Vous êtes sur la page 1sur 16

TUGAS AUDIT KEUANGAN NEGARA PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

OLEH: BADAI TRI DHARMAWAN(1102120919) FADHILLAH ASRI (1102120964) RIZKY DARMAWAN (1102136429)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU 2013

PENGERTIAN Penerimaan negara adalah jumlah pendapatan suatu negara yang berasal dari penerimaan negara dari pajak, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri. A. SIFAT TRANSAKSI

TUJUAN AUDIT Mengungkapkan ada atau tidaknya salah saji yang material dalam pos pendapatan. Apakah setiap perencanaan penerimaan pada setiap departemen/ lembaga pemerintah non departemen mempunyai landasan hukum dan telah dipungut sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dan disetorkan ke kas negara dengan tertib? ;Apakah realisasi mencapai target yang telah ditetapkan dalam DIKS? Apakah semua penerimaan pada setiap departemen/ lembaga pemerintah non departemen telah ditatausahakan dan dilaporkan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PEMAHAMAN MENGENAI TRANSAKSI DAN TATA KELOLA UNTUK MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT Sumber utama pendapatan Negara berasal dari penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak dan hibah.pendaptan atau penerimaan ini merupakan komponen utama dalam negara, tanpa ada pendaptan atau penerimaan bagaimana negara bias mengadakan belanja. Banyaknya

penyelewengan pajak dan penggunaan penerimaan bukan pajak membuat auditor harus hati hati dalam mengaudit penerimaan negara. Pentinganya kedua penerimaan negara maka kemungkinan terdapat salah saji. Untuk mengurangi terjadinya salah saji. Pemerintah telah menerapkan sistempengendalian internal pemerintahan. Dengan adanya system tersebut dapat mngurangi salah saji.

MEMPERTIMBANGKAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN Pemahaman atas sistem pengendalian intern berguna bagi pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan, menaksir risiko pemeriksaan, mengidentifikasi bukti pemeriksaan yang relevan, dan

menilai kualitas sistem pengendalian yang ada pada entitas yang diperiksa untuk mendukung saran yang akan diberikan. Sesuai dengan COSO, SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, antara lain sebagai berikut: (a) Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian adalah kondisi lingkungan organisasi yang menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, meliputi integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite pemeriksaan, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia. (b) Penaksiran risiko Proses penaksiran risiko meliputi identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang dihadapi oleh manajemen, yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Dalam penentuan faktor pemilihan, penaksiran risiko termasuk ke dalam aktivitas identifikasi risiko manajemen. (c) Aktivitas pengendalian \ Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dapat meliputi reviu kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, serta pemisahan tugas. (d) Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang memungkinkan setiap orang dapat melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi menghasilkan laporan atas hal-hal yang terkait dengan operasional, keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan (e) Pemantauan Seluruh sistem pengendalian organisasi harus dipantau untuk menilai kualitas sistem pengendalian tersebut. Kelemahan dalam sistem pengendalian harus dilaporkan kepada manajemen tingkat atas. Selain itu, harus dilakukan evaluasi yang independen atas SPI. Frekuensi dan lingkup evaluasi tergantung pada penaksiran risiko dan efektivitas prosedur pengawasan.

PENERIMAAN BUKAN PAJAK Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk dalam di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN tahun 2005, PNBP mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang diharapkan pemerintah. Dengan demikian perlu diupayakan untuk merealisasikannya dan bahkan meningkatkannya dari tahun ke tahun secara bertahap sehingga PNBP diharapkan lebih mampu memberikan sumbangan yang lebih besar dalam upaya mendukung pembangunan nasional.

Dasar Hukum Dasar hukum yang mengatur Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat dikelompokkan menjadi: 1. Dasar hukum yang berkaitan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak, Jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak; 2. Dasar hukum yang berkaitan dengan penentuan tarif PNBP; 3. Dasar hukum yang berkaitan dengan penatausahaan, penggunaan dan pertanggungjawaban PNBP; 4. Dasar hukum yang menyangkut organisasi Departemen/Instansi Pemerintah yang mengelola PNBP

Objek dan subyek PNBP PNBP dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok, yaitu: 1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, yaitu penerimaan jasa giro, sisa anggaran belanja pegawai, belanja barang modal dan sebagainya. 2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam, yaitu royalti di bidang perikanan, royalti di bidang kehutanan dan royalti di bidang pertambangan. 3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, yaitu dividen, bagian laba pemerintah, dana pembangunan semesta dan hasil penjualan saham pemerintah.

4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah, yaitu pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak paten, merek, hak cipta, pemberian visa dan paspor, serta pengelolaan kekayaan negara yang tidak dipisahkan. 5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi, yaitu lelang barang rampasan dan denda. 6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah, yaitu bantuan hibah dan atau sumbangan dari dalam dan luar negeri, baik swasta maupun pemerintah. Hibah dalam bentuk natura yang digunakan secara langsung untuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau wabah penyakit, tidak dicatat dalam APBN. 7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, obyek dan subyek PNBP dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: a) Jenis-jenis PNBP yang berlaku di semua departemen dan lembaga non departemen, meliputi: 1. Sisa anggaran belanja pegawai, belanja modal dan sebagainya; 2. Hasil penjualan barang/kekayaan negara; 3. Hasil penyewaan barang/kekayaan negara; 4. Hasil penyimpanan uang negara (jasa giro); 5. Ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi); 6. Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah; 7. Hasil penjualan dokumen lelang. b) Jenis-jenis PNBP yang terdapat pada departemen teknis yang bersangkutan, meliputi penerimaan negara yang dipungut oleh masingmasing departemen/lembaga pemerintah non departemen yang berkaitan dengan penyelenggaraan tugas-tugas dan pemberian kemudahankemudahan sesuai

dengan bidang tugas masing-masing departemen/lembaga pemerintah non departemen yang bersangkutan. Oleh karena itu, jenis PNBP pada masing-masing departemen/lembaga pemerintah non departemen berbeda satu dengan lainnya.

Pengenaan Tarif Tarif atas PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah

sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban pada masyarakat. Penilaian atas besarnya tarif dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas dilakukan oleh Pemerintah bersama DPR. Oleh karena itu, tarif atas jenis PNBP ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan pemerintah yang menerapkan jenis PNBP yang bersangkutan.

Organisasi Organisasi yang mengelola PNBP adalah Departemen atau Lembaga teknis berikut unit kerja teknis dari Departemen/Lembaga yang bersangkutan dan Direktorat Perbendaharaan Negara. Untuk Departemen/Lembaga teknis yang bersangkutan. Menteri atau Ketua Lembaga Teknis tersebut dapat menunjuk instansi pemerintah di bawahnya untuk menagih dan atau memungut. Lembaga pemerintah yang ditunjuk menagih dan memungut PNBP wajib menyampaikan rencana dan laporan realisasi PNBP kepada Menteri/Ketua Lembaga dengan tembusan kepada Kanwil dan Direktorat Perbendaharaan. Pengelolaan PNBP yang meliputi penetapan target setiap jenis PNBP serta alokasi penggunaan dana dari PNBP, dilakukan oleh Direktorat Perbendaharaan.

Tujuan-Tujuan dan Lingkup Audit Audit atas PNBP memiliki tujuan untuk mengetahui dan menilai: 1. Apakah setiap jenis PNBP yang telah dimuat dalam rencana penerimaan pada setiap departemen/ lembaga pemerintah non departemen mempunyai landasan hukum dan telah dipungut sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dan disetorkan ke kas negara dengan tertib; 2. Apakah realisasi PNBP mencapai target yang telah ditetapkan dalam DIKS 3. Apakah semua PNBP pada setiap departemen/ lembaga pemerintah non departemen telah ditatausahakan dan dilaporkan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan PNBP diarahkan pada jenis pemeriksaan keuangan dan diutamakan pada pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan.

Lingkup Pemeriksaan Pemeriksaan terhadap PNBP dilakukan kepada satuan unit kerja pada semua departemen/ lembaga pemerintah non departemen yang memiliki PNBP, terutama pada unit kerja: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Biro Keuangan Departemen Keuangan; Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan; Direktorat Jenderal pada Departemen Teknis yang bersangkutan; Biro Keuangan pada Departemen Teknis yang bersangkutan; Lembaga/Satuan Kerja Unit Penghasil/Unit Pelaksana Teknis (UPT); Biro Lelang, Biro Informasi dan Hukum pada Direktorat Jenderal Piutang Lelang

Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan yang meliputi: a. b. c. d. e. Perencanaan, Penetapan, Pemungutan dan Penyetoran, Penatausahaan, Pelaporan dan pertanggungjawaban

Transaksi dan Pengendalian Manajemen Pengelolaan PNBP PNBP merupakan salah satu sumber penerimaan negara dalam APBN, dengan demikian seluruh PNBP wajib disetor secara langsung ke kas negara. Dalam rangka menertibkan penatausahaan dan pertanggungjawaban PNBP, Menteri Departemen atau Ketua Lembaga Negara dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk

menagih dan atau memungut PNBP yang terutang serta menyetorkannya ke kas negara. Pada beberapa departemen atau lembaga yang mengelola suatu jenis PNBP, memiliki karakteristik yang berbeda antara PNBP pada suatu departemen atau lembaga dan departemen atau lembaga yang lain. Penentuan jumlah PNBP yang terutang dilakukan dengan cara:

1. Ditetapkan oleh Instansi Pemerintah; 2. Dihitung sendiri oleh Wajib Bayar Jenis PNBP yang penentuan jumlahnya dilakukan dengan cara dihitung sendiri oleh wajib bayar ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. Kewajiban membayar PNBP untuk jenis yang dihitung sendiri akan kadaluarsa setelah 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya PNBP yang bersangkutan. Ketentuan kadaluarsa ini tertunda apabila wajib bayar melakukan tindak pidana di bidang PNBP. Wajib bayar membayar jumlah PNBP yang terutang dalam jangka waktu tertentu. Instansi pemerintah, atas permohonan wajib bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh wajib bayar setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan persetujuan kepada wajib bayar untuk mengangsur atau menunda pembayaran PNBP yang terutang dengan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) sebulan. Perencanaan Penyusunan rencana target PNBP ditentukan oleh hasil kesepakatan/pembahasan antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan bersama Kanwil Departemen/lembaga teknis yang bersangkutan. Perencanaan target tersebut didasarkan pada tarif masing-masing jenis PNBP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah yang selanjutnya dituangkan dalam DIPA. Penentuan PNBP Terutang Jumlah PNBP yang terutang adalah jumlah PNBP yang harus dibayar oleh wajib bayar dalam periode tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh Instansi Pemerintah sebagai Instansi Penagih/Pemungut dan atau dihitung sendiri oleh wajib bayar. Untuk jenis PNBP yang menjadi terutang sebelum wajib bayar menerima manfaat atas kegiatan pemerintah, seperti pemberian hak paten, pelayanan pendidikan, maka penentuan jumlah PNBP yang terutang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah. Namun, untuk jenis PNBP yang menjadi terutang setelah menerima manfaat, seperti pemanfaatan sumber daya alam, maka jumlah PNBP yang terutang dapat ditentukan oleh wajib bayar sendiri (self assessment). Pemungutan dan Penyetoran Pemungutan atas PNBP didasarkan pada besarnya tarif yang telah ditetapkan untuk masingmasing jenis PNBP.

Waktu pemungutan PNBP didasarkan pada ketentuan waktu pemungutan yang telah ditetapkan untuk masing-masing jenis PNBP sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur masing-masing jenis PNBP.

Dengan demikian, kapan waktu dilakukan pemungutan dapat bersifat harian, berkala, angsuran atau sewaktuwaktu setiap terjadi penerimaan negara tergantung pada sifat dan karakteristik PNBP tersebut.

Pemungutan PNBP dilakukan oleh orang atau Badan Hukum atau Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri/Ketua Lembaga untuk menagih dan atau memungut PNBP yang terutang. Orang atau Badan Hukum/Instansi Pemerintah yang ditunjuk untuk menagih dan atau memungut PNBP adalah: Bendahara Penerima, yaitu orang yang karena jabatannya sebagai bendaharawan ditugasi untuk memungut PNBP di lingkungan unit kerja tertentu dan menyetorkannya ke Rekening Kas Negara (Pusat) atau Rekening Kas Daerah (Daerah). Wajib Bayar yaitu orang atau Badan Hukum/Instansi yang sesuai dengan ketentuan yang mendasarinya, telah ditetapkan menyetorkan sendiri setoran PNBP yang menjadi kewajibannya.

Secara prinsip seluruh hasil pungutan PNBP disetorkan langsung ke kas negara. Oleh karena itu, setiap Bendaharawan Penerima yang memungut PNBP diwajibkan menyetorkan seluruh penerimaan yang dipungutnya ke kas negara atau ke Rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah atau bank lain yang ditentukan oleh Menteri Keuangan sekurang-kurangnya sekali satu minggu.

Setiap wajib bayar menyetorkan seluruh PNBP yang terutang ke kas negara satu hari setelah PNBP diterima atau setelah jatuh tanggal waktu pembayaran PNBP tersebut.

Penggunaan PNBP PNBP dikelola dalam Sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta hasil pemungutannya disetor ke kas negara. Sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat dipergunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan. Kegiatan tertentu yang dapat menggunakan PNBP meliputi; 1. Penelitian dan pengembangan teknologi; 2. Pelayanan kesehatan; 3. Pendidikan dan pelatihan;

4. Penegakan hukum 5. Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu; 6. Pelestarian sumber daya alam. Tata cara penggunaan PNBP diatur oleh Peraturan Pemerintah.

Penatausahaan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP, belum mengatur penatausahaan PNBP baik yang dilakukan oleh Bendaharawan Penerima maupun Ditjen Perbendaharaan.

Pelaporan/Pertanggungjawaban Pelaporan dan pertanggungjawaban atas PNBP merupakan bentuk akhir dari mekanisme pengelolaan PNBP secara keseluruhan. Dengan demikian, pelaporan dan pertanggungjawaban PNBP yang ada pada setiap departemen/lembaga pemerintah non departemen diatur dalam Peraturan Pemerintah

PENGELUARAN NEGARA

Pengeluaran pembiayaan negara mencakup : Belanja Operasi: - belanja pegawai, - belanja barang, - bunga, - subsidi, - hibah, dan - bantuan sosial Belanja Modal: - belanja tanah; - belanja peralatan dan mesin; - belanja gedung dan bangunan; - belanja jalan, irigasi, dan jaringan; dan - belanja aset tetap lainnya. Belanja Lain-lain Transfer

PENGERTIAN Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Belanja Bunga adalah pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.

Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/ lembaga yang memproduksi, menjual, atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat

Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.

Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap.

Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PADA LAPORAN KEUANGAN

PENYAJIAN: Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Laporan Arus Kas (LAK) - Belanja Operasional - Belanja Modal Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi non Keuangan Menambah aset tetap/aset lainnya di neraca PENGUNGKAPAN Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

MEKANISME PENERBITAN SPM

Penerimaan dan pengujian SPP Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi chek list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan SPP dan membayar/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM

Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM melakukan pengujian atas SPP sbb : Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh kyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran. Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan atau kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator keluaran.

Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain : Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/ perusahaan, alamat, no. rekening dan nama bank) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan atau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak). Jadwal waktu pembayaran.

Memeriksa pencapaian tujuan dan atau sasaran kegiatan sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.

Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SSP-GUP/SPP-LS, maka pejabat penguji SPP dan Penandatanganan SPM menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPMGUP/SPM-LS dalam rangkap tiga : Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN; Lembar ketiga sebagai pertinggal pada satker ybs.

SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya oleh KPPN dan telah dicairkan (telah dilakukan perdebetan rekening kas Negara) tidak dapat dibatalkan. a. Perbaikan hanya dapat dilakukan terhadap kesalahan administrasi sebagai berikut : Kesalahan Pembebanan pada MAK; Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatan dan sub kegiatan Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uang pada SPM.

b. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh kuasa PA/penerbit SPM.

PROSEDUR AUDIT
Berdasarkan pemahaman di atas lakukan : Pengujian pengendalian Pengujian subtantif atas transaksi Prosedur analitis

PROSEDUR PEMAHAMAN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN Initial audit Pelajari pedoman sisdur akuntansi di UAKPA Pelajari pedoman sisdur pembayaran melalui uang persediaan Pelajari pedoman sisdur pembayaran langsung Pelajari apakah kunci kunci pengendalian telah memadai Lakukan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan jelas Lakukan pemeriksaan dokumen dan catatan yang diharuskan ada oleh manual Lakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pengendalian Lakukan pengujian ulang prosedur yang lemah

Ulangan /repeat audit : Pelajari KKP tahun lalu Pelajari hal baru dalam pedoman Peng intern Lakukan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan jelas Lakukan pemeriksaan dokumen dan catatan yang diharuskan ada oleh manual Lakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pengendalian Lakukan pengujian ulang prosedur yang lemah

PENGUJIAN SUBTANTIF ATAS TRANSAKSI Lakukan pengujian pembukuan ditingkat satker paling rendah. Dapatkan laporan belanja dan Telusuri kecatatan pendukung Telusuri ke bukti pendukung, SP2D, kuitansi, SPK, Kontrak,sk kepangkatan, keputusan hukuman PNS. Telusuri ke bukti pendukung lainnya yang berkaitan, pendukung SPK dan Kontrak, spesifikasi barang , owner estimate dll Lakukan pengujian kebenaran bukti dengan substansinya Lakukan pengujian terhadap alokasi dan klasifikasi, kecocokan dgn DIPA dan BAS Lakukan pengujian akurasi pencatatan dan dokumen pembayaran Lakukan uji pisah batas atas belanja belanja pada akhir tahun Lakukan pengujian ketaatan terhadap perpajakan, administrasi dan penyetorannya Lakukan wawancara dengan pejabat yang kompeten Lakukan pengujian ketepatan waktu, pada spp,spm, sp2d dan bukti pendukung lainnya Lakukan konfirmasi untuk yang diperlukan Lakukan pengujian fisik dan buat berita acara pemeriksaannya Lakukan pengujian dari bukti pendukung kecatatan pendukung Lakukan pengujian atas rekomendasi tahun lalu Lakuan identifikasi kemungkinan adanya penyelewengan

Lakukan pengujian penggabungan akuntansi pada tingkat satker di atasnya. : akurasi, klasifikasi dan penyajian

PROSEDUR ANALITIS Melakukan pembandingan realisasi dengan anggarannya Melakukan pembandingan realisasi dengan jumlah tahun lalu Melakukan pemeriksaan hubungan biaya pemeliharaan dan aset yang berkaitan Melakukan pendalaman terhadap indikasi yang ditemukan dari prosedur analitis

Vous aimerez peut-être aussi