Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOM ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah

klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002). Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan batuk merokok atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit, (Price & Wilson, 1994 : 695) 1.2 Rumusan Masalah Apakah penyakit PPOM ? Apakah etiologi PPOM ? Manispestasi klinis PPOM? Patofisiologi PPOM? Bagaimanakah asuhan keperawatan PPOM ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia dengan Masalah Pernafasan (PPOM). Tujuan Khusus a. Mahasiswa mengetahui tentang definisi dari PPOM. b. Mahasiswa mengetahui penyebab dari PPOM. c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari PPOM. d. Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan PPOM. e. Mahasiswa mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi, dan Evaluasi dengan PPOM.

1. 2. 3. 4. 5.

1.

2.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Brunner & Suddarth, 2002,hal 595). Penyakit Paru Obstruktif Menahun /PPOM (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema ataubronkitis kronis yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang bersifat ireversibel dengan penyebab yang tidak diketahui dengan pasti. Penyakit paru obstruksi menahun adalah suatu gangguan yang ditandai oleh uji arus ekspirasi yang abnormal yang tidak mengalami perubahan selama beberapa bulan diobservasi, obstruksi aliran udara mungkin bersifat struktural ataupun fungsional. Obstruksi aliran udara yang penyebabnya spesifik seperti penyakit yang berlokalisasi di saluran napas bagian atas bronkiektas dan ksitik fibrosis tidak dimasukkan ke dalam PPOM (american thoracic society )

B.

Etiologi Ada 2 (dua) penyebab dari penyumbatan aliran udara pada penyakit ini, yaitu emfisema, asma dan bronkitis kronis. a. Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru, yang disertai dengan kerusakan pada dindingnya. Dalam keadaan normal, sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil (bronkioli), membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka. Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli kehilangan struktur penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut. Struktur saluran udara menyempit dan sifatnya menetap. b. Bronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan pembentukan dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara medis diketahui (misalnya kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi pembentukan jaringan parut, pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial oleh lendir dan kejang pada otot polosnya. Penyempitan ini bersifat sementara.

c. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang menyebabkan dipsnea, batuk dan mengi.

a. b. c. d.

Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah : Kebiasaan merokok Polusi udara Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja. Riwayat infeksi saluran nafas.

C. Manifestasi Klinis a. Kelemahan badan b. Batuk c. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi d. Mengi atau wheeze e. Ekspirasi yang memanjang f. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut g. Penggunaan otot bantu pernapasan h. Suara napas melemah i. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal j. Edema kaki, asites dan jari tabuh Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut : a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin. b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak. c. Dispnea. d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea). e. Anoreksia. f. Penurunan berat badan dan kelemahan. g. Takikardia, berkeringat. h. Hipoksia, sesak dalam dada. Gejala-gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek. Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan. Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.

D. Patofisiologi Faktor penyebab (merokok, polusi udara, genetik)

Inflamasi pada saluran nafas, sekresi yang tertahan, bronkospasme

Mengganggu fungsi kerja silia

Hipersekresi lendir yang kental

Obstruksi jalan nafas

Resiko terhadap infeksi

produksi sekret yang meningkat

Anoreksia

bersihan jalan nafas inefektif

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

E. Komplikasi a. Infeksi yang berulang b. Pneumotoraks spontan c. Eritrosit karena keadaan hipoksia kronik d. Gagal nafaskor pulmonal F. Penatalaksanaan

1. Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara 2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan : a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi : Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25 0,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari. Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis yang memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan peak flowrate. Namun hanya dalam 7 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik yang lebih kuat. b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas CO2. c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik. d. 5 mg dan atau protropium bromide 250 nebulizer atau aminofilin 0,25 05 g IV secara perlahan.Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya golongan adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan sulbutamol g diberikan tiap 6 jam dengan 3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan : a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 0,5/hari dapat menurunkan ekserbasi akut. b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien, maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru. c. Fisioterapi. d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik. e. Mukolitik dan ekspekteron. f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan PaO2 g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien PPOK / PPOM/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi pekerjaan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Klien menegatakan selama sakit aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat Klien mengatakan sesaknya bertambah saat beraktivitas

Tanda : Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat Klien nampak sesak saat beraktivitas

2) Interaksi ego Gejala : Klien mengatakan cemas

Tanda : Menyangkal, marah dan gelisah

3) Makanan dan cairan Gejala : KLien mengatakan berat badannya menurun Klien mengatakan kurang nafsu makan

Tanda :

Porsi maqkan tidak dihabiskan Badan tambah kurus

4) Pernapasan Gejala : Klien mengatakan sesak napas Klien mengatakan batuknya berdahak

Tanda : Suara paru ronkhi disebelah kanan dada Kilen nampak batuk berdahak Frekuensi napas cepat Klien bernapas menggunakan otot otot pernapasan Klien nampak batuk

5) Penyuluhan dan Pembelajaran Gejala : Klien selalu bertanya tentang penyalitnya

Tanda : Klien selalu bertanya

b. Klasifikasi Data Data Subyektif : KLien mengatakan sesak naps Klien mengatakan batuknya berdahak Klien mengatakan berat badannya menurun Klien mengatakan kurang nafsu makan Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas Klien mengatakan cemas Klien selalu bertanya tentang penyakitnya Data Obyektif : Suara paru ronkhi disebelah dada kanan Klien nampak betuk berdahak Frekuensi napas cepat Klien bernapas menggunakan otot otot pernapsan

Klien nampak batuk Porsi makan tidak dihabiskan Badan tampak kurus Berat badan menurun Nampak aktivitas klien dibantu Klien nampak sesak saat beraktivitas Klien nampak gelisah Klioen selalu bertanya

c. Analisa Data No 1 DS : Klien mengatakan sesak napas Klien mengatakan batuknta berdahak Klien mengataka sering batuk DO : Suara paru wheezing disebelah kanan Batuknya berdahak Terdapat retraksi dinding dada Nampak sesak naps Frekwensi napas cepat 2 DS : Klien mengatakan kurang nafsu Infasi mikroorganisme dalam tubuh Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Bersihan jalan naps tidak efektif Penurunan kemampuan untuk mengeluarkan secret Sekret terakumilasi pada jalan napas Hypertrofi dan hyperplasia kelenjar mucus serta metaplasisel goblek Symptom Etiology Terpapar polusi udara yang terus menerus Problem Bersihan jalan naps tidak efektif

makan Klien mengatakan berat badannya menurun DO : Badan nampak kurus Porsi makan tidak dihabiskan

Meningkatkan aktivitas seluler

Gangguan kebutuhan pemenuhan nutrisi

3.

DS : Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas Klien mengatakan sesaknya bertambah saat beraktivitas DO : Nampak aktivitas klien dibantu Klien nampak sesak saat beraktivitas

Bersihan jalan napas tidak efektif

Intoleransi aktivitas

Akumulasi sekret pada jalan napas

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan penggunaan energy untuk bernapas

Penurunan energy cadangan

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

DS : Klien mengatakan cemas Klien bertanya tentang penyakitnya

Adanya penyakit kronik

Ansietas

Merupakan stressor psikologis bagi klien

Kurang terpaparnya

DO : Klien nampak gelisah Klien selalu bertanya 5 DS : Klien mengatakan batuk berdahak DO : Klien nampak batuk

informasi tentang penyakitnya dan proses pengobatan

Ansietas Adanya batuk terus menerus Resiko tinggi penyebaran infeksi Kuman mikroorganisme terbawa oleh batuk

Merupakan media penyebaran bakteri melalui udara

Kurang pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan penyakit

Resiko tinggi penyebaran infeksi

B. Diagnosa Keperawatan a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan napas ditandai dengan : DS : Klien mengatakan sesak napas Klien mengatakan batuk berdahak Klien mengatakan sering batuk DO : Suara paru ronkhi sebelah kanan Batuknya berdahak Respirasi 32x/ menit

Terdapat retraksi dinding dada Nampak sesak napas b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme berlebihan ditandai dengan : DS : Klien mengatakan kurang nafsu makan Klien mengatakan berat badannya menurun DO : Klien nampak kurus BB menurun Porsi makan tidak dihabiskan c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan : DS : Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas DO : Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat Klien nampak sesak saat beraktivitas d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan ditandai dengan : DS : Klien mengatakan cemas Klien selalu bertanya tentang penyakitnya DO : Klien nampak gelisah Klien selalu bertanya e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan penyakit ditandai dengan : DS : Klien mengatakan batuk DO : Klien nampak batuk

C. Rencana Asuhan Keperawatan No 1 Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 7 hari pola napas kembali efektif. Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari pola napas berangsur angsur membaik, dengan kriteria hasil : Sesak berkurang Tidak menggunakan otot otot pernapasan 4. Anjurkan kepada klien untuk minum air hangat. 5. Bimbing dan latih teknik napas dalam dan batuk efektif yang teratur. 6. Pemberian nebulizer sesuai indikasi. 5. Batuk tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif menyebabkan frustasi. 6. Pemberian nebulizer dapat membantu pengenceran dahak. 7. Lanjutkan pemberian O2 sesuai intruksi dokter. 7. O2 dapat mengurangi sesak dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen. 2 Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 5 hari gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari 1. Observasi tingkat pemasukkan nutrisi klien. 2. Hindarkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang batuk. 1. Sebagai data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya. 2. Makanan yang merangsang batuk dapat meningkatkan frekwensi batuk lebih tinggi. 3. Pertahankan posisi semi fowler. 2. Auskultasi bunyi pernapasan. 2. Bunyi napas tidak normal menandakan masih adanya masalah. 3. Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak. 4. Mengencerkan dahak agar mudah keluar. Tujuan Intervensi 1. Observasi tanda tanda vital . Rasional 1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya.

nutrisi berangsur adngsur terpenuhi, dengan kriteria hasil : Nafsu makan baik BB naik

3. Berikan makanan pasien dalam porsi kecil tapi sering.

3. Mencegah klien cepat bosan terhadap makanan yang diberikan.

4. Beri HE kepada klien dan keluarga tentang nutrisi. 5. Anjutkan pemberian diet TKTP.

4. Agar dapat mengerti pentingnya nutrisi bagi tubuh. 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi. 1. Mengetahui batasan yang dapat dilakukan klien. 2. Dengan bantuan orang lain kebutuhan ADL klien terpenuhi. 3. Mengurangi ketergantungan keluarga kepeda petugas. 4. Aktivitas tang sesuai dapat mencegah kekakuan otot. 5. Mengurangi kerja otot meminimalkan penggunaan energy yang berlebihan.

Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 5 hari intoleransi aktivitas teratasi. Tupen : Stelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari intoleransi aktivitas berangsur angsur teratasi, dengan kriteria hasil : Aktivitas klien tidak dibantu lagi Saat beraktivitas klien tidak sesak lagi.

1. Observasi tingkat aktivitas klien. 2. Bantu klien melakukan aktivitas yang tidak dapat dilakukan. 3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien. 4. Anjurkan klien melakaukan aktivitas sesuai dengan kemempuannya. 5. Selingi periode aktivitas dengan istirahat.

Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 hari cemas hilang. Tupen : Setelah diberikan tindakan

1. Kaji sejauh mana pasien mengetahui penyakitnya.

1. Diharapkan klien dapat memberikan gambaran sejauh mana pengetahuannya sehingga dapat melakukan langkah

keperawatan selama 1 x 24 jam cemasnya berangsur angsur hilang dengan kriteria hasil : Ekspresi wajah tenang. Klien mengerti dengan penjelasan perawat. 3. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan support dan motivasi kepeda klien. 5 Tupan : Tidak terjadi penyebaran infeksi. Tupen : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 hari tidak ada penyebaran infeksi, dengan kriteria hasil : Klien tidak batuk. 2. Berikan antibiotic sesuai anjuran, mis :cefotaxime. 1. Pantau suhu tubuh klien. 2. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan prosedur pengobatannya.

selanjutnya. 2. Diharapakan klien mengetahui dan memahami tentang penyakitnya dan prosedur pengobatan. 3. Keluarga adalah support yang baik untuk percepatan proses penyembuhan klien. 1. Untuk mengidentifikasi kemajuan kemajuan yang dapat dicapai . 2. Infeksi merupakan factor pencetus distress pernapasan yang sering, oleh karena itu sering kali antibiotic diberika sebagai pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi. 3. Cuci tangan adalah 3. Laksanakan kewaspadaan umum seperti cuci tangan. tindakan yang paling sering dan utama dilakukan oleh perawat.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam kasus ini antara lain ; a. Identitas klien Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien. b. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan. Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan dimana

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

kliwen mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun. Pola nutris metabolik. Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan minnum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji adanya mual muntah ataupun adanyaterapi intravena, penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi. Pola eliminasi. 1) Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output. 2) Eliminasi proses, kaji terhadap prekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/intervensi dalam Bab. Pola aktivitas dan latihan Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah. Pola tidur dan istirahat Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu, menulis, memdengarkan musik, menonton televise. Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain. Pola persepsi kogniti Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat waktu dan orang. Pola persepsi dan konsep diri Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya. Pola peran hubungan dengan sesama Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain. Pola produksi seksual Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress. Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri. Pola system kepercayaan Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji apakah ada nilainilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan. Diagnosa Keperawatan

2.

a. b. c. d. e. f. g. 3.

Bersihan jalan nafas tak efektif b.d peningkatan produksi secret, sekresi tertahan dan tebal Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi Pola nafas tak efektif b.d nafas pendek, obstruksi jalan nafas Nyeri b.d proses peradangan pada selaput paru-paru Kelebihan volume cairan b.d hipertrofi pada kelenjar-kelenjar mucus Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh Kurang pengetahuan mengenai proses dan prognosis penyakit b.d kurang informasi Rencana Keperawatan No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Keperawatan Hasil 1. Bersihan Setelah diberikan 1. jalan nafas asuhan keperawatan tak efektif diharapkan tidak b.d terjadi peningkatan peningkatan produksi secret, produksi ventilasi/oksigenisasi2. secret, adekuat untuk sekresi kebutuhan, tertahan dan pencapaian klirens tebal jalan nafas dengan KH : 1. RR dalam batas normal 2. Irama nafas dalam batas normal 3. 3. Pergerakan secret keluar dari jalan nafas 4. Bebas dari suara nafas tambahan

Intervensi Kaji /pantau frekuensipern a-pasan. Catat rasio inspirasi /ekspirasi. Berikan pasien posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat tidur. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels dan ronki.

Rasional Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi

4.

Tingkatkan masukan cairan sesuai toleransi jantung.

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan dengan adanya bunyi napas adventisius, misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma berat).

5.

Hidrasi membantu Dorong menurunkan latihan napas kekentalan secret,

abdomen

mempermu-dah pengeluaran secret.

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksama an ventilasiperfusi (obstruksi jalan napas oleh sekret, 1. spasme bronkus).

2. 3.

6. Kolaborasi : a. Berikan obat sesuai indikasi : bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan inhalasi, antimikrobial, analgesic b. Berikan humidifikasi tambahan : misal nebuliser ultranik c. Fisioterapi dada d. Awasi GDA, foto dada, nadi oksimetri Setelah diberikan 1. Kaji asuhan keperawatan frekuensi, diharapkan tidak kedalaman terjadi gangguan pernapasan, pertukaran gas, catat mempertahankan pengguanaan tingkat oksigen yang otot adekuat untuk aksesorius, keperluan tubuh napas bibir, dengan KH : ketidakmamp Tanpa terapi uan oksigen, SaO2 95 bicara/berbinc % dan pasien tidak ang. mengalami sesak 2. Kaji/awasi napas. secara rutin Tanda-tanda vital kulit dan dalam batas normal warna Tidak ada tandamembrane tanda sianosis. mukosa.

Memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea Menurunkan spasme jalan napas, mengi dan produksi secret

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

3.

Tinggikan kepala tempat

Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir atau danun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan laithan napas untuk

tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dengan kebutuhan/tol eransi individu Dorong mengeluarkan sputum/secret pengisapan bila diindikasikan 5. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan. 4.

menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas.Kental tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama

Gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil, dan pengisapan dibuthkan bila batuk tak efektif. Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/tertahannya sekret. Krekles basah menyebar menunjukan cairan pada interstisial/dekompe nsasi jantung. Dapat memperbaiki/mence gah memburuknya hipoksia. Catatan ; emfisema koronis, mengatur pernapasan pasien ditentikan oleh kadar CO2 dan mungkin dikkeluarkan dengan peningkatan PaO2 berlebihan. Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas

3.

6. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Pola nafas Setelah diberikan 1. Ajarkan tak efektif asuhan keperawatan pasien b.d nafas diharapkan terjadi pernafasan pendek, perbaikan dalam pola diafragmatik obstruksi pernafasan dengan dan

jalan nafas

KH : 1. Pasien tidak mengalami sesak 2. napas. 2. Tanda-tanda vital dalam batas normal

pernafasan bibir Berikan dorongan untuk menyelingi aktifitas dengan periode istirahat 3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otototot pernafasan

lebih efisien dan efektif. Memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

Menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan

4.

Nyeri b.d proses peradangan pada selaput paru-paru 1. 2.

Setelah diberikan 1. Kaji skala asuhan keperawatan nyeri di-harapkan nyeri pasien berkurang /hilang dengan KH : Skala nyeri 0-1 Wajah pasien tidak 2. Pantau TTV meringis 3. Pasien tidak mengeluh nyeri

Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat timbul komplikasi seperti perikarditis dan endokarditis.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya 3. Berkan bila alasan lain teknik untuk perubahan relaksasi/distanda-tanda vital. traksi pijatan Dapat mengurangi punggung, rasa nyeri yang perubahan oleh posisi, musik dirasakan pasien tenang/perbin cangan, relaksasi/latih an napas. 4. Kolaborasi dalam Obat ini dapat pemberian digunakan untuk analgetik dan menekan batuk non antitusif sesuai dengan produktif/proksimal atau menurunkan indikasi mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istira-

5.

Kelebihan volume cairan b.d hipertrofi pada kelenjarkelenjar 1. mucus 2.

Setelah diberikan 1. asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami kelebihan cairan dengan KH : Tidak ada edema Input & output seimbang 2.

3.

4.

6.

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh

Setelah diberikan 1. asuhan keperawata diharapkan pasien tidak mengalami 2. intoleransi aktivitas dengan KH : 1. Pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa 2. Pasien tidak tampak lemah

3.

hat. Kaji status Pembatasan cairan cairan dengan akan menentukan menimbang BB ideal, haluaran BB perhari, urin, dan respon keseimbangan terhadap terapi masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital Batasi masukan Pemahaman cairan meningkatkan Jelaskan pasien pada pasien kerjasama dan keluarga dalam dan keluarga pembatasan cairan tentang pembatasan Untuk mengetahui cairan keseimbangan input Anjurkan output pasien / ajari dan pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran Kaji pasien Mempengaruhi dalam pilihan intervensi/ melakukan bantuan aktivitas Awasi TTV Manifestasi klien selama kardiopulmonal dari dan sesudah upaya jantung dan aktivitas. paru-paru untuk Catat respon membawa jumlah terhadap oksigen adekuat ke tingkat jaringan aktivitas (peningkatan denyut jantung/tekanan darah, pusing, dispnea, Membantu bila takipnea, dan perlu, harga diri sebagai-nya) diting katkan bila Berikan pasien melakukan

4.

7.

Kurang pengetahuan mengenai proses dan prognosis penyakit b.d kurang informasi

Setelah diberikan 1. asuhan keperawatan diharapkan klien dan keluarga klien menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit, dan 2. pengobatan dengan KH : 1. Klien dan keluarganya mau berpartisipasi prosedur pengobatan yang akan dilakukan 2. Menunjukkan/mela kukan perubahan pola hidup yang perlu

3.

4.

bantuan sesuatu sendiri. aktivitas/ ambulasi bila Meningkatkan perlu secara bertahap tingkat aktivitas Rencanakan sampai normal daan kemajuan memperbaiki tonus aktivitas otot dengan klien.Tingkatk an tingkat aktivitas sesuai toleransi Kaji ulang Memberikan dasar proses pengetahuan dimana penyakit/ klien dapat membuat prognosis dan pilihan berdasarkan kemungkinan informasi yang dialami Diskusikan Pasien sering obat mendapatkan obat pernapasan, pernapasan banyak efek samping sekaligus yang dan reaksi mempunyai efek yang tidak samping hamper diinginkan sama dan potensial interaksi obat. Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping menganggu (obat dilanjutkan) dan efek samping Diskusikan merugikan (obat pada klien dan mungkin keluargan-nya dihentikan/diganti). mengenai prosedur Klien dan pengobatan keluarganya yang akan mengetahui prosedur dilakukan pengobatan yang akan dilakukan dan Berikan mau berpartisipasi umpan balik dalam prosedur positif untuk pengobatan upaya/ keterlibatan Meningkatkan harga dalam terapi diri, mendorong

partisipasi dalam program terapi selanjutnya

4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Evaluasi Tidak terjadi peningkatan produksi secret, ventilasi/oksigenisasi adekuat untuk kebutuhan, pencapaian klirens jalan nafas Tidak terjadi gangguan pertukaran gas, mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh Terjadi perbaikan dalam pola pernafasan Nyeri pasien berkurang /hilang Pasien tidak mengalami kelebihan cairan Pasien tidak mengalami intoleransi aktivitas dan dapat beraktifivitas secara normal Pasien dan keluarga pasien menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit, dan pengobatan

Vous aimerez peut-être aussi