fate of all solid wastes, whether they are residential wastes collected and transported directly to a landfill site, residual materials from materials recovery facilities (MRFs), residue from the combustion of solid waste, compost or other substances from various solid waste processing facilities.
engineered facility used for disposing of solid wastes on land without creating nuisances or hazards to public health or safety, such as the breeding of rats and insects and the contamination of ground water.
Gasification Pyrolysis
Hydrogen, Methane
Biochemical Transformation
Aerobic Pyrolysis
Fermentation
Others
organic
treatment systems are described as "thermal treatment". waste into incinerator bottom ash, flue gases, particulates, and heat, which can in turn be used to generate electric power. The flue gases are cleaned of pollutants before they are dispersed in the atmosphere.
of several waste-to-energy (WtE) technologies such as gasification, Plasma arc gasification, pyrolysis and anaerobic digestion.
waste by 95-96 %, depending upon composition and degree of recovery of materials such as metals from the ash for recycling.
completely replace landfilling, it reduces the necessary volume for disposal significantly.
such as Japan where land is a scarce resource. Denmark and Sweden have been leaders in using the energy generated from incineration for more than a century, in localised combined heat and power facilities supporting district heating schemes.
electricity consumption and 13.7 % of the total domestic heat consumption in Denmark.
incineration for handling municipal waste, in particular Luxemburg, The Netherlands, Germany and France.
COMPOSTING
of organic matter, such as yard and food waste. The decomposition is performed by microorganisms, mostly bacteria, but also yeasts and fungi.
In low temperature phases a number of macroorganisms, such as springtails, ants, nematodes, isopods and red wigglers also contribute to the process, as well as soldier fly, fruit flies and fungus gnats. There are a wide range of organisms in the decomposer community.
completely broken down under the action of microorganisms into carbon dioxide, water and biomass.
A compostable material biodegrades substantially under specific composting conditions. It is metabolized by the microorganisms, being incorporated into the organisms or converted into humus. The size of the material is a factor in determining compostability, and mechanical particle size reduction can speed the process. Some biodegradeable materials are only compostable under very specific conditions, usually with an industrial process.
Latar Belakang
sintesis
Produk
pemurnian
Paradigma Lama
Limbah
bahan baku
penyiapan umpan
sintesis
pemisahan
Produk
pemurnian
Limbah
Pendekatan Program
Pemilihan proses dan bahan baku Konsekwensi Lingkungan Sistem Teknik Kimia Berwawasan Lingk.: Pengelolaan Limbah dalam Industri Kimia Minimalisasi Produksi Limbah dengan Optimasi Proses dan Peralatan Performance Produk di Lingkungan Desain Proses Berwawasan Lingkungan
Konsekwensi Lingkungan
Assessment Ekonomi
Integrasi Proses Pemilihan dan Optimasi Alatalat Pemisah
Sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha industri, meningkat pula berbagai kasus pencemaran Pada tahun 1972, telah diadakan Konferensi Lingkungan Hidup Dunia di Stockholm yang mencetuskan berbagai gagasan untuk mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Setelah konferensi tersebut, muncul UNEP, hari Lingkungan Hidup Dunia, dll. Namun sesudah konferensi, ternyata keadaan lingkungan hidup di berbagai tempat di dunia tidak bertambah baik, justru cenderung mengalami penurunan kualitas dan bahkan kerusakan lingkungan menjadi masalah global.
Strategi pengelolaan lingkungan yang pada mulanya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach) telah diubah menjadi upaya mengatasi masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end-of-pipe treatment). Diperkirakan dengan prinsip end-of-pipe treatment (EOP), kualitas lingkungan hidup akan dapat lebih ditingkatkan. Meskipun demikian, pada kenyataannya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan masih terus terjadi.
Beberapa kendala yang timbul dari penerapan metode EOP adalah sebagai berikut:
peluang untuk mengembangkan teknologi pengolahan limbah. Metode ini juga mengakibatkan kenaikan biaya proses produksi juga terhadap produk itu sendiri Tetap memerlukan peraturan perundangundangan yang mengatur persyaratan limbah yang boleh dibuang setelah proses pengolahan.
pengurangan dan atau penghilangan terbentuknya limbah atau pencemar di seluruh daur hidup produk (product-life cycle analysis), sehingga dapat melindungi sumber daya alam serta meningkatkan kualitas lingkungan melalui penggunaan sumber daya alam dan energi yang lebih efisien.
manajemen dan prosedur standar operasi yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya yang tinggi, dan jika terjadi seringkali waktu pengembalian modal investasi relatif singkat.
mengarah pada pengaturan sendiri (self regulation) serta bersifat musyawarah mufakat (negotiated regulatory approach), dan tidak pada pengaturan secara command and control. Untuk itu pelaksanaannya tidak dapat hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih ditekankan pada kesadaran untuk mau merubah sikap dan tingkah laku.
Dalam usahanya menghadapi masalah lingkungan, sikap dunia usaha dewasa ini dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Berupaya untuk menataati peraturan
penundang-undangan yang berlaku secara reaktif.
Awal dari pemahaman mengenai konsep pencegahan polusi adalah hirarki dari manajeman lembah yang dikembangkan dalam Pollution Prevention Act tahun 1990
yang
seaman
Dari hal tersebut diatas ada beberapa tingkatan yang mungkin dilakukan pada pencegahan polusi
Source reduction In-process recycle On-site recycle Off-site recycle Waste treatment Secure disposal Direct release to the environment
Source reduction reaktor dimodifikasi sehingga jumlah buangan yang dihasilkan menjadi lebih sedikit atau lebih tidak berbahaya
Feed
Reactor
In-process recycle umpan yang tidak bereaksi dipisahkan dan dikembalikan lagi ke reaktor
Product
Reactor
Separator
Feed
Unreacted Feed
On-site recycle limbah dari reaktor dikonversikan menjadi produk yang komersial dengan menggunakan fasilitas reaktor yang kedua
Product
Feed
Reactor Separator
Off-site recycle limbah dari reaktor dipisahkan kemudian ditransfer ke off-site dimana akan dikonversikan menjadi produk yang komersial dengan fasilitas yang lain
Product
Reactor Feed
Separator
Waste treatment limbah dari reaktor dipisahkan kemudian diolah sehingga menjadi tidak berbahaya
Product
Feed
Reactor
Separator
Different Waste
Waste Treatment
Waste
Secure disposal limbah dari reaktor dipisahkan dan dikirim ke fasilitas pembuangan yang aman (landfill)
Product
Feed
Reactor
Separator
Waste Landfill
Direct release to the environment limbah dipisahkan dari produk dan dilepas ke lingkungan
Product
Reactor Feed
Separator
Waste
Salah satu kunci konsep yang sangat berguna didalam pemilihan apakah prosesnya harus dirubah adalah pertimbangan tentang pencegahan terbentuknya limbah. Proses tersebut dapat sangat sederhana yang membutuhkan satu reaktor atau separator saja, tetapi dapat juga sangat kompleks yang meliputi beberapa subproses
Product C
Before
A, B Reactor A+BC+D Waste D to disposal Product F Reactor D+EF
D
E
After
A, B
Product C
Reactor A+BC+D
BEFORE A, B
Product C
material yang berbahaya didalam tangki penyimpan sudah minimum Apakah semua tangki penyimpan bahanbahan kimia tersebut dibutuhkan Apakah suatu tipe peralatan dapat digunakan untuk mengurangi sistem penyimpanan
Substitusi : gunakan bahan kimia yang tidak berbahaya untuk menggantikan bahan-bahan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kebakaran atau ledakan.
Apakah mungkin untuk mengganti semua bahan baku, bahan antara dan bahan pembantu dengan bahan yang lebih aman
Apakah mungkin untuk mengganti bahan baku dengan bahan yang tidak mudah terbakar
Perubahan kondisi proses : gunakan kondisi proses yang aman untuk mengurangi dampak dari lepasnya bahan pada kondisi yang berbahaya
Dapatkah tekanan dari umpan dikurangi sehingga dapat berada dibawah tekanan yang diijinkan dari rancangan tangki Dapatkah kondisi reaksi (tekanan dan suhu) dibuat lebih rendah dengan memanfaat proses katalitik atau katalisator yang lebih baik
Penyederhanaan : rancang suatu proses yang sederhana untuk mengurangi kompleksitas yang tidak dibutuhkan
Dapatkah proses disederhanakan dengan beberapa modifikasi bahan Dapatkah seluruh peralatan dirancang sehingga didapat tekanan maksimum yang dibutuhkan tertentu
Green Chemistry
Produk bahan kimia dapat dibuat dengan beberapa
variasi rute sintesis. Perancang dari proses kimia harus memilih alternatif dari bahan baku, solven, rute reaksi, dan kondisi reaksi. Pemilihan sistem perancangan ini akan mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap keseluruhan lingkungan. suatu produk bahan kimia dan proses dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan produksi bahan yang berbahaya yang meliputi seleksi bahan baku, seleksi solven, seleksi rute reaksi, dan seleksi katalis dan material lainnya.