Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OSTEOPOROSIS
DEFINISI : KELAINAN BENTUK TULANG DIMANA TERJADI PENURUNAN MASSA TULANG TOTAL TERDAPAT : 1. PERUBAHAN PERGANTIAN TULANG HOMEOSTASIS NORMAL 2. KECEPATAN REABSORBSI TULANG LEBIH BESAR DARI KECEPATAN PEMBENTUKAN TULANG 3. MENGAKIBATKAN PENURUNAN MASSA TULANG
DEFINISI
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massaa tulang menurun, komponen matrik yaitu mineral dan protein berkurang, resorpi terjadi lebih cepat daripada formasi tulang sehingga tuang menjadi tipis
DEFINISI
Osteoporosis atau penyakit keropos tulang adalah salah satu penyakit yang menimpa tulang karena berkurangnya massa dan kepadatan tulang.
DEFINISI
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat
OSTEOPOROSIS
TULANG MUDAH RAPUH DAN PATAH SHG MUDAH FRAKTUR
SERING MENGAKIBATKAN FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA TORAKALIS DAN LUMBALIS, FRAKTUR PADA KOLUM FEMORALIS DAN DAERAH TROKANTER, PATAH TULANG KOLLES PADA PERGELANGAN TANGAN
Epidemiologi
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita pascamenopause
Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4% per tahun
Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur.
Etiologi
Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan (gangguan metabolisme tulang, yaitu kerja sel penghancur tulang melebihi kerja sel pembentuk tulang) Meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause (menurunnya hormon, kurang asupan kalsium dan vitamin D, disertai dengan faktor-faktor pendukung lainnya)
REVIEW FISIOLOGI
Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut
Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation Resorption Formation (ARF)
dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas
Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis
Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap
Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum
Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah) Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat
Etnis
(kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia) Seks (wanita > pria) Riwayat keluarga
kalsium Aktivitas fisik kurang Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin) Merokok, alkohol Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)
Sifat
fisik tulang
Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis primer Osteoporosis sekunder Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis primer
Berhubungan dengan kelainan pada tulang Menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun
Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang
Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui
PATOGENESIS
Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium Osteoporosis primer Osteoporosis Sekunder
PATOGENESIS Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr dan Pb
Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi tulang tidak mungkin dapat berlangsung Matriks tulang merupakan makromolekul yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen
Matriks tulang tersusun sepanjang garis dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, hukum Wolf dapat diartikan sebagai bentuk akan selalu mengikuti fungsi.
Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang
Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi tulang tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen.
Matriks tulang tersusun sepanjang garis dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, hukum Wolf dapat diartikan sebagai bentuk akan selalu mengikuti fungsi
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF- yang berperan meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas meningkat.
Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin berat
Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks.
Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.
Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan resiko fraktur Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah
Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang misalnya osteokalsin
Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause (penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi.
Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun sedangkan kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) akan meningkat Peningkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan estrogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif.
Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obatobatan, imobilisasi lama).
Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata, dll.
Gambaran Klinis
fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal
awalnya nyeri akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur Istirahat ditempat tidur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi
Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
Diagnosis
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen.
Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll Jadi secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti :
Tinggi badan yang makin menurun. Obat-obatan yang diminum. Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium. Jumlah kehamilan dan menyusui. Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan matahari cukup. Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya. Apakah sering merokok, minum alkohol?
Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. SINAR X DIKATAKAN OSTEOPOROSIS JIK ATERJADI DEMINERALISASI 25% SAMPAI 40%, TAMPAK RADIOLUSEN, VERTEBRA KOLABS LABORATORIUM KALSIUM SERUM, FOSFAT SERUM, ALKALI FOSFATASE, EKSKRESI KALSIUM, EKSKRESI HIDROKSI PROTEIN URINE, HEMATOKRIT, LED ABSSORBSIOMETRI FOTO TUNGGAL MEMANTAU MASSA TULANG PADA KORTIKAL SENDI PERGELANGAN TANGAN
2.
3.
Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score) Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score. Osteoporosis bila densitas massa tulang 2,5 SD T-score atau kurang. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur
4. Menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid. 5. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
6. Meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ANAMNESE : 1. IDENTIFIKASI INDIVIDU YG BERESIKO OSTEOPOROSIS DAN KIPOSIS 2. IDENTIFIKASI RIWAYAT KELUARGA DENGAN KELUHAN YG SAMA 3. FRAKTUR SEBELUMNYA 4. KONSUMSI DIET HARIAN 5. POLA LATIHAN DAN AKTIVITAS 6. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID 7. KONSUMSI ALKOHOL DAN KAFEIN 8. GEJALA NYERI PINGGANG, KONSTIPASI, GANGGUAN CITRA DIRI
PEMERIKSAAN FISIK
1. 2. 3. 4.
2.
3. 4.
RESIKO CIDERA : FRAKTUR b.d OSTEOPOROSIS NYERI b.d FRAKTUR DAN SPASME OTOT KONSTIPASI b.d IMMOBILISASI KURANG PENGETAHUAN TENTANG PROSES OSTEOPOROSIS DAN PROGRAM TERAPI
INTERVENSI
1.
MENCEGAH CIDERA LATIHAN FISIK PENTING UNTUK MEMPERKUAT OTOT, MENCEGAH ATROPI DAN MEMPERLAMBAT DEMINERALISASI TULANG : - LATIHAN ISOMETRIC MEMPERKUAT OTOT BATANG TUBUH - BERJALAN DENGAN MEMPERTAHANKAN POSTUR TUBUH YG BENAR - MEMBUNGKUK MENDADAK, MLENGOK DAN MENGANGKAT BEBAN LAMA HARUS DIHINDARI -AKTIVITAS DILAKUKAN DI LUAR RUMAH DIBAWAH SINAR MATAHARI PAGI
INTERVENSI
2. MEREDAKAN NYERI - ISTIRAHAT DI TEMPAT TIDUR DGN POSISI TERLENTANG, KASUR HARUS PADAT DAN LENTUR - FLEKSI LUTUT MENGURANGI KETEGANGAN OTOT TULANG BELAKANG - KOMPRES PANAS INTERMITTEN - PIJATAN PUNGGUNG - OPIOID ORAL MUNGKIN DIPERLUKAN
INTERVENSI
3. MEMPERBAIKI PENGOSONGAN USUS - DIET AWAL TINGGI SERAT, TAMBAHAN CAIRAN DAN PENGGUNAAN PELUNAK TINJA - BILA KOLABS VERTEBRA MENGENAI T10 L2 PASIEN DAPAT MENGALAMI ILEUS - PANTAU ASUPAN KLIEN DAN BISING USUS PENDIDIKAN JELASKAN : PROSES OSTEOPOROSIS, TERAPI UNTUK MEMPERLAMBAT OSTEOPOROSIS
4.