Vous êtes sur la page 1sur 9

KAJIAN PUSTAKA GEL ANTI JERAWAT EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.

) Steenis)
Hani Nurhanifah (21101146), Gladdis Kamilah Pratiwi., S.Farm., Apt.

ABSTRAK Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang. Jerawat umumnya muncul pada wajah, namun dapat juga muncul pada kepala, punggung, dada, atau lengan atas. Pengobatan biasannya diberikan antibiotik yang dapat membunuh bakteri dan menghambat inflamasi. Obat-obat tersebut memiliki efek samping dalam penggunaannya antara lain iritasi, sementara penggunaan antibiotika jangka panjang selain dapat menimbulkan resistensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ dan imunohipersensitivitas. Berdasarkan alasan-alasan diatas maka dicari alternatif lain untuk mengobati jerawat yaitu dengan menggunakan dan memanfaatkan bahan-bahan dari alam, dengan harapan agar meminimalkan efek samping seperti yang terjadi pada pengobatan jerawat dengan menggunakan antibiotik. Secara empiris tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) telah digunakan untuk mengatasi masalah jerawat karena memiliki khasiat antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan gel antijerawat. Senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dalam daun binahong adalah senyawa alkaloid, saponin, flavanoid, polifenol. Bentuk sediaan gel dipilih karena mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah pemakaian, tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan jerawat, memberikan rasa dingin di kulit, dan mudah mengering. Kata kunci : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Antijerawat, Gel.

ABSTRACT Acne is one skin disease that troubling teenagers and adults because it can reduce a person's self confidence. Acne commonly appears on the face, but can also appear on the head, back, chest, or upper arm. Treatment customarily given antibiotics that can kill bacteria and inhibit inflammation. These drugs have side effects such as irritation in their use, while long-term use of antibiotics can lead to resistance than can also cause organ damage and imunohipersensitivitas. Based on the reasons above, look for other alternatives to treat acne is by using and utilizing ingredients from nature, with the hope to minimize such side effects that occur in the treatment of acne with antibiotics. Empirically binahong plants (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) has been used to overcome the problem of acne as it has antibacterial properties so it can be used as an active ingredient in the manufacture of anti acne gel. Active compounds as antibacterial compounds in the leaves binahong are alkaloids, saponins, flavonoids, polyphenols. Gel dosage form chosen because it is easily cleaned from the surface of the skin after use, do not contain oil which can increase the severity of acne, giving a sense of cold on the skin, and easy to dry. Keywords : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Antiacne, Gel

PENDAHULUAN Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena jerawat dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang, terutama para remaja yang lebih mengutamakan penampilan wajahnya. Apalagi jika jerawat tersebut sampai pecah hingga menimbulkan bekas yang lama hilangnya. Hampir setiap orang di dunia pernah mengalami masalah dengan jerawat. Jerawat umumnya muncul pada wajah, namun dapat juga muncul pada kepala, punggung, dada, atau lengan atas. Kulit yang bebas dari jerawat menjadi dambaan bagi setiap orang. Berbagai cara rela dilakukan demi mendapatkan kulit yang bebas dari jerawat. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dalam perawatan kulit karena negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan selalu berudara panas sehingga memudahkan timbulnya jerawat pada kulit, selain itu kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar. Biasanya jika melakukan pengobatan jerawat di klinik kulit akan diberikan antibiotik yang dapat membunuh bakteri dan menghambat inflamasi, contohnya tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin dan klindamisin. Selain dari itu pengobatan jerawat juga digunakan benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid. Namun obat-obat ini memiliki efek samping dalam penggunaannya antara lain iritasi, sementara penggunaan antibiotika jangka panjang selain dapat menimbulkan resistensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ dan imunohipersensitivitas.(1, 2) Berdasarkan alasan-alasan diatas maka dicari alternatif lain untuk mengobati jerawat yaitu dengan menggunakan dan memanfaatkan bahan-bahan dari alam, dengan harapan agar meminimalkan efek samping yang tidak di inginkan seperti

yang terjadi pada pengobatan jerawat dengan menggunakan antibiotik atau zatzat aktif lainnya. Salah satu tanaman obat yang memiliki efek anti jerawat adalah daun binahong. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermis. Pada hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dalam daun binahong terhadap Staphylococcus epidermis diduga adalah senyawa saponin, fenol dan flavonoid sedangkan terhadap P.acnes diduga adalah senyawa flavonoid.(3) Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat berpotensial mengatasi berbagai jenis penyakit dan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan serta diteliti lebih jauh, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fitofarmaka. Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan pada jerawat dan penyakit-penyakit berat lainnya.(4) Untuk mengoptimalkan pengobatan terhadap jerawat, sebaiknya dipilih bentuk sediaan yang dapat menyampaikan obat dengan baik dan bahan pembantunya tidak boleh menimbulkan kecenderungan untuk munculnya jerawat-jerawat baru. Di pasaran sediaan anti jerawat telah banyak beredar baik dalam bentuk gel, krim dan losio. Tetapi dari jenis sediaan tersebut sediaan bentuk gel lebih banyak dipilih karena sediaan gel lebih mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah pemakaian, tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan

jerawat, terasa dingin di kulit, dan mudah mengering.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, di Inggris disebut madeira vine. Sinonim Boussingaulatia gracilis Miers. Boussingaultia cordifolia Boussingaultia basselloides. Tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman.(4) Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Perbanyakan generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya.(4) Klasifikasi tanaman binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. adalah sebagai berikut :(4) Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Hamamelidae : Caryophyllales : Basellaceae : Anredera : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan sebutan Madeira vine dipercaya memiliki kandungan antibakteri dan antioksidan. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan, menyembuhkan segala luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat, pusing-pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag, asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh.(4) Kandungan Kimia Anredera cordifolia (Ten.) Steenis pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan mengandung alkaloid, saponin, flavanoid, dan polifenol. Sedangkan dengan analisa secara KLT dapat membunuh bakteri S. aureus.(5,6) Bersadarkan hasil penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. acne dan S. epidermis. Pada hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa senyawa yang berperan aktif sebagai

antibakteri dalam daun binahong terhadap S. epidermis diduga adalah senyawa saponin, fenol dan flavonoid sedangkan terhadap P. acnes diduga adalah senyawa flavonoid.(3) Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Fungsi umum kulit adalah untuk melindungi jaringan-jaringan tubuh di dalamnya, mengatur suhu badan, menerima dan meneruskan rangsangrangsang perasaan, mengeluarkan (ekskresi) zat-zat tertentu, menyerap (absorbsi) zat-zat tertentu, pembuatan vitamin D, cadangan energi, meredam pukulan atau tumbukan.(7) Anatomi struktur kulit dapat dilihat di bawah ini:

Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung syaraf dan lapisan jaringan di bawah kulit yang berlemak.(7) Jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun kelenjar polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat predileksi. Jerawat bisa terjadi pada permukaan kulit wajah, leher, dada, dan punggung yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dengan bintik hitam di atasnya yang kita sebut komedo. Jika pada komedo itu terdapat infeksi bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar serta berwarna merah, kadang-kadang bernanah dan menimbulkan rasa nyeri.(9,10) Bila jerawat mengandung nanah, lemak dan cairan-cairan lain berarti jerawat sudah berada pada kondisi terparah, disebut cyst. Bila Cyst tidak terawat, maka jaringan kolagen akan mengalami kerusakan sampai pada lapisan dermis, sehingga kulit/wajah menjadi bopeng (Scar). Bakteri yang sering berperan dalam jerawat adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermis, dan Staphylococcus. aureus.(11)

Gambar 1. Penampang kulit(8) Kulit secara umum dibagi menjadi tiga bagian. Lapisan yang pertama adalah lapisan epidermis. Lapisan epidermis merupakan lapisan terluar dan lapisan yang paling banyak menerima kontak dari lingkungan luar. Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan diantaranya stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (lapisan jernih), stratum granulosum (lapisan butir), stratum spinosum (lapisan taju), dan stratum basalis (lapisan benih). Kedua, Lapisan dermis. Lapisan ini tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening, kelenjar minyak yang berpengaruh terhadap proses terjadinya jerawat ada di bagian lapisan ini. Ketiga adalah lapisan Hipodermis.

Gambar 2. Kulit normal&kulit berjerawat(8)

Propionibacterium acne termasuk gram-positif berbentuk batang, tidak berspora, tangkai anaerob ditemukan dalam spesimen-spesimen klinis. P. acne pada umumnya tumbuh sebagai anaerob obligat, bagaimanapun, beberapa strain/jenis adalah aerotoleran, tetapi tetap menunjukkan pertumbuhan lebih baik sebagai anaerob. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam propionat, sebagaimana sesuai dengan namanya.(3) P. acne adalah organisme utama yang pada umumnya memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat. Adapun sistematika bakteri P. acne adalah sebagai berikut:(12) Kingdom : Bacteria Phylum : Actinobacteria Order : Actinomycetales Family : Propionibacteriaceae Genus : Propionibacterium Species : Propionibacterium acne Staphylococcus epidermis merupakan sel gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur dan membentuk koloni berupa abu-abu sampai putih, non patogen, koagulasi negatif, memfermentasi glukosa, dapat bersifat aerob dan anaerob fakultatif. S. epidermis merupakan flora normal pada kulit. Infeksi stafilokokus lokal tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut atau abses, terdapat juga sebagai reaksi inflamasi yang kuat dan terlokalisir.(3, 14) Sistematika bakteri S. epidermis adalah sebagai berikut :(3) Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Order : Bacillales Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Species : Staphylococcus epidermis Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok -kelompok yang tidak teratur seperti buah angur. Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksinosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik. Adapun sistematika dari bakteri S. aureus adalah sebagai berikut :(13) Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Order : Bacillales Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Species : Staphylococcus aureus Gel merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau molekul organik besar terpenetrasi oleh suatu cairan. Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel dianggap sebagai dispersi koloid karena masingmasing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid.(15) Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan. Sedangkan kerugiannya

adalah gel mudah hilang ketika kulit sudah kering, harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, selain itu kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal. (16) Formulasi gel secara umum adalah sebagai berikut :(17) 1. Gelling Agents Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperan sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral. Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent : a. Polimer (gel organik) i. Gum alam (natural gums), umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Beberapa contoh gum alam : Natrium alginat, Karagenan, Tragakan, Pektin. ii. Derivat selulosa ,selulosa murni tidak larut dalam air karena sifat kristalinitas yang tinggi. Substitusi dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan pengaturan rantai polimer dan ikatan hidrogen antar rantai. Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral,

viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC iii. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol), sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik. Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. b. Polietilen (gelling oil) Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800 oC) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks. c. Koloid padat terdispersi Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan jaringan karena gaya tarikmenarik antar partikel seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut. d. Surfaktan Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

e. Polivinil alkohol Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan. f. Clays (gel anorganik) Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite 2. Bahan tambahan a. Pengawet Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet. b. Penambahan bahan higroskopis Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 % c. Pengkelat (Chelating agent) Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang peka terhadap logam berat. Contohnya EDTA

Uji evaluasi gel adalah sebagai berikut :(18) a. Viskositas, Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya. b. Daya sebar, Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran gel pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sedian gel untuk dioleskan pada kulit. c. Daya lekat, Pengujian terhadap daya lekat ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel melekat pada kulit. d. Pengukuran pH, digunakan untuk mengetahui pH gel apakah sesuai dengan pH kulit.

PEMBAHASAN Tanaman binahong sejak lama secara empiris dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti antijerawat, sebagai antioksidan, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir dan lain-lain. Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan sebutan Madeira vine dipercaya memiliki kandungan antibakteri dan antioksidan. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) ini pada mulanya berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dan menyebar ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gendola. Senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dalam daun binahong adalah senyawa alkaloid, saponin, flavanoid, polifenol.

Jerawat merupakan penyakit kulit yang biasa ditemukan pada berbagai usia diberbagai kalangan, terutama pada usia remaja. Jerawat muncul karena adanya folikel rambut pada kulit yang tersumbat. Sumbatan pada folikel rambut bisa disebabkan karena banyaknya kelenjar minyak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea pada unit pilosebasea. Produksi kelenjar minyak yang berlebihan akan menggumpal dan menutup saluran folikel rambut sehingga munculah jerawat. Produksi kelenjar minyak menjadi banyak karena adanya peningkatan hormon seks androgen pada usia remaja. Akibatnya, kelenjar sebasea membesar dan memproduksi lebih banyak minyak. Itulah yang menyebabkan jerawat banyak diderita oleh remaja. Bakteri yang sering berperan adalah P. acne, S. epidermis, dan S. aureus. Bakteri jerawat ini hidup di daerah asam lemak (fatty acid) di kantong kelenjar minyak (sebaceous glands) pada kelenjar minyak yang tersembunyi di dalam pori-pori kulit. Ketika pori-pori kulit terhalang atau tidak bisa bernapas maka bakteri yang sifatnya tumbuh dalam lingkungan yang anaerobic akan berkembang biak dengan sangat cepat. Keadaan kulit tersumbat akan mengeluarkan banyak bahan kimia untuk merusak jaringan-jaringan pada pori-pori kulit dan menumbuhkan bakteri, misalnya S. aureus di kulit dan kemudian membentuk luka jerawat atau lesi. Bentuk sediaan gel lebih baik digunakan pada pengobatan jerawat dibandingkan dengan bentuk sediaan krim karena sediaan gel dengan pelarut yang polar lebih mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah pemakaian, tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan jerawat, memberikan rasa dingin di kulit, dan mudah mengering. Karakteristik dari gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan

tidak bereaksi dengan komponen lain. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan. Viskositas sediaan gel harus tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal. Uji evaluasi gel antara lain adalah uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan pengukuran pH. Jika akan dibuat sediaan gel untuk antibakteri evaluasi gel ditambahkan dengan uji mikrobiologi terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermis, dan Staphylococcus. aureus. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui besarnya pelepasan zat aktif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengukur diameter hambatan pertumbuhan bakteri. KESIMPULAN Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki khasiat antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan gel antijerawat. Senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dalam daun binahong adalah senyawa alkaloid, saponin, flavanoid, polifenol. Bentuk sediaan gel dipilih karena mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah pemakaian, tidak mengandung minyak yang dapat meningkatkan keparahan jerawat, memberikan rasa dingin di kulit, dan mudah mengering.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anggraini, D., Rahmawati, N., & Hafsah, S. (2013). Formulasi Gel Anti Jerawat dari Ekstrak Etil Asetat Gambir, Jurnal Farmasi Indonesia, 1(2). Wasitaatmaja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik. Jakarta: UI Press.

2.

3.

Prijayanti, A.J. (2011). Uji Aktivitas Anti Bakteri Fraksi Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 6919 dan Staphylococcus epidermidis FNCC 0048. Skripsi, Fakultas MIPA : Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 4. Manoi, F. (2009). Binahong (Anredera cordifolia)(Ten) Steenis Sebagai Obat. Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri.Volume 15 Nomor 1:3. 5. Rochani, N. (2009).Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya :Fakultas Farmasi UMS Surakarta. 6. Setiaji, A. (2009). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat Dan Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dan Escherichia coli ATCC 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta. 7. Hakim, Nelly. (2001). Tata Kecantikan Kulit Tingkat Terampil. PT Carina Indah Utama : Jakarta 8. http://www.pemutihwajahanda.com/? Tentang_Kulit, diakses pada tanggal 30 juni 2013 pukul 19:47 9. Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat, Edisi V. terjemahan Widianto, M.B. & Ranti, A.S. Bandung: ITB Press. 10. Djajadisastra, J., Munim, A. dan Dessy, N.P. (2009). Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol 4: No 4. 11. Mumpuni, Yekti dr. (2010). Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Penerbit Andi : Yogyakarta

12. Buchanan, R.E, & Gibbons,N.E. (1975). Determinative Bacteriology. The Williams & Wilkins Company 13. http://textbookofbacteriology.net/stap h.html, diakses pada tanggal 23 juli 2013 pukul 21:22 14. Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. (1996). Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Salemba. 15. Ansel, Howard.C. (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV, UI Press, Jakarta, 314-317. 16. Lieberman., Rieger., and Banker. (1989). Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498 17. Lieberman, Herbert. (1996). Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-2. 499-504 18. Rosyad Yulianhar P.G. (2009). Formulasi Gel Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dan Uji Daya Anti Bakteri (Propionibacterium acne) Secara In Vitro. Skripsi, Fakultas Farmasi : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Vous aimerez peut-être aussi