Vous êtes sur la page 1sur 17

ABSTRAK

Kentang (Solanum tuberosum) adalah salah satu jenis umbi-umbian yang kaya akan karbohidrat. Selain itu, setelah diteliti lebih dalam lagi ternyata kentang merupakan salah satu larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Adanya listrik pada kentang dapat diamati dari bergeraknya jarum voltmeter dan menyalanya lampu LED (Light Emitting Diode) ketika dihubungkan pada kentang dengan menggunakan prinsip sel Volta dan dirangkai secara seri. Sel Volta merupakan suatu jenis sel elektrokimia yang dapat menghasilkan listrik. Pada sel Volta terdapat dua istilah yaitu elektrolit dan elektrode. Dimana suatu elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik jika tidak dihubungkan dengan suatu elektrode. Pada sel Volta terdapat dua elektrode yaitu katode (kutub positif) dan anode (kutub negatif). Adanya kandungan listrik pada kentang karena kentang mengandung garam dan air. Suatu garam apabila bereaksi dengan air akan menjadi larutan garam yang dapat menghasilkan listrik atau disebut dengan larutan elektrolit. Kata kunci: Kentang, Larutan Elektrolit, Listrik, Sel Volta dan Garam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan salah satu dari sekian banyak energi yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Bahkan manusia menjadikan energi listrik sebagai kebutuhan pokok setelah pangan, sandang dan papan. Hal itu dikarenakan peranan listrik sangat penting dalam menompang segala sendi kehidupan. .

Penggunaan energi listrik di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sementara itu, suplay energi listrik yang bersumber dari minyak bumi, gas bumi, dan batu bara memiliki keterbatasan. Hal ini dikarenakan bahan-bahan tersebut bersifat tidak dapat diperbaharui. Walaupun di sisi lainnya banyak sumber-sumber energi listrik seperti tenaga surya, angin, aliran air dan lain-lain. Namun semua itu belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Krisis listrik di Indonesia sudah mulai kita rasakan, hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara produksi listrik dengan penggunaan listrik. Sampai saat ini, sumber energi pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar bergantung pada minyak bumi, gas bumi, dan batu bara yang mana ketiga bahan tersebut tidak dapat diperbaharui sebab proses pembentukannya membutuhkan waktu berjuta-juta tahun lamanya. Krisis energi listrik ini harus segera ditangani salah satunya menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Banyak sumber-sumber listrik yang dapat diperbaharui dan ramah linkungan salah satunya adalah kentang. Kentang (Solanum tuberosum) adalah tanaman darat yang mengandung banyak Karbohidrat. Kentang banyak ditemukan di semua negara bahkan orang Eropa memanfaatkan kentang sebagai bahan makanan pokok. Namun, masyarakat hanya mengetahui manfaat kentang sebagai bahan pangan tanpa mereka teliti lebih dalam lagi, padahal jika diteliti lebih dalam lagi banyak sekali manfaat dari kentang salah satunya adalah dapat menghasilakan listrik. Untuk membuktikan itu, akan dilakukan penelitian tentang ANALISIS KANDUNGAN LISTRIK PADA KENTANG (Solanum tuberosum). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka secara garis besar ada permasalahan yang dirumuskan yaitu: 1. Apakah kentang dapat menghasilkan listrik ? 2. Mengapa kentang dapat menghasilkan listrik ?

1.4 Hipotesis

Dari landasan teori dapat ditarik suatu hipotesis bahwasannya kentang dapat menghasilkan listrik.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilaksanaknnya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kandungan listrik pada kentang. 2. Mengetahui cara agar kentang dapat menghasilkan listrik.

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai Kentang. 2. Untuk dapat memanfaatkan Kentang dengan seefisien mungkin.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Mengenal Kentang

Solanum tuberosum adalah nama ilmiah dari kentang. Ahli taksonomi memasukan kentang ke dalam kelas Dicotyledoneae, bangsa/ordo Tubiflorae, suku/famili Solanaceae atau tanaman berbunga terompet, marga / genus Solanum, dan jenis /spesies Solanum tuberosum. Nama kentang adalah sebutan umbi tersebut di dalam bahasa indonesia. Jadi, nama kentang bukanlah nama satu-satunya yang dimiliki tumbuhan berumbi yang kayak akan karbohidrat tersebut. Selain nama itu, masih banyak nama yang lain lagi. Misalnya di Jawa Barat, tanaman kentang disebut luwi kumeli; di Aceh dan Minangkabau disebut gantang; di Palembang disebut gadung lepar; dan masih banyak di daerah lainnya. Sebutan yang berbeda juga bukan hanya ada di daerah, tetapi di tiap negara menyebutnya dengan nama yang berbeda. Misalnya di Inggris menyebutnya dengan nama potato; di Belanda menyebutnya dengan nama aardapel; di Jerman menyebutnya dengan nama kartoffel; dan begitupun di negara lain menyebutnya dengan nama yang berbeda (Setiadi dan Nurulhuda, 2001: 11). Awalnya kentang belum menyebar luas, tempat tumbuhnya masih terbatas yaitu di daerah dingin saja. Kemudian merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya mencapai daerah panas (tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang iklimnya berbeda tidak dengan proses cepat, tetapi melampaui banyak tahapan. Asal mulanya kentang hanya berasal di negara Amerika Selatan tepatnya di danau Titicaca, pegunungan Andes, perbatasan Peru dan Bolivia. Dari sini kentang menyebar ke Peru, Bolivia, Cili, Kolumbia. Kemudian kentang disebar luaskan oleh Colombus, salah satu pengembara yang berhasil menemukan benua Amerika. Colombus menyebar luaskan kentang ke negara Spanyol, dan kemudian kentang menyebar luas di benua Eropa. Kentang yang masuk ke Indonesia adalah kentang yang berasal dari Amerika. Kentang ini ditemukan disekitar Cimahi, Bandung pada tahun 1794. Kemudian disebarkan ke daerah Karo, Sumatra Utara, Aceh, Padang, Palembang, Minahasa, Bali, Flores, Seram, dan Timor. Setelah lama berkembang , baru diketahui jenis kentang ini adalah kentang eigenheimer (Setiadi dan Nurulhuda, 2001: 1).

Kentang merupakan tanaman setahun, yang berbentuk menyemak dan bersifat menjalar. Semua bagian tanaman tersebut mengandung racun solanian. Begitu pula umbinya, yaitu ketika memasuki masa bertunas. Namun bagian umbi ini bila telah berusia tua atau siap dipanen, racun ini akan berkurang dan bahkan bisa hilang, sehingga aman untuk dikonsumsi (Setiadi dan Nurulhuda, 2001: 12).

2.2 Kandungan Mineral pada Kentang

Menurut Medical Board (2010:4),

kentang mengandung lebih banyak kalium

dibandingkan sayuran segar lainnya, bahkan lebih banyak dari buah pisang. Satu kentang memiliki hampir 900 mg yang merupakan 20% kalium yang manusia butuhkan setiap harinya. Kalium adalah zat yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Menurut Elis (2010:3), Kentang mengandung kadar air cukup tinggi, yaitu sekitar 80%. Itulah yang menyebabkan kentang segar mudah rusak, sehingga harus disimpan dan ditangani dengan baik. Kentang mengandung pati, yang dimana pati kentang mengandung amilum dan amilopektin dengan perbandingan 1:3. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2,4%, dan lemak 0,1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal. Energi kentang lebih rendah dibandingkan beras. Namun, jika dibandingkan dengan umbi-umbian yang lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas, komposisi gizi kentang masih relatif lebih baik. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin C, kadarnya mencapai 31 mg per 100 gram dari bagian kentang yang dapat dimakan. Umbi-umbian lainnya sangat sedikit mengandung vitamin C. Kebutuhan vitamin C sehari 60 mg, untuk memenuhinya cukup dengan memakan 200 gram kentang. Kadar vitamin lain yang cukup menonjol B1 (vtiamin). Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang, sepertiga kebutuhan vitamin C (33%) telah tercapai. Demikian juga halnya dengan sebagian besar kebutuhan akan vitamin B dan zat besi. Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati yang ada dalam kentang, jagung dan tumbuhan lain mengandung amilopektin sekitar 75 80% dan amilum sekitar 20-25% (Octha, 2010: 1). Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak 2 gram, kalori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain kandungan-

kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin yang penting bagi tubuh (Ratna, 2010:2). Menurut pendapat Eric Manajer operasional semikonduktor/produk komunikasi (2010:5), Kentang juga mengandung zat pati, garam dapur (NaCl) dan air (H2O). Yang dimana sebuah larutan elektrolit itu mempunyai tiga kmponen yaitu asam, basa, dan garam.

1. Asam-Basa Asam ( acid ) berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Adapun basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Hingga saat ini, ada tiga pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh empat ilmuwan. Mereka adalah Svante Arrhenius, Johannes Bronsted, Thomas Lowry, dan Gilbert Newton Lewis.

a.

Pengertian Asam-Basa Menurut Arrhenius Tahun 1884, ilmuwan dari swedia bernama Svante Arrhenius mengemukakan pengertian asam-basa berdasarkan reaksi ionisasi. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH-

b. Pengertian Asam-Basa Menurut Bronsted-Lowry Pada tahun 1932, ilmuwan Denmark Johannes Bronsted dan ilmuwan Inggris Thomas Lowry mengemukakan teori asambasa berdasarkan serah terima proton, proton merupakan suatu atom yang bermuatan positif. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah suatu zat yang dapat memberikan proton pada zat lain (donor proton). Suatu zat baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry asalkan mempunyai minimal satu atom H. Misalkan HCL, H2SO4, HSO4- , H3O+ , dan NH4+. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain (akseptor proton). Suatu zat, baik yang bermuatan positif, negatif, ataupun netral termasuk asam Bronsted-Lowry jika mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan atom H, misalnya NH3, CO3-, dan OH-. Pengertian asam-basa yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry memperbaiki kelemahan teori asam-basa Arrhenius. Pengertian asam-basa Arrhenius hanya berlaku untuk senyawa yang larut dalam pelarut air karena reaksi ionisasi yang menghasilkan H + dan OH- hanya

terjadi dalam pelarut air. Sedangkan untuk senyawa yang tidak larut kedalam air tidak dapat dijelaskan oleh Arrhenius, akan tetapi dapat dijelaskan oleh Bronsted-Lowry. Teori asam-basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan semua reaksi yang terjadi dalam bentuk apapun, termasuk gas, larutan bukan air, larutan air, dan campuran heterogen. Penentuan suatu zat sebagai asam Bronsted-Lowry atau basa Bronsted-Lowry dapat dilakukan jika zat tersebut beraksi dengan zat lainnya. Pengertian Asam Basa Menurut Lewis Tahun 1983, ilmuwan Amerika Serikat Gilbert Newton Lewis mengusulkan pengertian asam-basa berdasarkan reaksi serah terima elektron. Menurut Lewis, dalam suatu reaksi kimia, suatu zat termasuk asam jika dapat menerima pasangan elektron dan tergolong basa jika dapat memberi pasangan elektron. Reaksi asam-basa Lewis menghasilkan ikatan kovalen koordinasi. Contohnya , reaksi antara BF3 dan NH3 (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 102). 2. Garam Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl-), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO-), fluorida (F-), sulfat (SO42-), dan Natrium klorida (NaCl) (wikipedia, 2010:1). Garam yang dihasilkan sutau reaksi asam dan basa dapat bersifat asam,basa dan netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah serta jenis senyawa asam dan basa yang direaksikan (Justiana dan Muchtaridi, 2009:19). Garam yang terhidrolisis dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentukan ion hidronium ketika dilarutkan ke dalam air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa. Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida (NaCl) yang dilarutkan dalam air) merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik (Rahayu, 2009: 1). Suatu garam dapat tersusun dari basa kuat dan asam kuat, asam kuat dan basa lemah, basa kuat dan asam lemah, dan asam lemah dan basa lemah. Contoh suatu garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat adalah NaCl. NaCl merupakan suatu garam yang terdiri atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Garam tersebut bersifat netral karena ion

c.

Na berasal dari basa kuat, sedangkan ion Cl berasal dari asam kuat, sehingga garam tersebut tidak akan terhidrolisis (Justiana dan Muchtarid, 2009: 195).

2.3

Energi Listrik

Energi listrik adalah energi yang disebabkan oleh mengalirnya muatan listrik di dalam sebuah rangkaian. Suatu energi listrik harus memiliki arus listrik yang berfungsi sebagai penghantar aliran muatan listrik, arus listrik mengalir karena adanya beda potensial listrik atau tegangan listrik. Dalam arus listrik arah muatan negatif (elektron) berlawanan arah dengan muatan positif (proton). Kuat arus listrik dapat di ukur menggunakan Amperemeter yang di ukur dalam rangkaian seri, sedangkan tegangannya dapat diukur dengan Voltmeter (Alfatah dan yusuf, 2008: 149).

2.4 Larutan Elektrolit

Larutan terbagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit ialah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Di dalam larutan elektrolit terdapat larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat, perbedaanya ada pada banyak sedikitnya larutan tersebut menghantarkan arus listrik. Larutan elektrollit lemah hanya sedikit menghantarkan arus listrik sedangkan larutan elektrolit kuat lebih banyak menghantarkan arus listrik (Parning, 2006: 2). Larutan elektrolit adalah zat terlarut yang mengalami ionisasi sehingga di dalam larutan terdapat ion-ion yang dapat menghantarkan listrik (Santoso, 2008: 83). Zat-zat elektrolit di dalam larutannya terdapat dalam bentuk ion-ion, yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sedangkan zat-zat nonelektrolit dalam bentuk larutannya terdapat dalam bentuk molekul-molekulnya. Zat-zat yang di dalam larutannya dapat terionisasi (zat-zat elektrolit) adalah asam, basa, dan garam. Adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan itulah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Semakin banyak jumlah ion yang terkandung dalam larutan elektrolit, maka semakin tinggi pula daya hantar listriknya. Sumber larutan elektrolit adalah senyawa ion dan senyawa kovalen polar (Parning, 2006: 3).

1. Reaksi Ionisasi pada Senyawa Ion

Reaksi ionisasi pada senyawa ion disebut reaksi disosiasi. Senyawa ion tersusun atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Senyawa ion akan terurai menjadi ion-ionnya ketika dilarutkan dalam air. Ion-ion tersebut akan bergerak bebas. Ion-ion tidak selalu bebas sama sekali ketika senyawa ion terdisosiasi dalam air. Ion-ion tersebut akan dihalangi oleh molekul-molekul air sehingga dikatakan akan terhidrasi. Selain dalam bentuk larutan, senyawa ion dalam bentuk lelehan juga dpat menghantarkan arus listrik. Pada saat meleleh, senyawa ion akan terurai menjadi ion-ionnya yang bergerak bebas. Adapun padatan senyawa ionnya tidak dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat menghantarkan listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 140).

2. Reaksi Ionisasi pada Senyawa Kovalen

Ionisasi atau terbentuknya ion-ion dalam larutan tidak terbatas untuk senyawa ion saja. Zat yang merupakan molekul kovalen yang bereaksi juga merupakan suatu elektrolit. Contohnya adalah HCl. Reaksi ionisasi pada senyawa kovalen terjadi karena adanya perpindahan proton dan hidrogen ( H+ ) dari molekul HCL ke molekul air sehingga menghasilkan ion hidronium ( H3O+ ) dan ion klorida ( Cl- ). Jika HCl dilarutkan dalam air, akan terjadi reaksi kimia dan terurai menjadi ion-ion walaupun HCL merupakan molekul netral (Parning, 2006: 5).

2.5 Sel Volta Sel Volta merupakan jenis sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik dari reaksi redoks yang berlangsung spontan. Sel Volta disebut juga sel Galvani. Penamaan sel Volta dan sel Galvani diberikan untuk Alexander Volta dan Alexander Galvani. Pada sel Volta terdapat dua elektrode yaitu anode dan katode. Anode berfungsi sebagai kutub negatif dan katode berfungsi sebagai kutub positif. Anode dan katode yang berupa logam dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang mengandung masing-masing ion logamnya. Contoh logam yang dapat menghasilkan listrik adalah reaksi antara seng (Zn) dan tembaga (Cu) (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 39). menghargai jasa penemu kedua sel ini, yaitu

Sel Volta dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer, sel sekunder, dan sel bahan bakar. Sel Volta primer adalah sel Volta yang tidak dapat diperbaharui (sekali pakai). Reaksi redoks dalam sel ini bersifat irreversible (tidak kembali lagi). Contohnya sel kering (batrei biasa), batrei alkalin, batrei merkuri oksida, dan batrei ion litium. Sel Volta sekunder adalah sel Volta yang dapat diperbarui (dapat diisi ulang). Reaksi redoks di dalam sel Volta ini bersifat reversible (dapat kembali) sehingga dapat kembali kekeadaan semula. Contohnya aki, batrei Ni-Cd,batrei Ni-logam hidrida. Sel Volta bahan bakar (fuel cell) adalah sel Volta yang tidak diperbarui, tetapi juga tidak habis. Pada sel bahan bakar, elektrodenya berupa gas-gas yanng ditambahkan terus menerus selama sel itu bekerja (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 40). Contoh sel Volta adalah:

1. Sel Kering dan Batrei Alkaline

Sel kering tersusun atas silinder seng berisi pasta dari campuran batu (MnO2), salamik (NH4Cl), karbon, dan sedikit air. Seng berfungsi sebagai Anode, grafit yang merupakan elektrode inert sebagai katode. Besarnya potensial yang dihasilkan sel kering adalah 1,5 Volta. Batrei kering jenis alkalin merupakan pengembangan dari batrei kering. Cara kerjanya hampir sama dengan batrei kering, namun batreai alkalin menggunakan KOH sebagai

pengganti NH4Cl dalam pasta. Batrei alkalin lebih tahan lama dibandingkan batrei kering. 2. Aki Mobil

Sel aki tersusun atas keping-keping Pb sebagai anode dan keping PbO2 (timbal oksida) sebagai katode dengan tegangan sebesar 2 volt. Keping-keping tersebut disusun secara seri berpasangan biasanya 3 hingga 6 pasang. Sel aki berisikan asam sulfat ( H2SO4 ) 30%. Elektron mengalir dari anode ke katode menghasilkan aliran listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 41).

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakikan pada: Tanggal: Waktu: Tempat:

3.2. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan cara meneliti kandungan listrik di dalam kentang dengan menggunakan voltmeter dan lampu LED (Light Emitting Diode).
3.3.prosedur penelitian

Untuk penelitian ini dilakukan dalam beberapa prosedur di antaranya : a. Untuk memulai penelitian, disiapkan semua alat dan bahan penelitian. b. Satu lempeng tembaga dan seng ditusukan pada setiap kentang dengan tidak saling berdekatan atau bersinggungan. c. Setiap lempeng tembaga dan seng dijepit dengan penjepit buaya dan dirangkai secara seri disesuaikan dengan jumlah kentang yang akan diteliti. d. Untuk penelitian dengan mengguanakan voltmeter, kedua ujung rangkain dihubungkan dengan voltmeter yang disesuaikan dengan kutub positif dan kutub negatif. Dan untuk penelitian dengan menggunakan lampu LED, kedua ujung rangakian dihubungkan dengan lampu LED. e. Setiap rangkaian yang telah disusun diamati dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
Eksperimen ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:

3.4 Alat dan Bahan

Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah : 1. 2. 3. 5 Buah Kentang segar 1 Buah lampu LED (Light Emitting Diode) 1 Lempeng Tembaga

4. 5. 6. 7. 8. 9.

1Lempeng Seng Buah Jepitan buaya lengkap dengan kabel penghubung 1 Buah Voltmeter 1 Buah Gunting 1 Buah Ballpoint 1 Buku Tulis

10. 1 Buah Neraca

Langkah langkah kerja :

a. Untuk memulai penelitian, disiapkan semua alat dan bahan penelitian. b. Satu lempeng tembaga dan seng ditusukan pada setiap kentang dengan tidak saling berdekatan atau bersinggungan. c. Setiap lempeng tembaga dan seng dijepit dengan penjepit buaya dan dirangkai secara seri disesuaikan dengan jumlah kentang yang akan diteliti. d. Untuk penelitian dengan mengguanakan voltmeter, kedua ujung rangkain dihubungkan dengan voltmeter yang disesuaikan dengan kutub positif dan kutub negatif. Dan untuk penelitian dengan menggunakan lampu LED, kedua ujung rangakian dihubungkan dengan lampu LED. e. Setiap rangkaian yang telah disusun diamati dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian terhadap 15 buah kentang yang dilakukan sebanyak 5 kali penelitian dengan menggunakan voltmeter dan lampu LED (Light Emitting Diode) dengan jumlah kentang yang berbeda pada setiap kali penelitian, maka dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil penelitian uji coba kandungan listrik pada kentang No 1 2 3 4 5 Jumlah Kentang 1 Buah 2 Buah 3 Buah 4 Buah 5 Buah Rata-Rata Voltase (Volt) 0,9 2 2,8 3,2 4 0,86 Reaksi lampu LED Tidak Menyala Redup Agak Terang Terang Terang Sekali -

Dari Tabel 4.1 di atas tampak bahwa pada 1 buah kentang sudah dapat menghasilkan listrik tetapi tidak dapat menyalakan 1 buah lampu LED, sedangkan untuk menyalakan 1 buah lampu LED diperlukan kentang sebanyak 2 buah. Semakin banyak kentang yang digunakan maka semakin besar Voltase listrik yang dihasilkan dan semakin terang nyala lampu LED. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit kentang yang digunakan maka semakin kecil Voltase listrik yang dihasilkan dan nyala lampu semakin redup. Setelah diratakan, ternyata rata-rata tegangan listrik pada setiap 1 buah kentang adalah 0,86 V. Selain melakukan penelitian untuk mengetahui besar kandungan listrik pada kentang, dilakukan juga penelitian mengenai frekuensi lamanya waktu lampu LED menyala ketika disambungkan pada rangkaian tersebut. Untuk hasil tersebut dapat diamati dari Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil penelitian uji coba frekuensi waktu yang dihasilkan kentang No 1 2 Jumlah Kentang 2 Buah 3 Buah Frekuensi Waktu 42 Hari 57 Hari

Dari Tabel 4.2 tampak jelas bahwa listrik yang dihasilkan oleh kentang memiliki frekuensi waktu yang cukup lama. Hal tersebut teramati dari lamanya kentang menyalakan lampu LED, karena setiap 2 buah kentang dapat menyalakan lampu LED selama 42 Hari sedangkan untuk 3 buah kentang dapat menyalakan lampu LED selama 57 Hari. Oleh sebab itu, semakin banyak kentang maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin lama. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit kentang maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin cepat. Selain mengamat frekuensi waktu yang dihasilkan kentang, penulis juga meneliti mengenai pengaruh massa terhadap besar kecilnya Voltase listrik yang dihasilkan kentang. Adapun untuk hasil tersebut dapat diamati pada Tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Hasil uji coba pengaruh perbedaan massa kentang terhadap besar listrik yang dihasilkan No 1 2 Jumlah Kentang 1 Buah 1 Buah Massa (gram) 100,1 95 Voltase (Volt) 0,9 0,72 Reaksi Lampu LED Tidak Menyala Tidak Menyala

Dari Tabel 4.3 tampak jelas bahwa massa sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya listrik yang dihasilkan. Semakin besar massa kentang maka semakin Voltase besar listrik yang dihasilkan begitupun sebaliknya, semakin kecil massa kentang yang digunakan maka semakin kecil Voltase listrik yang dihasilkan.

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian

telah

terbukti bahwa kentang (Solanum tuberosum) dapat

menghasilkan listrik. Hal ini teramati dari bergeraknya jarum voltmeter dan menyalanya lampu LED (Light Emitting Diode) ketika dihubungkan dengan ujung rangkaian yang disusun secara seri. Adanya listrik pada kentang karena kentang tersebut mengandung zat-zat yang merupakan komponen penghasil listrik, di antaranya adalah: Karbohidrat, kalium, Protein, lemak, garam dapur (NaCl), air (H2O), pati (amilum dan amilopektin), vitamin B dan C, zat besi, riboflavin. Dari uraian tersebut telah dijelaskan bahwa kentang mengandung garam dan air. Garam merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari dua atau lebih atom yang membawa ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Misalnya garam meja (NaCl) terdiri dari kation (Na+) dan Anion (Cl-). Garam yang terlarut dalam air akan mengalami hidrolisis. Garam yang terhidrolisis dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentukan ion hidronium ketika dilarutkan ke dalam air disebut sebagai garam asam. Adapun garam netral adalah garam yang tidak terjadi hidrolisis. Yang mana garam tersebut tersusun atas basa kuat dan asam kuat (Rahayu, 2009:1). Suatu garam dapat tersusun dari basa kuat dan asam kuat, asam kuat dan basa lemah, basa kuat dan asam lemah, dan asam lemah dan basa lemah (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 195). Pada kentang, terdapat suatu garam yang merupakan garam dapur (NaCl). NaCl

merupakan suatu senyawa yang terdiri atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat). Reaksi itu diperoleh dari hasil reaksi antara garam dan air. Adapun reaksinya adalah: (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 196) NaCl + H2O NaOH+ + HClAdanya listrik dalam kentang karena adanya reaksi garam dengan air yang menjadi sebuah larutan garam. Garam merupakan zat terlarut dan air merupakan zat pelarut. Larutan garam (NaCl) merupakan larutan garam yang bersifat netral karena tersusun atas asam kuat dan basa kuat. Larutan garam (NaCl) merupakan suatu larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. oleh sebab itu, kentang dapat menghasilkan listrik. Selain adanya garam dan air, faktor lain yang menyebabkan kentang menghasilkan listrik ialah karena adanya reaksi ionisasi pada senyawa ion atau yang disebut dengan disosiasi. Senyawa ion tersusun atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Senyawa ion akan

terurai menjadi ion-ion (kation dan anion) ketika dilarutkan ke dalam air, sebab ion-ion di dalam air akan bergerak bebas. Ion-ion yang bergerak bebas ialah ion yang hanya terdapat dalam larutan dan lelehan (Justiana dan Muchtaridi, 2009: 140). Kandungan garam pada kentang merupakan suatu larutan, dimana garam merupakan zat terlarut dan air merupakan zat pelarut, sehingga ion-ionnya dapat bergerak dengan bebas. Gerakan ion-ion dalam kentang tersebut yang dapat menghasilkan listrik. Untuk mengetahui cara kentang agar dapat menghasilkan listrik, penulis menggunakan teori sel Volta yang ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Alexander Volta dan Luigi Galfani, dimana kentang merupakan elektrolit sedangkan tembaga (Cu) dan seng (Zn) merupakan sel elektrode. Tembaga dan seng merupakan Suatu elektrolit tidak dapat menghasilkan listrik jika tidak dihubungkan dengan suatu elektrode. Tembaga merupakan katode (kutub positif) sedangkan seng merupakan anode (kutub negatif). Reaksi antara elektrolit dan elektrode tersebut yang dapat mengahsilkan listrik (Justiana dan Muchtaridi, 2006: 39). Kentang merupakan suatu elektrolit. untuk menghasilkan listrik, kentang harus dihubungkan dengan elektrode berupa tembaga (Cu) dan seng (Zn) dan dirangkai secara seri. Kentang dapat menghasilkan listrik dalam waktu yang cukup lama, hal ini teramati dari uji coba pada Tabel 4.2, dimana waktu kentang menghasilkan listrik bergantung pada jumlahnya. Semakin banyak kentang yang digunakan maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin lama. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit kentang digunakan maka frekuensi nyala lampu LED akan semakin cepat. Hal ini terjadi karena adanya beda kapasitas listrik, semakin banyak jumlah kentang maka kapasitas listriknya semakin besar, begitupun sebaliknya. Massa sangat mempengaruhi besar kecilnya listrik yang dihasilkan oleh kentang, hal ini dapat diamati pada Tabel 4.3. Hal tersebut terjadi Karena semakin besar massa kentang maka semakin besar pula konsentrasi garam dan air dalam kentang, dan semakin besar pula reaksi ionisasinya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai kandungan listrik pada kentang, maka penulis menyimpulkan 3 kesimpulan, diantaranya adalah: 1. Kentang dapat menghasilkan listrik. Hal ini teramati dari bergeraknya jarum voltameter dan menyalanya lampu LED (Light Emitting Diode). 2. Adanya listrik pada kentang dikarenakan kentang tersebut mengandung garam dan air, dimana suatu garam apabila bereaksi dengan air akan menjadi larutan garam yang dapat menghasilkan listrik atau disebut dengan larutan elektrolit. 3. Kandungan listrik pada kentang dikarenakan adanya reaksi ionisasi pada senyawa ion yang disebut dengan disosiasi. Senyawa ion tersebut tersusun atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Reaksi ionisasi menyebabkan ion tersebut bergerak bebas. Gerakan ion bebas pada kentang tersebut yang menyebabkan kentang dapat menghasilkan listrik.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, disarankan khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi masyarakat seluruhnya agar dapat memanfaatkan kentang seefisien mungkin. Dan disarankan juga agar dilakukan penelitian untuk mencari manfaat lain dari kentang. Sebab masih banyak manfaat dari kentang selain untuk bahan pangan dan penghasil listrik.

Vous aimerez peut-être aussi