Vous êtes sur la page 1sur 23

Askep Osteomielitis

Diposkan oleh _Ly_`s pageS di Sabtu, Februari 13, 2010

BAB I Konsep Dasar

A. Definisi Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 mCm Ykni :

1. Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)


Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

B. Etiuologi 1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus. 2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: 1. Aliran darah Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. 2. Penyebaran langsung Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. 3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

C. Patofisiologi Respon inisial infeksi odem dan peningkatan vaskulerisasi Setelah 2-3 hari terjadi trombosis pada pembuluh darah ISKEMIA dan NEKROSIS Infeksi berkembang kw kavitasi medularis dan kebawah periosteum menyebar ke jaringan lunak lainnya dan sendi Bila infeksi di kontrol lebih awal abses tulang akan mengakibatkan squestrum tidak dapat mencair terjadi involukrum dan mengelilingi squestrum osteomilitis kronis

D. Tanda dan Gejala Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat.

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.

Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah. 2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas. 3. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella. 4. Pemeriksaan Biopsi tulang. 5. Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi. 6. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

F. Prinsip penatalaksanaan 1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri 2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah 3. Istirahat local dengan bidai atau traksi 4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab 5. Drainase bedah

BAB II Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian a) Riwayat keperawatan Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHalhal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi. b) Pemeriksaan fisik Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema. c) Riwayat psikososial Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah. d) Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI

2. Duiagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi pengobatan. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang penyakit dan

3. Perencanaan Keperawatan DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (010) Mempertahankan (back slab) immobilisasi Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka. Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri Untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman Intervensi Rasionalisasi

2.

3.

Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka Amati perubahan suhu setiap 4 jam

4.

5.

Kompres air hangat

Mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi : 6. Pemberian obat-obatan analgesik

DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. Tujuan / Hasil Pasien : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin Mempertahankan posisi fungsional Meningkatkan / fungsi yang sakit Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas Intervensi dan Rasionalisasi : No. Mandiri : 1. Pertahankan tirah baring posisi yang di programkan dalam Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien Intervensi Rasionalisasi

2.

Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan Ubah posisi secara periodik

3.

Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan Mengurangi terjadinya penyimpangan penyimpangan yang dapat terjadi

4.

5.

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Kolabortasi :

6.

Fisioterapi / aoakulasi terapi

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia Kriteria Evaluasi : Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh normal Intervensi dan Rasionalisasi No Mandiri : Pantau : 1. Suhu tubuh setiap 2 jam Warna kulit TD, nadi dan pernapasan Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit 2. Lepaskan pakaian yang berlebihan Memberikan dasar untuk deteksi hati Intervensi Rasionalisasi

3.

Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh. Motivasi asupan cairan

4.

Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan kenyaman pasien. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

Kolaborasi : Beriakn obat dengan anjuran antipiretik sesuai Antipiretik membantu peningkatan suhu tubuh mengontrol

5. DP, 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan

Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah relaks Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik. Intervensi Rasionalisasi

2.

Kaji patologi masalah individu.

3.

Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

4.

Kolaborasi : 5. Gunakan obat dengan anjuran sedatif sesuai Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman Tujuan / Hasil Pasien : Pola tidur kembali normal Kriteria Evaluasi : Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi Intervensi dan Rasionalisasi : No Intervensi Rasionalisasi

Mandiri : 1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi tepat dan yang

2.

Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari

Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis

3.

Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang burung hantu dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari Membantu menginduksi tidur Memberikan situasi kondusif untuk tidur Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi

4.

5.

Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur Instruksikan tindakan relaksasi Kurangi kebisingan dan lampu

6. 7.

8.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin Kolaborasi : Berikan indikasi sedatif, hipnotik sesuai

9.

Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru

DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas. Kriteria Evaluasi : Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri.

Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung Mencegah berlebihsn penggunaan energi Intervensi Rasionalisasi

2.

Anjurkan program hemat energi

3.

Buat jadwal aktifitas tingkatkan secara bertahap

harian,

Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat Kompres air hangat mengurangi rasa nyeri dapat

4.

Kaji respon beraktivitas

abdomen

setelah

5.

Berikan kompres air hangat

6.

Beri waktu istirahat yang cukup

Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan Intervensi dan rasionalisasi: No. Mandiri: 1. Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter. Ambulasi dengan kantung drainase dependen. Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut. Intervensi Rasionalisasi

2.

Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih. Pasien yang mengalami

Awasi

tanda

vital,

perhatikan

demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi. . 4.

5.

sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi Observasi drainase dari luka,Adanya drain, insisi suprapubik sekitar kateter suprapubik. meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen. Ganti balutan dengan sering (insisi Balutan basah menyebabkan supra/ retropublik dan perineal), kulit iritasi dan memberikan pembersihan dan pengeringan kulit media untuk pertumbuhan sepanjang waktu bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.

6.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi.

Kolaborasi: 7. Berikan antibiotic sesuai indikasi Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.
Daftar Pustaka

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta. Internet : www.google.com stikep.blogspot.com www.scribd.com media.asuhan keperawatan.blogspot.

Label: askep (keperawatan), kePerawaTan mediKaL bedah 0 Comments:

1. Post a Comment

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)

Sabtu, 13 Februari 2010


Askep Osteomielitis
Diposkan oleh _Ly_`s pageS at Sabtu, Februari 13, 2010 Label: askep (keperawatan), kePerawaTan mediKaL bedah
BAB I Konsep Dasar

A. Definisi Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 mCm Ykni :

1. Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

B. Etiuologi 1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus. 2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: 1. Aliran darah Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. 2. Penyebaran langsung Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. 3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

C. Patofisiologi Respon inisial infeksi odem dan peningkatan vaskulerisasi Setelah 2-3 hari terjadi trombosis pada pembuluh darah ISKEMIA dan NEKROSIS

Infeksi berkembang kw kavitasi medularis dan kebawah periosteum menyebar ke jaringan lunak lainnya dan sendi Bila infeksi di kontrol lebih awal abses tulang akan mengakibatkan squestrum tidak dapat mencair terjadi involukrum dan mengelilingi squestrum osteomilitis kronis

D. Tanda dan Gejala Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.

Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan darah Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.

2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas. 3. Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella. 4. Pemeriksaan Biopsi tulang. 5. Pemeriksaan ultra sound Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi. 6. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

F. Prinsip penatalaksanaan 1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri 2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah 3. Istirahat local dengan bidai atau traksi 4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab 5. Drainase bedah

BAB II Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian a) Riwayat keperawatan Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHalhal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi. b) Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema. c) Riwayat psikososial Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah. d) Pemeriksaan diagnostik Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI

2. Duiagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan pengobatan. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang tentang kondisi penyakit dan

3. Perencanaan Keperawatan DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : Intervensi Rasionalisasi

1.

Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (010) Mempertahankan (back slab) immobilisasi

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka. Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri Untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman

2.

3.

Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka Amati perubahan suhu setiap 4 jam

4.

5.

Kompres air hangat

Mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi : 6. Pemberian obat-obatan analgesik

DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan. Tujuan / Hasil Pasien : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin Mempertahankan posisi fungsional Meningkatkan / fungsi yang sakit Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas Intervensi dan Rasionalisasi : No. Mandiri : 1. Pertahankan tirah baring posisi yang di programkan dalam Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien Intervensi Rasionalisasi

2.

Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Beri penyanggah pada ekstremitas

3.

Dapat meringankan masalah gangguan

yang sakit pada saat bergerak 4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan Ubah posisi secara periodik

mobilitas yang dialami klien Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan Mengurangi terjadinya penyimpangan penyimpangan yang dapat terjadi

5.

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Kolabortasi : 6. Fisioterapi / aoakulasi terapi Mengurangi gangguan mobilitas fisik

DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia Kriteria Evaluasi : Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh normal Intervensi dan Rasionalisasi No Mandiri : Pantau : 1. Suhu tubuh setiap 2 jam Warna kulit TD, nadi dan pernapasan Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit 2. Lepaskan pakaian yang berlebihan Memberikan dasar untuk deteksi hati Intervensi Rasionalisasi

3.

Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh. Motivasi asupan cairan

4.

Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan kenyaman pasien. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

Kolaborasi : Beriakn obat dengan anjuran antipiretik sesuai Antipiretik membantu peningkatan suhu tubuh mengontrol

5. DP, 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah relaks Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi. Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik. Intervensi Rasionalisasi

2.

Kaji patologi masalah individu.

3.

Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

4.

Kolaborasi : 5. Gunakan obat dengan anjuran sedatif sesuai Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya

DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman Tujuan / Hasil Pasien : Pola tidur kembali normal Kriteria Evaluasi : Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi Mengkaji perlunya mengidentifikasi intervensi tepat dan yang Intervensi Rasionalisasi

2.

Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari

Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis

3.

Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang burung hantu dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari Membantu menginduksi tidur Memberikan situasi kondusif untuk tidur Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi

4.

5.

Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur Instruksikan tindakan relaksasi Kurangi kebisingan dan lampu

6. 7.

8.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin Kolaborasi : Berikan indikasi sedatif, hipnotik sesuai

9.

Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke

lingkungan baru

DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas. Kriteria Evaluasi : Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri. Intervensi dan Rasionalisasi : No Mandiri : 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung Mencegah berlebihsn penggunaan energi Intervensi Rasionalisasi

2.

Anjurkan program hemat energi

3.

Buat jadwal aktifitas tingkatkan secara bertahap

harian,

Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat Kompres air hangat mengurangi rasa nyeri dapat

4.

Kaji respon beraktivitas

abdomen

setelah

5.

Berikan kompres air hangat

6.

Beri waktu istirahat yang cukup

Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan Intervensi dan rasionalisasi:

No. Mandiri: 1.

Intervensi

Rasionalisasi

Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.

2.

Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.

Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.

. 4.

5.

Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi Observasi drainase dari luka,Adanya drain, insisi suprapubik sekitar kateter suprapubik. meningkatkan resiko untuk infeksi, yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen. Ganti balutan dengan sering (insisi Balutan basah menyebabkan supra/ retropublik dan perineal), kulit iritasi dan memberikan pembersihan dan pengeringan kulit media untuk pertumbuhan sepanjang waktu bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.

6.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi.

Kolaborasi: 7. Berikan antibiotic sesuai indikasi Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi pada prostatektomi.
Daftar Pustaka

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta. Internet :

www.google.com stikep.blogspot.com www.scribd.com media.asuhan keperawatan.blogspot.

Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/02/askep-osteomielitis.html#ixzz1Mju4YlqG

Vous aimerez peut-être aussi