Vous êtes sur la page 1sur 32

ASMA BRONKIAL A.

Definisi Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya dapat berubah-ubah. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita. (United States !uberculosis Assosiation "#$%&. Asma 'ronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. (al ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan )entilasi al)eolus. ( (uddak * +allo, "##% &. ,enurut Pedoman asional Asma Anak (P AA& -../, asma adalah mengi berulang dan0atau batuk persisten (menetap& dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada malam0dini hari (nokturnal&, musiman, setelah akti)itas fisik, serta adanya ri1ayat asma atau atopi lain pada pasien dan0atau keluarganya. B. Klasifikasi Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 2 tipe3 ". Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik& Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (e4posure& terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah3 serangan timbul setelah de1asa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita. -. Asma bronkial tipe atopi (5kstrinsik&. Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau pro)okasi bronkial. Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat3 timbul sejak kanakkanak, pada famili ada yang menderita asma, adanya eksim pada 1aktu bayi, sering menderita rinitis. 6i 7nggris jelas penyebabya (ouse 6ust ,ite, di USA tepungsari bunga rumput. 2. Asma bronkial campuran (,i4ed& asional

Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik. C. Etiologi Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma bronkhial. 8aktor predisposisi
o

+enetik 6imana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

8aktor presipitasi
o

Alergen 6imana alergen dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu 3 a. 7nhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti 3 debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b. 7ngestan, yang masuk melalui mulut. Seperti 3 makanan dan obat-obatan. c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti 3 perhiasan, logam dan jam tangan. Perubahan cuaca. 9uaca lembab dan ha1a pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti3 musim hujan, musim kemarau, musim bunga. (al ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress. Stress0 gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. 6isamping gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami stress0gangguan emosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
o

:ingkungan kerja. ,empunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. (al ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. ,isalnya orang yang bekerja di laboratorium he1an, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. +ejala ini membaik pada 1aktu libur atau cuti. ;lah raga0 aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. :ari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

o ;bat dan bahan kimia obat antiinflamasi nonsteroid seperti endometasin, ibubrufen, fenilbuta<on, asam mefenamat, dan piroksikam dapat menjadi pencetus terutamabagi mereka yang alergi terhadap asam salisilat. o Anatomi dan fisiologi 6iameter saluran nafas Sampai usia lima tahun, diameter saluran nafas bagian ba1ah pada anak relatif lebih kecil dibandingkan dengan orang de1asa, maka relatif lebih mudah terjadi obstruksi. 6inding dada 6inding dada pada bayi kecil yang kurang kaku akan mempercepat penutupan saluran nafas, 1alaupun dalam keadaan pernapasan biasa(tidal breathing&. 6emikian pula tulang ra1an trakea dan bronkus pada bayi kecil masih kkurang kaku sehingga mudah kolaps pada 1aktu ekspirasi. ;tot bronkus dan cabangnya =umlah otot polos bronkus dan cabangnya yang masih sedikit menyebabkan bronkodilator yang diberikan tidak memberikan hasil yang diharapkan. (ipersekresi kelenjar mukosa Pada dinding bronkus utama anak ditemukan lebih banyak kelenjar mukosa sehingga memperberat obstruksi. D. Manifestasi Klinis

+ejala klinis asma dapat dibagi dalam beberapa stadium sesuai dengan proses reaksi alergi yang terjadi. Stadium " 6apat berbicara dengan kalimat. Kesadaran3 mungkin irritable. !idak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa&. ,engi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi. 'iasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan. >etraksi interkostal dan dangkal. 8rekuensi nafas3 cepat (takipnea&. !idak ada pulsus paradoksus (? ". mm(g& Sa;- @ A #B@. Pa;- normal, biasanya tidak perlu diperiksa. Pa9;- ? /B mm(g Stadium -. 6apat berbicara dengan kalimat yang terpenggal0terputus. Kesadaran3 biasanya irritable. !idak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa&. ,engi nyaring, sepanjang ekspirasi C inspirasi. 'iasanya menggunakan otot bantu pernafasan. >etraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang. 8rekuensi nafas3 cepat (takipnea&. 8rekuensi nadi3 cepat (takikardi&. Ada pulsus paradoksus (".--. mm(g& Sa;- @ sebesar #"-#B@. Pa;- A $. mm(g. Pa9;- ? /B mm(g

Stadium 2 6apat berbicara dengan kata-kata.

Kesadaran3 biasanya irritable. !erdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa&. ,engi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi. ,enggunakan otot bantu pernafasan. >etraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. 8rekuensi nafas3 cepat (takipnea&. 8rekuensi nadi3 cepat (takikardi&. Ada pulsus paradoksus (A -. mm(g& Sa;- @ sebesar ? #. @. Pa;- ? $. mm(g. Pa9;- A /B mm(g

Pada serangan asma stadium 2 disertai ancaman henti nafas 3 E. Patogenesa Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensiti)itas bronkhioulus terhadap bendabenda asing di udara. >eaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut 3 seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody 7g5 abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila Kesadaran3 kebingungan. yata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa&. ,engi sulit atau tidak terdengar. Penggunaan otot bantu pernafasan3 terdapat gerakan paradoks torakoabdominal. >etraksi dangkal0hilang. 8rekuensi nafas3 lambat (bradipnea&. 8rekuensi nadi3 lambat (bradikardi&. !idak ada pulsus paradoksusD tanda kelelahan otot nafas

reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. 'ila seseorang menghirup alergen maka antibody 7g5 orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam <at, diantaranya histamin, <at anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient&, faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. 5fek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat

F. Pathway Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh 7g5 yang menancap pada permukaan sel mast atau basofil :epasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil Kontraksi otot polos Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat Penyempitan0obstruksi proksimal dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi 5dema mukosa bronkus Keluarnya sekret ke dalam lumen bronkus Sesak napas !ekanan partial oksigen di al)eoli menurun ;ksigen pada peredaran darah menurun (ipoksemia Asidosis metabolik 9;- mengalami retensi pada al)eoli Kadar 9;- dalam darah meningkat yang memberi rangsangan pada pusat pernapasan (iper)entilasi Asidosis respiratori

. Penatalaksanaan! Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik. ". Penobatan non farmakologik a& Penyuluhan =ika pasien sedang tidak mendapat serangan asma, pera1atan ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan memberikan pendidikan pada pasien sendiri ataupun keluarganya. Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit asma sehinggan klien dan keluarga secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan. ;rang tua juga perlu memperhatikan 3 ,enjaga keserasian keluarga agar tidak menimbulkan maslah psikologis bagi anak ,enjaga kesehatan anak dengan memberi makanan yang cukup bergi<i tetapi menghindari makanan yang mengandung alergen bagi anaknya. Kapan anak harus diba1a konsultasi. Persediaan obat tidak boleh sampai habis. :ebih baik jika obat tinggal "-- kali pemakaian anak sudah diba1a control ke dokter 7kut melaksanakan atau menga1asi kegiatan anak dalam batas yang ditentukan oleh dokter. Kepada anak sendiri (yang telah mengerti& diberitahukan apa yang boleh ia lakukan dan yang tidak. =ika pasien sedang mendapat serangan asma masalah yang perlu diperhatikan pada saat serangan adalah pasien menderita kesukaran bernapas (pakaian yang menganggu pernapasannya supaya dilepas saja, usahakan agar ruangan cukup mengandung ;- bila perlu jendela dibuka tetapi anak jangan ditempatkan di depan jendela (bahaya terkena angina langsung& dan gangguan rasa aman dan nyaman. b& ,enghindari faktor pencetus Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau pro)okasi bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c& 8isioterapi 8isioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. 7ni dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada. >elaksasi fisik dapat dibantu dengan latihan napas. -. Pengobatan farmakologik a& Agonis beta 'entuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 2-/ kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan ". menit. Eang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel &. b& ,etil Fantin +olongan metil 4antin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Aminofilin dapat diberikan dengan dosis 2-B mg0kg''0dosisoral dan diberikan tiap $ jam. 5fek samping yang sering dijumpai adalah iritasi lambung, insomnia, palpitasi, dan pada dosis yang berlebihan dapat terjadi kon)ulsi. c& Kortikosteroid. 5fek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat 'eta Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator. =ika agonis beta dan metil 4antin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate & dengan disis G.. empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus dia1asi dengan ketat. d& Kromolin Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak. 6osisnya berkisar "-- kapsul empat kali sehari. e& Ketotifen 5fek kerja sama dengan kromolin dengan dosis - 4 " mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral. f& 7prutropioum bromide (Atro)en& Atro)en adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator. g& 'ronkodilator +olongan adrenergik3 Adrenalin larutan " 3 "... subcutan. .,2 cc ditunggu selama "B menit, apabila

belum reda diberi lagi .,2 cc jika belum reda, dapat diulang sekali lagi "B menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil .," H .,- cc. +olongan methyl4anthine3 Aminophilin larutan dari ampul ". cc berisi -/. mg. 6iberikan secara intra)ena, pelan-pelan B H ". menit, diberikan B H ". cc. Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah - jam dengan pemberian adrenalin tidak memberi hasil. +olongan antikolinergik3 Sulfas atropin, 7pratroprium 'romide. 5fek antikolinergik adalah menghambat en<ym +uanylcyclase. h& Antibiotika. Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali3 sebagai profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder. i& 5kspektoransia. ,emudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. 'eberapa ekspektoran adalah3 air minum biasa (pengencer sekret&, +lyceril guaiacolat (ekspektorans&. (5)elin dan joyce :. kee, "##/ D Karnen barata1ijaja, "##/ & Pengobatan on ,edikamentosa3 a& Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik maupun hasil analisa gas darah. b& Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. 6engan menangani dehidrasi, )iskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan ekspektorasi. c& 6rainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan. d& ,enghindari paparan alergen. Pengobatan selama serangan status asthmatikus a& 7nfus >: 3 6B I 2 3 " tiap -/ jam b& Pemberian oksigen / liter0menit melalui nasal kanul c& Aminophilin bolus B mg 0 kg bb diberikan pelan-pelan selama -. menit dilanjutkan drip >l atau 6B mentenence (-. tetes0menit& dengan dosis -. mg0kg bb0-/ jam. d& !erbutalin .,-B mg0$ jam secara sub kutan.

e& 6e4amatason ".--. mg0$jam secara intra )ena. f& Antibiotik spektrum luas. (Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UP8 paru >SU6 6r Soetomo Surabaya &. 9ara pemberian obat asma 3 Per oral Per inhalasi atau aerosol3 dose metered inhalation (6,7& Subkutan 7ntramuscular 7ntra)ena

Pemilihan cara pemberian tergantung dari umur anak dan penting atau tidaknya obat harus segera bekerja. ". Ko#$likasi ". Status Asmatikus Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang la<im. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu, apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang timbulnya serangan seperti 3 7nfeksi saluran nafas Pencetus serangan (alergen, emosi0stress, obat-obatan, infeksi& Kontraksi otot polos 5dema mukusa (ipersekresi Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi& (ipo)entilasi 6istribusi )entilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru +angguan difusi gas di al)eoli

(ipoksemia (iperkarpia -. Pneumotoraks Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. >obekan ini akan berhubungan dengan bronchus. Pelebaran dari al)eoli dan pecahnya septa-septa al)eoli yang kemudian membentuk suatu bula di dekat suatu daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu sebab yang sering terjadi pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi emfisema. Penyebab tersering adalah )al)e mekanisme di distal dari bronchial yang ada keradangan atau jaringan parut. Secara singkat penyebab terjadinya pneumotorak menurut pendapat ,acklin (-..2& adalah sebagai berikut 3 Al)eoli disanggah oleh kapiler yang lemah dan mudah robek, udara masuk ke arah jaringan peribroncho)askuler apabila al)eoli itu menjadi lebar dan tekanan didalam al)eoli meningkat. Apabila gerakan napas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronchial merupakan fakltor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan. Selanjutnya udara yang terbebas dari al)eoli dapat menggoyakan jaringan fibrosis di peribroncho)askuler kearah hilus, masuk mediastinum dan menyebabkan pneumotoraks atau pneumomediastinum 2. 5mfisema kronik Adalah pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam al)eolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya. 6alam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah disebelah distal dari al)eolus. Pada 5mfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiriatas. (al ini diperkirakan oleh mekanisme katup penghentian. ,ekanisme katup penghentian Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari

dalam al)eolus menjadi lebih penimbunan udara di al)eolus menjadi(sukar dari pemasukannya bertambah di sebelah distal dari paru. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas paru /. Atelektasis Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. 'ronkus adalah - cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. =ika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam al)eoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga al)eoli akan menciut dan memadat. =aringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir dan kemudian akan mengalami infeksi. 8aktor resiko terjadinya atelektasis3

Pembiusan (anestesia&0pembedahan !irah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi Pernafasan dangkal Penyakit paru-paru. (ipoksemia (ipoksemia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan

B.

akibatnya sel-sel tidak cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan terganggu. (ipoksemia dapat disebabkan karena3 oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan oksigen dalam atmosfer atau karena hipo)entilasi (gangguan syaraf otot&, penyakit paru, hipo)entilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau compliance paru menurun. >asio )entilasi Hperfusi tidak sama (termasuk

peningkatan ruang rugi fisiologik dan shunt fisiologik&. 'erkurangnya membran difusi respirasi, shunt )ena ke arteri (shunt dari Jkanan ke kiriK pada jaringan&, transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat&. (al ini terjadi pada anemia, penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral, pembuluh darah jantung&, edem jaringan, pemakaian oksigen yang tidak memedai pada jaringan, misal pada keracunan en<im sel, kekurangan en<im sel karena defisiensi )itamin '." $. %. 'ronchitis kronik, 'ronkiolitis, Pneumonia Kematian

I. As%han Ke$e&awatan Asuhan kepera1atan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara pera1at dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. 6idalam memberikan asuhan kepera1atan digunakan metode proses kepera1atan yang meliputi3 pengkajian, diagnosa kepera1atan, perencanaan, pelaksanaan dan e)aluasi. "& Pengkajian Pengkajian merupakan tahap a1al dan landasan dalam proses kepera1atan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan kepera1atan. Keberhasilan proses kepera1atan sangat bergantuang pada tahap ini. !ahap ini terbagi atas3 a. Pengkajian Primer ". Air1ays Ada tidaknya sumbatan, penumpukan secret dan 1hee<ing atau krekles pada jalan nafas pasien. -. 'reathing Pada pengkajian tahap ini, umumya ditemukanya data adanya afiksia pada pasien, sesak nafas pada pasien. 2. 9irculation Pada pengkajian tahap ini, umumya ditemukanya data 3 +elisah Akral dingin

Kulit pucat, sianosis '. Pengkajian Sekunder ". 7dentitas klien. Pengajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status asthmatikus. Serangan asthma pada usia dini memberikan implikasi bah1a sangat mungkin terdapat status atopi. Sedangkan serangan pada usia de1asa di mungkinkan adanya faktor non atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma. Status perka1inan, gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. (al lain yang perlu dikaji tentang 3 !anggal ,>S, Anamnesis pada penderita asma sangat penting, omor >ekam untuk ,edik, dan 6iagnosa medis. (Antony 9, "##%D , Amin "##2D karnen ' "##/&. berguna mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. +ejala asma sangat ber)ariasi baik antar indi)idu maupun pada diri indi)idu itu sendiri (pada saat berbeda&, dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada 1aktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah 3 apas berbunyi, Sesak, 'atuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk 1aktu yang lama. -. >i1ayat penyakit sekarang. Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu 3 Lhee<ing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi a1al terjadinya serangan. 2. >i1ayat penyakit dahulu. Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. >i1ayat

serangan asthma frekuensi, 1aktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta ri1ayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma (!jen 6aniel, "##"& /. >i1ayat kesehatan keluarga. Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang ri1ayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, ((ood Alsagaf, "##2& B. >i1ayat spikososial +angguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony 9roket, "##% dan !jen 6aniel, "##"&. $. Pola fungsi kesehatan a. Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat +ejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan asthma (Antony 9rokett D"##%, !jien 6aniel D"##", Karnen 'D"##/& b. Pola nutrisi dan metabolisme Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas yang dialami klien. c. Pola eliminasi Perlu dikaji tentang kebiasaan 'A' dan 'AK mencakup 1arna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya. d. Pola tidur dan istirahat Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya 1hee<ing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, ( Antony 9D"##%&

e. Pola aktifitas dan latihan Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan 54erase 7nduced Asthma, (!jien 6anielD"##"& f. Pola hubungan dan peran +ejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja, (Antony 9, "##%& g. Pola persepsi dan konsep diri Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada diri klien. 9ara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang berulang. h. Pola sensori dan kognetif Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan memepengaruhi konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi. i. Pola reproduksi seksual >eproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. ,asalah ini akan menjadi stressor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma. j. Pola penangulangan stress Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. 8rekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor, (!jien 6anielD"##"& k. Pola tata nilai dan kepercayaan Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan ji1a klien. Keyakinan klien terhadap !uhan Eang ,aha 5sa serta pendekatan diri pada ya merupakan metode penanggulangan

stres yang konstruktif %. Pemeriksaan fisik 'erguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma a. Status kesehatan umum ("& Kesadaran klienD composmentis (-& Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan3 a& cemas0gelisah0panic b& sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara c& tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien. d& pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan apati sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan edema papil. (:aura A. !.D "##B, Karnen ' D"##G2&. a. 7ntegumen 6ikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji 1arna rambut, kelembaban dan kusam. (Karnen ' D"##/, :aura A. !albotD "##B&. b. Kepala. 6ikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, ri1ayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, )ertigo kelang ataupun hilang kesadaran. (:aura A.!albotD"##B&. c. ,ata. Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. Serta ri1ayat penyakit mata lainya (:aura A. !albot D "##B&. d. (idung Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori (Karnen '.D"##/, :aura A. !albotD"##B& e. ,ulut dan laring 6ikaji adanya perdarahan pada gusi. +angguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.

(Karnen '.3"##/&&. f. :eher 6ikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen '.D"##/&. g. !horak ("& 7nspeksi a& (iperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor. b& Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otototot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus&, sehingga tampak retraksi suprasternal, supracla)ikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung. c& ;tot-otot bantu pernapasan hipertrofi. d& 8rekuensi pernapasan meningkat e& 'atuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Larna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder. (Karnen '.D"##/, :aura A.!.D"##B&. (-& Palpasi. Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. (:aura A.!.D"##B&. (2& Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. (:aura A.!.D"##B&. (/& Auskultasi. !erdapat suara )esikuler yang meningkat disertai dengan e4pirasi lebih dari / detik atau lebih dari 24 inspirasi, dengan bunyi pernafasan 1hee<ing. Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan 1hee<ing tidak terdengar (silent chest&, sianosis. (Karnen ' .D"##/&. h. Kardio)askuler.

=antung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. !ekanan darah dan nadi yang meningkat. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin akan ditemukan adanya pulsus paradoksus, dimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari ". mm(g pada 1aktu inspirasi. ormal tidak lebih daripada B mm(g, pada asma yang berat bisa sampai ". mm(g atau lebih dan terjadi gangguan irama jantung serta takhikardi makin hebat disertai dehidrasi. (>obert P.D"##/, :aura A. !.D"##B&. i. Abdomen. Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frek1ensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi ((udak dan +alloD"##%, :aura A.!.D"##B&. j. 5kstrimitas. 6i kaji adanya edema e4tremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada e4tremitas karena dapat merangsang serangan asthma,(:aura A.!.D"##B&. G. Pemeriksaan penunjang. a. Pemeriksaan spinometri. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan 85M atau 8M9 sebanyak lebih dari -.@ menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen 'D"##G&. b. !es pro)okasi brokial. 6ilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan 85M, sebesar -.@ atau lebih setelah tes pro)okasi dan denyut jantung G.-#. @ dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan P58> ". @ atau lebih, (Karnen '.D"##G&. c. Pemeriksan tes kulit. Untuk menunjukan adanya antibodi 7g5 hipersensitif yang spesifik dalam tubuh, (Karnen '.D"##G&. d. :aboratorium. ("& Analisa gas darah. (anya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang

Pa;- normal sampai sedikit menurun, Pa9;- menurun dan terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat Pa;- jelas menurun, Pa9;normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.(Karnen '.D"##G&. (-& Sputum. Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel H sel epitel dari perlekatannya. Pea1arnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik,(Arjadiono !.D"##B&. (2& Sel eosinofil Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai "... H "B.. 0mm2 baik asthma 7ntrinsik ataupun e4trinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara "..--..0mm2. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat. :ekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi. (Arjadiono !.D"##B& (/& Pemeriksaan darah rutin dan kimia =umlah sel leukosit lebih dari "B.... terjadi karena adanya infeksi. S+;! dan S+P! meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea,(Arjadiono !.D"##B&. e. >adiologi Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik di paru atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain H lain. bronkus, )askulasrisasi paru. (Karnen '.D"##G&. f. 5lektrokardiogram Perubahan 5K+ didapat pada B.@ penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan p(, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan. Sinus takikardi H sering terjadi pada asthma. -& Analisa data 6ata yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. 'eberapa tanda yang

menunjukkan yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. (asil dari analisa adalah pernyataan masalah kepera1atan. 2& 6iagnosa Kepera1atan 6iagnosa kepera1atan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Pera1at memakai proses kepera1atan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan inter)ensi kepera1atan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung ja1abnya, (:ismidar D "##-&. 'erikut adalah diagnosa kepera1atan yang sering muncul pada klien status astmatikus. a& Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme (:indajual 9.D"##B&. b& Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan, ((udak dan +allo D"##%&. c& Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. (:indajual 9D"##B&. d& Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi 9;-, peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,(Susan ,artin !uckerD"##2&. e& >esiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas, ((udak dan +alloD"##%&. f& >esiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi, ((udak dan +alloD"##%&. g& >esiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi 9;- hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur, ((udak dan +alloD"##%&. h& >esiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan pera1atan diri saat pulang,(Susan ,artin !uckerD"##2&. /& Perencanaan

Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis kepera1atan maka tahap berikutnya adalah perencanaan . Pada tahap ini pera1at membuat rencana pera1atan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan kepera1atan, (:ismidarD"##-&. Perencanaan dari diagnosis H diagnosis kepera1atan diatas adalah sebagai berikut3 a& Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi peningkatan produksi mukus bronkospasme. ". !ujuan 3 =alan nafas menjadi efektif. -. Kriteria hasil (a& menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan pertukaran gas. (b& dapat mendemontrasikan batuk efektif (c& dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi (d& tidak ada suara nafas tambahan 2. >encana tindakan (a& Kaji 1arna, kekentalan dan jumlah sputum (b& 7nstruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk. (c& Ajarkan klien untuk menurunkan )iskositas sekresi (d& Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan (e& :akukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada. (f& 6orong dan atau berikan pera1atan mulut /. >asional (a& Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi (b& 'atuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi (c& Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis. (d& 'erkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan keberhasilan (e& 8isioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret. (f& (ygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau kental

mulut. b& Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan. ". !ujuan 3 Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif -. Kriteria hasil (a& 8rekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru (b& ,enyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebut 2. >encana tindakan (a& ,onitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan (b& Posisikan klien dada posisi semi fo1ler (c& Alihkan perhatian indi)idu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif (d& ,inimalkan distensi gaster (e& Kaji pernafasan selama tidur (f& Eakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea /. >asional (a& !akipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif (b& Posisi semi fo1ler akan menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan pada organ paru (c& Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif (d& 6istensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma (e& Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif (f& >asa raguHragu pada klien dapat menghambat komunikasi terapeutik c& Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. ". !ujuan 3 Asietas berkurang atau hilang. -. Kriteria hasil (a& Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya. (b& ,unghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis. (c& ,enggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas. 2. >encana tindakan.

(a& Kaji tingkat ansietas yang dialami klien. (b& Kaji kebiasaan keterampilan koping. (c& 'eri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati. (d& 7mplementasikan teknik relaksasi. (e& =elaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan. (f& Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan. /. >asional. (a& ,engetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya. (b& ,enilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta mena1arkan alternatif koping yang bisa di gunakan. (c& 6ukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama. (d& >elaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan menghilangkan kecemasan (e& Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif. d& Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi 9; -, peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit. ". !ujuan 3 Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat. -. Kreteria hasil (a& 8rekuensi nafas "$ H -. kali0menit (b& 8rekuensi nadi $. H "-. kali0menit (c& Larna kulit normal, tidak ada dipnea dan +6A dalam batas normal 2. >encana tindakan (a& Pantauan status pernafasan tiap / jam, hasil +6A, pemasukan dan haluaran (b& !empatkan klien pada posisi semi fo1ler (c& 'erikan terapi intra)ena sesuai anjuran (d& 'erikan oksigen melalui kanula nasal / l0mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil Pa;(e& 'erikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda H tanda toksisitas /. >asional

(a& Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien (b& Posisi tegak memungkinkan e4pansi paru lebih baik (c& Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan )askular untuk pemberian obat H obat darurat. (d& Pemberian oksigen mengurangi beban otot H otot pernafasan (e& Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi sebelumnya (f& Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis e& >esiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas ". !ujuan 3 Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi -. Kriteria hasil 3 (a& Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit (b& !idak terjadi penurunan berat badan 2. >encana tindakan (a& ,engidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang banyak ataupun dipsnea. (b& Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum makan. (c& :akukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna (d& 'erikan diit !K!P sesuai dengan ketentuan (e& 'antu klien istirahat sebelum makan (f& !imbang berat badan setiap hari /. >asional (a& ,erencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab masalah. (b& 6engan pera1atan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu makan. (c& ,engetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi. (d& ,emenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (e& Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan. (f& !urunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.

f&

>esiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi. ". !ujuan 3 Klien tidak mengalami infeksi nosokomial -. Kriteria hasil 3 !idak ada tanda H tanda infeksi 2. >encana tindakan (a& ,onitor tanda H tanda infeksi tiap / jam. (b& +unakan teknik steril untuk pera1atan infus. atau tidakan infasif lainnya. (c& Pertahankan ke1aspadaan umum. (d& 7nspeksi dan catat 1arna, kekentalan dan jumlah sputum. (e& 'erikan nutrisi yang adekuat (f& ,onitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan (g& 'erikan antibiotik sesuai dengan indikasi /. >asional (a& Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda H tanda infeksi (b& !eknik steril memutus rantai infeksi nosokomial (c& Ke1aspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi pera1at untuk melakukan tindakan bila ada perubahan kondisi klien. (d& Sputum merupakan media berkembangnya kuman. (e& utrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan tubuh. (f& Sel darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan infeksi. (g& !indakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh.

g& >esiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi 9; -, hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur. ". !ujuan 3 Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan tingkat enegi saat terbangun -. Kriteria hasil (a& ,ampu mendiskusikan penyebab keletihan (b& Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh (c& Klien dapat rilek dan 1ajahnya cerah. 2. >encana tindakan (a& =elaskan sebab H sebab keletihan indi)idu (b& (indari gangguan saat tidur.

(c& ,enganalisa bersama H sama tingkat kelelahan dengan menggunakan skala >hoten ("#G-&. (d& 7ndenti)ikasi akti)itas H akti)itas penting dan sesuaikan antara akti)itas dengan istirahat. (e& Ajarkan teknik pernafasan yang efektif. (f& Pertahankan tambahan ;- bila latihan . (g& (indarkan penggunaan sedatif dan hipnotif. /. >asional (a& 6iketahuinya menghindarinya. (b& !idur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah menurun setelah akti)itas. (c& Skala >hoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami klien. (d& Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan aktifitas dan kebutuhan istirahat. (e& Pernafasan efektif membantu terpenuhnya ;- dijaringan. (f& ;- digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi. (g& Sedatif dan hipnotik melemahkan ototHotot khususnya otot pernafasan. h& >esiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya faktorHfaktor penyebab maka diharapkan bias

pengetahuan tentang kondisi dan pera1atan diri pada saat pulang. ". !ujuan 3 Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti rencana pengobatan. -. Kriteria hasil (a& Klien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan pera1atan diri pada saat pulang (b& ,enggunakan alat H alat pernafasan yang tepat 2. >encana tindakan (a& 'antu mengidentifikasi faktor H faktor pencetus serangan asthma (b& Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah pera1atan di rumah sakit (c& Anjurkan dan beri alternati)e untuk menghindari faktor pencetus. (d& Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan pernafasan . (e& =elaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi.

(f& 7nstruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan karakteristrik sputum, peningkatan suhu, batuk, kelemahan nafas pendek ataupun peningkatan berat badan atau bengkak pada telapak kaki. /. >asional (a& 6iketahuinya faktor pencetus mempermudah cara menghindari serangan asthma . (b& !indakan pre)entif merupakan salah satu upaya yang di lakukan untuk memberikan pelayanan secara komprehensif. (c& Salah satu upaya pre)entif adalah menghindarkan klien dari faktor pencetus. (d& Klien dengan asthma se1ring mengalami kecemasan yang mengakibatkan pola nafas tidak efektif sehingga perlu dilakukan latihan pernafasan. (e& 7nfeksi terutama 7SPA menjadi faktor penyebab serangan asthma . (f& Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya penanganan segera agar tidak mengalami komplikasi. B& 7mplementasi 7mplementasi merupakan pelaksanaan perencanaan kepera1atan oleh pera1at . Seperti tahap H tahap yang lain dalam proses kepera1atan , fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain 3 a. Malidasi (pengesahan& rencana kepera1atan b. ,enulis0 mendokumentasikan rencana kepera1atan c. ,emberikan asuhan kepera1atan d. ,elanjutkan pengumpulan data $& 5)aluasi 5)aluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepera1atan yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien pera1at dan anggota tim kesehatan lainnya !ujuan e)aluasi adalah 3 a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana pera1atan tercapai atau tidak b. Untuk melakukan pengkajian ulang Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan

prilaku klien a. !ujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan tujuan pada 1aktu atau tanggal yang telah ditentukan b. !ujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan c. !ujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan

DAF(AR P)S(AKA Karnen +. 'arata1idjaya, Samsuridjal. ("##/&. Pedoman Penatalaksanaan Asma Bronkial. 9M 7nfomedika =akarta. ,uhamad Amin. (ood Alsagaff. L.'.,. !aib Saleh. ("##2&. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Uni)ersity Press. !ucker S.,. ("##2&. Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. 5+9. 'et<, 9ecily l, dkk. -..-. Buku Saku Keperawaatan Anak Edisi 3. =akarta3 5+9 (abel, Ale4. "##.. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak Edisi 2 =akarta3 'inarupa Aksara ,atondang, Akib. "##$ Buku A!ar Alergi"Imunologi Anak. =akarta3 76A7 gastiyah. -..B. Perawatan Anak Sakit. =akarta3 5+9 Pincus, 9at<el. "##B. Kapita Selekta Pediatri#. =akarta3 5+9 Staf pengajar ilmu kesehatan anak 8KU7. "#GB. Buku Kulia$ Ilmu Kese$atan Anak 3 . =akarta3 'agian 7lmu Kesehatan Anak. 8KU7.

:AP;>A P5 6A(U:UA

AS,A '>; K7A:

6isusun oleh 6A A + 6L7 U+>;(; P"%/-.-.#./B

P;:7!5K 7K K5S5(A!A K5,5 K5S S5,A>A + P>;+>A, S!U67 K5P5>ALA!A PU>L;K5>!; -."-

Vous aimerez peut-être aussi