Vous êtes sur la page 1sur 22

LAPORAN EKOSISTEM PESISIR PLANKTON

Oleh :
Reza Lovian Amasofa Cyrum Barnike Beru Ketaren Nahla Mufida Atik Hidayati Ahmad Ardani H1G010032 H1G010043 H1G011011 H1G011016 H1G011031

Asisten : R. Taufan Harisan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wana wisata Tritih di daerah Cilacap, Jawa Tengah merupakan kawasan hutan payau yang ditumbuhi tanaman bakau yang merupakan wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat. Letaknya 3 km dari kota Cilacap. Wana wisata Tritih dan sekitarnya merupakan ekosistem payau yang mempunyai peran ekologi yang sangat penting bagi berbagai biota perairan. Kawasan ini dimanfatkan oleh beberapa biota akuatik termasuk ikan, sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Kehidupan hewan akuatik dalam hubungannya dengan rantai makanan sangat tergantung pada fitoplankton sebagai produsen primer dan zooplankton sebagai konsumen primer yang mendukung kehidupan organisme tingkat tinggi (Khasanawati, 2005). Plankton merupakan jasad renik yang hidupnya melayang-layang. Plankton ada yang hidup sebagai hewan yang dinamakan zooplankton dan ada yang hidup sebagai tumbuhan (fitoplankton). Eksistensi plankton dapat berupa uniselular (koloni) maupun multiselular (filamen). Plankton merupakan penyambung utama detritus utama bagi kehidupan benthos di perairan. Peran plankton sangat besar dalam menjaga dan memelihara keseimbangan ekologis ekosistem perairan (Sachlan, 1982). Keberadaan plankton sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya masukan air tawar. Masuknya air tawar dari berbagai sungai yang

mempunyai karakteristik berbeda diduga akan mempengaruhi keberadaan plankton yang ada. Faktor lain yang mempengaruhi keberadaan plankton adalah sifat fisika dan kimia air. Sifat fisika air yang berpengaruh antara lain suhu dan sifat kimia airnya antara lain : salinitas, pH, TSS, kekeruhan dan oksigen terlarut. Wetzel (1983) menyatakan bahwa perkembangan plankton sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik sifat fisika, kimia maupun biologi perairan.

1.2. Perumusan Masalah Perairan payau wana wisata Tritih mempunyai karakteristik perairan yang sangat komplek dan fluktuatif. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi keberadaan plankton (fitoplankton dan zooplankton) baik kelimpahan maupun keragamannya yang merupakan produsen primer bagi organisme tingkat tinggi. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa nilai kelimpahan dan keragaman plankton di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya? 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan keragaman

plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya ?

1.3. Tujuan Praktikum Praktikum ini dilakukan dengan tujuan : 1. Mengetahui nilai kelimpahan dan keragaman plankton di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.

2. Mengetahui

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kelimpahan

dan

keragaman plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.
1.4. Manfaat Praktikum

Hasil praktikum yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelimpahan dan keragaman plankton dan faktor yang

mempengaruhi kelimpahan dan keragaman plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perairan Payau (Estuarin) Plankton estuarine atau di daerah mangrove merupakan plankton yang terdiri dari plankton dari air tawar dan laut. Perairan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perairan tawar dan perairan laut. Perairan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu ekosistem yang didalamnya selalu terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya (Odum, 1971). Perairan tawar meliputi beberapa jenis perairan seperti sungai, waduk, danau, kolam, dan lainnya (Odum, 1971). Perairan yang baik adalah perairan yang memiliki keanekaragaman jenis plankton yang tinggi dengan kelimpahan plankton yang rendah sehingga kesuburan suatu perairan dapat diketahui (Sachlan, 1982). Perairan estuarine merupakan pertemuan air tawar dan air asin dengan sifat fisika dan kimia khusus yang berperan menciptakan suatu lingkungan yang khas. Sehingga perairan ini hanya dapat dihuni oleh relative sedikut spesies yang mampu bertahan hidup. Pada umumnya estuarine didominasi oleh substrat berlumpur yang seringkali lunak yang berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam estuarine, baik oleh air tawar maupun air laut (Odum, 1971). Daerah ini selalu berubah-ubah karena selalu terjadi proses

pengendapan dan erosi dari sungai. Proses pengendapan mempunyai peranan yang besar dalam pengangkutan bahan-bahan beracun khususnya pestisida. Daerah estuarine merupakan daerah penampung limbah industri, limbah

domestik dan sisa-sisa bahan kimia pertanian. Organisme yang hidup di daerah ini adalah organisme yang tahan terhadap perubahan fisika dan kimia perairan yang disebabkan terjadinya pasang dan surut (Nybakken, 1988). Pada perairan estuarine beberapa spesies holoplankton terdapat dengan kepadatan yang tinggi. Nybakken (1988) menerangkan bahwa jumlah organisme zooplankton terbesar adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termsuk kelas Crustacea dan Copepoda. 2.2 Plankton Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan gerakannya selalu mengikuti arus air (Odum, 1971). Welch (1952) membagi plankton berdasarkan jenisnya yaitu plankton yang berupa binatang yang disebut zooplankton dan plankton berupa tumbuhan yang disebut fitoplankton. Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, menghanyut, ataupun berenang lemah, artinya mereka tidak mampu melawan arus (Ismail dan Muhammad, 1992). Sachlan (1982) menyatakan bahwa ukuran plankton sangat beraneka ragam yang terkecil disebut nannoplankton (< 20 mm), mikroplankton (20-200 mm) dan megaplankton (> 200 mm). Plankton, terutama fitoplankton, mempunyai peranan yang sangat besar dalam ekosistem perairan, karena fitoplankton dengan kandungan klorofil yang dimilikinya mampu mengikat energi matahari menjadi substansi organik yang dapat digunakan sebagai makanan untuk mendukung produktivitas perairan secara utuh. Hasil penelitian, baik melalui ekspedisi maupun

perorangan, menunjukkan bahwa distribusi plankton di perairan lokal maupun global, mempunyai variasi yang beraneka ragam (Odum, 1971). Fitoplankton merupakan plankton tumbuhan yang dikenal sebagai ganggang mikroskopis. Fitoplankton juga merupakan pakan alami bagi zooplankton dan larva ikan, baik langsung maupun tidak langsung di air tawar, payau atau laut. Fitoplankton adalah plankton nabati berklorofil, maka hidupnya terbatas pada daerah yang masih mendapat cahaya matahari, yaitu zona eufotik (Edmondson, 1959). Fitoplankton merupakan salah satu organisme perairan yang

pergerakannya dipengaruhi oleh arus dan merupakan suatu komponen rantai makanan yang dapat merubah zat-zat anorganik menjadi suatu zat organik melalui proses fotosintesis. Kelimpahan fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi fisika, kimia dan biologi. Contohnya suhu, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, nutrien dan adanya interaksi dengan organisme lain (Odum, 1971). Suatu komunitas dinyatakan mempunyai keragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu disusun oleh sedikit jenis dan hanya sedikit jenis yang dominan, maka keragaman jenisnya rendah. Keragaman jenis yang tinggi menunjukkan kompleksitas komunitasnya tinggi karena dalam komunitas terjadi interaksi yang tinggi pula (Sachlan, 1974). Sebelum mengaplikasikan beberapa indeks biologis yang umumnya berupa berbagai bentuk formula (rumus), maka sampel plankton perlu dianalisis.

Analisis dilakukan hingga tingkat spesies, karena analisis spesies akan menghasilkan nilai yang lebih sensitif daripada jenis (genus). Analisis penentuan spesies bersifat kualitatif (Schwoerbel, 1972). Umumnya jasad renik yang berupa plankton sangat peka terhadap perubahan keadaan lingkungan hidupnya (Soeseno, 1970). Menurut Odum (1971) dan Sachlan (1982), beberapa faktor fisik dan kimia yang mendukung kehidupan plankton adalah suhu, pH, cahaya matahari, oksigen terlaut, karbondioksida bebas, DMA, nitogen, fosfat, kalsium, dan magnesium. Perubahan dari faktor memusnahkan plankton. fisik dan kimia secara tiba-tiba akan dapat

III. MATERI DAN METODE


3.1. 3.1.1 Materi Praktikum Obyek Obyek praktikum ini adalah sampel plankton, baik sampel fitoplankton ataupun zooplankton yang diambil dari perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya. 3.1.2 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember plastik isi 10 liter botol sampel (botol film), plankton net no 25, badan air, mikroskop binokuler, objek glass, cover glass dan pipet seukuran. 3.1.3 Bahan Bahan yang digunakan antara lain formalin 40 % yang diencerkan menjadi 4%, larutan lugol atau larutan CuSO4 jenuh sebanyak 3 tetes. 3.2 Metode Praktikum Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey dengan pengambilan sampel secara acak. 3.2.1 Pengambilan Sampel Plankton Sampel air diambil sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember plastik bervolume 10 liter dan kemudian disaring dengan menggunakan planktonnet no 25. Sampel air yang tertampung dalam botol penampung planktonnet dipindahkan ke dalam botol sampel yang ditambahkan larutan formalin 40% menjadi 4% dan ditambah larutan lugol sebanyak 3 tetes, lalu diamati dan

diidentifikasi di laboratorium dan dihitung jumlahnya dengan bantuan mikroskop binokuler. 3.2.2 Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan Plankton Air sampel dalam botol sampel diamati dengan mikroskop sebanyak 30 kali lapang pandang. Sebelumnya botol sampel dihomogenkan terlebih dahulu hingga merata dan air sampel diambil dengan menggunakan pipet seukuran. Plankton diidentifikasi dengan menggunakan buku Davis (1955), Edmonson (1959), Sachlan (1982) dan APHA (1985) dan Harrison dan Gardener (1992). Perhitungan jumlah plankton tiap liter plankton yang ditemukan

menggunakan rumus modifikasi dari Lackey Drap Microtransect Counting (APHA, 1965) yaitu, F x N. Rumus Kelimpahan Plankton = jumlah plankton/liter =
Q1 V 1 1 1 x x x Q2 V 2 p w
NxF dimana, tetes

keterangan : N Q1 Q2 V1 V2 p w 3.3 = jumlah plankton rataan pada setiap preparat = luas gelas penutup 18 x 18 mm (324 mm2) = luas lapang pandang (1,11279 mm2) = volume air dalam botol penampung (25 ml) = volume air dibawah penutup ( 1 tetes = 0,05 ml) = jumlah lapang pandang yang diamati = volume air yang disaring (L) Waktu dan Tempat Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 November 2013 pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai di perairan payau wana wisata tritih dan

sekitarnya. Pengamatan sampel dilakukan di laboratorium Akuatik Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman pada tanggal 27 November 2013. 3.4 Analisis Data Data keragaman dan kelimpahan plankton dianalisis secara deskriptif. Analisis ini digunakan untuk membandingkan kelimpahan dan keragaman plankton. Rumus indek diversitas Shannon Wiener (H)
H Ni / N ln Ni / N
i 1 s

keterangan : H S Ni N = indeks keragaman = jumlah spesies = jumlah individu spesies ke-i = jumlah total individu semua spesies

IV.
4.1. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Gelap


No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Plankton Jumlah Kelimpahan(ind/l) Keragaman

Calanus sp Naupilus sp Polyarta sp Synedra sp Nitzschia sigma Oscilatoria sp Assuline sp

7 2 2 2 2 4 1

407000 ind/ ha 116000 ind/ ha 116000 ind/ ha 116000 ind/ ha 116000 ind/ ha 232000 ind/ ha 58000 ind/ ha 1,7594

Tabel 4. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Terang


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Plankton Jumlah Kelimpahan(ind/l) Keragaman

Calanus sp Basicladia sp Polyarta sp Synedra sp Nitzschia sigma Balanus balanoides Polycora ciliate Trichodaeculia sp Cyclotella sp

4 1 1 5 4 1 1 1 1

232000 ind/ ha 58000 ind/ ha 58000 ind/ ha 291000 ind/ ha 232000 ind/ ha 58000 ind/ ha 58000 ind/ ha 58000 ind/ ha 58000 ind/ ha 1,9367

4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil pratikum di dapat data sebagai berikut:


8 7 6 5 4 3 2 1 0 Jumlah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan 9 jenis plankton di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya. Jenis plankton yang paling dominan adalah Calanus dengan kelimpahan terbesar pada daerah gelap sebesar 407 ind/L. Indeks keragaman plankton pada daerah gelap sebesar 1,7594, sedangkan pada daerah terang sebesar 1,9367. Hal ini menggambarkan bahwa keadaan lingkungan perairan di hutan Payau Cilacap ini tergolong baik karena diperoleh keragaman yang moderat sampai tinggi dan kelimpahan jenis per individu rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Chapman (1973) yang menyatakan bahwa kelimpahan plankton dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan perairan. Kesuburan perairan dikatakan baik apabila keragaman tinggi dan kelimpahan jenis plankton rendah. Sebaliknya perairan dikatakan kurang subur apabila keragamannya rendah dan kelimpahan jenis per individu plankton rendah.

Melimpahnya salah satu jenis plankton di perairan payau wana wisata Tritih disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi, kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan dari plankton di perairan dalam hal ini adalah ekosistem perairan payau (Chapman, 1973). Toleransi berhubungan dengan kemampuan hidup suatu organisme di lingkungan dan kondisi yang berbeda. Perairan payau wana wisata Tritih mempunyai karakteristik yang sangat komplek dan bersifat fluktuatif. Hal ini menyebabkan hanya beberapa jenis yang mampu bertahan dan eksis berada dilingkungan yang ekstrim. Contoh jenis plankton yang mampu hidup dengan baik pada perairan payau adalah Oscillatoria dan Nitzchia (Palmer, 1962 dalam Nemerow, 1991). Reproduksi merupakan cara bagi suatu organisme untuk dapat terus melanjutkan eksistensinya dimana organisme tersebut hidup. Cara reproduksi dari plankton ada 2 macam yaitu seksual dan aseksual (Rahayu, 1996). Reproduksi juga berkaitan erat dengan pertumbuhan (Dwijoseputro, 1990 dalam Rahayu, 1996). Apabila kondisi lingkungan mendukung untuk reproduksi maka kemungkinan terjadinya regenerasi akan semakin besar, meningkatnya jumlah kelimpahan dan eksistensi dapat dipertahankan. Perairan payau berwarna keruh yang disebabkan oleh masuknya sedimen dari sungai dan proses degradasi bahan organik yang tinggi. Proses fotosintesis sangat tergantung terhadap intensitas cahaya matahari. Plankton

dalam hal ini fitoplankton membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu fitoplankton bersifat fototaksis positif artinya organisme tersebut akan bergerak mendekati kearah sumber cahaya (Sachlan, 1982). Suhu berpengaruh pada proses metabolisme selular tubuh dari suatu organisme. Menurut Welch (1952), suhu air yang paling sesuai untuk pertumbuhan plankton adalah 25-30 0C. Sedangkan suhu yang terukur adalah 27-28 0C. Suhu tersebut memperlihatkan nilai yang dapat di toleransi oleh plankton. Suhu berkaitan erat dengan persediaan unsur hara, di dalam air yang hangat kebutuhan makanan relatif lebih banyak dibandingkan dengan perairan yang dingin. Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton, terutama dalam proses fisiologi pengambilan dan nutrien (Reid, 1976). Perairan payau mempunyai gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Salinitas yang sesuai untuk kehidupan plankton adalah 5-30 ppt. Hasil pengukuran salinitas menunjukkan 15 ppt. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton yang ada di perairan payau wana wisata Tritih. Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dari kepekatan ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu larutan yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan biota ait termasuk plankton, oleh karena itu pH dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Soeseno, 1974). Sachlan (1982) menyatakan pH yang baik untuk kehidupan di

perairan payau adalah 6,5-8,5. Hasil pengukuran pH menggunakan kertas lakmus menunjukkan skala 7. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton yang hidup di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya. Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah padatan atau partikel tersuspensi yang terdapat dalam suatu perairan baik organik maupun anorganik. Padatan ini mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan terendap. Padatan ini akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari yang akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesis oleh fitoplankton. Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang dibutuhkan oleh plankton untuk melakukan respirasi. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor temperatur, pada temperatur tinggi kelarutan oksigen rendah dan pada temperatur rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda. Kisaran oksigen terlarut yang masih mendukung kehidupan organisme perairan adalah > 3 mg/L. Hasil pengukuran oksigen terlarut air payau di wana wisata tritih dan sekitarnya adalah 2,8 mg/L. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh organisme perairan termasuk plankton (Dix, 1981).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Jenis plankton yang ditemukan sebanyak 9 jenis, yang paling dominan adalah Calanus sp dengan kelimpahan sebesar 407 ind/l. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan plankton antara lain toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi, kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut.

5.2 Saran Perlu kajian lebih lanjut mengenai kelimpahan dan keragaman serta faktor yang mempengaruhi keberadaan plankton. Hal ini disebabkan oleh karakteristik perairan payau yang sangat kompleks dan bersifat sangat fluktuatif. Perlu dilakukan kajian mengenai plankton yang mampu hidup dalam kondisi pasang maupun surut.

DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1985. Standard Methode for Examination of Water and Wastewater. 12 th ed. APHA-AWWA-WPCF, Washington, DC. Basmi, E Johan.1999. Planktonologi Bioekologi Plankton Algae. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB. Bogor. Chapman, V. J. and P. J. Chapman. 1973. Ecology Fresh Water The Algae. 2nd Edition. Mac Millan and Co. Ltd. London. Chapman, K. W. 1973. Makroinvertebrates. Blakwell Science Publisher. Oxford. Davis, C. G. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. University Press, USA. Michigan State

Dix, H. M. 1981. Environment Pollution. John Willey and Sons. New York. Edmondson, W. T. 1959. Freshwater Biology. John Willey And Son, New York. Hutabarat, S dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta. Khasanawati, Nur. 2005. Produktifitas Primer Fitoplankton di Tambak Tradisional Desa Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto. Ismail, A dan B. Muhammad. 1992. Ekologi Air Tawar. BHD, Kuala Lumpur. Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Van Nostrand Reinhold, New York. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia, Jakarta. Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Sounders and Company, Philadelphia. Rahayu, M. 1996. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton pada Instalasi dan Pengolahan Air Limbah Domestik di Bantul Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Reid, G.K. 1976. Ecology of Inland Water and Estuaries. D. Van Nostrand Company, New York. Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP, Semarang. Schwoerbel, J. 1972. Methods of Hydrobiology (Freshwater Biology). Pergamon Press, Oxford, London. Soeseno, S. 1970. Limnologi. Departemen Pertanian, Jakarta. Welch, E. C. 1952. Limnology. Mc Graw Hill Book Company Inc, New York. Wetzel, R. G. 1983. Limnoloyi Analysis. Springer Verlag, New York

LAMPIRAN Plankton Gelap


Genera Calanus Naupilus Polyarta Synedra Nitzschia sigma Oscilatoria Assuline U1 2 1 1 1 U2 2 1 1 1 1 U3 3 1 1 3 1 Total 7 2 2 2 2 4 1

Kelimpahan F= = = 58,2320 Calanus Naupilus Polyarta Synedra Nitzschia Oscilatoria Assuline Keragaman H = - =-{( +( +( +( + ( + ( +( = - { (-0,3675) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,3218) + (0,1497) = 1,7594 F x N = 58,2320 x 7 = 407 ind/L F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/L F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/L F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/L F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/L F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L

Plankton Terang
Genera Calanus Basicladia Polyarta Synedra Nitzschia sigma Balanus balanoides Polycora ciliata Trichodaeculia Cyclotella U1 3 1 2 1 U2 2 1 1 1 U3 1 1 1 2 1 1 Total 4 1 1 5 4 1 1 1 1

Kelimpahan F= = = 58,2320 Calanus Basicladia Polyarta Synedra Nitzschia Balanus Polycora Trichodaeculia Cyclotella Keragaman H = - =-{( ( +( + ( +( +( +( + F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L F x N = 58,2320 x 5 = 291 ind/L F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L

= - { (-0,3279) + (-0,1549) + (-0, 1549) + (-0,3515) + (-0, 3279) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) = 1,9367

Vous aimerez peut-être aussi