Vous êtes sur la page 1sur 9

Kelurahan Mandiri Anggur Merah Program Lokal berbasis Pemberdayaan Masyarakat

Category: Warta Bappeda Kota Kupang Ditulis pada tanggal : 21 May 2012 Penulis : Arif Share inShare digg Dalam upaya mendukung suksesnya Program Pemberdayaan Lokal Pemerintah Provinsi berbasis Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan, Pemerintah Kota Kupang terus mengembangkan Program Anggur merah di Tahun 2012 hal ini terukur dengan penyiapan data profil kelurahan yang secara teknis masuk dalam kriteria Program Anggur Merah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi angka kemiskinan dan menciptakan calon wirausahawan baru di Kota Kupang.

Pada Bulan Januari lalu, telah dipilih 6 kelurahan baru yang akan didampingi oleh 6 PKM Anggur merah diantaranya adalah kelurahan Alak, Kelurahan Fatubesi, Kelurahan Belo, Kelurahan Naikoten I, Kelurahan Lasiana, dan Kelurahan Liliba. Pendamping (fasilitator) di setiap desa/kelurahan tersebut direkrut melalui seleksi dan dibekali dengan pelatihan di tingkat provinsi, tentunya bertujuan untuk peningkatan Kapasitas PKM Anggur Merah, pembekalan tersebut dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal.

Saat ini PKM telah mulai bekerja di 6 Kelurahan untuk proses pendampingan. Proses awal dimulai dengan pembentukan kelompok masyarakat, analisa potensi kelurahan, dan penyusunan proposal kelompok. Pemprov memberikan dukungan anggaran sebesar Rp. 250 juta untuk masing-masing Kelurahan sesuai dengan plotting anggaran pada APBD Provinsi. Kriteria utama penerima program ini adalah kelurahan yang memiliki prosentase rumah tangga miskin tertinggi, namun kriteria lain yang tak kalah pentingnya adalah ketersediaan sumber daya atau potensi wilayah untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif. Dalam pelaksanaan Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah, Kota Kupang tetap mengacu pada Peraturan Gubernur NTT Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah Provinsi NTT Tahun 2011-2013. Dengan bertambahnya 6 (enam) Kelurahan baru ini, ditambah dengan 4 (empat) kelurahan di tahun 2011 terdahulu, maka Kota Kupang saat ini memiliki 10 Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) pada setiap Kelurahan penerima bantuan Program Mandiri Anggur Merah. Tugas dan fungsi PKM antara lain pembentukan kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat, Identifikasi jenis usaha ekonomi produktif, pendampingan dan bimbingan kepada kelompok, penataan administrasi dan pelaporan dan dokumentasi Adapun hasil perkembangan pelaksanaan program Desa/Kelurahan mandiri Anggur Merah di Kota Kupang pada tahun 2011yang lalu adalah sebagai berikut : Kelurahan Bakunase Pelaksanaan program desa/kelurahan Mandiri Anggur Merah di Kelurahan Bakunase sampai dengan September 2011 telah mencairkan dana sebesar Rp 145.302.000 atau 58,12 % dari total dana sebesar Rp 250.000.000,-. Sisa Rp 104.698.000,- dalam proses pembuatan proposal. Dari total dana Rp 145.302.000 terdistribusi dalam 2 kelompok usaha budidaya ikan air tawar . Kelurahan Naioni Untuk Kelurahan Naioni sampai dengan September 2011 dari total dana sebesar Rp 250.000.000,- telah realisasi semuanya sebesar RP. 250.000.000,- atau 100 % yang terdistribusi 10 Kelompok yang terdiri dari :

Untuk penggemukan ternak sapi sebanyak 8 kelompok Untuk penggemukan ternak babi sebanyak 2 kelompok.

Kelurahan Fatukoa Untuk kelurahan Fatukoa sampai dengan sptember 2011, realisasi pencairan dana Anggur Merah sebesar Rp. 77.500.000,- atau 31 % dari Total Dana sebear Rp. 250.000.000,- Dana yang terrealasir sebagamana tersebut diatas, terdistribusi dalam 3 kelompok yang terdiri dari :

Untuk ternak sapi sebanyak 1 kelompok Untuk ternak babi sebanyak 2 kelompok.

Sesuai informasi yang diperoleh dari Pendamping kelompok masyarakat di kelurahan Fatukoa, bahwa sisa dana yang belum terealisir telah diajukan proposalnya untuk diverifikasi oleh tim Propinsi. Kelurahan Oesapa Barat Sedangkan pelaksanaan program desa/Kelurahan mandiri Anggur Merah di kelurahan Oesapa barat berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pndamping Kelompok Masyarakat, sampai dengan keaaan Septemberr 2011 terinformasi bahwa dari total dana sebesar Rp. 250.000.000,telah realisasi sebesar Rp 249,000,000.,- atau 99,6 % Dari Total dana yang terealisir tersebut terdistribusi pada 20 kelompok usaha yang terdiri dari : - Usaha Garam sebanyak - Usaha Kios - Usaha Ikan - Usaha ayam potong - Usaha Meubeler - Usaha Bengkel - Usaha sayur : : : : : : : 7 4 3 3 1 1 1 Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok

Pelaksanaan Program Desa Kelurahan Anggur Merah di Kota Kupang Sampai dengan saat ini telah terealisir sebesar Rp 718,443,500,- yang terdisribusi pada 35 kelompok usaha, atau 71,84% dari total dana Rp. 1.000.000.000,- yang diperuntukkan pada 4 kelurahan di 4 Kecamatan. Tentunya kita berharap Program serupa juga menjadi catatan untuk terus dikembangkan kedepan. Harapan kita dengan semakin banyaknya program lokal berbasis pemberdayaan masyarakat, akan mengarah pada peningkatan penghasilan masyarakat lokal, pastinya akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT pada umumnya dan khususnya masyarakat Kota Kupang

PROGRAM ANGGUR MERAH DI NTT

ANGGUR MERAH: Memabukan..?


Oleh. Paul SinlaEloE

Dalam berbagai literatur ilmu sosial, pembangunan atau yang disebut dengan istilah apapun, semestinya diarahkan pada penciptaan kesejahteraan warganya. Itu berarti, tujuan utama pembangunan adalah kesejahteraan manusia (Human Welfare). Pembangunan yang mensejahterakan rakyat ini akan memperoleh keberhasilan dalam pembangunan secara nasional sangat tergantung dengan sinergitas kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah pusat dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Sinkronisasi kebijakan idealnya diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing yang diorientasikan melalui pencapaian strategi pembangunan yang progrowth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment serta pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan melalui: Klaster 1 (pertama) Program Bantuan Sosial Berbasis Keluarga, Klaster 2 (kedua) Program Pemberdayaan Masyarakat, Klaster 3 (ketiga) Program Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro, serta Klaster 4 (keempat) Program Pro Rakyat. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih merupakan bagian integral dari Indonesia, pembangunan untuk mensejahterakan warga belum berjalan maksimal. Buktinya, Secara statistik jumlah orang miskin di NTT semakin parah dari tahun ketahun. Data kehidupan bernegara di NTT sebagaimana yang dipublis BPS, menunjukan bahwa penduduk miskin provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2009. Pada tahun 2009 terdapat sebanyak 1.013.200 orang (23,31%) penduduk miskin di NTT. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin di NTT bertambah menjadi 1.014.100 orang (23,03%) dan di tahun 2010 juga, NTT menempati peringkat keenam provinsi termiskin di Indonesia. Bertolak pada realiata kemiskinan di tahun 2010 ini, maka di Tahun Anggaran 2011, Pemerintah Provinsi NTT dalam upaya penanggulangan kemiskinan telah menetapkan kebijakan operasional pembangunan berbasis desa/kelurahan, yaitu Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Dalam program ini, Pemerintah Provinsi NTT mengalokasikan dana untuk 287 desa/kelurahan dengan nilai per desa/kelurahan sebesar Rp.250.000.000,00, dengan harapan kebijakan tersebut mampu menciptakan masyarakat desa yang maju dan produktif. Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah rencananya akan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan terpadu dengan melibatkan semua stakeholders melalui pengembangan ekonomi produktif. Kegiatan ekonomi produktif yang

dikembangkan ini nantinya akan disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan keunggulan ekonomi komparatif desa/kelurahan sasaran. Untuk pelaksanaan program desa/kelurahan mandiri anggur merah ini, dalam DPA/DPPA Bappeda Provinsi NTT telah dianggarkan anggaran sebesar Rp.73.328.500.000,00. Mekanisme penyaluran dana Anggur Merah berdasarkan proposal kegiatan usaha yang diajukan oleh kelompok masyarakat kepada Kepala Desa/Lurah dengan tembusan disampaikan kepada Bupati/Walikota cq Bappeda Kabupaten/Kota, kemudian Kepala Desa/Lurah menyampaikan proposal kepada Gubernur cq Kepala Bappeda beserta syarat-syarat administratif untuk diverifikasi oleh tim verifikasi provinsi yang akan direkomendasikan kepada Gubernur untuk diberikan dana anggur merah. Kemudian atas dasar rekomendasi tersebut Kepala Bappeda mengajukan SPP-LS dan SPM-LS kepada Biro Keuangan untuk diterbitkan SP2D, yang selanjutnya dana anggur merah akan ditransfer ke rekening desa/kelurahan, selanjutnya kelompok masyarakat yang mengajukan proposal oleh bendahara pengeluaran Bappeda, kemudian dari rekening desa/kelurahan dana tersebut ditransferkan ke rekening kelompok. Dalam implementasinya, program pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah ini berjalan bagaikan orang yang lagi mabuk anggur merah. Buktinya hasil audit BPK RI didokumentasikan dalam LHP BPK RI Nomor: 20/S/XIX.KUP/01/2012, Tertanggal 20 Januari 2012, menunjukan bahwa terdapat berbagai persoalan berkaitan dengan program pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah diantaranya adalah: Pertama, Kesalahan penganggaran. Berdasarkan DPPA Bappeda TA 2011 program pembangunan desa/kelurahan mandiri anggur merah dianggarkan sebesar Rp.73.328.500.000,00 pada belanja barang dan jasa yaitu pada Belanja Penyelenggaraan Program Desa Mandiri dimana anggaran tersebut merupakan anggaran untuk pemberian bantuan pinjaman modal usaha kepada masyarakat melalui desa/kelurahan, kemudian masyarakat mengembalikan kembali bantuan modal usaha tersebut kepada desa/kelurahan untuk digulirkan kembali. Itu berarti, penganggaran Belanja Penyelenggaraan Program Desa Mandiri Anggur Merah Sebesar Rp.73.328.500.000,00 pada Belanja Barang dan Jasa kurang tepat dan tidak sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Mentri Dalam Negeri 12 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengamanatkan bahwa Belanja barang dan jasa hanya digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. (Pasal 52 Ayat (1), Permendagri No. 559 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006). Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa ini mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai. (Pasal 52 Ayat (2), Permendagri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006). Kedua, Administrasi dan pelaporan belum tertib. Pemeriksaan secara uji petik atas administrasi pencatatan dana anggur merah pada desa/kelurahan yang dilakukan oleh BPK RI diketahui ditemukan

bahwa desa/kelurahan belum membuat pencatatan untuk penerimaan dan pengeluaran uang dana anggur merah tersebut, belum ada pencatatan mengenai pengembalian dana yang sudah disetorkan oleh kelompok, serta belum menyampaikan laporan konsolidasi seluruh laporan kelompok masyarakat kepada Gubernur. (LHP BPK RI Nomor: 20/S/XIX.KUP/01/2012, Tanggal 20 Januari 2012). Menurut BPK RI, Kondisi yang demikian tidak sejalan dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 2013 Lampiran Bab V 5.2 huruf c angka 6 yang menyatakan bahwa Untuk menjamin kesinambungan pengelolaan dana hibah, maka penerima dana hibah wajib menyetor kembali dana pokok ke rekening desa/kelurahan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh penggunaannya disesuaikan dengan kesepakatan kelompok disetiap desa/kelurahan. Selanjutnya BPK RI juga berpendapat bahwa realita ini sangat tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Program Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah di Provinsi NTT Tahun 2011-2013 pasal 15 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Kepala Desa/Lurah menyampaikan laporan konsolidasi seluruh laporan kelompok masyarakat kepada Gubernur dengan tembusan disampaikan keada Bupati/Walikota, Kepala Bappeda dan Kepala Biro Keuangan. Laporan konsolidasi harus disampaikan setiap semester (enam bulan) dan akhir tahun. (Pasal 15 Ayat (2) PERGUB NTT No. 5 Tahun 2011). Selain berbagai persoalan yang menjadi data temuan BPK RI diatas, fakta yang sudah menjadi pemberitaan utama dalam berbagai media baik itu media cetak, media elektronik maupun media OnLine juga membenarkankan bahwa pelaksanaan program desa/kelurahan mandiri anggur merah ini juga mengalami berbagai persoalan. Salah satu contohnya adalah pengadaan sapi untuk program pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah di desa Kualin, Kecamatan Kualin, TTS yang bermasalah. Pasalnya, pendamping kelompok masyarakat (PKM) desa tersebut, tidak mempertanggung jawabkan pengadaan sapi untuk kelompok dampingan. Pada akhirnya perlu diingat bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, seharusnya moral senantiasa dijadikan sebagai panglima pembangunan. Hal ini menjadi penting karena sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah gagal ketika politik dijadikan panglima pembangunan di era orde lama. Pembangunan yang mensejahterakan rakya mengalami kegagalan di era orde baru karena telah menjadikan ekonomi sebagai panglima pembangunan. Penting untuk diingat juga adalah Mengulangi kesalahan dalam pembangunan untuk kesejahteraan rakyat hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang mabuk anggur !!. (Tulisan ini pernah dipublikasikan dalam Harian Umum Victory News, tanggal 11 Mei 2012).

TERKAIT PROGRAM DESA MANDIRI ANGGUR MERAH


Kupang-SI. Ketua Komisi B DPRD NTT, Jhon Umbu Deta mengatakan, untuk mensukseskan program desa mandiri anggur merah maka Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani program tersebut harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di desa/kelurahan. Dan kepada Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) diharapkan berperan aktif dalam mengelola dana Rp 250 juta per desa itu. "PKM harus sungguh-sungguh dan serius mengelola dana tersebut. Karena gaji PKM sangat besar yakni Rp 2,5 juta per bulan," tegasnya. Namun sejauh ini ada Desa tertentu yang sampai sekarang belum mengetahui program desa mandiri anggur merah seperti di Desa Naiola, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). "Kalau sampai hari ini ada masyarakat desa yang belum tau tentang program tersebut maka itu adalah kelemahan dinas atau SKPD yang bertugas menangani program itu. Termasuk PKM-nya juga lemah," kata Umbu Deta di Kantor DPRD NTT, Jumat (4/3). Total dana untuk program desa mandiri anggur merah sebesar Rp 87 miliar untuk 287 desa yang dianggap layak mendapatkan dana tersebut. Untuk itu, maka diharapkan pemerintah sungguh-sungguh menjalankan program tersebut. Untuk itu kata Umbu Deta, dalam minggu ini, DPRD NTT akan melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke daerah untuk melakukan evaluasi tentang sejauhmana pelaksanaan program desa mandiri anggur merah. Sementara itu, Gabriel Suku Kotan, anggota DPRD NTT dari Fraksi Partai Demokrat, berpendapat, program desa mandiri anggur merupakan program yang sangat bagus asalkan petunjuk teknis (Juknis) pengelolaan dana tersebut jelas. Jika Juknis tidak jelas maka program itu bisa gagal, dan dianggap pemerintah NTT tidak berhasil. Ia mengatakan, DPRD NTT belum mendapat Juknis tentang pengelolaan dana desa mandiri anggur merah dimaksud. Padahal, Juknis itu penting untuk DPR demi kepentingan fungsi pengawasan. "Kita di DPR harus dapat Juknis untuk kepentingan fungsi pengawasan," kata Gabrial. Ia juga menyampaikan, Fraksi Partai Demokrat tidak ingin Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dinilai gagal menjalankan programnya sendiri. Untuk itu maka SKPD yang ditugaskan untuk menangani program itu harus bekerja serius, terutama pendamping di desa/kelurahan. "Kami dari Fraksi Demokrat tidak ingin Gubernur disalahkan karena dinilai gagal dalam program desa mandiri anggur merah, oleh karena itu keluhan masyarakat di TTU itu segera dilayanai oleh pihak yang berwajib," katanya. (Andi Sulabessy)

ILO EAST NTT laksanakan pelatihan pengembangan kewirausahaan bagi PKM daratan Sumba

Lembaga Perburuhan Internasional (ILO-EAST) perwakilann NTT bekerja sama dengan Bappeda Provinsi NTT melaksanakan Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan bagi 22 orang PKM sedaratan Sumba. Pelatihan dilaksanakan di Hotel Jemmy-Waingapu Kabupaten Sumba Timur selama 5 hari mulai dari tanggal 21-25 Juni 2011. Pelatihan tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 21 Juni 2011. Materi-materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut antara lain: - Mobilisasi Masyarakat - Analisis Peluang kerja dan Usaha - Analisis Mata Rantai (Value Chain Analisys) - Pengenalan Konsep usaha Mikro, Kecil dan Menengah - Menemukan ide bisnis - pengenalan konsep SIYB - Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga - Pengembangan Konsep Gender Mainstreaming dan Pemberdayaan Perempuan - Pelibatan Penyandang Cacat dalam Usaha

TIRILOLOK News Detail


Posted at 15-03-2011 | 01:13:52

PENDAMPING PROGRAM ANGGUR MERAH LAPORKAN KEGIATANNYA KEPADA GUBERNUR.


Kepala Bappeda NTT, I Wayan Dharmawa kepada Tirilolok mengaku, Pendamping Kelompok Masyarakat PKM Program Desa Kelurahan Mandiri Anggur Merah yang ditempatkan pada 287 desa kelurahan Mandiri Anggur Merah sejak Janurari lalu mulai melaporkan kegiatannya kepada gubernur NTT melalui Bappada. Wayan Dharmawa menyatakan, Bappeda NTT sebagai penanggungjawab program tersebut akan melakukan evaluasi kinerja PKM tersebut. Wayan menambahkan, dari laporan PKM terlihat ada yang bagus namun ada yang belum berbuat apa-apa, sehingga nanti yang bagus diberikan penghargaan dan yang tidak bagus pasti diberikan peringatan. Wayan Dharmawa menjelaskan, sesuai peraturan gubernur tentang pedoman teknis pelaksanaan Desa Kelurahan Mandiri Anggur Merah, setiap PKM wajib membuat rencana kerja dan bekerjasama dengan bank NTT untuk memanfaatkan dana 250 juta yang dialokasikan. Ia menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang mengkritisi program Desa Kelurahan Mandiri Anggur Merah karena dengan kritikan tersebut, pemerintah provinsi bisa berbenah dan mencapai tujuan peluncuran program Desa Keluraha Mandiri Anggur Merah. Seperti diketahui, pemerintah provinsi NTT pada tahun 2011 hingga 2013 meluncurkan program Desa Kelurahan Mandiri Anggur Merah dengan mengalokasikan dana 250 juta rupiah per desa kelurahan pada 287 kecamatan se-NTT disertai 287 PKM. (VN-01)

Vous aimerez peut-être aussi