Vous êtes sur la page 1sur 4

Anti Streptolisin Titer O

Anti streptolisin O Anti streptolisin O adalah suatu antibodi yang dibentuk oleh tubuh terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh -hemolitik Streptococcus group A dan mempunyai aktivitas biologi merusak dinding sel darah merah serta mengakibakan terjadinya hemolisis. Anti streptolisin titer O merupakan tes darah yang dilakukan untuk mengukur antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus. Terdapat 3 test antibodi yang diakui untuk bakteri streptokokus yaitu: Antistreptolisin titer O (ASTO), Titer Antideoxyribonuklease-B (anti DnaseB) dan test Streptozime. Antibodi ASTO muncul kira kira 1 sampai 2 minggu setelah infeksi akan memuncak pada 3 sampai 4 minggu setelah serangan , dan akan tetap meninggi selama berbulan-bulan. Peningkatan ASTO dapat merupakan suatu indikasi tubuh telah terinfeksi bakteri Streptokokus pada saat sekarang atau telah terinfeksi sebelumnya. Nilai normal ASTO pada anak 6 bulan 2 tahun 50 Todd unit /ml, 2 4 tahun 160 Todd unit /ml, 5 12 tahun adalah 170 Todd unit/ ml dan dewasa 160 Todd unit / ml. Titer ASTO akan meningkat pada 75 80 % kasus GNAPS. Penetapan ASTO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh Streptokokus. Streptolisin 0 bersifat sebagai hemolisin dan pemeriksaan ASTO umumnya berdasarkan sifat ini. Demam rematik merupakan penyakit vaskular kolagen multisystem yang terjadi setelah infeksi Streptokokus grup A pada individu yang memiliki faktor predisposisi. Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5 15 tahun. Demam reumatik jarang menyerang anak dibawah umur lima tahun. Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptokokus beta hemolitik grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan risiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptokokus yang tidak diobati. ASTO (Anti Streptolisin O) merupakan antibodi yang paling banyak dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptokokus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik menunjukan peningkatan titer antibodi terhadap Streptokokus. Ada beberapa cara penetapan ASTO, tetapi biasanya hanya merupakan modifikasi dari cara Todd yang asli; perbedaan hanya dalam pengenceran serum saja. Penetapan dengan pengenceran serum menurut Rantz dan Randall yang banyak dipakai menetapkan titer 100 IU sebagai keadaan tidak ada penyakit demam rematik atau glomerulonefritis akuta, sedangkan titer 250 IU atau lebih perlu waspada terhadap kemungkinan infeksi Streptokokus dan mungkin pencegahan terhadap timbulnya penyakit demam rematik dapat dilakukan

lebih dini. Yang lebih penting di-perhatikan adanya kenaikan titer. Meskipun semula titer rendah tetapi bila terjadi peningkatan dan tetap tinggi pada pemeriksaan berikutnya, adanya infeksi oleh Streptokokus perlu dipikirkan. Patogenesis Suatu infeksi oleh -hemolitik Streptococcus group A akan merangsang sel-sel imunokompeten untuk memproduksi antibodi, baik terhadap produk-produk ekstraselular dari kuman (streptolisin, hialuronidase, streptokinase, DNASE) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman (cell-surface/membrane antigen-CSMA). Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung dari penderita dengan glomerulonefritis. Kelainan pada organ tersebut disebabkan oleh karena reaksi silang antar antibodi terhadap CSMA dengan endocardium atau glomerulus basement membrane (CMB) atau menimbulkan pembentukan komplemen. Imun Ab-CSMA yang diendapkan pada glomerulus atau endocardium dan menyebabkan kerusakan-kerusakan pada bagian-bagian tubuh tersebut. Sebagian besar dari strain-strain serologik dari Streptococcus Group A menghasilkan dua enzim hemolitik yaitu Streptolisin O dan S. Di dalam tubuh penderita, Streptolisin O akan merangsang pembentukan antibodi yang spesifik yaitu anti streptolisin O (ASTO) sedangkan yang dibentuk Streptolisin S tidak spesifik. Reaksi auto imun terhadap Streptococcus secara teori akan mengakibatkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam rheumatic, dengan cara : 1. 2. 3. Streptococcus group A akan menyebabkan infeksi faring Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada pejamu yang hiperimun. Antibodi bereksi dengan antigen Streptococcus dan dengan jaringan pejamu yang secara antigeni sama seperti Streptococcus. 4. Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu,sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.

Pemeriksaan Laboratorium Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu: 1. Netralisasi/penghambat hemolisis Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menimbulkan hemolisis lagi.

Pada tes ini serum penderita diencerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah streptolisin O yang tetap (Streptolisin O diawetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian ditambahkan suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaren serum yang mengandung titer ASO yang tinggi.

2.

Aglutinasi pasif Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan aglutinasi dengan ASO. Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) ditambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O anti Streptolisin O (SO ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan pada partikelpartikel latex. Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml, maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel-partikel latex.

CARA PEMERIKSAAN I. ALAT DAN BAHAN : a. Alat : 1. Mikropipet 2. Yellow tip 3. Ring slide hitam 4. Pengaduk 5. Rotator b. Bahan : 1. Reagen latex 2. Sampel serum II. CARA KERJA : a. Kualitatif ( untuk kadar minimal 200 IU/ml) 1. Alat dan bahan disiapkan pada meja praktikum 2. Serum dipipet 50 l dan diteteskan pada petak slide atau ring slide

3. Serum ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex, kemudian diaduk selama 5 detik 4. Ring slide digoyangkan selama 2 menit, kemudian diamati hasilnya 5. Serum dengan hasil positif pada pemeriksaan kualitatif dilanjutkan pada pemeriksaan semi kuantitatif b. Semi Kuantitatif 1. Serum diencerkan dengan NaCl 0,85 % misalnya : , ,dan seterusnya 2. Serum diteteskan 50l pada ring slide 3. Serum ditambahkan satu tetes reagen latex, kemudian diaduk 5 detik 4. Ring slide digoyang selama 2 menit dan diamati hasilnya 5. Jika hasilnya positif maka dilanjutkan pada pengenceran berikutnya

Adapun interpretasi hasil yang dapat terjadi pada pemeriksaan ini adalah:

Positif (+)

Negatif (-)

1. 2.

Control Positif ASTO berisi > 200 IU/ ml Control Negatif ASTO berisi < 200 IU/ ml : < 200 UI / mL

NILAI NORMAL

Vous aimerez peut-être aussi