Vous êtes sur la page 1sur 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada semakin cepat terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudahan mengakses imformasi menjadi salah satu dampak dari perkembangan zaman yang begitu cepat ini, dan secara tidak lansung hal ini menyebabkan semakin hilangnya jarak antara satu daerah dengan daerah lain, bahkan satu negara dengan negara lain. Kondisi inilah yang dikenal dengan globalisasi. Di era global ini persaingan hidup semakin ketat, sehingga menuntut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap berkerja keras. Bahkan menurut NRC (National Research Council) di era komunikasi dan teknologi yang serba canggih dibutuhkan pekerja cerdas selain pekerja keras. Dibutuhkan pekerja yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani

ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim.1 Pendidikan merupakan sebagai salah satu sarana dalam menciptakan SDM yang berkualitas sudah saatnya untuk terus meningkatkan kinerjanya, agar mampu menciptakan manusia yang mandiri dikemudian hari. Salah satunya melalui

Justicia, M. Penerapan Model Core Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Keterampilan Metekognisi untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Logis, (Bandung Skripsi FMIPA UPI, 2010) h. 2

pelajaran matematika sebagai pelajaran wajib di sekolah merupakan dan merupakan sarana untuk membentuk pribadi yang mampu berpikir matematis dalam kehidupan sehari hari. Sebagaimana tertuang dalam Garis Garis Besar Program Pengajaran Matematika yang ditetapkan oleh Depdiknas2, bahwa pembelajaran matematika di sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal. Pertama, mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atau dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Kedua, mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian dibutuhkan sebuah proses pembelajaran matematika yang mengedepankan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga diharapkan siswa terbiasa untuk menghadapi tantangan tantangan hidup dengan dibekali kemampuan pemecahan masalah yang biasa dilakukan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah sangat tergantung pada kesadarannya tentang apa yang diketahuinya dan bagaimana melakukannya3. Hal ini berkaitan dengan kesadaran metakognitisnya.

Metakognitis merupakan kesadaran berpikir sehingga dapat melakukan tugas tugas khusus, kemudian menggunakan kesadaran ini untuk mengontrol apa yang

2 3

Justicia, ..., h.2 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung JICA: UPI, 2003) h. 104

dikerjakan4. Dengan kemampuan ini seorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam pemecahan masalah, karena dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : Apa yang saya kerjakan?, Mengapa saya mengerjakan ini?,Hal apa saja yang dapat membantu saya dalam menyelesaikan masalah ini?5. metakognisi juga mampu membuat sisiwa merancang, memantau, dan merefleksikan proses belajar mereka secara sadar, pada hakikatnya mereka akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif sangat perlu dilakukan, karena pendekatan ini , menekankan pada aktivitas siswa yang secara sadar mengatur proses berpikirnya sendiri dan membuat strategi strategi untuk memecahkan masalah yang diberikan. Halter menyatakan bahwa keterampilan metakognitif dapat mengontrol kesadaran dalam belajar, merencanakan dan memilih strategi, memonitor kemajuan belajar, mengkoreksi kesalahan menganalisis efektivitas strategi belajar, mengubah tingkah laku belajar dan strategi sesuai kebutuhan6. Akhirnya, apabila siswa menyadari proses yang digunakan dan apabila mereka belajar untuk mengontrol proses kognitifnya, maka diharapkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dapat meningkat. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang sang penting untuk dikembangkan. Selain itu pemecahan

Jacob, C. Mengajar Keterampilan Metakognitif dalam Rangka Upaya Memperbaiki dan Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika, (Bandung: FMIPA Universitas Parahiyangan Bandung, 2000) h.2 5 Erman Suherman dkk, ... , h. 104 6 Barkah, S. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah , (Bandung: skripsi FMIPA UPI, 2007) h. 12

masalah merupakan bagian kurikulum yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin7. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti pembelajaran matematika dengan judul yaitunya, Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Metakognitif.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan kepada yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan pelajaran melalui pendekatan keterampilan metakognitif? 2. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan metakognitif? C. Batasan Masalah Agar lebih terarah dan menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian yang akan dilaksanakan maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

Erman Suherman dkk, ... , h.83

1. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII- MTs Negeri kamang. 2. Materi pelajaran matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan metakognitif. 2. Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan metakognitif. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantarannya : 1. Bagi peneliti Peneliti dapat melihat kontribusi pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan metakognitif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, memberikan pengalaman dalam penerapan suatu model pembelajaran secara komprehensif dan untuk meningkatkan profesionalisme dan menambah pengetahuan serta

pengalaman dilapangan. 2. Bagi Guru Jika pembelajaran matematika melalui pendekatan keterampilan

metakognitif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,

maka pendekatan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran.

3. Bagi siswa Diharapkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif siswa dapat lebih mudah dalam menyelesaikan pemecahan masalah. F. Defenisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan pandangan dalam peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini. Maka beberapa defenisi yang digunakan antara lain : 1. kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tanpa menggunakan cara atau algoritma rutin. 2. Pendekatan keterampilan metakognitif adalah pendekatan yang

menekankan pada kesadaran siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Pendekatan ini diupayakan melalui tahapan yang dikemukakan ooleh Elawar yaitu (1) diskusi awal, (2) kemandirian ddan, (3) penyimpulan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemecahan Masalah Untuk memberi pengertian terhadap pemecahan masalah, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian masalah itu sendiri. Pengertian masalah telah dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan. Pendapat pendapat para ahli tersebut secara umum sejalan bahwa yang disebut masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang tetapi dia tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Newell dan Simon (1971) bahwa masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu cara dan tindakan yang diperlukan untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Manusia dalam kehidupan sehari hari tidak terlepas dari masalah. Untuk itu, harus mengetahui cara atau strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Begitupun dalam pembelajaran matematika, ada masalah dan cara

penyelesaiannya. Dalam hali ini masalah yang dimaksud adalah soal soal yang harus dipecahkan atau diselesaikan oleh siswa yaitu berupa soal tidak ruitn bagi siswa, sehingga memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan masalah tersebut yang disebut dengan kemampuan pemecahan masalah. Masalah dalam matematika merupakan hal yang relatif karena setiap siswa itu berbeda. Jadi, suatu soal dapat dianggap masalah bagi seorang siswa , tetapi mungkin saja soal tersebut merupakan soal yang rutin bagi siswa lain. Hal itu

ditegaskan oleh Rusfendi bahwa masalah dalam matematika sebagai suatu persoalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin8. Menurut Suherman, dkk menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara lansung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya 9. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ruseffendi bahwa suatu persoalan merupakan suatu masalah bagi seseorang: pertama bila siswa belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya; kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya; ketiga, bila ada niat untuk menyelesaikannya10. Menurut Hudojo syarat suatu masalah bagi seorang siswa sebagai berikut11 : 1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabya. 2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang sebagai hal yang esensial. Polya menyatakan bahwa terdapat dua macam masalah dalam matematika12, yaitu :

Rusefendi, E.T. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung Tarsito: 2006) h.335 9 Erman Suherman dkk, ... , h.92 10 Rusefendi, E.T.,..., h. 336-337 11 Hudojono, H., Common Text Book Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Bandung JICA, 2001) h. 163

1. Masalah untuk menemukan, teoritis atau praktis, abstrak atau konkret, termasuk juga teka-teki. Sebelum menyelesaikan masalah tersebut harus dicari terlebih dahulu variabel masalah tersebut dan mengkonstruksi sesuai jenis objek yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagian utama sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah tipe ini antara lain : a. Apakah yang dicari ? b. Bagaimana data yang diketahui ? c. Bagaimana syaratnya ? Masalah untuk menentukan ini matematika elementer. 2. Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya, masalah untuk membuktikan lebih penting dalam matematika lanjut. Dalam menyelesaikan sebuah masalah dikenal sebagai suatu proses pemecahan masalah. Hudojo mengemukakan bahwa pemecahan masalah secara sederhana merupakan suatu proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut13. lebih penting diterapkan dalam

12

Anita, A, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Terahadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, (Bandung skripsi: FMIPA UPI, 2006) h.12 13 Hudojono, H.,..., h. 165

Bell

mendefenisikan

pemecahan

masalah

matematis

adalah

suatu

penyelesaian dalam matematika yang dilakukan oleh orang yang menganggapnya suatu masalah14. Polya mendefenisikan pemecahan macalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dicapai15. Cooney mendefenisikan bahwa pemecahan masalah sebagai suatu proses menerima masalah dan berusaha untuk memecahkan masalah tersebut16. Polya membagi 4 langkah dalam pemecahan masalah17, yaitu : 1. Memahami masalah Menentukan (mengidentifikasi) apa (data) yang diketahui, apa yang ditanyakan (tidak diketahui), syarat syarat apa yang diperlukan, apa syarat syarat bisa dipenuhi, memeriksa apakah syarat syarat yang diketahui mencukupi untuk mencari yang tidak diketahui, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional. 2. Melengkapkan suatu rancangan Memeriksa apakah sudah pernah melihat sebelumnya atau melihat masalah yang sama tapi dalam bentuk yang berbeda, memeriksa apakah sudah mengetahui soal lain yang terkait, mengaitkan dengan teorema yang mungkin berguna, memperhatikan yang tidak diketahui dari soal dan

14 15

Anita, A,..., h.12 Muncarno, Langkah Langkah Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD, (Bandung tesis : PPS UPI, 2001) h. 8 16 Gani R. A., Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMU DI Bandung, (Bandung tesis : PPS UPI, 2004) h. 22 17 Rufaidah, I, Penerapan Model More dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif pada pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa, (Bandung, skripsi : FPMIPA UPI, 2009) h.20-23

mencoba memikirkan soal yang sudah dikenal yang mempunyai unsur yang tidak diketahui yang sama 3. Melaksanakan rancangan Melaksanakan rencana penyelesaian, mengecek kebenaran setiap langkah dan membuktikan ahwa langkah itu benar

4. Menelaah kembali Meneliti kembali hasil yang telah dicapai, mengecek hasilnya, mengecek argumennya, mencari hasil itu dengan cara lain, dan menggunakan hasil atau metode yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah lain. Indikator dari kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang dikemukakan oleh Ross, yaitu : 1. Siswa dapat menggunakan informasi untuk mengidentifikasi pertanyaan memuat permasalahan. 2. Siswa dapat merencanakan dan menentukan imformasi dan langkah langkah yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. 3. Siswa dapat memilih penggunaan operasi untuk memberikan situasi permasalahan. 4. Siswa dapat mengidentifikasikan jalan alternatif untuk menemukan solusi.

Untuk mengukur skor terhadap soal soal pemecahan masalah berdasarkan langkah langkah Polya menuliskan acuan pemberian skor seperti yang terdapat dalam tabel berikut18 : Aspek yang dinilai Pemahaman masalah Skor O Keterangan Salah menginterprestasikan soal/ tidak ada jawaban sama sekali Salah menginterprestasikan sebagian soal/ mengabaikan kondisi soal Memahami masalah/ soal selengkapnya Menggunakan strategi yang tidak relevan/ Tidak ada strategi sama sekali 1 Menggunakan strategi yang kurang dapat dilaksanakan dan tidak dapat dilanjutkan Menggunakan sebagian strategi yang benar tetapi mengarah pada jawaban yang

2 Perencanaan penyelesaian 0

salah/tidak mencoba strategi yang lain 3 Menggunakan prosedur yang benar yang mengarah kesolusi yang benar Pelaksanaan perhitungan 0 1 Tidak ada solusi sama sekali Menggunakan beberapa prosedur yang

mengarah mengarah ke solusi yang benar 2 Hasil salah sebagian, tetapi hanya karena salah perhitungan saja 3 Hasil dan proses yang benar

18

Anita, A,..., h. 138

Pemeriksaan kembali perhitungan hasil

Tidak ada pemeriksaan/ tidak ada keterangan apapun

Ada

pemeriksaan,

tetapi

pemeriksaan

kembali tidak tuntas hasil perhitungan 2 Pemeriksaan ddilaksanakan untuk melihat kebenaran hasi proses dengan cara

B. Pendekatan Keterampilan Metakognitif Istilah metakognitif merupakan kata sifat dari metakognisi. Livingston menyatakan bahwa metakognisi secara sederhana sering diartikan sebagai

berpikir tentang berpikir19. Metakognisi berasal dari kata metaconition dengan prefiks meta dan kata dasar kognisi. Meta berasal dari bahasa yunani yang artinya setelah atau melebihi, sedangkan kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan oleh seseorang20. Cardele-Elawar menjelaskan bahwa proses metakognisi adalah pengaturan diri siswa dalam memilih, mengingat, mengenali kembali, mengorganisasi informasi yang dihadapinya dan

menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut suherman, dkk mendefenisikan metakognisi adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Jadi, siswa akan belajar secara optimal jika mereka sadar dengan apa yang dipelajarinya, sehingga dengan adanya kesadaran

19 20

http://www.MetacognitonANOverview.com Barkah, S,..., h. 10

metakognitif inilah diharapkan tujuan dari pembelajran metematika dapat terwujud21. Selanjutnya Huitt menyatakan bahwa metakognisi meliputi kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan seperti, apa yang saya ketahui tentang topik ini ?, apakah saya tahu apa yang perlu saya ketaui?, apakah saya tahu dimana saya mendapatkan informasi yang dibutuhkan?, apa strategi dan taktik yang dapat digunakan?. Berdasarkan karakteristik metakognisi, proses yang dilakukan berupa tindakan untuk menyadarkan kemampuan kognitif siswa, maka proses ini merupkan keterampilan metakognitif. Siswa dipandu untuk menyadari apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui serta bagaimana mereka memikirkan hal tersebut agar dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini sejalan dengan Halter yang menyatakan bahwa keterampilan metakognitif yaitu mengontrol kesadaran dalam belajar, merencanakan dan memilih strategi, memonitor kemajuan belajar, mengkoreksi kesalahan, menganalisis efektivitas strategi belajar, dan mengubah tingkah laku belajar dan strategi sesuai kebutuhan22. Menurut Heller, Child dan Walberge kegiatan metakognitif dibagi dalam tiga kelompok, yaitu23 : 1. Kesadaran (kemampuan seseorang untuk mengenali informasi baik eksplisit maupun implisit)

21 22

Erman Suherman dkk, ... , h.104 Barkah, S,..., h. 12 23 Nindiasari, H. Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematika Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Siswa, (Bandung, tesis : FPMIPA UPI, 2004), h.17

2. Pengamatan (bertanya pada diri sendiri dan menjelaskan dengan kata kata sendiri untuk menstimulasi pemahaman). 3. Pengaturan (membandingkan dan membedakan jawaban yang lebih logis dalam memecahkan masalah). Penerapan pendekatan keterampilan metakognitif dalam pelmbelajaran matematika sangat membantu siswa dalam menyadarkan apa yang mereka pelajari sehingga proses belajarnya dapat terkontrol dengan baik dan efektif. Borkowski menyatakan bahwa guru dalam pembelajaran metakognitif di dalam suatu kelas harus berusaha mengajarkan siswa untuk merencanakan, memantau dan merevisi pekerjaan mereka sendiri termasuk tidak hanya membuat siswa sadar tentang apa yang mereka ketahui tap juga apa yang bisa mereka lakukan ketika mereka gagal untuk memahami24. Secara umum proses metakognitif dalam pembelajaran matematika lebih dominan pada monitor kesadaran pengetahuan, strategi dan proses berpikir diri sendiri melalui pertanyaan pertanyaan. Pada hakikatnya yang dimunculkan adalah pertanyaan yang memandu proses berpikir secara mandiri dan dapat muncul dari diri sendiri, sehingga membuat siswa leb ih mandiri. Kaitan pendekatan keterampilan metakognitif dengan pemecahan masalah, pembelajaran dengan pendekatan ini mengarahkan pada perhatian siswa untuk mempelajari, memahami masalah, bagaimana dan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah matematika. Sebagaimana yang diungkapkan oleh,

24

Barkah, S,..., h. 13

Brown, Anderson, Shillcock dan Yuke bahwa dalam pembelajaran guru akan terfokus untuk mengembangkan25: 1) kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah 2) keyakinan siswa dalam kemampuan pemecahan masalahya akhirnya, apabila siswa menyadari proses yang digunakan dan belajar untuk mengontrol proses kognitif, kemampuan mereka dalam pemecahan masalah akan meningkat. Adapun tahap tahap pembelajaran metakognitif menurut Elawar diupayakan dalam tiga tahap26. Ketiga tahap tersebut adalah : 1. Diskusi Awal (Introductory Dicussion) Setiap kelompok dibagi Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Guru membimbing siswa menanamkan kesadaran dengan bertanya sendiri pada diri sendiri saat menjawab pertanyaan guru dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Contoh pertanyaan : a. Apakah saya memahami semua kata dalam soal ini ? b. Apakah saya mempunyai semua informasi untuk menyelesaikannya ? c. Apakah saya tahu bagaimana harus mengatur informasi ini ? d. Apakah saya tahu bagaiman menghitung penyelesaiannya ? 2. Kerja Mandiri (Independent Work) Siswa bekerja sendiri, guru berkeliling kelas memberikan feedback secara individual. 3. Penyimpulan
25 26

Barkah, S,..., h. 12 Nindiasari, H, ... , h. 18

Penyimpulan yang dilakukan oleh siswa merupakan rekapitulasi dari apa yang telah dilakukan di kelas. Penyimpulan dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Contoh pertanyaan yang ditanyakan Guru : a. Apa yang kamu pelajari hari ini ? b. Apa yang kamu pelajari tentang diri kamu sendiri dalam menyelesaikan soal matematika ? C. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman dkk pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah atau tugas27. Selain itu ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi : pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang

27

Erman Suherman dkk, ... , h. 260

maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya28.

28

Erman Suherman dkk, ... , h. 260

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang adanya perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.29 Penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimental. Pra-eksperimental adalah penelitian yang mengandung ciri eksperimental dalam jumlah kecil.30 Menurut sugiyono, penelitian pra-eksperimental merupakan penelitian yang bukan eksperimen sungguh sungguh, karena terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh dalam terbentuknya variabel independen. B. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison Design: Randomized Control Group Only Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah penerapan pendekatan openended, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan dan menerapkan pembelajaran konvensional..

29

Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2009) h. 107 30 Sugiyono, ..., h.109

Tabel 3.1 Rancangan penelitian The Static Group Comparison Design 31 C. Kelas Eksperimen Kontrol Keterangan: X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan open-ended X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. O= Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian Treatment X1 X2 Posttest O O

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berfungsi sebagai sumber data.32 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs negeri Kamang Magek. Jumlah populasi ini disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII SMP N 6 Payakumbuh Tahun Ajaran 2012/2013 Kelas Jumlah Siswa

Syamsuddin & Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 158 32 Hadeli.Metodologi Penelitian Kependidikan.(Jakarta:PT Ciputat Press, 2006), h.67

31

VII1 VII2 VII3 VII4 VII5

32 32 32 31 30

Sumber : Guru bidang studi matematika kelas Kelas VII SMP N 6 Payakumbuh Payakumbuh

2. Sampel Penelitian yang dilakukan adalah jenis pra eksperimen dengan rancangan The Static Randomized Control Group Only Design. Dalam pelaksanaannya, penulis membutuhkan dua kelas sebagai sampel. Berikut dijelaskan langkah- langkah yang dilakukan untuk pemilihan kelas sampel dalam penelitian ini. 1. Mengumpulkan data nilai mid semester matematika semester II kelas VIII MTs Negeri Kamang Magek. 2. Melakukan uji normalitas Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan: H0 : Data populasi berdistribusi normal H1 : Data populasi tidakberdistribusi normal

Adapun langkah-langkah untuk melihat populasi berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji Lilifors sebagai berikut33: a. Data x1, x2, x3, , xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar. b. Data x1, x2, x3, , xn dijadikan bilngan baku z1, z2, z3, , zn dengan menggunakan rumus :

c. Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) = P (z < zi). d. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus: ( ) e. Menghitung selisih antara F(zi) dengan S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. f. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu ( )|. diberi simbol L0, L0 = maks | ( ) g. Kriteria data dikatakan berdistribusi normal Jika L tabel > L0. Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih

mengakuratkan data penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Input data ke dalam Software minitab; b. Klik stat, kemudian pilih basic statistic, klik normality test; c. Tentukan variabel yang akan diinput, kemudian klik OK. Data berdistribusi normal, apabila harga Pvalue lebih besar dari taraf nyata . Hasil perhitungan uji normalitas populasi dengan

uji Lilifors dan Software minitab dapat dilihat pada tabel berikut:

33

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005) h. 466-477

Tabel 3.3. : Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi Kelas Ltabel L0 Pvalue VIII1 0.156 0,152 0,101 VIII2 1.156 0.136 0,141

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada kelas populasi, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas populasi yaitu kelas VIII1, VIII2, berdistribusi normal.

3. Melakukan uji homogenitas variansi. Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah data populasi mempunyai variansi yang homogen. Langkah- langkah dalam melakukan uji homogenitas adalah dengan menggunakan uji Barlet sebagai berikut:34 a. Membuat hipotesis, yaitu: H0 : = = = = H1 : paling sedikit satu tanda tidak sama dengan, tidak berlaku b. Menghitung variansi masing-masing kelompok c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus: ( ) ( ) d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus: ( ) (
2

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X ) dengan rumus: ( ) X2 = (ln 10)* +

34

Sudjana, , h. 261-263

f. Membandingkan dengan dengan kriteria bila < untuk taraf maka terima H0 artinya populasi homogen. Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih

mengakuratkan data penelitian dalam menentukan populasi homogen, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Input data ke dalam Software minitab; b. Klik stat, kemudian pilih Basic Statistic, klik 2 variances; c. Tentukan variable yang akan diinput, kemudian klik OK. Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett diperoleh X2hitung = 0.138. Jika = 0,05, dari daftar chi-kuadrat dengan dk = 4 didapat = 9,488, sehingga H0 diterima dalam taraf = 0,05. Sementara perhitungan menggunakan Software Minitab menunjukkan

Pvalue=1.000 dan Pvalue > .

Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa populasi memiliki variansi homogen.

4. Melakukan uji kesamaan rata-rata Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:35 a. Membuat hipotesis H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama b. Menentukan taraf nyata () c. Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus f > f [ k 1, N K]. d. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel.

35

Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.383

Tabel 3.4 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi Populasi 1 2 3 K X11 X21 X31 Xk1 X12 X22 X32 Xk2 X1n X2n X3n Xkn Total Nilai Tengah T1 X1 T2 X2 T3 X3 Tk Xk T X

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :

( )2 2 i, j 2 i 2

ni Jumlah Kuadrat Total (JKT) :k i=1 = j=1 =

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK): Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT JKK Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :

Tabel 3.5 Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Keraga kuadrat kebebasa Tengah hitung man (JK) n (dk) Nilai JKK k -1 S12 = JKK tengah k -1 kolom S22=JKG Galat JKG N-K Nk Total JKT NK

e. Keputusannya Ho diterima jika f f [ k 1, N K] Ho ditolak jika f > f [ k 1, N K]. 36 Untuk lebih mengakuratkan data dalam menentukan kesamaan ratarata suatu populasi, peneliti menggunakan Software minitab. langkahlangkah yang dilakukan sebagai berikut: a. Input data ke dalam Software minitab; b. Klik stat, kemudian pilih ANOVA, klik One Way, ; c. Tentukan variabel yang akan diinput, kemudian klik OK. Hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata dengan analisis variansi adalah f < f [ k 1, N K] yaitu . Jadi,

H0 diterima. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan Software Minitab diperoleh Pvalue = 0,978 karena Pvalue > 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut populasi memiliki kesamaan rata-rata. dapat disimpulkan bahwa

5. Pengambilan Sampel Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh data populasi

berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata maka pengambilan sampel dilakukan secara acak. Kelas yang terpilih adalah kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII1 sebagai kelas kontrol.

36

Ronal, E. Walpole, Pengantar Statisstika, h. 387

D. Variabel dan Data 1. Variabel Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.37 Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel bebas yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah pendekatan open-ended. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Data a. Jenis data 1) Data primer yaitu data tentang berfikir kreatif matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen. 2) Data sekunder adalah data yang tersusun dalam dokumen dokumen atau data yang diarsipkan.38 Dalam penelitian ini adalah jumlah siswa yang berada pada kelas VIII MTs Negeri Kamang Magek. b. Sumber data 1) Data primer bersumber dari kelas VIII MTs Negeri Kamang Magek byang menjadi sampel pada penelitian ini.

Sumadi Suryabarata. Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997),h.25 38 Sumadi Suryabrata,... h.39

37

2) Data sekunder bersumber dari Kantor Tata Usaha dan Guru bidang studi matematika kelas VIII MTs Negeri Kamang Magek. E. Prosedur Penelitian Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi: a. Menetapkan tempat yaitu MTs Negeri Kamang Magek dengan jangka waktu penelitian lebih kurang selama 2 minggu. b. Mengurus izin penelitian pada pihak kampus. c. Menentukan kelas sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol d. Merancang perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar. e. Membuat kisi-kisi soal tes kemampuan berfikir kreatif f. Menyusun soal tes berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat. g. Membuat kunci jawaban soal tes kemampuan berfikir kreatif h. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa i. Memvalidasi perangkat penelitian kepada ahli j. Uji coba soal tes penulis 2. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari dua kelas sampel dengan masing- masingnya empat kali pertemuan. Pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended Pada Kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional. Adapun langkah- langkah yang dilakukan pada masing- masing kelas dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3.6: Tahap Pelaksanaan pada Kelas Kontrol dan Eksperimen Kelas eksperiment Pendahuluan a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa b. Guru mengontrol kondisi kelas, baik dari segi kerapian maupun kebersihannya. c. Guru mengecek kehadiran siswa. d. Apersepsi: mengenai mengingatkan materi yang siswa telah Kelas control Pendahuluan a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa b. Guru mengontrol kondisi kelas, baik dari segi kerapian maupun kebersihannya. c. Guru mengecek kehadiran siswa. d. Apersepsi: mengingatkan siswa mengenai dipelajari materi yang telah dengan

dipelajari dan berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. e. Motivasi: menyampaikan manfaat dari materi yang akan dipelajari

berkaitan

materi yang akan dipelajari. e. Motivasi: menyampaikan

manfaat dari materi yang akan dipelajari

f. Siswa

diberikan

tujuan

f. Siswa

diberikan

tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

pembelajaran yang akan dicapai

Kegiatan Inti Eksplorasi

Kegiatan Inti Eksplorasi materi siswa

menjelaskan a. Guru menyebutkan pembagian a. Guru pelajaran dan kelompok siswa b. Guru membagikan LKS yang

memperhatikan serta mencatat.

berisi

masalah

open

ended

tentang materi yag akan dipelajari Elaborasi Elaborasi a. Guru meminta Siswa mengerjakan a. Siswa mengerjakan soal soal LKS secara individu b. Guru mengawasi kerja siswa dan membimbing diperlukan. c. Guru mengumpulkan LKS hasil kerja individu d. Guru meminta siswa sesuai duduk dengan siswa bila Latihan b. Siswa diperintahkan untuk

menuliskan jawabannya di papan tulis.

berkelompok

kelompok yang telah di tetapkan untuk membandingkan jawaban masing masing dan berdiskusi untuk membuat suatu kesimpulan dari hasil kerja kelompok e. Guru mengawasi jalannya diskusi dan membimbing siswa bila

diperlukan. f. Guru meminta perwakilan

kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas

Konfirmasi a. Guru memeriksa jawaban siswa dan menuntun siswa memberikan jawaban yang benar dari LKS yang dikerjakan.

a. Memberikan penekanan terhadap kegiatan eksplorasi dan elaborasi.

Konfirmasi a. Guru memberikan jawaban yang benar dari soal latihan yang tidak terjawab oleh siswa. b. Memberikan penekanan

terhadap kegiatan eksplorasi dan elaborasi. Penutup a. Siswa dengan bimbingan guru a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b. Guru memberikan tugas rumah b. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa c. Guru meminta siswa kepada siswa untuk c. Guru meminta siswa untuk

mempelajari materi

mempelajari materi

3. Tahap penyelesaian Setelah melakukan pembelajaran maka siswa di beri tes akhir / post- test. Tes akhir dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian data diolah dengan menggunakan uji statistika yang cocok.

F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari tes kreatif dalam matematik dan lembar observasi.

Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dibuat rencana pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disertai soal-soal open-ended. 1. Tes Kreatif Matematika Tes yang akan diberikan tes tertulis berbentuk essay, untuk mengetahui kemampuan berfikir kreatif matematis siswa. Tes tipe essay dipilih agar dapat dilihat bagaimana kemampuan siswa sesungguhnya melalui uraian jawaban yang diberikannya. Tes disusun oleh peneliti sesuai dengan indikator kemampuan berfikir kreatif matematis yang akan diukur seperti pada tabel berikut: Table 3.7 : indicator kemampuan berfikir kreatif ASPEK 1. Kelacaran (Fluency) INDIKATOR a. Arus pemikiran lancar sesuai dengan pemikiran sendiri. b. Tidak menemui hambatan dalam pemecahan masalah a. Menghasilkan cara pemecahan masalah yang beragam. b. Menghasilkan jawaban-jawaban yang beragam. a. Mempunyai pendapat yang berbeda dengan teman yang lain. b. Jawaban asli dari diri sendiri. a. Pemecahan masalah secara lebih teliti dan teratur. b. Mampu menguraikan masalah dengan baik.

2. Keluwesan (Flexibility)

3. Keaslian (Originality) 4. Penguraian (Elaboration)

Kriteria asesmen atau penskoran diambil dari kriteria asesmen yang diusulkan oleh Riduwan. Pertimbangan mengambil asesmen riduwan ini karena hubungan yang sangat dekat antara aspek yang dapat diukur dari suatu soal open-ended dengan aspek berpikir kreatif . Kriteria asesmen dapat dilihat pada Lampiran Tes kemampuan berfikir kreatif dikembangkan melalui langkahlangkah sebagai berikut: a. Menyusun tes Dalam menyusun tes penulis melakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mengetahui kemampuan berfikir kreatif siswa 2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diujikan. 3) Membuat kisi-kisi soal uji coba tes. 4) Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. 5) Melakukan validasi soal uji coba dengan bantuan bapak M.Imamuddin, M.Pd dan Ibu Hafmiarti, S.Pd. Hasil validasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XXII halaman 151. b. Melakukan uji coba. Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes diujicobakan pada kelas VII3. Uji coba dilakukan pada kelas ini karena memiliki ciri yang sama dengan kelas sampel yaitu normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Uji coba ini

dilakukan

untuk

menentukan

validitas,

reliabilitas,

tingkat

kesukaran, dan daya pembeda. c. Analisis item. Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Validitas Validitas merupakan sejauh mana instrument itu

merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas jika alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu39.Artinya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran

pengukuran.Bilamana alat ukur yang digunakan tidak valid, maka data yang diperoleh juga tidak valid dan kesimpulan yang diperoleh menjadi salah. Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus:40 * ( )( ) ( ) +* ( ) +

39 40

Sumadi Suryabrata, , h. 60 Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) h.254

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:41 0,81 1,00 = sangat tinggi 0,61 0,80 = tinggi 0,41 0,60 = cukup 0,21 0,40 = rendah 0,00 0,20 = sangat rendah Tabel 3.8 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes Nomor Soal Hasil Perhitungan Kriteria Validitas 1 0,75 2a 0,22 2b 0,90 3 0,60 4 0,43

Tinggi

rendah

S.tinggi

cukup

cukup

Berdasarkan perhitungan, diperoleh soal nomor 1 memiliki kriteria tinggi, soal nomor 2a memiliki kriteria rendah, soal nomor 2b memiliki kriteria sangat tinggi dan soal nomor 3,4 memiliki criteria cukup. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XXVI halaman 168. 2) Reliabelitas Tes. Reliabelitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan

41

Zainal Arifin,, h.257

yang tinggi apabila dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reliabilitas tes bentuk uaraian dipakai rumus Alpha42
=(

)(

keterangan: : reabilitas yang dicari : jumlah varians skor tiap- tiap item : varians total Rumus varians 43:

( )

Nilai

yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria r product

moment pada tabel dengan ketentuan jika r11> rtabel maka tes tersebut reliabel. Berdasarkan perhitungan, diperoleh = 1.30 sementara rtabel

0.375 sehingga soal uji coba tes dikatakan reliabel. Data dapat dilihat pada lampiran XXVII halaman 170. 3) Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan sulit mudahnya suatu soal.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut ZainalArifin,untuk menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan langkah-langkah berikut44: a) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

42 43

Suharsimi,..., h. 109 Suharsimi Arikunto,, h. 210 44 Zainal Arifin,, h. 135

b) Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

c) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut: 0,00 0,30 = sukar 0,31 0,70 = sedang 0,71 1,00 = mudah

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes Nomor Soal IK hitung Kriteria 1 2a 2b 3 4

0,40 sedang

0,35 sedang

0,21 sukar

0,52 sedang

0,42 sedang

Berdasarkan tabel di atas diperoleh tingkat kesukaran soal nomor 1,2a, 3 dan 4 adalah soal yang sedang, sedangkan soal nomor 2b tergolong soal yang sukar. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XXVIII halaman 171.

d) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya pembeda soal dapat digunakan langkah-langkah berikut45: a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
45

Zainal Arifin, , h. 133

b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil. c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 % d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah). e) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus: Keterangan : DP = daya pembeda = rata- rata kelompok atas = rata-rata kelompok bawah

f) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut46: 0,00 0.20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 0,70 1.00 = baik = baik sekali

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Indeks Pembeda Soal Uji Coba Tes Nomor Soal IP hitung Kriteria Dari tabel 1 0,41 cukup 2a 0,17 jelek 2b 0,32 cukup 3 0,25 Cukup 4 0,24 cukup

dapat dilihat bahwa soal nomor 1,2b, 3 dan 4

mempunyai kriteria daya pembeda cukup, dan soal nomor 2b mempunyai kriteria jelek. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran XXIX halaman 173. Setelah dilakukan perhitungan validitas, reliabelitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda pada soal uji coba tes, maka soal yang dapat langsung dipakai adalah soal nomor 1,3 dan 4. Soal nomor 2b
46

Suharsimi Arikunto, h. 218

dapat dipakai dengan perbaikan. Sementara soal nomor 2a diganti. Perubahan soal uji coba dapat dilihat pada lampiran XXX halaman 174.

2. Lembar Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk mancapai tujuan tertentu.47 Observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik selama pembelajaran, berdiskusi, mengerjakan tugas, bertanya, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh seorang observer. Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri lembar observasi aktifitas siswa. Observasi ini dilakukan selama pembelajaran matematika menggunakan pendekatan open-ended

berlangsung di kelas eksperimen. Adapun hal- hal yang akan dilihat oleh observer yang berkaitan dengan aktifits siswa selama pembelajaran dengan pendekatan openended berlangsung, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.11 Aspek-Aspek pada Lembar Observasi Aktifitas siswa No . Indikator Aktifitas Aktifitas yang Diamati

47

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h. 153

1.

Visual Activities

Membaca dan memperhatikan gambar di LKS

2.

oral Activities

Bertanya, memberikan ide atau pendapat atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru/ teman Menanggapi dan Memecahkan soal

3.

Mental activities

G. Teknik Analisa Data Analisis data bertujuan untuk memperoleh makna dari data yang telah terkumpul. Analisis statistika yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tes Kemampuan Kreatif Siswa Gambaran umum kemampuan kreatif siswa yang

berupa data skor tes kemampuan kreatif matematik siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis secara

deskriptif atas dasar persentase dan dirumuskan sebagai berikut:

S 100 SM

Keterangan: N = nilai yang dicapai atau yang diharapkan S = Skor mentah yang diharapkan

SM = Skor maksimum ideal dari tes 100 = bilangan tetap

TABEL 3.12 :Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Kreatif Matematik Siswa

No. 1 2 3

Tingkat Penguasaan 80% - 100% 60% - 79% < 60%

Predikat Tinggi Sedang Kurang

Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data

sampelberdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan: H0 : Data sampel berdistribusi normal H1 : Data sampel tidak berdistribusi normal Cara mengujinya adalah48 :

48

Sudjana, ...,h.466-477

1) Data X1,X2,X3,...Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga ke data yang terbesar. 2) Data X1, X2, X3, ....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ....Zn dengan rumus sebagai berikut: Xi Xr Zi = S Keterangan:

Xi = skor siswa yang diperoleh siswa yang ke-i

X r = skor rata-rata
S = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang. F (zi) = P (z zi). 4) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, Z3,...Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka: banyaknyaZ1, Z 2, Z 3 .......... ....Zyang Zi S (Zi) = n 5) Menghitung selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6) Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut dan disebut selisih LO. 7) Membandingkan nilai Lo dengan Ltabel. Kriterianya diterima yaitu hipotesis itu diterima jika Lo lebih kecil dari Ltabel, selain itu hipotesis ditolak. Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih

mengakuratkan data pengujian normalitas sampel dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Input data ke dalam Software minitab; 2. Klik stat, kemudian pilih Basic Statistic, klik normality test; 3. Tentukan variabel yang akan diinput, kemudian klik OK.

4. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak, dapat menggunakan interpretasi Pvalue, yaitu data berdistribusi normal apabila harga Pvalue lebih besar dari nilai taraf nyata .

b. Uji Homogenitas Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kelas sampel mempunyai variansiyang homogen atau tidak.Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:49 1) Membuat hipotesis, yaitu: H0 : = H1 : 2) Menghitung variansi masing-masing kelompok 3) Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:
( ( ) )

4) Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus: ( ) ( ) 5) Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus: ( ) X2 = (ln 10)* + 6) Membandingkan dengan dengan kriteria bila < untuk taraf maka terima H0 artinya populasi homogen. Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data penelitian dalam menentukan homogenitas sampel, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Input data ke dalam Software minitab; 2. Klik stat, kemudian pilih Basic Statistic, klik 2 variances; 3. Tentukan variabel yang akan diinput, kemudian klik OK.

c. Uji Hipotesis

49

Sudjana,Metode Statistik, (bandung : Tarsito, 2002), h. 261-263

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : 1= 2 kemampuan berfikir kratif matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan openended sama dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. H1: 1> 2 kemampuan berfikir kratif matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan openended lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. 1 dan 2 merupakan rata- rata populasi kemampuan berfikir kreatif kelas sampel. Jika setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t50:
( ) ( )

dengan

keterangan : : rata- rata kelas eksperimen : rata- rata kelas kontrol S


50

: variansi kedua kelas sampel

Sudjana, ..., h. 239

2 2

: variansi kelas eksperimen : variansi kelompok kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas kontrol

Keputusannya Terima H0 jika t < , dimana didapat dari daftar

distribusi t dengan dk = n1 + n2 2. Untuk harga t lainnya H0 ditolak.51 Peneliti menggunakan Software minitab untuk lebih

mengakuratkan data penelitian pengujian hipotesis, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Input data ke dalam Software minitab; 2. Klik stat, kemudian pilih Basic Statistic, klik 2t ; 3. Tentukan variabel yang akan diinput, kemudian klik option, pilih greather than, klik OK.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Observasi bertujuan untuk mengamati aktifitas siswa dan aktifitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Dalam penelitian ini ada lembar observasi yang digunakan yaitu untuk mengamati aktifitas siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

51

Sudjana,..., h. 239

Data aktifitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus persentase52:

Keterangan: P% F N = Persentase aktifitas = Frekuensi aktifitas yang dilakukan = Jumlah siswa

Kriteria penilaian aktifitas belajar yang positif adalah sebagai berikut:53 1) Jika persentase penilaian aktifitas aktifitas tergolong sedikit sekali. 2) Jika persentase penilaian aktifitas aktifitas tergolong sedikit. 3) Jika persentase penilaian aktifitas aktifitas tergolong banyak. 4) Jika persentase penilaian aktifitas aktifitas tergolong banyak sekali. adalah 1% - 25% maka adalah 26% - 50% maka adalah 51% - 75% maka adalah 76% - 99% maka

52

Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004) h. 130 53 Dimyati dan Mudjono, Penilaian Aktivitas Belajar, (Jakarta: Aksara Baru, 1999) h. 125

Vous aimerez peut-être aussi