Vous êtes sur la page 1sur 9

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PINTA PURBOWATI 141211133014

MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku ikan untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah mengetahui adanya sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan perkembangan peradaban manusia dan dapat mendorong manusia untuk semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan atau dioperasikan adalah jaring insang (gill net), purse seine, perawai dan tuna longline, bagan tancap, dan bubu. 1. Jaring Insang (Gill Net) Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah. Istilah Gillnet didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang ditangkap gill net terjerat di sekitar oper culumnya pada mata jaring. Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.

Gambar 1 (jaring insang lingkar) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh gill net adalah sebagai berikut : a) Kekuatan dari twine Kekuatan twine berpengaruh pada lembut tidaknya twine yang digunakan. Twine

yang mempunyai fibres lembut menggunakan bahan-bahan dari nilon, kremona, linen dan lain-lain. Selain itu cara untuk mendapatkan twine yang lembut dapat dilakukan dengan memperkecil diameter twine atau mengurangi jumlah pilin. Twine yang lembut akan mudah untuk menjerat ikan pada mata jaring. b) Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan dapat mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan dengan jumlah tangkapan yang akan diperoleh. Jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat ketegangan rentangan tubuh jaring ditentukan oleh buoyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker, dan shortening yang digunakan. c) Shortening atau shrinkage Shortening atau shrinkage dapat diterjemahkan dengan pengerutan yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line, disebutkan dalam persen (%) (sudirman, 2004 : 59) d) Tinggi jaring Yang dimaksud istilah tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Istilah tinggi jaring ini diperlukan untuk membedakan dengan istilah lebar jaring (mesh depth) yang biasanya diungkapkan dengan satuan jumlah meter. e) Mesh size dan besar ikan Mesh size atau ukuran mata jaring dan besar ikan saling berhubungan karena ukuran mata jaring mempunyai sifat untuk menjerat ikan-ikan yang besarnya tertentu saja dengan kata lain, gill net bersifat selektif terhadap besar ukuran dari tangkapan yang diperoleh. Untuk itu, ukuran mata jaring disesuaikan dengan besar badan ikan yang akan ditangkap. f) Warna jaring Warna jaring sangat dibutuhkan untuk mengelabuhi penglihatan ikan supaya menerobos jaring. Warna jaring dapat di sesuaikan dengan jenis jenis ikan yang akan ditangkap. Untuk menglabuhi penglihatan ikan sebaiknya warna jaring sama dengan warna air.

Jenis jaring insang di Indonesia: Jaring insang satu lembar (single gillnet) Jaring insang dua lembar (double gillnet atau semi trammel net) Jaring insang tiga lembar (trammel net). 2. Purse Seine Purse seine adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk kantong dilengkapi dengan cincin dan tali purse line yang terletak dibawah tali ris bawah berfungsi menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali purse line tersebut sehingga jaring membentuk kantung. Alat penangkapan ikan purse seine ini termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong (Nedelec, 2000) Konstruksi purse seine menurut Subani dan Barus (1988), terdiri atas: (1) Bagian jaring, terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong. (2) Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, terutama saat penarikan jaring. (3) Tali temali, terdiri atas tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat, tali kolor, dan tali selambar. (4) Pelampung (5) Pemberat (6) Cincin.

Gambar 2 (purse seine)

3. Perawai dan Tuna Longline Definisi Perawai

Menurut Sadhori (1985), perawai merupakan salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya dikaitkan sebuah pancing. Secara teknis operasional rawai termasuk dalam jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuanya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan umpan tersebut dan terkait oleh pancing. Secara material ada yang mengklasifikasikan rawai termasuk dalam golongan penangkapan ikan dengan tali line fishing karena bahan utama untuk rawai ini terdiri dari tali-temali. Menurut Mulyono (1986), Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang di pasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai. Pada tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line). Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam jenis Bottom Set Longline. Cara penangkapannya pancing ini dilepas atau dilabuhkan sampai posisinya dapat mendasar. Definisi Tuna Longline

Ada beberapa jenis alat tangkap longline. Ada yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu dikenal dengan nama rawai tetap atau bottom longline. atau set longline yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga rawai yang hanyut yang biasa disebut dengan drift longline, biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Paling terkenal adalah tunalongline atau disebut dengan rawai tuna (Ayodhyoa,1975). Tuna longline merupakan bagian dari rawai yang didasarkan atas jenis ikan yang ditangkap, yaitu ikan tuna. Tuna longline atau yang disebut dengan rawai tuna merupakan jenis rawai yang paling terkenal. Kenyataanya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya ikan Tuna, tetapi juga berbagai jenis ikan lain seperti ikan Layaran, ikan Hiu dan lain-lain (Sudirman, 2004).

Gambar 3 (tuna longline)

4. Bagan Tancap Menurut Mulyono (1986), bagan merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan diperairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan. Bagan atau ada juga yang menyebutnya dengan branjang, yaitu suatu alat tangkap yang wujudnya seperti kerangka sebuah bangun piramida tanpa sudut puncak. Diatas bangunan bagan ini pada bagian tengah terdapat bangunan rumah kecil yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan, dan tempat untuk melihat dan mengawasi ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Selama ini untuk membuat daya tarik ikan sehingga berkumpul di bawah bagan, umumnya nelayan masih menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya bervariasi 2-5 buah. Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada malam hari (Light Fishing) terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000). Tertariknya ikan pada cahaya karena terjadinya peristiwaphototaxis. Antara lain hal disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attrack) ikan berkumpul pada sumber cahaya itu atau juga disebutkan karena rangsangan cahaya (stimulus), kemudian ikan memberikan responnya. Penangkapan dengan bagan menggunakan bantuan lampu dinamakan light fishing. Peristiwa phototaxisdimanfaatkan untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan dalam light fishing, penangkapan ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa untuk menangkap ikan tetapi menyalurkan ikan sesuai dengan nalurinya untuk ditangkap. Fungsi cahaya pada penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada sesuatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan jaring. Dengan alat jaring ini dapat dikatakan bahwa jaring bersifat pasif, cahaya berfungsi untuk menarik ikan ke tempat jaring. Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu peristiwa langsung dan peristiwa tidak langsung. Peristiwa langsung yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Sedangkan peristiwa tidak langsung yaitu dengan adanya cahaya maka sebagai tempat plankton berkumpul lalu banyak ikan yang berkumpul untuk memakan plankton tersebut (Ayodhyoa, 1981). Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2000), klasifikasi bagan ada 3, yaitu :

1. Bagan Tancap Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang di tancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain, alat tangkap ini bersifat inmobile. Hal ini karena alat tangkap tersebut ditancapkan pada dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beropesinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal.

2. Bagan Rakit Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan biasa digunakan oleh nelayan khususnya di sungai atau muara-muara sungai yaitu sebagai rakit. Bagan ini terbuat dari bambu, dimana operasinya berpindah-pindah. Proses operasi penangkapannya sama dengan bagan tancap. 3. Bagan Perahu (Bagan Rambo) Bagan ini disebut pula sebagai bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi tetapi di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm dan bahannya terbuat dari waring. Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi dengan perahu motor yang berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju daerah penangkapan. Selain itu, bagan tersebut berfungsi sebagai pengangkut hasil tangkapan dari fishing ground ke fishing base.

Gambar 4 (bagan tancap)

5. Bubu Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap traps dan penghadang guiding barriers. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshingpots atau fishing basket.(Brandt, 1984). Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002). Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negaranegara yang menengah maupun maju. Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang

kedalamannya 20 m sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam. Menurut Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung : a. Perangkap menyerupai sisir (brush trap) b. Perangkap bentuk pipa (eel tubes) c. Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots) 2. Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang a. Perangkap yang terdapat dinding / bendungan b. Perangkap dengan pagar-pagar (fences) c. Perangkap dengan jeruji (grating) d. Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers) 3. Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh a. Perangkap kotak (box trap) b. Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap) c. Perangkap bertegangan (torsion trap) 4. Berdasarkan dari bahan pembuatnya a. Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps) b. Perangkap dari alam (smooth tubular) c. Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap) 5. Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilerfgkapi dengan penghalang a. Perangkap bentuk jambangan bunga (pots) b. Perangkap bentuk kerucut (conice) c. Perangkap berangka besi Disamping yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :

1. Bubu Jermal : Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap).

2. Bubu Ambai.: Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil. 3. Bubu Apolo.:Hampir sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai 2 kantong, khusus menangkap udang rebon.

Gambar 5 (bubu)

Daftar Pustaka

http://perikanan-tangkap.blogspot.com/2009/11/jaring-insang-gillnet.html http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/11/pukat-cincin-purse-seine-dan-teknik.html http://makaira-indica.blogspot.com/ http://ngada.org/menkp6kep-2010.htm

Vous aimerez peut-être aussi