Vous êtes sur la page 1sur 10

MAKALAH SHIDDIQ

Disusun Oleh : Predi Riswana : 12.03.2802

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSALAM FAKULTAS TABIYAH 2012-2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kumpulan Makalah Ilmu Kalam Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Ilmu Kalam di IAID. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Fadlil Munawwar Mashur ,M.S., selaku Rektor IAID serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti perkuliahan di Kampus IAID Pangandaran. 2. Bapak Drs. H. Wahyudin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAID. 3. Ibu Nurjanah,S.Ag.,M.S.I., selaku Ketua Program Studi PAI. 4. Bapak Drs. H. Hasanudin, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Akhlak dan Tasauf yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini. 5. Rekan-rekan semua di Institut Agama Islam Darusalm Fakultas Tarbiyah. 6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin. Pangandaran, 18 April 2013

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1 C. Tujuan .......................................................................................................................... 1 BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................... 2 A. Pengertian Shiddiq....................................................................................................... 2 B. Keutamaan Memiliki Sifat Shiddiq ............................................................................. 4 BAB III : KESIMPULAN ...................................................................................................... 6 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ash-shidqu atau benar adalah sesuainya sesuatu dengan kenyataannya, baik berupa perkataan, sikap, ataupun perbuatan. Dalam bahasa kita, istilah lainnya adalah jujur. Ashshidqu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa. Rasulullah SAW bersabda, Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. (HR. Bukhari) Dalam hadits yang berkaitan, Rasulullah SAW bersabda, : Empat perkara yang apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu dari dunia dari padamu, yaitu: memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlak yang baik, dan bersih dari tamak. (HR. Ahmad)

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu shiddiq? 2. Keutamaan apa yang diperoleh dari sifat shiddiq?

C. Tujuan 1. Memenuhi tugas mata kuliah akhlak dan tasauf yang diberikan oleh Drs. H. Hasanudin, M.Pd. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah akhlak dan tasauf. 2. Mengetahui pengertian shiddiq 3. Mengetahui keutamaan dari sifat shidiq

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jujur (Shiddiq) Shiddiq (jujur, benar) adalah lawan kaa dari kidzb (bohong atau dusta). Secara morfologi, akar kata shidq berasal dari kata shadaqa, yashduqu, shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila qauluhu 'pembicarannya diterima'. Ungkapan shaddaqahu al-hadits mengandung arti anba'ahu bi al-shidq 'ia menyampaikan berita dengan benar dan jujur'. Ada orang mengatakan shadaqtu al-qauma, yang berarti qultu lahum shidqan 'aku katakan kepada mereka secara benar atau secara jujur'. Demikian juga ancaman jika aku sampaikan kepada mereka; aku katakan shadaqtu hum 'aku berkata benar kepada mereka'. Beberapa ayat Allah yang memeberikan ilustrasi yang jelas tentang makna (shiddiq): 1. "Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang jujur (benar) tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih." (al-Akhzab:8) 2. "... Dan ibunya (Maryam) adalah seorang yang sanga benar (shiddiq)..." (al-Maa'idah:75) 3. "Dan orang yang datang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (az-Zumar:33) Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (shiddiq) ke dalam enam jenis: 1. Jujur dalam lisan atau bertutur kata. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Kejujuran seperti ini hanya terjadi dalam menyampaikan berita atau pembicaraan yang mengandung berita. Menepati janji termasuk kategori kejujuran jenis ini. Bentuk jujur yang pertama ini merupakan bantuk yang paling terkenal dan fenomenal. 2. Jujur dalam berniat dan berkehendak. Kejujuran seperti ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah. Jika dicampuri dengan dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batallah kebenaran niatnya. Orang yang seperti ini dapat dikatakan pembohong. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut: "Ketika Rasulullah saw bertanya kepada seorang alim, 'Apa yang telah kamu kerjakan dari yang telah kamu ketahui?' Ia menjawab, 'Aku telah mengerjakan hal ini dan hal itu.' Lalu Allah berkata, 'Engkau telah berbohong karena kamu ingin dikatakan bahwa si Fulan orang alim." 3. Jujur dalam berobsesi atau bercita-cita (azam). 5

Manusia terkadang mengemukakan obsesinya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, "Jika Allah menganugerahkan banyak harta kepadaku, aku akan sedekahkan setengahnya." Janji atau obsesi ini harus diucapkan secara jujur. 4. Jujur dalam menepati obsesi. Dalam suatu kondisi, hati terkadang banyak mengumbar obsesi. Baginya mudah saat itu untuk mengumbar obsesi. Kemudian, saat kondisi realitas sudah memungkinkannya untuk menepati janji obsesinya itu, ia memungkirinya. Nafsu syahwatnya telah menghantam keinginannya untuk merealisasikan janjinya. Hal itu sungguh bertentangan dengan kejujuran (shiddiq). 5. Jujur dalam beramal atau bekerja. 6. Jujur dalam maqam-maqam beragama. Merupakan kejujuran paling tinggi. Contohnya adalah kejujuran dalam khauf (rasa takut akan siksaan Allah), raja' (mengharapkan rahmat Allah), ta'dzim (mengagungkan Allah), ridha (rela terhadap segala keputusan Allah), tawwakal (mempercayakan diri kepada Allah dalam segala totalitas urusan), dan hubb *mencintai Allah). "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (beriman sejati)." (alHujaraat:15) "Kalian harus jujur, karena jujur itu bersama-sama dengan kebaktian yang sempurna (birr). Keduanya akan berada di dalam surga. Dan hati-hatilah kalian dengan berbohong karena bohong itu bersama-sama perbuatan dosa yang terus-menerus (fujur). Keduanya akan masuk neraka. Dan mintalah kalian keyakinan dan perlindungan dari segala penyakit kepada Allah. Karena seseorang setelah diberi keyakinan akan lebih baik daripada diberi perlindungan dari segala penyakit. Dan janganlah kalian saling hasut, saling membenci, saling memutuskan (tali silaturahmi), saling memebenci, saling membelakangi, serta jadilah hambahamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah perintahkan kepada kalian." (HP Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Maajah)

B. Keutamaan Memiliki Sifat Shiddiq 1. Memperoleh Ketenangan Jiwa Jiwa yang tenang merupakan modal yang amat berharga dalam meraih kehidupan yang bahagia di dunia ini. Manakala manusia bisa berlaku benar atau jujur dalam hidupnya, niscaya dia akan memperoleh ketenangan jiwa yang didambakannya itu. Hal ini karena dusta merupakan bagian dari dosa yang dapat menggelisahkan jiwa. Rasulullah SAW bersabda, Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan kamu tidak suka bila hal itu diketahui orang lain. (HR. Ahmad) 2. Memperoleh Keberkahan Hidup Keberkahan dalam hidup ini adalah kehidupan yang membawa manfaat dalam kebaikan yang banyak. Untuk meraih keberkahan, seorang muslim harus berlaku benar atau jujur. Rasulullah SAW bersabda,

. Penjual dan pembeli mempunyai hak untuk menentukan pilihan selama belum saling berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan menjelaskan yang sebenarnya, transaksi mereka diberkahi. Namun, jika keduanya saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta, mungkin keduanya mendapatkan keuntungan tapi melenyapkan keberkahan transaksinya. (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Memperoleh Keselamatan Keselamatan dalam hidup di dunia dan akhirat selalu kita minta kepada Allah swt. dalam doa yang kita panjatkan. Sesudah kita berdoa, tugas kita adalah berusaha mendapatkannya. Salah satu usaha yang kita lakukan untuk mendapatkan keselamatan dalam hidup ini adalah berlaku jujur meskipun kejujuran itu kadangkala membuat para pendusta menjadi tidak senang dan akan mencelakakan diri kita karena hakikat keselamatan sebenarnya adalah hal-hal yang bisa mengantarkan kita kepada surga. Rasulullah saw. bersabda, Kamu harus berkata benar, karena sesungguhnya ia bersama kebajikan dan keduanya adalah dalam surga. (HR. Ahmad, Bukhari, dan Ibnu Majah) 4. Tercatat Sebagai Ahli Kebenaran Digolongkan oleh Allah dan Rasul-Nya ke dalam kelompok orang yang benar merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kita. Sebab, bila seseorang selalu mempertahankan

kebenaran dan kejujuran dalam dirinya, niscaya dia dikelompokkan ke dalam kelompok orang-orang yang benar. Rasulullah SAW bersabda,

Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa pada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. (HR. Bukhari) 5. Terhindar dari Kemunafikan Sangat tidak menyenangkan bila kita mengaku sebagai orang beriman tapi Allah SWT tidak mau mengakuinya dan mengelompokkan kita ke dalam orang yang munafik. Sebab, bila kita berlaku benar atau jujur, kita akan terhindar dari kemunafikan dan dikelompokkan ke dalam kelompok orang-orang munafik. Ini merupakan salah satu ciri orang munafik yakni berdusta. Rasulullah SAW bersabda, : Tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata dusta, bila berjanji mangkir, dan bila dipercaya khianat. (HR. Bukhari dan Muslim)

BAB III KESIMPULAN


Shiddiq (jujur) artinya keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan. Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bidah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik. Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

DAFTAR PUSTAKA aisyah, rini. Jujur (shidiq) http://islam-ku.blogspot.com/2006/08/jujur-shiddiq.html (diakses tanggal 12 Agustus 2006) w-islamKeutamaan Memiliki Sifat Shiddiqwww.w-islam.com/2013/03/671/keutamaanmemiliki-sifat-shiddiq/ (diakses tanggal 14 maret 2013) ichsan, faristin. Jujur (shidiq)http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/06/jujur-shidiq.html (diakses tanggal 01 JUni 2012)

10

Vous aimerez peut-être aussi