Vous êtes sur la page 1sur 175

BAKU MUTU LINGKUNGAN DAN PENGELOLAAN PENCEMARAN

Prof. Ir. Suryo Purwono, MASc, PhD

PENDAHULUAN
Setiap kegiatan industri melibatkan sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan manusia yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan tersebut pada umumnya memberikan dampak pada lingkungan yang dapat bersifat positif maupun negatif.

Dampak yang bersifat negatif harus dapat

dikendalikan, dikurangi atau jika mungkin dihindari, agar keseimbangan dinamis lingkungan tetap terjaga dan siklus alami akan berjalan dengan sebaik-baiknya.

SUMBER DAYA ALAM

ENERGI

PRODUK

BAHAN BAKU

PROSES TEKNOLOGI

TENAGA KERJA AIR/UDARA

LIMBAH

PENGERTIAN LIMBAH / POLUTAN

Sesuatu yang berlebih, ditolak dan dibuang

karena tidak dapat dipergunakan lagi untuk maksud semulanya Limbah dapat dihasilkan dari suatu kegiatan alami atau oleh aktivitas manusia yang disebarkan kelingkungan berupa gas, cairan atau padatan Limbah secara kimiawi maupun fisika merupakan campuran yang sifat dan jenisnya tidak tertentu dan tidak mempunyai nilai ekonomis sebagai bahan baku maupun produknya Pada konsentrasi tinggi limbah menjadi bahan pencemar alam

Perubahan alam terjadi secara alami dari masa ke


masa. Perubahan yang dapat dipandang sebagai perusakan dan perbaikan alami berlangsung secara dinamis menyebabkan kualitas dan kelestarian lingkungan terjaga. Sejak dulu, bisa datang secara tiba-tiba ( letusan gunung berapi, semburan gas, kebakaran hutan, banjir) atau perlahan seperti kotoran makhluk hidup, sampah, pengendapan di kolam

PENCEMARAN DAN PEMURNIAN LIMBAH ALAMI

LINGKUNGAN LESTARI
Pencemaran Pemurnian (Perusakan) (Perbaikan)

PEMURNIAN ALAMI
SEDIMENTASI ADSORPSI

FLOTASI

EVAPORASI

DEGRADASI

MINIMASI LIMBAH
REDUKSI PADA SUMBER

PEMANFAATAN LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH Secara Kimia, Fisika, Biologi

PEMBUANGAN SISA LIMBAH

KOMPLEKSITAS LIMBAH Contohnya : industri migas

Karakteristik pada industri minyak dan

gas bumi bersifat spesifik dibandingkan dengan industri lainnya. Jenis bahan baku, produk antara dan produk akhir serta proses pengolahannya sangat bervariasi. Oleh karena itu sulit ditemukan kilang minyak yang bersifat sama.

Pada Bahan Baku (Raw Stocks)

Minyak yang dihasilkan dari suatu sumber dan

sumber lainnya tidak pernah sama, baik dalam bentuk (gas, cair, padat); jumlah kandungan (potensi), komposisi, maupun sifat-sifatnya (parafinik, aspaltik/naftenik, dan aromatik).

Jumlah komponen dalam minyak mentah banyak

sekali bisa mencapai ribuan jenis. Makin berat fraksi minyaknya maka makin banyak jenis komponen yang ada, sehingga untuk menyederhanakannya diperlukan klasifikasi minyak mentah.

Pada Produk Antara (Intermediate Product)


Untuk memenuhi spesifikasi dan kebutuhan akan
suatu produk minyak tertentu, maka diperlukan proses tambahan.

Proses pengolahan produk antara banyak

jenisnya. Proses cracking, isomerasi, polimerisasi, reforming, refining atau treating diperlukan untuk membuat suatu jenis produk yang laku di pasaran. Sedangkan proses refining seperti chemical treatment, solvent treatment, maupun dewaxing ditujukan untuk memperbaiki sifat produk agar sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Pada Produk Akhir (Finished Product)

Jenis produk minyak dapat berupa gas

(LNG, LPG), cairan (gasoline, kerosin, solar, minyak bakar, minyak pelumas, aspal), serta padatan (parafin, gemuk).

Masing-masing produk terdiri dari banyak

komponen (jenis, panjang rantai C, rantai jenuh/tidak jenuh, maupun isomer), sehingga pada tiap produk diperlukan klarifikasi dan spesifikasi yang lebih banyak bersifat fisik.

Transportasi dari kilang atau tangki penimbun

sampai dengan konsumen bervariasi, baik dalam jarak maupun waktu penyimpanan.

Sifat kompleksitas dari jenis bahan baku, produk

antara dan produk akhir serta jenis proses pengolahan tersebut di atas memungkinkan terbentuknya jenis dan karakteristik limbah yang kompleks pula.

IDENTIFIKASI LIMBAH
Gas
Dalam kegiatan migas, komponen gas yang diemisikan ke atmosfer dari sumber dan unit peralatan dapat berupa sebagai berikut: Sumber gas alam Cerobong dari berbagai unit proses dan operasi (fraksinasi, proses perubahan struktur dengan atau tanpa mengubah rantai C, refining dan power plant) Vents darurat Tangki penyimpan Barometrik kondensor dan jet ejektor

Jenis gas yang diemisikan bervariasi, sebagai contoh suatu sumber gas alam terdiri atas komponen-komponen dengan susunan sebagai berikut:
Komponen Vol., %

N2 CO2 C1 C2 C3 iC4 nC4 iC5 nC5


+

0,07 5,97 83,51 5,25 3,12 0,59 0,69 0,23 0,15

Pada unit pengolahan, gas yang tidak diperlukan


dipisahkan terlebih dahulu untuk kemudian dibuang ke udara, seperti pemisahan CO2 dari gas alam (dalam CO2 absorber) untuk pembuatan LNG. Atau pemisahan metana dari kondensat (C5 ke atas) untuk keperluan pembuatan bahan petrokimia.

Contoh lainnya adalah pemisahan SOx atau

merkuri untuk mengurangi kadar asam dan merkuri di udara. Proses kondensasi ditujukan untuk mengurangi hidrokarbon yang mungkin terbuang di udara.

Dalam usaha menghindari bahaya ledakan dan

kebakaran, pada umumnya sebelum diemisikan, terlebih dahulu gas dibakar dengan udara dalam cerobong yang disebut sebagai flare. Dengan perlakuan tersebut maka komponen gas buang akan berubah menjadi debu yang biasanya berupa CO2, CO, H2O C, SOx, NOx, hidrokarbon dalam jumlah sedikit serta oksida logam. Hasil pembakaran minyak atau gas pada unit pembantu seperti power plant (termasuk boiler), gas buang diemisikan ke atmosfer.

Gas yang berasal dari proses penguapan minyak

ringan (gasoline, butan, nafta) atau solvent (untuk ekstraksi produk minyak) sering juga terbuang ke udara akibat kebocoran pada saluran, tangki penimbun dan pipa drains pembuangan. Demikian pula proses penguapan dan emisi gas dapat terjadi pada waktu pembersihan atau pada saat shut down, starting maupun sewaktu terjadi trouble.

Cairan
Polutan/limbah cair minyak dari kegiatan industri
migas dapat terjadi pada peralatan sebagai berikut:
Unit desalting (garam, hidrokarbon) Barometrik kondensor dan jet ejektor (hidrokarbon) Unit fraksinasi, chemical dan solvent treatment (garamgaram, asam, hidrokarbon, solvent, suspensi/emulsi) Peralatan yang menggunakan minyak pelumas/gemuk (pelumas bekas) Tangki penyimpan (hidrokarbon) Saluran pembersihan/pembuangan/drains (air, hidrokarbon cair, solven, asam, garam-garam) Stasion bahan bakar/terminal mnyak, misalnya gasoline dan solar.

Limbah cair tersebut dapat meresap ke dalam tanah atau tercampur bersama air dan cairan lain. Pada waktu pencampuran minyak (terutama minyak berat) sering terjadi emulsi yaitu pertikel minyak diliputi oleh partikel yang sulit dipisahkan kecuali dengan bahan demulsifier, sehingga dalam limbah cair terkandung fase minyak, fase air, fase emulsi dan lumpur.

Padatan
Padatan yang dihasilkan dari unit pengolahan
dapat berasal dari proses:

Water treatment (lumpur) Desalting

Dewaxing Power plant Limbah padatan dapat berupa lumpur padat hasil penyaringan dari berbagai jenis katalis, absorben seperti clay, zeolit, silica gel, arang, kapur dan lain-lain. Jenis limbah ini pada umumnya lebih mudah ditangani dibandingkan dengan limbah gas dan cair.

Reaktor (katalis) Unit-unit refining seperti chemical treatment pada proses adsorbsi, dekolorisasi, dearomatisasi.

Lumpur (Sludge)
Dalam kegiatan industri migas, sludge dapat
terjadi dalam peralatan sebagai berikut:

Crude oil tank bottom Fuel oil tank bottom Bunker fuel tank bottom Oil separator bottom Jet fuel tank bottom Avigas tank bottom LSWR tank bottom Sludge ex-dewaxing unit (biological treatment) dan
lain-lain

Dalam sludge terkandung komponen yang

sangat bervariasi dengan karakteristik sesuai dengan asal pengolahannya. Sebagai contohnya adalah sludge dari tangki minyak mentah akan sangat berbeda dengan sludge yang berasal dari tangki avigas, sehingga jika limbah tersebut akan dibuang ke lingkungan, tentunya memerlukan penanganan yang berbeda.

PENGELOLAAN UMUM
Limbah dari suatu kegiatan industri seperti industri migas
perlu dikelola dengan prinsip pendekatan waste minimization. Adapun beberapa hal yang penting dalam program tersebut adalah: Meniadakan kemungkinan pembentukan limbah (eliminate generation) Mengurangi kemungkinan terbentuknya limbah (reduce generation) Daur ulang limbah (recycling) Pemanfaatan ulang dan penapisan ulang untuk mendapatkan kembali nilai-nilai yang ekonomis (reuse and recovery) Pengolahan limbah (gas, cair, padatan termasuk sludge) agar tidak membahayakan lingkungan (treatment) Pembuangan akhir limbah yang sudah cukup aman agar dapat terdukung oleh lingkungan

Pengelolaan limbah dalam kegiatan migas diselenggarakan pada: Limbah yang sudah ada (terbentuk) Limbah yang akan terjadi seperti pada sludge.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk


penanggulangan limbah dapat dilakukan dengan inventarisasi diantaranya inventarisasi:

Limbah baik kualitas maupun kuantitas Hukum dan perundangan yang berlaku Cara pengolahan yang akan dilakukan Cara pembuangan yang terbaik Sumber-sumber asal limbah Berdasarkan inventarisasi di atas barulah diputuskan cara penangannya yang paling cocok, efektif dan ekonomis.

Pengendalian Pencemaran
Air Udara

Baku Mutu Air: 1. Kelas satu

2. Kelas Dua
3. Kelas Tiga 4. Kelas empat

BM Limbah Cair : 1. Industri 2. Hotel 3. Rumah Sakit 4. Migas dan Panas Bumi 5. Kawasan Industri

BM Emisi (tdk bergerak dan bergerak). BM Kebisingan BM Getaran BM Kebauan ISPU

BM Udara Ambien Pemukiman

Perdagangan
Industri RS, Sekolah dll

DASAR-DASAR PENANGANAN PENCEMARAN UDARA

PENDAHULUAN

Polusi Udara :
Material yang tidak diinginkan di udara dalam jumlah yang besar dan berdampak bagi kesehatan

Perhatian tentang polusi udara baru dimulai

sejak tahun 1960 dan saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari industri dan kendaraan bermotor

Mekanisme :

Emisi transport di atmosfer

pengaruh Berbagai peralatan telah digunakan untuk mengurangi kadar polutan (SOx, NOx, CO, HK, partikel dan VOC).

HUKUM, PERATURAN DAN FILOSOFI

Sampai tahun 1970, usaha pengendalian

pencemaran udara kebanyakan berdasar pada standard emisi, atau berdasar filosofi kemungkinan udara terbersih

Seberapa bersih udara yang diinginkan


tergantung dari masing-masing pemerintah

EMISI POLUTAN KE ATMOSFER


Emisi polutan dihasilkan dari berbagai sumber
dengan karakteristik yang spesifik meliputi : sumber emisi, jenis polutan, kontinuitas, tingkat keberbahayaan, dan kuantitas / kecepatan emisi polutan. Sumber emisi dapat dihasilkan dari pabrik, timbunan bahan, tambang, perairan, transportasi, sumber gas, dll.

Karakteristik polutan dijadikan dasar untuk

menangani polutan gas, termasuk dalam mendesain proses maupun peralatan yang digunakan.

PARAMETER POLUTAN UDARA

Parameter fisika : Panas, tekanan, humiditas, angin,

kebisingan, dan partikel Parameter kimia : Partikel karbon, partikel industri, bahan organik mudah menguap, CO, NOx, SOx, HK Parameter biologi Virus, bakteri, partikel (bunga polen)

PENGUKURAN PENCEMARAN UDARA

Problem dasar adalah pengumpulan


contoh

Kompilasi faktor emisi yang dibuat EPA


dapat digunakan untuk mengestimasi emisi

METEOROLOGI UNTUK PENGENDALAIAN

Parameter meteorologi yang paling


penting adalah stabilitas udara dan kecepatan angin

MODEL KONSENTRASI POLUSI UDARA

Model konsentrasi polutan adalah

berdasarkan pada kecepatan emisi dan meteorologi

Semua model adalah penyederhanaan


dari kelakuan real di alam

PENGENDALAIN PENCEMARAN UDARA

Alternatif untuk menangani polusi udara adalah :


memperbaiki dispersi polutan perubahan proses produksi dalam pabrik penanganan pada sumber buangan polusi yang diemisikan Pilihan pertama adalah perubahan proses, pilihan kedua adalah penanganan pada downstream

Jika polutan berharga, maka bahan tersebut


diusahakan untuk dipungut kembali

Semua peralatan yang mengolah gas dengan

konsentrasi rendah harus diproteksi dari kemungkinan pengembunan asam seperti SO2

POLUSI UDARA DAN CUACA GLOBAL


Pemanasan global, destruksi lapisan ozon, hujan
asam adalah masalah polusi udara yang tidak dapat dihitung dengan berbagai aturan lokal yang digunakan untuk polusi udara Sukar menentukan hubungan yang pasti antara emisi polutan dan dampak yang akan terjadi Aksi yang perlu dilakukan secara langsung :
Berusaha mengurangi emisi global material yang dapat merusak ozon Membatasi emisi prekursor yang menyebabkan hujan asam Mengurangi emisi gas yang dapat memberikan efek rumah kaca

Baku mutu untuk udara menurut KEP MEN LH No 13 / MENLH / 03 / 1995


No. Jenis Polutan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Sulfur dioksida Nitrogen oksida Sulfur tereduksi Hidrogen khlorida Hidrogen fluorida Ammonia Khlorin Opasitas Partikel Antimon Arsen Kadmium Merkuri Timbal Seng Satuan mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 % mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 Baku mutu 1500 1700 70 10 20 1 15 40 400 25 25 15 10 25 100

Untuk udara dari incinerator menurut Kep Ka Bapedal No. Kep-03/BAPEDAL/09/1995


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jenis Polutan Efisiensi Pembakaran Partikel Sulfur dioksida Nitrogen oksida Hidrogen khlorida Hidrogen fluorida Karbon monoksida Total hidrokarbon Opasitas Arsen Kadmium Khromium Timah hitam Merkuri Talium Satuan % mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 % mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 mg / m3 Baku mutu --50 250 300 10 70 100 35 10 1 0,2 1 5 0,2 ---

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 TAHUN 1999 TANGGAL : 26 MEI 1999

BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL


No Parameter Waktu Baku Mutu Pengukuran SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Metode Analisis Pararosanilin Peralatan

Spektrofotometer

24 Jam
1 Thn 2 NO2 1 Jam 24 Jam 1 Thn 3 Flouride 24 jam

365 ug/Nm3
60 ug/Nm3 30000 ug/Nm3 10000 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer

3 ug/Nm3

Specific ion

Continues

PARAMETER EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DAN METODA PEMANTAUAN


No. Parameter Formula Metoda

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Amonia Klorin Hidrogen klorida Hidrogen fluorida Nitrogen oksida Opasitas Partikel Sulfur dioksida Sulfur tereduksi total Logam-logam : Merkuri Arsen Antimon Kadmium Seng Timah hitam

NH3 Cl2 HCl HF NOx


SO2 H2S Hg As Sb Cd Zn Pb

Nessler * Metoda 22 * Metoda 805 * Metoda 13A ** Metoda 7 ** Metoda 9 ** Metoda 5 ** Metoda 6 ** Metoda 16 A **
Metoda 317 * Metoda 804 * Metoda 804 * Metoda 822 * Metoda 822 * Metoda 12 **

PARAMETER KUALITAS UDARA, METODA ANALISIS DAN PERALATAN


No PARAMETER METODA ANALISIS PERALATAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sulfur dioksida Karbon monoksida Oksida nitrogen Oksidan Partikel Timah hitam Hidrogen sulfida Amonia Hidrokarbon Air raksa

Parasonilin NDIR Salzam Chemiluminocent Gravimetri Gravimetri Ekstraktif Pengabuan Mercurythio- Cyanate Nessler Flame ionization

Spektrometer NDIR analyzer Spektrometer Spektrometer Hi - Vol AAS Spektrometer Spektrometer GC AAS

Contoh :Polusi gas di pabrik pupuk


Polutan Jelaga,NOx, SOx Debu Sumber Boiler, Dryer, Furnace dll Penyimpanan bahan baku, produk dan alat transportasi dan penghancur padatan

HF

Pabrik pupuk Fosfat: Reaktor, furnace, alat pemekat asam fosfat

Contoh Emisi di Udara


Emisi ke atmosfer dari pabrik amonia meliputi : sulfur
dioxide (SO2), nitrogen oxides (NOx), carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), hydrogen sulfide, volatile organic compounds (VOCs), particulates, methane, hydrogen cyanide, and ammonia. Sumber polutan terutama pada alat : CO2 : 500 kg/ton NH3 NOx : 0.6-1.3 kg/ton NH3 as NO2 SO2 : less than 0.1 kg/ton CO : less than 0.03 kg/ton CO2 : 1,200 kg/ton

- Flue gas dari primary reformer

- Carbon dioxide removal

Pengendalian Polutan Gas


Ada 4 metode:
1. Absorpsi ke dalam cairan 2. Adsorpsi ke permukaan padatan 3. Kondensasi 4. Konversi menjadi senyawa yang non polutan : insinerasi, bioscrubber, dan katalitik.

Absorpsi
Dapat dilakukan dalam wet scrubber,
packed tower atau bubble tower. Polutan yang biasanya di absorp adalah :SO2, H2S, HCl, Cl2, Ammonia, Oksida Nitrogen dan hidrokarbon yang titik didihnya rendah.
Aliran gas berkisar antara 0,25 35 standart m3 /detik. Suhu biasanya suhu lingkungan, karena makin kecil efisiensi. PM maksimum 0,45 g/s m3 untuk mencegah penyumbatan packing.

Menara Packing Tegak


Campuran Gas masuk
dasar menara melalui packing .Cairan disistribusikan dari atas dengan spray dan akan kontak dengan gas di permukaan packing. Sehingga polutan akan terlarut ke cairan . Gas bersih akan keluar dari bagian atas menara sesudah melewati mist eliminator. Cairan direcycle dengan sebelumnya polutan dalam cairan dipiahkan lebih dahulu atau langsung direcycle.

Air merupakan solven yang baik untuk HCl, Cl2,

SOLVEN

HF Pemilihan Solven :

Tergantung gas yang akan diserap , kelarutan gas yang akan diserap dalam solven harus tinggi agar hemat. Solven mempunyai tekanan uap yang rendah agar tidak banyak yang hilang. Tidak korosif Murah Tidak beracun Tidak flamable Mempunyai titik beku yang rendah Stabil secara kimia

Adsorpsi

SC Bioscrubber Flow Diagram

Biological Treatment Systems operate at low temperature . Contaminant compounds are contacted with selected microbes either as a single organism or as consortia which have a high degradation efficiency with respect to a wide range of VOC and odour-forming compounds. These compounds are oxidised to carbon dioxide and water by the action of microbial enzymes (biological catalysts) which allow the microbes to use the contaminants as a source of energy for cell growth.

Incinerasi : 4 NH3+ 3 O2 2 NO2 + 6 H2O SCR Catalyst : pillared clays and ion-exchanged pillared clays
4 NO + 4 NH3 4 N2 + 6 H2O
for these applications. The Fe(3+) and Cu(2+) ion-exchanged pillared clays , atau Fe-ZSM-5 and Fe-MOR, Reaksi terjadi :

Water treatment
Transportasi Air baku dari sumber
- Air permukaan - Air tanah - Air limbah Transportasi Air untuk keperluan - Kelas 1 - Kelas 2 - Kelas 3 - Kelas 4 Pengolahan air - Kimia - Fisika - Biologi

Karakteristik Limbah Industri


Jenis industri Sumber emisi Kapasitas produksi / limbah Regularitas / Kontinuitas Polutan potensial Toksisitas Dampak terhadap lingkungan /
kesehatan

Beberapa parameter yang menentukan kualitas limbah cair


Parameter Fisika : - Padatan tersuspensi - Turbiditas - Warna - Rasa dan bau - Suhu Parameter Kimia : - Padatan terlarut - Alkalinitas - Kesadahan - Fluorida - Logam - Organik - Nutrien

Parameter Biologi : - Virus - Bakteri - Protozoa - Algae

Pengendalian Pencemaran
Air Udara

Baku Mutu Air: 1. Kelas satu

2. Kelas Dua
3. Kelas Tiga 4. Kelas empat

BM Limbah Cair : 1. Industri 2. Hotel 3. Rumah Sakit 4. Migas dan Panas Bumi 5. Kawasan Industri

BM Emisi (tdk bergerak dan bergerak). BM Kebisingan BM Getaran BM Kebauan ISPU

BM Udara Ambien Pemukiman

Perdagangan
Industri RS, Sekolah dll

BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (UU no 23 th 97)

PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP Adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan kingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya

Pencemaran air masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya (PP no 82 th 2001)
Baku mutu air : ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air
Baku mutu air limbah :ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan

Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air


Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4(empat) kelas : a. Kelas satu, peruntukkannya untuk air baku air minum b. Kelas dua, peruntutukkannya untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertamanan. c. Kelas tiga, peruntutukkannya untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertamanan. d. Kelas empat, peruntutukkannya untuk mengairi pertamanan. Pasal 8 ayat (1)

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas


Parameter Temperatur satuan
oC

I deviasi 3

II deviasi 3

III deviasi 3

IV deviasi 5

Residu terlarut
Residu tersuspensi

mg/L
mg/L

1000
50

1000
50

1000
400

2000
400

pH BOD COD DO Total fosfat sbg P NO3 sbg N mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

6-9 2 10 6 0,2 10

6-9 3 25 4 0,2 10

6-9 6 50 3 1 20

5-9 12 100 0 5 20

Pemerintah dalam rangka pengendalian pencemaran air pada sumber air berwenang (Pasal 20) :

a. Menetapkan daya tampung beban pencemaran ; b. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber
c. d. e. f.

pencemar; Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi tanah; Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air; Memantau kualitas air pada sumber air; dan Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri (Kep-51/MENLH/10/1995)

Gubernur dpt menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tsb dlm lampiran ini (Pasal 4 ayat 1) Apabila AMDAL kegiatan industri mensyaratkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dlm pasal 4, maka untuk kegiatan industri tsb ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana yg dipersyaratkan oleh AMDAL (pasal 5)

Setiap penanggung jawab kegiatan industri wajib (pasal 6):


a. b. c. d.
Melakukan pengelolaan limbah cair shg mutu limbah cair yg dibuang ke lingk tdk melampaui BM Limbah Cair yg tlah ditetapkan; Membuat saluran pembuangan limbah cair yg kedap air shg tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan; Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pecatatan debit harian limbah cair ke lingkungan Tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dlm aliran pembuangan limbah cair; Memeriksakan kadar pencemar parameter BM Limbah Cair sebagaimana dlm lamp Kep ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebuan; Memisahkan saluran pembuangan limbah car dg saluran limpahan air hujan; Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya; Menyampaikan laporan ttg catatan tsb di atas sekurangkurangnya 3 bl sekali

e.
f.

g. h.

Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Pulp dan Kertas (A)
ParaPabrik Pulp Pabrik Kertas Pabrik P dan K

meter BOD5 COD TSS pH Debit

mg/L 150 350 200

kg/ton 15 35 20

mg/L 125 250 125

kg/ton 10 20 10

mg/L 150 350 150

kg/ton 25,5 59,5 25,5

6,0- 9,0 100 m3/ton produk Pulp kr

6,0- 9,0 80 m3/ton produk kertas kr

6,0- 9,0 170 m3/ton produk kertas kr

Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Pulp dan Kertas (B) khusus pulp
Proses/ Produk debit Para meter BO D5
kg/ton

CO D
mg/L

TSS
kg/ton

m3/ton mg/L Kraft diklantang 85 100

kg/ton mg/L

8,5

350

29,75

100

8,5

Pulp larut Kraft tdk dikltng Mekanik

95 50 60

100 75 50

9,5 3,75 3,0

300 200 120

28,5 10,0 7,2

100 60 75

9,5 3,0 4,5

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Hotel (Kep-52/Men-LH/10/1995)

PARAMETER
BOD5 COD TSS pH

Lampiran A, mg/L
75 100 100 6,0-9,0

Lampiran B, mg/L
30 50 50 6,0-9,0

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit (Kep-58/Men-LH/10/1995)


Lampiran A Sama dg hotel Parameter
32P

Kadar, 7x102 Bq/L 2x103 Bq/L 3x102 Bq/L 7x104 Bq/L 1x103 Bq/L

Lampiran B
Parameter Suhu pH Kadar <=30 oC 6-9 30 mg/L

35S 43Ca 51Cr 67Ga

BOD5
COD
TSS

80 mg/L
30 mg/L

85Sr
99Mo

4x103 Bq/L
7x103 Bq/L

Baku Mutu Limbah Cair bagi EP Migas serta Panas Bumi (Kep-42/Men-LH/10/1996) EP Migas
Para meter Kadar, mg/L (Sudah) Darat Laut Kadar, mg/L (Belum) Darat Laut

COD
Minyak&lemak Sulfida-H2S Amonia-NH3-N Phenol total

300
35 1,0 10 2

75 -

200
25 0,5 5 2

50 -

Temperatur

45

40

Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi Parameter Sebelum ditetapkan mg/L BOD5 COD Minyak&lemak Sulfida terlarut Amonia terlarut 100 200 25 1,0 10 g/m3 120 240 30 1,2 12 Setelah ditetapkan mg/L 80 160 20 0,5 5 g/m3 80 160 20 0,5 5

Phenol total
Temperatur

1,0
45
oC

1,2

0,5
45
oC

0,5

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri (Kep-03/MEN-LH/1998)

Parameter
BOD5 COD

mg/L
50 100

kg/hari/ha
4,3 8,6

TSS
pH

200
6,0- 9,0

17,2

Debit

1L/det/ha kawasan

METODE ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN DAN PENGAMBILAN CONTOH AIR PERMUKAAN KepMenLH no.: 37 th 2003
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan : Kelompok, parameter yg diukur, rentang, satuan, teknik pengujian (spektrofotometri, titrimetri, kolorimetri, inkubasi, reaksi, konduktrimetri, kromatografi, gravimetri, dll), spesifikasi metode pengujian (SNI) Pengambilan Contoh Air Permukaan menggunakan SNI dg no kelompok 13.060.10 atau kalau belum dg metode standaryg diterbitkan oleh Asosiai Kesehatan Masyarakat Amerika yg terbaru

METODE ANALISIS KUALITAS AIR PERMUKAAN DAN PENGAMBILAN CONTOH AIR PERMUKAAN KepMenLH no.: 37 th 2003
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan : Kelompok, parameter yg diukur, rentang, satuan, teknik pengujian (spektrofotometri, titrimetri, kolorimetri, inkubasi, reaksi, konduktrimetri, kromatografi, gravimetri, dll), spesifikasi metode pengujian (SNI) Pengambilan Contoh Air Permukaan menggunakan SNI dg no kelompok 13.060.10 atau kalau belum dg metode standaryg diterbitkan oleh Asosiai Kesehatan Masyarakat Amerika yg terbaru

chlor

Air minum

screening

air bebas koloid

Kolam Ekualisasi

sedimentasi

Clarifier

O2 + CO2

padatan
Ca, Mg, SO4, Cl

padatan

BFW

Unit Deaerator
steam

Unit Demineralisasi

filtrasi

screening

Tahapan Pengolahan Air Sungai


Klarifikasi
(mixing, flokulasi, settling)

Sedimentasi

Sand Filter

Carbon Filter

boiler
BFW

Deaerasi

demineralisasi

Tahapan Pengolahan Air Laut


Screening
Desalinasi
Tangki Penampung

Carbon Filter

boiler
Deaerasi demineralisasi

Proses penjernihan atau klarifikasi ini tidak 100% efektif. Oleh karena itu setelah klarifikasi seringkali masih dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan saringan pasir

screening

SUSPENDED SOLIDS (UNDISSOLVED MATERIAL)

Lumpur Humus sampah buangan rumah tangga & industri


Suspended solid dengan ukuran yang tidak terlalu kecil, relatif mudah dihilangkan dan biasanya hanya perlu pemisahan secara fisis saja

WATER CONTAMINANT

Suspended Solids:
lumpur, humus, sampah

Dissolved Ion:
Ca, Mg, Fe, Mn, SO4, Cl, dll.

Dissolved Gas:
O2, CO2, dll.

WATER + CONTAMINANT
sistem dispers:

pendispers (medium) : air


zat terdispers: kontaminan
Berdasarkan ukuran zat yang terdispers, sistem dispers dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (i). dispers renik ( r partikel : < 1 nm), (ii). dispers koloid ( r partikel: 1nm <r<100 nm ), (iii). dispers kasar ( r partikel: >100nm). Untuk suspended solid dalam ukuran koloid perlu bantuan bahan kimia untuk pengumpalan agar mudah dilakukan pengendapan.

Problems in Cooling Water


Important parameters: Hardness Silicates Dissolved solids Suspended solids Concentration organics

Problems:

Fouling Scaling Corrosion Microbial Contamination

on-site consequences

Fouling
Fouling akan terjadi jika material padat dalam air
membentuk endapan pada permukaan alat. Material ini masuk dalam cooling water system sistem melalui air make-up (karena proses treatment yang tidak baik) dalam bentuk padatan tersuspensi (suspended solids) yang kemungkinan berasal dari padatan remah-remah karena korosi atau dari alam misal: lumpur, pasir, tanah liat, humus dll. Material ini terendapkan dan menempel pada permukaan transfer panas sehingga menghambat transfer panas dan aliran air.

Scaling (pengerakan)
Mineral yang ada di air akan terendapkan dan membentuk
kerak. Kerak yang paling umum dijumpai adalah kalsium karbonat, kalsium sulfat dan silika (silikat). Kerak yang terbentuk dan menempel pada permukaan dapat menjadi sangat keras dan sukar untuk dihilangkan. Kerak ini dapat menurunkan kapasitas transfer panas dan mengurangi efisiensi energi sistem. Secara umum, adanya pengerakan dapat mengakibatkan: reduce the HE efficiency, metal

overheating, under deposit corrosion corrosion.

scale (hard deposit) /kerak:

Ca
Mg SiO2

Reduce the boiler efficiency


Metal Overheating Under deposit corrosion

Pembentukan scale:

Korosi
Pada sistem pendinginan dapat terjadi berbagai
macam korosi. Dari tipe korosi elektrokimia yang umum hingga pitting yang disebabkan oleh endapan, elektrolisis, dan mikroorganisme. Korosi dapat menyebabkan berkurangnya umur alat secara drastis sehingga diperlukan perbaikan atau penggantian alat. Korosi yang disebabkan oleh adanya endapan dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas dan pemborosan energi akibat kehilangan efisiensi transfer panas.

Microbial Contamination
Mikrobia seperti ganggang, jamur dan bahkan
bakteri dapat menimbulkan masalah dalam cooling water system. Kontaminasi mikrobia dalam sistem air pendingin dapat menyebabkan: penyumbatan (plugging), fouling (yang diikuti dengan under deposit corrosion), korosi, dan kerusakan pada komponen cooling tower yang terbuat dari kayu.

HARDNESS (KESADAHAN)
Total hardness: menunjukkan ukuran banyaknya Ca , Mg, dan komponen perusak sabun yang lain (Fe, Al, beberapa asam organik dan mineral ) yang ada didalam air
Konsentrasi mineral-mineral tersebut dalam air biasanya dinyatakan dalam mg/L atau part per million (ppm)

Klasifikasi Tingkat Kesadahan (Hardness)


klasifikasi konsentrasi [mg/L] (ppm)

Soft Moderate Hard Very hard

<50 50 - 150 150 300 >300

Klasifikasi Tingkat Kesadahan (versi the American Society of Agricultural Engineers


klasifikasi konsentrasi [mg/L] (ppm)

Soft Moderate Hard Very hard

0 60 60 - 120 121 180 >180

PEMISAHAN MINYAK DARI LIMBAH CAIR

Dalam efluen kilang yang berair selalu ada kemungkinan


terkandungnya minyak dalam bentuk emulsi atau dalam bentuk partikel bebas yang terlarut dalam air. kondisi perbedaan berat jenis antara minyak dan air. Partikel yang tersuspensi dalam larutan akan tenggelam atau naik tergantung pada perbedaan berat jenisnya. Kecepatan kenaikan akan konstan (dalam hal ini adalah partikel minyak dalam air), jika gaya ke atas karena beda berat jenisnya sama dengan tahanan gerak fluida saat bergerak. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan dalam hukum Stoke yang dinyatakan dalam bentuk kecepatan kenaikan titik minyak dalam air sebagai:

Metode pemisahan sederhana telah memanfaatkan

g 2 w o D Vr 18

PENGELOLAAN LUMPUR

Bagian akhir suatu pengolahan air limbah

biasanya diselesaikan dengan pemekatan bahan pengotor (impurities) yang akan menghasilkan padatan serta proses pemisahan padatan ini dari cairan limbah yang diolah. limbah dikenal sebagai lumpur (sludge) ini berisi berbagai komponen yang tidak diinginkan dan harus diolah sebaik-baiknya. Berbagai alternatif dapat dilakukan untuk pengolahan lumpur, tergantung pada jenis, karakter, komposisi serta kecepatan alirnya.

Suspensi padatan dalam unit pengolahan

Pada umumnya lumpur berisi padatan

antara 0,25 12%, tergantung dari operasi dan proses sebelumnya. Harga fasilitas untuk pengolahan sludge adalah 40-60% dari harga unit konstruksi pengolahan limbah secara keseluruhan, atau sekitar 50% dari ongkos operasinya.

KARAKTERISTIK LUMPUR
Karakteristik lumpur sangat bervariasi

tergantung pada bentuk asal dan hasil lumpurnya, umur, jenis proses dan operasinya.

Berbagai kandungan kimia, termasuk nutriennya


sangat penting untuk memberikan gambaran proses pengolahan serta pembuangan lumpur yang akan dilaksanakan.

Sebagai contoh, nilai kesuburan lumpur yang


akan digunakan untuk penyubur tanah terutama dilihat pada kandungan nitrogen, fosfor dan potasnya (alkali).

Disamping itu, pengukuran pH, alkalinitas,


asam organik, juga penting dalam kontrol proses pada unit digestation unaerobic.

Nilai kalor lumpur diperlukan jika akan

digunakan proses insinerasi atau pembakaran jenis lain, yaitu untuk menghitung neraca panasnya.

KUANTITAS

Kuantitas dan sifat lumpur sangat


bergantung pada karakteristik air limbah dan efisiensi proses pengolahannya.

Karena padatan yang masuk bersama

air limbah bervariasi dari waktu ke waktu, maka perlu diketahui produksi rata-rata dan maksimum dari lumpur serta kapasitas penyimpanan dari unit pengolahnya.

PRELIMINARY OPERATIONS

Operasi ini ditujukan untuk membuat


influent yang masuk ke dalam unit
pengolahan lumpur relatif konstan dan homogen baik dari segi ukuran maupun komposisinya. Beberapa proses pelaksanaan operasi tersebut antara lain: proses grinding (penggerusan), degritting (pengurangan ukuran), blending (pencampuran) dan storage (penyimpanan)

Concentration (Thickening)
Prinsip dari proses ini adalah
pengurangan volume atau pemekatan lumpur. Terdapat 2 macam peralatan yang biasa digunakan yanti peralatan dengan prinsip mekanis (misalnya vacuum filtration atau centrifugation), serta peralatan dengan prinsip gravity (misalnya gravity thickeners atau flotation thickeners).

Stabilization: Chemical and Thermal Process

Proses stabilisasi lumpur banyak berhubungan

dengan proses pada bahan organik dalam lumpur. Tindakan ini ditujukan antara lain agar :

Bakteri patogen dapat dikurangi Bau yang keras dieliminasi Bahan-bahan yang mudah busuk dapat dicegah, dikurangi serta dieliminasi Kondisi tersebut di atas dapat dikurangi dampak negatifnya dengan : Mereduksi bahan-bahan yang mudah menguap Mengoksidasi secara kimia bahan yang dapat menguap Menambah bahan kimia pada lumpur agar kondisinya tidak
cocok untuk berkembang biaknya mikro-organisme Menggunakan panas sebagai disinfectant atau sterilizer

Teknologi yang biasa dipakai untuk


proses stabilisasi ini antara lain:
Chlorine oxidation Lime stabilization Heat treament Anerobic digestion Aerobic digestion

STABILIZATION: ANAEROBIC SLUDGEDIGESTION PROCESS


Stabilisasi ini dilakukan dengan bantuan mikroorganisme anaerobik yang akan merubah bahan organik menjadi bahan non-selular atau produk lainnya. Digestasi lumpur ini akan mereduksi volume lumpur serta menghasilkan padatan inert dan bebas patogen. Pada prinsipnya, fungsi digestasi anaerobik adalah suatu cara untuk mengubah lumpur sebanyak-banyaknya menjadi cairan dan gas, dan menghasilkan biomassa sesedikit mungkin. Organisme yang terlibat dalam proses digestasi lumpur dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: Acid Formers, yaitu mikro-organisme penghasil asam, utamanya asam asetat dan asam propionat. Methane Formers, yaitu mikro-organisme penghasil metan.

STABILIZATION: AEROBIC SLUDGE DIGESTION PROCESS


Digestasi aerobik merupakan salah satu alternatif proses
yang ditujukan untuk menstabilkan lumpur organik, hasil dari berbagai operasi pengolahan. Proses ini hanya dapat digunakan untuk mengolah : Limbah lumpur aktif Campuran limbah lumpur aktif atau lumpur trickling dan lumpur pertama, atau limbah lumpur dari pengolahan lumpur aktif tanpa pengendapan pertama. Pada saat ini terdapat 3 proses yang digunakan, yaitu:
Digestasi aerobik secara konvensional Digestasi erobik dengan oksigen murni Digestasi aerobik thermophilic.

Sedangkan operasinya dapat dilakukan baik secara batch


maupun kontinyu.

CONDITIONING

Conditioning lumpur dilakukan untuk

memperbaiki karakteristik cairan pada proses dewatering. Dua cara yang biasa dilakukan adalah dengan: Penambahan bahan kimia Pemberian panas

Heat Treatment

Proses ini antara lain akan membuat

padatan berkoagulasi, struktur gel pecah, dan mengurangi aktivitas lumpur terhadap air. Hasil lainnya adalah lumpur dapat disterilkan, dikurangi baunya serta dihilangi airnya dalam saringan vakum atau saringan tekan tanpa menambah bahan kimia. Heat treatment ini baik digunakan pada lumpur biologis yang sulit distabilkan dan dikenai conditioning dengan cara lain.

DISINFEKSI

Tindakan disinfektasi lumpur menjadi

penting, apabila lumpur akan dipakai kembali untuk penggunaan yang beraktian dengan kesehatan umum, misalnya jika dipakai untuk pupuk atau landfill.

DEWATERING
Dewatering adalah suatu unit operasi mekanis yang
ditujukan untuk mengurangi kadar air dalam lumpur. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan antara lain: mengurangi ongkos pengangkutan, memudahkan penanganan/transporatasinya, untuk proses insenerasi (menaikkan nilai kalor), mengurangi bau dan mencegah pembusukan serta untuk keperluan landfilling. filtrasi (vakum atau tekan), pengendapan secara sentrifugasi, kompaksi/pemadatan, drying bed filter, horizontal bed filter, dan lagoon dan cara yang dipilih bergantung pada jenis lumpurnya.

Proses-proses yang termasuk ke dalamnya adalah

COMPOSTING

Composting merupakan suatu proses

pembuatan kompos dengan proses degradasi bahan-bahan organik secara biologis untuk menjadi suatu produk akhir yang stabil. Lumpur dapat diubah menjadi kompos sehingga 20-30% bahan organiknya berubah menjadi karbon dioksida dan air.

THERMAL REDUCTION
Hal pokok yang dapat digaris bawahi dari proses
ini adalah bahwa thermal reduction bertujuan untuk mengurangi kuantitas material padat yang akan dibuang. Lumpur yang diproses untuk thermal reduction adalah lumpur kering sehingga tidak perlu dilakukan stabilisasi sebelum insenerasi.
reduction adalah: multiple heat inceneration, fluidized bed inceneration, flash combustion, coinceneration, copyrolysis, oksidasi udara basah, dan recalcination.

Beberapa proses yang termasuk dalam thermal

PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN LUMPUR DAN PADATAN

Lumpur bisa diangkut untuk jarak jauh

antara lain dengan pipa, truk, barge, kereta atau kombinasi dari keempatnya. Apabila lumpur berbau, beracun serta mengandung bakteri patogen, maka pengangkutannya dilakukan dengan tangki tertutup, sebaliknya lumpur yang telah bersifat stabil dapat diangkut dengan tangki terbuka.

Penyimpanan Lumpur
Penyimpanan lumpur yang telah diproses anaerobik sebelum didaur ulang atau dibuang sering diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan dalam kolam-kolam penyimpanan, yang memungkinkan terjadinya digestasi anaerobik atau aerobik lanjutan yang akan memekatkan lumpur. Kedalaman lumpur dapat berkisar antara 3 5 meter.

FINAL DISPOSAL
Pembuangan akhir lumpur dan padatan dari hasil
pengolahan meliputi beberapa bentuk pembuangan di tanah (land disposal). Cara pembuangan yang dilakukan di kota-kota pinggir pantai di Amerika Serikat telah dilarang karena pertimbangan pengaturan kontrol pencemaran air. Sementara itu pemanfaatan lumpur air limbah sebagai bahan conditioner tanah dan pupuk dalam beberapa hal telah berhasil.
di tanah diantaranya adalah: spreading on land, lagooning, dumping dan landfilling.

Cara-cara yang umum dipakai untuk pembuangan

SKEMA PENGOLAHAN LUMPUR MINYAK

Tungku pemanas

Bak penampung dan Pengendap limbah

Ke industri kecil

Tangki produk / drum

Incenerator
Distilasi untuk memperoleh produk minyak

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Solid waste

????

1. Residential sector / Municipal solid waste (MSW)

2. Commercial +Service sector


3. Industrial sector
4. Construction and demolition waste

5. Healthcare Sector

Municipal solid waste (MSW)


Also called urban solid waste, is a waste type
that includes predominantly household waste (domestic waste) with sometimes the addition of commercial wastes collected by a municipality within a given area. generally exclude industrial hazardous wastes. The term residual waste relates to waste left from household sources containing materials that have not been separated out or sent for reprocessing

They are in either solid or semisolid form and

There are five broad categories of MSW:


Biodegradable waste: food and kitchen waste,

green waste, paper (can also be recycled). Recyclable material: paper, glass, bottles, cans, metals, certain plastics, etc. Inert waste: construction and demolition waste, dirt, rocks, debris. Composite wastes: waste clothing, Tetra Paks, waste plastics such as toys. Domestic hazardous waste (also called "household hazardous waste") & toxic waste: medication, e-waste, paints, chemicals, light bulbs, fluorescent tubes, spray cans, fertilizer and pesticide containers, batteries, shoe polish.

Waste handling and separation, storage and processing at the source:


Waste handling and separation involves the
activities associated with management of waste until they are placed in storage container for collection.

Handling also encompasses the movement of

loaded containers to the point of collection. Separation of waste components is an important step in the handling and storage of solid waste at the source.

Collection:
The functional element of collection includes not
only the gathering of solid waste and recyclable materials, but also the transport of these materials, after collection, to the location where the collection vehicle is emptied.

This location may be a materials processing

facility, a transfer station or a landfill disposal site.

Separation and processing and transformation of solid wastes:


The types of means and facilities that are now
used for the recovery of waste materials that have been separated at the source include curbside collection, drop off and buy back centers. have been separated at the source and the separation of commingled wastes usually occur at a materials recovery facility, transfer stations, combustion facilities and disposal sites.

The separation and processing of wastes that

Transfer and transport:


This element involves two steps:
i)the transfer of wastes from the smaller collection vehicle to the larger transport equipment ii)the subsequent transport of the wastes, usually over long distances, to a processing or disposal site.

Disposal:
Today the disposal of wastes by landfilling or
landspreading is the ultimate fate of all solid wastes, whether they are residential wastes collected and transported directly to a landfill site, residual materials from materials recovery facilities (MRFs), residue from the combustion of solid waste, compost or other substances from various solid waste processing facilities.

A modern sanitary land is not a dump; it is an

engineered facility used for disposing of solid wastes on land without creating nuisances or hazards to public health or safety, such as the breeding of rats and insects and the contamination of ground water.

Solid Waste Transformation As Energy


Direct Combustion Heat, Power Generation (Fuel) Gas

Gasification Pyrolysis

Synthetic Gas Thermo chemical Transformation


Solid Waste Liquid Fuel

Direct Liquefaction Low Temperature Gasification Anaerobic Digestion

Hydrogen, Methane

Methane (Compost) Ethanol

Biochemical Transformation

Aerobic Pyrolysis
Fermentation

Others

RDF, Carbonisation, Bio-Diesel

Incineration is a waste treatment technology


that involves the combustion materials and/or substances. of

organic

Incineration and other high temperature waste

treatment systems are described as "thermal treatment". waste into incinerator bottom ash, flue gases, particulates, and heat, which can in turn be used to generate electric power. The flue gases are cleaned of pollutants before they are dispersed in the atmosphere.

Incineration of waste materials converts the

Incineration with energy recovery is one

of several waste-to-energy (WtE) technologies such as gasification, Plasma arc gasification, pyrolysis and anaerobic digestion.

Incineration may also be implemented

without energy and materials recovery.

Incinerators reduce the volume of the original

waste by 95-96 %, depending upon composition and degree of recovery of materials such as metals from the ash for recycling.

This means that while incineration does not

completely replace landfilling, it reduces the necessary volume for disposal significantly.

Incineration has particularly strong benefits for


the treatment of certain waste types in niche areas such as clinical wastes and certain hazardous wastes where pathogens and toxins can be destroyed by high temperatures.

Examples include chemical multi-product plants


with diverse toxic or very toxic wastewater streams, which cannot be routed to a conventional wastewater treatment plant.

Waste combustion is particularly popular in countries

such as Japan where land is a scarce resource. Denmark and Sweden have been leaders in using the energy generated from incineration for more than a century, in localised combined heat and power facilities supporting district heating schemes.

In 2005, waste incineration produced 4.8 % of the

electricity consumption and 13.7 % of the total domestic heat consumption in Denmark.

A number of other European Countries rely heavily on

incineration for handling municipal waste, in particular Luxemburg, The Netherlands, Germany and France.

COMPOSTING

Composting is the purposeful biodegradation

of organic matter, such as yard and food waste. The decomposition is performed by microorganisms, mostly bacteria, but also yeasts and fungi.

In low temperature phases a number of macroorganisms, such as springtails, ants, nematodes, isopods and red wigglers also contribute to the process, as well as soldier fly, fruit flies and fungus gnats. There are a wide range of organisms in the decomposer community.

A biodegradable material is capable of being

completely broken down under the action of microorganisms into carbon dioxide, water and biomass.

It may take a very long time for some material


to biodegrade depending on its environment but it ultimately breaks down completely.

Many contaminating materials not dealt with in


common composting are in fact "biodegradeable", and may be dealt with via bioremediation, or other special composting approaches

A compostable material biodegrades substantially under specific composting conditions. It is metabolized by the microorganisms, being incorporated into the organisms or converted into humus. The size of the material is a factor in determining compostability, and mechanical particle size reduction can speed the process. Some biodegradeable materials are only compostable under very specific conditions, usually with an industrial process.

PERANCANGAN PROSES YANG RAMAH LINGKUNGAN

Latar Belakang

Perkembangan industri pesat Populasi meningkat

Volume limbah meningkat Keragaman limbah bertambah

Anatomi Proses Industri


bahan baku penyiapan umpan pemisahan

sintesis

Produk

pemurnian

Paradigma Lama

Limbah

Anatomi Proses Industri


Paradigma Baru

bahan baku

penyiapan umpan

sintesis

pemisahan

Produk

pemurnian

Limbah

Pendekatan Program
Pemilihan proses dan bahan baku Konsekwensi Lingkungan Sistem Teknik Kimia Berwawasan Lingk.: Pengelolaan Limbah dalam Industri Kimia Minimalisasi Produksi Limbah dengan Optimasi Proses dan Peralatan Performance Produk di Lingkungan Desain Proses Berwawasan Lingkungan

Konsekwensi Lingkungan

Assessment Ekonomi
Integrasi Proses Pemilihan dan Optimasi Alatalat Pemisah

Pemilihan dan Optimasi Reaktor

Strategi dalam pelaksanaan produksi bersih

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha industri, meningkat pula berbagai kasus pencemaran Pada tahun 1972, telah diadakan Konferensi Lingkungan Hidup Dunia di Stockholm yang mencetuskan berbagai gagasan untuk mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Setelah konferensi tersebut, muncul UNEP, hari Lingkungan Hidup Dunia, dll. Namun sesudah konferensi, ternyata keadaan lingkungan hidup di berbagai tempat di dunia tidak bertambah baik, justru cenderung mengalami penurunan kualitas dan bahkan kerusakan lingkungan menjadi masalah global.

Strategi pengelolaan lingkungan yang pada mulanya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach) telah diubah menjadi upaya mengatasi masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end-of-pipe treatment). Diperkirakan dengan prinsip end-of-pipe treatment (EOP), kualitas lingkungan hidup akan dapat lebih ditingkatkan. Meskipun demikian, pada kenyataannya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan masih terus terjadi.

Beberapa kendala yang timbul dari penerapan metode EOP adalah sebagai berikut:

Limbah tetap terbentuk sehingga memberikan

peluang untuk mengembangkan teknologi pengolahan limbah. Metode ini juga mengakibatkan kenaikan biaya proses produksi juga terhadap produk itu sendiri Tetap memerlukan peraturan perundangundangan yang mengatur persyaratan limbah yang boleh dibuang setelah proses pengolahan.

Pada era tahun 1990-an strategi pengelolaan


lingkungan berubah lagi menjadi upaya yang bersifat preventif atau pencegahan.

Upaya produksi bersih meliputi pencegahan,

pengurangan dan atau penghilangan terbentuknya limbah atau pencemar di seluruh daur hidup produk (product-life cycle analysis), sehingga dapat melindungi sumber daya alam serta meningkatkan kualitas lingkungan melalui penggunaan sumber daya alam dan energi yang lebih efisien.

Prinsip-prinsip pokok usaha program produksi bersih adalah:


Mengurangi atau meminimumkan penggunaan
bahan baku, air dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya terhadap manusia. produksi dan konsumsi yang berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup suatu produk.

Mengupayakan adanya perubahan dalam pola

Mengupayakan adanya perubahan dalam pola


pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait, dalam hal ini masyarakat, pemerintah dan kalangan usahawan.

Mengaplikasian teknologi ramah lingkungan,

manajemen dan prosedur standar operasi yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya yang tinggi, dan jika terjadi seringkali waktu pengembalian modal investasi relatif singkat.

Program produksi bersih ini lebih

mengarah pada pengaturan sendiri (self regulation) serta bersifat musyawarah mufakat (negotiated regulatory approach), dan tidak pada pengaturan secara command and control. Untuk itu pelaksanaannya tidak dapat hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih ditekankan pada kesadaran untuk mau merubah sikap dan tingkah laku.

Dalam usahanya menghadapi masalah lingkungan, sikap dunia usaha dewasa ini dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Berupaya untuk menataati peraturan
penundang-undangan yang berlaku secara reaktif.

Mengantisipasi peraturan perundangundangan yang lebih ketat.

Menginternalisasikan pola pikir dan


usaha pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan

Konsep penanggulangan polusi (Pollution Prevention Concept)

Awal dari pemahaman mengenai konsep pencegahan polusi adalah hirarki dari manajeman lembah yang dikembangkan dalam Pollution Prevention Act tahun 1990

didefinisikan sebagai berikut :


Polusi harus dicegah atau dikurangi pada
sumbernya sebisa mungkin. daur ulang memungkinkan. pada

Polutan yang tidak dapat dicegah harus di


situasi

yang

Polutan yang tidak dapat dicegah atau


didaur ulang mungkin. harus diolah

seaman

Buangan atau hal lain yang akan terlepas


ke lingkungan mungkin. harus diolah seaman

Dari hal tersebut diatas ada beberapa tingkatan yang mungkin dilakukan pada pencegahan polusi

Source reduction In-process recycle On-site recycle Off-site recycle Waste treatment Secure disposal Direct release to the environment

Source reduction reaktor dimodifikasi sehingga jumlah buangan yang dihasilkan menjadi lebih sedikit atau lebih tidak berbahaya

Feed

Product + Less waste

Reactor

In-process recycle umpan yang tidak bereaksi dipisahkan dan dikembalikan lagi ke reaktor
Product

Reactor

Separator

Feed

Unreacted Feed

On-site recycle limbah dari reaktor dikonversikan menjadi produk yang komersial dengan menggunakan fasilitas reaktor yang kedua
Product

Feed

Reactor Separator

Waste Different Product Different Reactor

Off-site recycle limbah dari reaktor dipisahkan kemudian ditransfer ke off-site dimana akan dikonversikan menjadi produk yang komersial dengan fasilitas yang lain
Product

Reactor Feed

Separator

Site Boundary Waste Different Product Different Reactor

Waste treatment limbah dari reaktor dipisahkan kemudian diolah sehingga menjadi tidak berbahaya
Product

Feed

Reactor

Separator

Different Waste

Waste Treatment

Waste

Secure disposal limbah dari reaktor dipisahkan dan dikirim ke fasilitas pembuangan yang aman (landfill)
Product

Feed

Reactor

Separator

Waste Landfill

Direct release to the environment limbah dipisahkan dari produk dan dilepas ke lingkungan

Product

Reactor Feed

Separator

Release to the environment

Waste

Salah satu kunci konsep yang sangat berguna didalam pemilihan apakah prosesnya harus dirubah adalah pertimbangan tentang pencegahan terbentuknya limbah. Proses tersebut dapat sangat sederhana yang membutuhkan satu reaktor atau separator saja, tetapi dapat juga sangat kompleks yang meliputi beberapa subproses

Product C

Before
A, B Reactor A+BC+D Waste D to disposal Product F Reactor D+EF

D
E

After
A, B

Product C

Reactor A+BC+D

By product D Product F Reactor D+EF

BEFORE A, B

Product C

A, B Reactor A+BC+D C, D AFTER A, B Product C Waste D to disposal

A, B Reactor A+BC+D C, D Waste D

Reactor DA+E E to off-site recycle

Pendekatan terhadap perancangan proses


yang lebih aman dibagi menjadi empat grup yaitu sistim minimasi, substitusi, pengkondisian dan simplifikasi.

Sistem ini berisi suatu urutan pertanyaan


bagi perancang proses sebelum mereka memulai untuk merancang suatu pabrik kimia.

Miminasi : gunakan sesedikit mungkin bahan-bahan yang berbahaya

Apakah semua proses penyimpanan

material yang berbahaya didalam tangki penyimpan sudah minimum Apakah semua tangki penyimpan bahanbahan kimia tersebut dibutuhkan Apakah suatu tipe peralatan dapat digunakan untuk mengurangi sistem penyimpanan

Substitusi : gunakan bahan kimia yang tidak berbahaya untuk menggantikan bahan-bahan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kebakaran atau ledakan.
Apakah mungkin untuk mengganti semua bahan baku, bahan antara dan bahan pembantu dengan bahan yang lebih aman
Apakah mungkin untuk mengganti bahan baku dengan bahan yang tidak mudah terbakar

Perubahan kondisi proses : gunakan kondisi proses yang aman untuk mengurangi dampak dari lepasnya bahan pada kondisi yang berbahaya
Dapatkah tekanan dari umpan dikurangi sehingga dapat berada dibawah tekanan yang diijinkan dari rancangan tangki Dapatkah kondisi reaksi (tekanan dan suhu) dibuat lebih rendah dengan memanfaat proses katalitik atau katalisator yang lebih baik

Penyederhanaan : rancang suatu proses yang sederhana untuk mengurangi kompleksitas yang tidak dibutuhkan
Dapatkah proses disederhanakan dengan beberapa modifikasi bahan Dapatkah seluruh peralatan dirancang sehingga didapat tekanan maksimum yang dibutuhkan tertentu

Green Chemistry
Produk bahan kimia dapat dibuat dengan beberapa
variasi rute sintesis. Perancang dari proses kimia harus memilih alternatif dari bahan baku, solven, rute reaksi, dan kondisi reaksi. Pemilihan sistem perancangan ini akan mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap keseluruhan lingkungan. suatu produk bahan kimia dan proses dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan produksi bahan yang berbahaya yang meliputi seleksi bahan baku, seleksi solven, seleksi rute reaksi, dan seleksi katalis dan material lainnya.

Green chemistry didefinisikan sebagai perancangan

Vous aimerez peut-être aussi