Vous êtes sur la page 1sur 57

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

PERIODISASI SEJARAH ISLAM

Dosen Mata Kuliah : Dra. Siti Nurjanah, M. Ag.

DISUSUN OLEH : NAMA JURUSAN PROGRAM STUDI : ERIK PUJIANTO : SYARIAH : PERBANKAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO T.A 2012 / 2013

KATA PENGANTAR

AssalamualikumWrWb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT di mana atas anugerahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Metodologi Studi Islam ini, dan tidak lupa juga junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang-benerang. Penulisan makalah ini yang di dalamnya mencakup mengenai Materi Periodisasi Sejarah Islam. Sebagai pembahasan materi ini kita dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana sejarah islam didunia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terselesainya makalah ini, sebagai manusia penulis juga tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menantikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. WassalamualaikumWr.Wb

Metro, 05 Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 1.3 Tujuan ........................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sejarah Islam............................................................................... 7 2.2 Sejarah Islam................................................................................................. 8 2.2.1 Masa Pra Islam ....................................................................................... 8 1. Sistem Politik ........................................................................................... 8 A. Kondisi Politik .................................................................................... 8 B. Kondisi Masyarakat............................................................................. 9 2. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan .................................................... 10

2.2.2 Sejarah Pra Islam Di Asia Tenggara ........................................................ 12 1. Pra Islam Di Indonesia ............................................................................ 14

2.2.3 Islam Masa Klasik..................................................................................... 20 1. Sebelum Masa Kerasulan ........................................................................ 20 2. Masa Kerasulan....................................................................................... 21 3. Hijrah Ke Yatsrib .................................................................................... 22 4. Haji Wda Dan Akhir Hayat Rosullullah ................................................ 23 5. Masa Al-Kulafa Al-Rosyidin................................................................. 24 6. Dinasti Umayyah Dan Dinasti Abbasiyah .............................................. 25

2.2.4 Islam Masa Pertengahan ........................................................................... 26 A. Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan ............................ 26 1. Dinasti Jengiskhan ................................................................................. 26 2. Dinasti Timur Lenk ................................................................................ 28 3. Kaum Mamluk Di Mesir ........................................................................ 30 4. Spanyol .................................................................................................. 31 B. Masa Tiga Kerajaan Besar ......................................................................... 32 1. Kerajaan Usmani .................................................................................... 32 2. Kerajaan Safawi Di Persia ................................................................... 34 3. Kerajaan Mughal Di India .................................................................... 36

2.2.5 Islam Masa Modern ................................................................................. 37 1. Latar Belakang Pemikiran Islam Modern .............................................. 39 2. Pemikiran Islam Modern Di Indonesia .................................................. 43 3. Salafi, Islamisme Baru Dalam Dinamika Pemikiran Islam Indonesia ... 46 A. Hajr Mubtadi ................................................................................... 47 B. Sikap Terhadap Politik .................................................................... 47 C. Sikap Terhadap Gerakan Islam Yang Lain ..................................... 48 D. Sikap Terhadap Pemerintah ............................................................. 50

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ...................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 52

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di makkah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah disamping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam, dan bahkan bangsa Arab dapat mendirikan kerajaan diantaranya Saba, Main dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasal di wilayah Yaman. Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diturunkan dalam konteks geografis Arab,

mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Quran hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Quran, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab sebelum adanya Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu. Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki kebiasaan menjadikan kejadian besar yang ada sebagai patokan penanggalan. Peristiwa penyerangan pasukan Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah, dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan penanggalan.

Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di tengah keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul Mutthalib. Kelahiran bayi ini disambut dengan suka cita oleh keluarga bani Hasyim. Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin Abdillah memadamkan api keramat yang selama seribu tahun tidak padam. Kelahiran Muhammad juga

menggoyahkan sendi-sendi istana kaisar Rumawi. Muhammad lahir dengan membawa janji risalah terakhir dari Allah untuk umat manusia. Agama Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan agama yang terakhir dan satu-satunya diakui oleh Allah swt. Agama islam ini sebagai pengganti agama-agama pendahulunya seperti Agama Nasrani yang dibawa olah Nabi Isa as. Agama terakhir ini pun sebagai agama penyempurna dari agama-agama pendahulunya. Agama islam diturunkan di Makkah karena pada saat itu Makkah merupakan tempat kaum Jahiliyah yang hidup dalam kesesatan. Untuk menghilangkan kesesatan tersebut Islam datang dengan ajaran-ajaran Ilahiyah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Ajaran islam tidak hanya tentang ketuhanan saja namun sampai kepada ajaran tentang persamaan hak manusia. Tetapi ajaran Islam tersebut menuai penolakan yang silih berganti dari kaum kafir Quraisy sebagai penduduk mayoritas Makkah saat itu. Mempelajari sejarah, khususnya sejarah pendidikan islam bukan sematamata kegiatan menghafal tanggal, tahun, abad dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kepercayaan, budaya, dan perilaku apa yang ada sekarang ini merupakan kumpulan inspirasi dan reaksi dari peristiwa-peristiwa masa lalu (sejarah). Sejarah dipelajari dan diingat bukan hanya sebagai bentuk romantisme kejayaan masa silam, atau bahkan meratapi keburukun leluhur masa silam. Tetapi sejarah hadir dijadikan sebagai inspirasi. Kajian tentang sejarah pendidikan islam telah banyak dilakukan, baik sejarah yang ditulis pada masa klasik sampai pada masa kontemporer.

Namun masih minim sekali referensi yang menjabarkan secara kritis dan mengakar ketika mendalami perbedaan dari masa klasik hingga masa kontemporer. Terdapat perbedaan mendasar antar gaya, struktur, dan metode penulisan kitab sejarah pada zaman klasik dan zaman kontemporer. Zaman klasik lebih cenderung memaparkan fakta-fakta sejarah yang telah ada secara saklek dan apa adanya tanpa ada tambahan komentar dari penulis. Dengan kata lain, penulisan sejarah dilakukan dengan cara menceritkan kembali kejadian yang sudah ada tanpa melakukan analisis fenomena sejarah. Berbeda dengan masa klasik, masa kontemporer tidak hanya menceritakan fakta sejarah tapi juga memberikan analisis atau komentar dan argumen dari penulis. Pemberian analisis tambahan pada kitab sejarah dilakukan karena untuk memenuhi kepentingan manusia yang semakin haus dengan alasan dan penasaran untuk mengetehaui sesuatu dibalik dari peristiwa sejarah tersebut. Maka analisislah cara yang paling tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu manusia zaman sekarang ini. Interpretasi Islam terhadap sejarah berdasarkan keyakinan yang Islam adalah benar dan apa saja yang bertentangan dengan Islam adalah salah. Setiap yang disyariatkan Allah dalam Islam, sama ada yang berkaitan dengan ibadah, jihad, muamalah adalah benar dan tidak memerlukan alasan dari mana pun. Ciri khas sejarah Islam berbeda dengan sejarah lain kerana adanya pengaruh wahyu Allah SWT. Pemahaman terhadap ciri khas ini dapat

menjelaskan, contohnya, mengapa dalam sejarah Islam, iman mendominasi setiap perilaku orang Islam. Interpretasi Islam terhadap sejarah bukanlah interpretasi yang berbentuk kebendaan, yang hanya mengakui faktor-faktor kebendaan seperti alat-alat pengeluaran adalah satu-satunya benda yang memberi pengaruh terhadap sejarah umat manusia, sebagaimana ideologi Marxis. Ia juga bukan interpretasi material yang mengganggap perubahan sejarah berasal dari faktor-faktor luaran, seperti lingkungan fisik, iklim, geografi, ekonomi dan lain-lain, sebagaimana ideologi Barat.

Interpretasi Islam secara jelas menunjukkan tanggungjawab dan peranan manusia dalam mempengaruhi perubahan sejarah dalam rangka kehendak Allah SWT. Oleh kerana itu, interpretasi Islam tidak bersifat perkauman yang memberi lebih keutamaan kepada kaum tertentu, tetapi mengakui peranan-peranan seluruh lapisan masyarakat, sesuai dengan sumbangan masing-masing secara bertepatan. Satu fakta yang tidak dapat dibantah oleh siapapun ialah fakta yang mengatakan peradaban Islam adalah peradaban besar yang berlangsung dalam bilangan abad. Yang dimaksudkan dengan peradaban besar di sini bukanlah selama ini yang hanya diukur melalui

peradaban yang difahami oleh Barat pencapaian material semata-mata.

Peradaban menurut Islam mengambilkira

pencapaian tujuan asasi penciptaan makhluk yang telah ditentukan oleh Allah SWT, yaitu mengabdi diri kepada-Nya. Perhatikan firman Allah yang berikut : Dan Aku tidak mencipta jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (Surah Adz-Dzaariyat : 56).

Jadi, menurut Islam, peradaban besar adalah peradaban yang menciptakan sekitaran yang sesuai secara politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kebendaan, dan dapat membuat rakyatnya mengamalkan perintah-perintah Allah dalam semua aktivitinya. Ataupun dalam ungkapan Dr Yusuf Al-Qardhawi, peradaban yang memerhatikan aspek material dan spiritual; idealistik dan realistik; rabbani dan insani; bermoral dan membina; yang memperlihatkan aspek individu dan sosial, sekaligus peradaban yang seimbang dan sederhana. Walau baagaimanapun majunya suatu peradaban dalam sains, teknologi, pembinaan, ekonomi ataupun bagaimana jauhnya peradaban itu meraih kemajuan material, dalam pandangan Islam, ia tetap ketinggalan dan terbelakang kalau ia tidak menyediakan persekitaran yang sesuai untuk pengabdian diri kepada Allah dan untuk mengamalkan ajaran-ajaran-Nya.

Peradaban Islam sendiri telah melalui beberapa tahap. Sebahagian besar pencapaian materialnya tidak berlaku pada tempoh-tempoh awal. Namun, perilaku tempoh awal jelas lebih bertepatan dengan ajaran-ajaran syariat. Rasulullah SAW sendiri menegaskan hal ini dalam sabdanya, Sebaik-baik generasi adalah generasiku, lalu setelah mereka dan generasi setelah itu. Perlu ditegaskan yang seluruh perbincangan tentang tempoh masa dalam sejarah Islam harus dinilai dari sudut pandang Islam itu sendiri. Berbagai kajian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkap yang pemahaman kita tentang masamasa tertentu mungkin berubah secara ketara kalau tempoh masa itu dikaji semula, sebagaimana yang terjadi pada kedaulah Utsmaniya ketika aliran sejarah mereka dikaji semua oleh 400 ahli sejarah Islam. Dengan mengkaji semula sejarah yang ada, kita dapat mengungkap faktafakta yang salah dan menyesatkan tentang sejarah kita. Mungkin juga akan

berlaku perubahan pandangan dan pemahaman kita terhadap periode Umayyah an Abbasiyah, serta periode berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah Dari tulisan diatas kami menawarkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian sejarah islam? 2. Ada berapakah periodesasi sejarah islam? 3. Peristiwa apasaja yang terjadi dalam masing-masing sejarah islam?

1.3 Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam. 2. Penulis ingin mengetahui perjalanan sejarah islam dari zaman terdahulu hingga saat ini. 3. Penulis ingin mengetahui apa perbedaan sejarah terdahulu dengan sejarah saat ini.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah Islam Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris disebut history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang Ilmu Tarikh ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut. Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia. Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu Sejarah adalah pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritias untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa masa lampau. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa (who), adanya batas waktu (when), yaitu masa lampau, adanya pelaku (who), yaitu manusia, tempatnya (where), latar belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah. Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguhsungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.

2.2 Sejarah Islam

2.2.1 Masa Pra Islam 1. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan

a. Kondisi Politik Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya . Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja.

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenangsenang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.

b. Kondisi Masyarakat Pada waktu itu keadaan masyarakat sangat memprihatinkan. Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa bercampur dengan lima orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan poliandri. Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu, perzinahan tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.

Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, di antaranya seperti : 1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula. 2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita pelacur. 3. Pernikahan Istibdha, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.

Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar kewajaran. Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar.

Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati.

Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh. Dalam buku karangan Tim penyusun Studi Islam IAIN SUPEL dijelaskan Bangsa Arab tidak menemuk an nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih kemuliyaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan perjudian, dan membangkitkan di antara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan .

2. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Ismail Alaihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya. Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuzaah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani, kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Kabah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Kabah dan penduduk tanah suci.

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Dr. Badri Yatim, dalam bukunya dijelaskan di masa Jahiliyah, sekitar Kabah terdapat 360 berhala mengelilingi berhala utama . Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan ban gsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.

Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti : 1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdoa untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki. 2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya. 3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhalaberhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu. Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap kabah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya. Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.

2.2.2 Sejarah Pra Islam Di Asia Tenggara

Menurut Para Ahli Masyarakat orang Melayu datang ke wilayah Asia Tenggara dapat digolongkan kepada : 1. Proto melayu (melayu pertama atau melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 2500 SM. Mereka umumnya generasi yang masih mempertahankan paham animisme dan dinamisme. 2. Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka datang dari dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara dimulai kira-kira 300 - 250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur dengan suku-suku lain di wilayah yang baru dihuni suku terakhir ini mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru yang berkembang saat itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama Hindu, Buddha, dan Islam. Perkembangan agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya kerajaan Melayu terbesar yaitu Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 11M. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha lewat bahasa Sansekerta ke dalam bahasa dan budaya masyarakat melayu begitu banyak, karena berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa juga punya andil besar dalam mengembangkan dua agama tersebut (lebih khusus Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra dalam satu kekuasaan. Tidak heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke sebahagian besar penjuru Nusantara. Memasuki abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat dari sudut ekonomi dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya Kerajaan Singosari (di Jawa) melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M). Keadaan ini mendorong daerah-daerah di bawah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga pusat perdagangan berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka.Van Leur menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo, diperkirakan sejak tahun

674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke Barat Laut Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah Islam lahir, namun menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahwa penduduk pribumi yang disinggahi pedagang muslim itu telah memeluk agama Islam, dan kelompok yang beragama Islam masih dari pedagang muslim pendatang yang menunggu musim pelayaran tiba. Pembawa ajaran Islam ke Wilayah Nusantara adalah terdiri dari para pedagang dan para sufi. Kemudian mereka berinteraksi dengan penduduk pribumi dalam jangka pendek (sambil menunggu musim pelayaran) untuk berpindah ke negara asal atau negara lain. Dalam jangka panjang saudagar yang pernah datang ke nusantara atau yang belum mulai bermukim bahkan melangsungkan perkahwinan dengan penduduk pribumi. Dari perkahwinan ini lahir komunitas baru, terutama di pesisir-pesisir pantai. Anthony Reid menyebutkan ada beberapa faktor penting yang menyebabkan terjadinya konversi massal masyarakat melayu kepada Islam pada masa perdagangan, yaitu : 1. Portabilitas sistem keimanan islam. Sebelum kedatangan Islam, sistem kepercayaan lokal, yang berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang, tidaklah portable, tidak siap pakai dimana pun, tidak berlaku dalam semua kondisi. 2. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Bisa dipastikan, masyarakat lokal di wilayah melayu pertama kali bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di wilayah pesisir atau pelabuhan. Mereka adalah pedagang-pedagang muslim yang kaya raya. Al-attas merangkum beberapa teori yang diajukan oleh sarjana barat tentang cepatnya Islam diterima di kawasan asia tenggara, teori-teori itu dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Faktor perdagangan membawa Islam ke kepulauan ini. b. Faktor pedagang-pedagang, pegawai-pegawai yang kawin dengan penduduk lokal (bukan Islam), faktor ini dipandang lebih mudah terjadinya proses pengislaman di kalangan masyarakat.

c. Faktor permusuhan antara orang-orang Islam dengan Kristen yang mempercepat penyebaran islam, terutama pada abad ke-15 dan ke17. d. Faktor politik yang dianggap sebagai motif dan mudahnya penyebaran islam. e. Faktor penghargaan nilai ideologi Islam dianggap lebih rasional bagi memeluknya. "Islam datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

1. Pra-Islam di Indonesia

Ketika Funan jatuh di bawah Khmer aturan, perdagangan Indocina diambil oleh negara lain. Yang di lokasi yang terbaik adalah Sriwijaya, di pantai tenggara Sumatera dekat baik Malaka dan selat Sunda. Mungkin ada sebagai kerajaan sebelum runtuhnya Funan, tetapi catatan pertama menyebutkan bahwa Sriwijaya adalah buku harian perjalanan I-ching, seorang peziarah Budha Cina yang dikunjungi di 671 dan memuji modal, Palembang, untuk 1.000 yang rahib dan sebuah perpustakaan yang sangat baik dari teks-teks suci. Seratus tahun kemudian Sriwijaya tidak hanya memerintah Sumatera tetapi juga semenanjung Melayu dan Jawa Barat, memberikan kontrol hampir penuh atas perdagangan Indocina. Dan dengan pertumbuhan negara-negara baru yang kuat bersemangat untuk berdagang dengan satu sama lain (Dinasti Tang dari Cina dan kekhalifahan Islam di Timur Tengah), Sriwijaya bisa berharap untuk masa depan yang sejahtera.

Sriwijaya tidak pernah lupa bahwa kemakmurannya berasal dari luar negeri. Para Srivijayans menyimpan ramah Cina dengan diplomasi, mengirimkan pedagang ke pengadilan Cina dalam kedok pengikut menawarkan upeti. Untuk menambah penghasilan mereka sebagai perantara, industri lokal dikembangkan di lada, nipah tikar, kulit penyu, lilin lebah, kayu aromatik, dan kamper. Orang Asli(Hutan Rakyat) dipekerjakan untuk mengumpulkan kayu dan menemukan pohon-pohon sakit yang merupakan sumber dari kapur barus, dan para bajak laut Malaka (Orang Laut atau Orang Laut) direkrut ke dalam angkatan laut Srivijayan, untuk membela selat bukan menjarah mereka. Semua pengikut mereka dan sekutu, di darat dan laut, diajarkan bahwa raja-raja Srivijayan adalah anak-anak para dewa, dan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk menjatuhkan siapa pun bersalah atas pengkhianatan. Ide ini segera menjadi begitu luas bahwa hamba raja rutin melakukan bunuh diri saat kematiannya. Meskipun semua ini, Sriwijaya memang harus menghadapi persaingan dan pesaing paling agresif adalah kerajaan Mataram, di tengah dan timur Jawa. Raja pertama Mataram penting adalah Sanjaya (732-750), yang berangkat dengan armadanya untuk menyerang setiap orang dalam jangkauan, termasuk Sriwijaya, Chenla, dan bahkan Cina. Pada awalnya Srivijayans tidak bisa menahan ancaman ini, tapi beberapa tahun kemudian sebuah dinasti kedua, Sailendras, muncul di Jawa.Karena Sailendras adalah umat Buddha, sementara Sanjaya dan

penggantinya adalah orang Hindu, Sriwijaya dan Sailendras dengan cepat menjadi teman. Para Sailendras mungkin menerima bantuan dari Sriwijaya ketika mereka menggulingkan saingan mereka di 775. Kemudian penguasa baru Sriwijaya dan Mataram disemen hubungan baik dengan perjanjian dan pernikahan kerajaan. Dengan 860 penguasa Sriwijaya juga sebuah Sailendra, boasting leluhur Jawa. Sedangkan Sriwijaya bergantung pada perdagangan karena kekayaan, Mataram adalah masyarakat yang berorientasi pertanian. Raja yang menunjukkan pengabdian mereka kepada agama Buddha dengan membangun Candi Borobudur di tengah Jawa. Besar dengan ukuran apa pun, Borobudur adalah lima-lapis langkah piramida yang berisi dua juta kaki kubik batu, 73 berbentuk lonceng kuil

("stupa"), dan 1460 bas-relief. Sriwijaya, sebaliknya, begitu sibuk dengan perdagangan yang tidak dibangun monumen abadi apapun. Borobudur tidak dimaksudkan untuk menjadi tempat ibadah, tetapi panduan untuk pencerahan. Terjadi di sekitar tepi pada setiap tingkat adalah jalur cekung, berjajar di kedua sisi dengan relief menampilkan adegan dari kehidupan Sang Buddha. Setiap tahap lanjut, Sang Buddha menjadi kurang terlibat dengan hal-hal dari dunia ini. Para peziarah yang mengikuti semua lima koridor (jalan kaki 3-mil) muncul pada platform terbuka ke langit, meninggalkan bumi di belakang. Pada platform ini tiga platform yang lebih kecil, lingkaran untuk mewakili kesempurnaan. Ini adalah tempat stupa berdiri; tempat suci masing-masing berisi gambar Buddha, sebagian tertutup oleh layar batu karena seorang manusia hanya dapat setengah memahami Buddha. Kuil tertinggi dan terbesar memiliki dinding yang solid, karena gambar bagian dalam berada di luar pemahaman manusia. Meskipun semua upaya ini, pengabdian kepada Sang Buddha berada di jalan keluar, sama seperti di Champa, Kamboja, dan pasca Gupta India. Dengan 850 penguasa Sailendra Mataram telah masuk sekte Saivite agama Hindu, yang mengajarkan bahwa raja adalah sebuah avatar atau inkarnasi hidup dari dewa Siwa, dan mereka mulai membangun kuil Hindu untuk mencocokkan Borobudur, 50 mil jauhnya. Karena Srivijayans masih Budha, aliansi didinginkan. Ketika Mataram digulingkan oleh saingan, pangeran dari Kediri (sebuah kota dekat Mataram), di 928, orang Jawa kembali ke kebiasaan lama mereka merampok. Hubungan melakukannya bermusuhan menjadi duta Srivijayan yang pergi ke Cina pada 992, memohon bantuan terhadap para bajak laut Jawa. Orang Cina menolak untuk campur tangan. Lebih banyak masalah yang akan terjadi. Pelanggan utama Sriwijaya, Cina dan Khilafah Abbasiyah, pergi ke potongan pada abad kesepuluh awal, menyebabkan kemerosotan ekonomi. Kemudian pada tahun 1030 datanglah serangan yang menghancurkan dari Kekaisaran Chola dari India selatan; Sriwijaya dipaksa untuk membayar upeti kepada Cholas sampai 1190. Ada beberapa pemulihan dalam 12-awal abad 13, namun negara itu tidak pernah makmur cara sebelumnya. The Laut Orangmenjadi bajak laut lagi, karena mereka tidak bisa lagi

membuat hidup jujur. Akhirnya datang beberapa saat setelah 1230, ketika Sriwijaya kehilangan kendali atas sangat penting saluran air. Tidak ada rincian yang tersedia, tetapi ketika Marco Polo mengunjungi Sumatera pada tahun 1292, ia menemukan pulau dibagi menjadi delapan negara bagian, tidak satupun dari mereka yang mengaku sebagai kerajaan perdagangan kuno. Sementara Jawa mengalami masalah sendiri. Pada 1016 Kediri hancur, tidak ada rincian yang tersedia untuk menggambarkan apa yang terjadi, tetapi sebuah prasasti yang ditulis dalam 1041 menyebutnya "penghancuran dunia." Kerajaan ini dipulihkan oleh anak mertua raja mati Airlangga, tetapi kemudian ia membuka kancing prestasinya dengan membagi kerajaannya di antara dua putranya agar mereka bertengkar atas takhta tunggal. Hampir dua abad perselisihan diikuti. Kondisi mulai membaik akhirnya ketika seorang petualang bernama Arok menggulingkan Kediri pangeran terakhir di 1222, mendirikan sebuah kerajaan baru bernama Singosari. Pada saat ini kekosongan politik dan ekonomi ada di Indonesia, dan Jawa baru raja bersemangat mengisinya. Para Singosari paling kuat raja, Kertanagara (1268-1292), dikenakan kekuasaannya di pulau-pulau terdekat: Madura, Bali, Sunda kecil, dan bagian selatan Sumatera. Tapi ia pergi terlalu jauh dalam 1289, ketika ia dianiaya utusan Kubilai Khan, yang datang dari China untuk menuntut penyerahan ke Kekaisaran Mongol. Bangsa Mongol mengadakan ekspedisi menghukum, tetapi Kertanagara tewas akibat pemberontak Kediri, Jayakatwang, sebelum mereka tiba. Jayakatwang pada gilirannya dengan cepat dilemparkan oleh Kertanagara itu anak mertua, Kertarajasa, yang digunakan bangsa Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang dan kemudian berbalik melawan mereka dan membawa mereka kembali ke laut. Sebuah ibu kota baru didirikan di Majapahit. Raja baru menghabiskan sisa pemerintahannya meletakkan pemberontakan, dengan bantuan seorang jenderal halus bernama Gajah Mada. Pemerintahannya pun berakhir terlalu cepat, namun ketika ia mengambil istri Gajah Mada dan memasukkannya ke dalam harem-nya, waktu berikutnya raja membutuhkan sebuah Gajah Mada operasi memastikan para dokter memotong terlalu dalam. Gajah Mada adalah perdana menteri pada masa pemerintahan putri

Kertarajasa itu (1329-1350), dan dalam tahun-tahun ini Majapahit menjadi pusat kerajaan. Para sejarawan telah memperdebatkan sejauh mana sebenarnya dari kerajaan Majapahit, beberapa mengatakan itu mencakup seluruh modern Indonesia dan Malaysia, sementara yang lain mengatakan itu hanya memerintah pulau penting yang secara langsung (Jawa, Madura, dan Bali?) Dan hanya didominasi laut sekitar sisanya. Masa pemerintahan Hayam Wuruk itu (1350-1389) adalah periode paling mulia dalam sejarah Jawa, sebagian berkat kekuatan di balik tahta, Gajah Mada. Sebagian besar pemerintahan Hayam Wuruk adalah masa damai dan pengembangan budaya, tetapi dimulai dengan kejadian dramatis. Pada 1351 Hayam Wuruk tanya raja yang masih independen Sunda untuk anak perempuan untuk menikah.Senang pada prospek untuk menjadi ayah mertuanya untuk raja Indonesia yang paling kuat, raja setuju. Dia datang dengan sang putri dan rombongan indah ke kota Jawa bernama Bubat, dimana kedua raja sepakat untuk menikah. Tapi Gajah Mada tidak menyetujui pernikahan. Sebelum itu terjadi, ia turun tangan dan mengatakan kepada raja Sunda bahwa pengantin wanita bukan obyek dari sebuah aliansi politik, tapi sebuah objek dari penghormatan yang diberikan oleh pengikut-Nya untuk tuan.Menyadari bahwa ia telah rapi terperangkap, raja mencoba untuk mundur dari pernikahan dengan bantuan penjaga, tapi penjaga Majapahit disiapkan untuk ini. Raja Sunda dan rombongan telah dikalahkan dan dibunuh. Catatan ada yang memberitahu kita apakah pengantin wanita hidup melalui pembantaian itu untuk mengambil bagian dalam pernikahan. The "pertumpahan darah Bubat" berakhir masa penaklukan. Hayam Wuruk mengabdikan sisa pemerintahannya untuk membangun kuil baru, sebagai bukti bahwa periode sejarah yang baru telah dimulai. Gajah Mada menyewa seorang penyair bernama Prapanca untuk menulis sebuah puisi epik, yang

Nagarakertagama, dalam pujian dari "pembangun kerajaan-disalahpahami." Selain itu, Gajah Mada terus sibuk dengan kegiatan lain begitu banyak bahwa ketika ia meninggal pada 1364, sebuah dewan negara memutuskan bahwa tidak ada yang bisa menggantikannya, dan dibagi di antara fungsi empat menteri. Jawa

menikmati hubungan perdagangan dan baik dengan setiap bagian dari Timur Jauh kecuali Sumatera, yang meluncurkan pemberontakan berumur pendek untuk mengembalikan Sriwijaya tahun 1377. Jawa segera dihancurkan pemberontakan itu, tetapi kemudian menurun drastis. Hayam Wuruk meninggalkan anak tidak dengan ratu, jadi dia dibagi Jawa antara kedua anak selir. Seperti bisa diduga, perang saudara pecah di antara mereka, dan kesatuan tidak dikembalikan sampai 1406. Di Sumatera bajak laut Cina bernama Liang Daoming mengambil Palembang dan membuat markasnya operasi, merampok pengiriman lokal sampai armada China datang dan dihapus dia di 1407. Orang Cina dikembalikan Palembang Majapahit, tetapi menurut catatan mereka sendiri kekaisaran sekarang ada dalam nama saja. Hampir tidak ada catatan ada untuk memberitahu kami tentang sejarah Indonesia di abad 15, tapi apa yang kita miliki menunjukkan bahwa ada pertikaian sipil di pemerintahan setiap. Tradisi Jawa menegaskan bahwa Muslim menguasai seluruh Jawa pada tahun 1478, tapi ini tidak sepenuhnya benar; prasasti menyebutkan seorang Hindu raja bernama Ranavijaya hingga akhir 1486. Ketika Portugis tiba di daerah tersebut, mereka menulis bahwa pantai Jawa memiliki sejumlah kecil negara Muslim, sementara kafir bernama Pateudra (Pati Udara?) Memutuskan interior. Pemerintahan Pateudra berakhir pada 1518 ketika ia digulingkan oleh sultan dekat (atau 1527?), Dan dengan hal pra-Islam sejarah Indonesia berakhir. Budaya Majapahit, namun, masih hidup di Bali, sebuah pulau dari tradisi kuno dalam lautan Islam.

2.2.3 Islam Masa Klasik (650-1250 M)

Periode klasik bermula ketika Nabi Muhammad SAW. di utus Tuhan menjadi Rasul. Namun adapula yang berpendapat bahwa periode ini ditandai oleh peristiwa Hijrah Rasulallah SAW. ke Madinah (16 Juli, 622M) karena pada saat di Madinah inilah Eksistensi pemerintahan Islam diakui .

1. Sebelum Masa Kerasulan

Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthallib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul awal tahun Gajah (20 april 571 M). Muhammad lahir dalam keadan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh , Halimah Sadiyah, sampai umur empat tahun. Setelah itu kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun , dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan membawa risalah-Nya yang terahir. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti Abdul Muthalib dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan. Pada usia yang ke duapuluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera

dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun. .

2. Masa Kerasulan Ketika Nabi Muhammad SAW genap berusia empat puluh tahun, datanglah malaikat Jibril dengan membawa nubuwwah (lisensi kenabian) , Berdasarkan kesepakatan ahli sejarah, peristiwa penting ini terjadi pada hari senin tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M. Pada asat itu beliau sedang bertahannuts di gua Hira. Pada saat itu , di dalam gua , beliau didatangi oleh seorang malaikat yang berkata kepadanya, Bacalah! Beliau lalu menjawab, Aku tidak bisa membaca. Jibril memgang merangkul Nabi hingga nafasnya sesak. Kemudian Jibril melepaskan rangkulannya seraya berkata lagi Bacalah! Nabi masih menjawab Saya tidak bias membaca. Lalu kejadian itu berulang. Jibril merangkul Nabi lagi sekeras-kerasnya hingga yang ke tiga kalinya, kemudian melepaskannya. Lalu berkata sebagaimana surat Al-Alaq 1-5. Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Nabi. Rasulullah SAW melaksanakan tugas risalahnya selama 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dalam periode Mekah ditempuh melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah dakwah secara diam-diam, tahap kedua adalah tahap semi terbuka, tahap ketiga adalah dengan cara terang-terangan (secara terbuka) sesuai dengan turunya Ayat 15 S. Al-Hijr. Ketika gerakan Rasulullah sudah mulai meluas, orang-orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Raulullah dan dengan berbagai macam cara berusaha menghalanghalanginya. Mnurut A.Syalabi ada beberapa faktor yang menyebabakan orang Quraisy menentang dawah Rasulullah, di antaranya yaitu: Rasulullah mengajarkan persamaan derajat diantara umat manusia. Hal ini berlawanan dengan tradisi Arab Jahiliyah yang membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan kedudukan dan status social.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum Muslimin, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah. Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negri tempat pengungsian,. Dipiihnya Habsyi kerena, penguasa negri itu, terkenal adil dan bijaksana. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Nabi yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka mamutusakan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenanlkan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan ditanda tangani bersama dan disimpan di dalam Kabah. Akibat dari boikot itu Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak ada bandingannya . Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang kerumah masing-masing.

3. Hijrah ke Yatsrib Baru saja Kaum Muslimin melewati penderitaan, ternyata kekerasan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin makin meningkat. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya pindah ke Yatsrib. Sejak kedatangan Rasululah, Yatsrib berubah namanya menjadi Madinah al-Rasul (Kota Nabi) atau al Madinah al-Munawara (Kota yang bercahaya). Dalam istilah sekarang , kota ini cukup disebut Madinah saja. Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam adalah Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan orang musyrik Quraisy, terjadi pada tanggal 8 Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Perang ini kaum Muslimin keluar sebagai pemenang. Bagi kaim Quraisy Mekah, kekalan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat.

Pada tahun 3H, mereka berangkat menuju Madinah, membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, dan 200 pasukan berkuda.

Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar seribu orang. Namun ditengah perjalanan sekitar 300 orang Munafik membelot dan kembali ke Madinah. Tepatnya di bukit Uhud, bebrapa kilometer dari kota Madinah, kedua pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Perang ini akhirnaya dimenangkan oleh kafir Quraisy, karena kelengahan pasukan Islam , tidak mematuhi perintah Nabi. Peperangan demi perangan telah terlewati dan akhirnya Islam mencapai kemenangan, hanya kabilah-kabilah yang terpencar-pencar yang belum menganut Islam. Ketika pemuka-pemuka kabilah iru mengetahui, bahwa Mekah sudah dikuasai kaum Muskim, mereka menyadari tidak mungkin ada lagi kekuatan yang mampu memerangi kaum Muslimin. Oleh karena itu, sejak tahun 9 H para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk Islam. Demikianlah Islam telah merata diseluruh Jazirah Arab setelah Rasulullah berjuang lebih dari 20 tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya terpecah belah dan selalu bermusuhan, kini telah bersatu di bawah seorang pemimpin dan bernaung di bawah satu panji, panji Islam. 4. Haji Wda dan Akhir Hayat Rasulallah Pada tanggal 8 Dzulhijah yang disebut harin Tarwiyah Rasulullah beserta rombongannya berangkat menuju Mina dan pada fajar hari berikutnya mereka berangkat menuju Arafah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat penting, yang ternyata merupakan pidatonya yang terhair didepan khalayak yang berjumlah amat banyak, sehingga pidato itu pun dikenal dengan khutbah al-wadai (pidato perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas panggung unta dan meminta Rabiah ibn Umayyah ibn Kholaf untuk mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau ucapkan.

Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah masuk Islam.Kira-kira tiga bulan setelah Haji Wada, Rasulullah manderita demam beberapa hari. Pada hari Senin 12 Rabiul awal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M, Rosulullah menghembuskan nafasnya yang terahir,dalam usia 63 tahun. Tidak ada harta benda yang berarti yang di tinggalkan beliau untuk keluarganya, selain pesan-pesan amat berharga yang kelak tetap hidup sepanjang sejarah. 5. Masa Al-Kulafa Al-Rosyidin

Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan umat Islam di tangan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, lahir pada tahun 573 M. nama aslinya adalah Abdullah bin Abu Kuhafah, lalu Ia mendapat gelar Al-Ashidiq setelah masuk islam. Semenjak anak-anak Beliau adalah sesosok pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang, dan suka beramal . Beliau adalah salah satu kepercayaan Rasul, yang semasa beliau menjabat Khalifah juga Berhasil memperluas kawasan Islam, Beliau juga mempunyai jasa besar dalam mengumpulkan naskah-Naskah catatan setiap Ayat-ayat Al-Qiran yang asalnya di tulis di pelepah-pelepah kurma, tulang, batu tipis, dan kain atau kulit binatang, beliau wafat pada usia 63, (634 M/11H) .

Umar bin al-Khattab (w. 644 M/23H) melanjutkan kepemimpinan Islam setelah wafatnya Abu Bakar, Ia khalifah pertama yang dijuluki Amirul Muminin. Pada masa pemerintahanya beliau melakukan ekspansi ke Negeri Persia, Iraq, palestina, Syiria hingga mencapai Mesir, Umar merupakan Organisator tangguh . Khalifah Umar dibunuh oleh salah seorang Parsi, yaitu Abu Lukluk. Ketika iti Khalifah Umar sedang melaksanakan Sholat Subuh dan menjadi Imam, beliau baru saja mengangkat takbir ketika mendadak Abu Lukluk menikam dengan sebilah pisau yang sebelumnya dibubuhi racun. Barisan sholat terdepan pun lantas berhamburan keluar dan menikam beberapa orang yang mendekatinya. Korban seluruhnya 13 orang Termasuk Khalifah Umar dan 7 orang diantaranya tewas dan yang lainya luka-luka .

Usman bin Affan (w. 656 M/35H) terpilih sebagai Khalifah setelah masuk sebagai salah seorang Anggota Formatur (Ahl Ashura) yang ditetapkjan umar menjelang wafatnya. Pada masa pemerintahanya beliau berhasil menyusun satu bentuk Al-Quran menjadi suatu bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi. Pemerintahan Ustman Berhenti karena diberontak oleh kelompok-kelompok yang merasa tidak puas dengan pemerintahannya sehingga terbunuhlah Ustman. Beliau ditikam sebilah pisau dari belakang ketika sedang membaca Al-Quran. Karena alasan inilah disebut dengan Al-Bab Al-Maftuh (terbukanya pintu perang saudara)

Ali bin Abi Thalib, peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, akhirnya Ali menerima bai'at mereka dan Ali merupakan satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara missal. Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya yaitu perang Jamal. Masa pemerintahan Abu Bakar hingga Ali disebut oleh para sejerawan Islam sebagai masa Al-Khulafa Al-Rasyidin. Setelah itu pemerintah menjadi monarchi hereditis (Kerajaan turun-temurun).

6. Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah

Bani Umayyah (Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I. Tiga Khalifah besar dinasti Muawiyah yaitu; Muawiyah, Abdul malik, dan Hisyam, masing-masing dalam memerintah termasuk Administrator kelas satu.

Dinasti bani Umayyah mencapai puncak kejayaanya pada masa Al-Walid. Dan mengalami keruntuhan pada masa Marwan Bin Muhammad. Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Bagdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia.

Kekhalifahan ini naik kekuasaan setelah mengalahkan Bani Umayyah dari semua kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dibentuk oleh keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, Abbas. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelanpelan meredup setelah naiknya bangsa tentara-tentara Turki yang mereka bentuk, Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Bagdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Bagdad.

2.2.4 Islam Masa Pertengahan (1250-1800)

A. Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan.

1. Dinasti Jengiskhan Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses penghancuran oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya serta Timur Lenk yang juga masih keturunan bangsa Mongol. Bangsa Mongol ini berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Mereka mempunyai watak yang kasar, suka berperang dan berani

menghadapi maut untuk mencapai keinginannya. Jengiskhan menganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada Matahari yang sedang terbit. Raja-raja keturunannya yang masih menganut agama Syamaniyah ialah Hulagukhan sampai raja yang ke VI. Sedangkan mulai dari raja yang VII (Mahmud Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini dikenal dengan dinasti Ilkhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Hulagukhan. Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di barat dan India di timur. Kedatangannya ke dunia Islam diawali dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah kerajaan Transoxania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azarbaizan pada tahun 1223 M. dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M.Serangan ke Baghdad dilakukan oleh Hulagukhan pada tahun 1258 M. Saat itu Khalipah Al Mutashim menolak untuk menyerah. Akhirnya kota Baghdad dikepung. Tanggal 10 Pebruari 1258 benteng benteng kota ini dapat ditembus dan Baghdad dihancurkan. Khalipah dan keluarganya serta sebagian besar dari penduduk dibunuh dengan dipancung secara bergiliran. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbas dapat melarikan diri, dan diantaranya ada yang ke Mesir dan menetap di sana. Kota Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongolia tersebut. Dari Bagdad pasukan Mongolia menyebrangi sungai Eufrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai. Pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Begitu pula daerah-daerah lain yang dilaluinya dapat ditaklukkan kecuali Mesir. Tentara Kerajaan Mamalik yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dapat memukul mundur pasukan Mongolia dalam sebuah pertempuran di Ain Jalut tanggal 13 September 1260 M. Demikianlah kondisi dunia arab, terutama Baghdad dan sebagian besar derah-daerah kerajan Islam lainnya dikuasi oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85 tahun dibawah perintah dinasti Ilkhan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak membawa kehancuran dan kemunduran dunia Islam. Dari sekian banyak penguasa dinasti Ilkhan ada yang peduli terhadap pembangunan kembali peradaban yang telah diahncurkannya itu.

Diantaranya adalah Mahmud Ghazan (683-703 /1295-1304), raja Ilkhan pertama yang beragama Islam. Dia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat menggemari kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia, mineralogy, Metalurogi dan botani. Ia membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafii dan Hanafi, sebuah perpustakaan , observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. Mahmud Ghazan diganti oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M) seorang penganut syiah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Said (1317-1335 M) pengganti Muhamad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan sepeninggal Abu Said menjadi terpecah belah. Masing-masing pecahan saling memerangi . Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.

2. Dinasti Timur Lenk

Kedatangan Timur Lenk ke dunia Islam tidak kurang membawa kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama Islam. Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai penguasa tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : Sebagaiamana hanya ada satu Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.Pada tahun 1381 M. ia menaklukkan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat; Di Iran ia membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; Di Sivas, Anatolia

sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar. Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanky dari Ayyubi dihancurkan. Hamah, Homs dan Balabaka berturut-turut jatuh ke tangannya. Demikian pula Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke Baghdad, dan membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai tanda kemenangan. Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki, karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan Hulagukhan. Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara. Tentara Usmani mengalami kekalahan. Sultan Usmani

(Bayazid I) sendiri tertawan dan mati dalam tawanan. Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana mengadakan invasi ke Cina, Namun di tengah perjalanan ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya pada usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1404 M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand. Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi ia sempat memperhatikan pengembangan Islam. Konon ia penganut Syiah yang taat dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam setiap perjalanannya ia selalu mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat menghormati para ulama. Ketika ia berusaha menaklukkan Syria utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sulthan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkhand diperkaya dengan bangunan-bangunan dan masdjid yang megah dan indah.

3. Kaum Mamluk di Mesir

Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia (Hulagukhan) ialah tentara Mamalik yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah pimpinan Sulthan Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan termasyhur serta dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi dan berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar dari penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang ditaklukkan oleh Hulagu. Dinasti Mamalik ini mengalami kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk mengusai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasapenguasa kecil menyatakan setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan tentara Salib di sepanjang laut tengah. Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia, terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo menjadi kota yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara Laut merah dan laut tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat. Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwanilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongolia. Karena itu ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan Ibnu Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al Tusi. Di bidang matematika Abu al Faraj al Ibry. Dalam bidang kedokteran: Abu Hasan Ali al-Nafis penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Munim al-Dimyathi seorang dokter hewan, dan alRazi, perintis psykoterapi. Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibnu Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikir reformis dalam Islam, al Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Ilmu Hadits dan lain-lain.

Demikain pula dalam bidan arsitektur. Mereka membangun bangunan-bangunan yang megah seperti sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid. Kerajaan Mamalik ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru, yaitu kerajaan Turki Usmani yang kemudia dapat memenangkan perang melawan tentara Mamalik . Kemudian Mesir ini dijadikan salahsatu propinsi kerajaan Usmani di Turki.

4. Spanyol

Pada abad pertengahan ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol seteleh kurang lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-kota lain seperti Cordova telah jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla lepas pada tahun 1248 dan akhirnya Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M. Hal ini disebabkan karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam terutama orang-orang Istana dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihak umat Kristen berhasil mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalipah terakhir tidak mampu lagi membendung serangan-serangan keristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan Isabella, dan akhirnya dia menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu, dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Dunia Islam mengalami kehancuran setelah Khalipah Abbasiyah di Bghdad runtuh, dan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia.

B. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)

1. Kerajaan Usmani

Pendiri kerajaan ini bernama Usmani, seorang bangsa Turki dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya. Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropah seperti Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356. Pada masa Sultan Murad I (1359-1389) Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru, kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke eropah, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropah disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropah tersebut. Hanya sayang Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh. Dengan ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai diselematkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan muhammad Al Fatih . Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel ditaklukkan (1453 M).

Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugaslapia,

Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropah. Untuk mengatur pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar al Qanuni.Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih mempokuskan kepada bidang politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentunhya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya Sopia yang awalnya adalah bangunan gereja. Dalam bidang keagamaan, perhatian sultan cukup besar. Patwa-patwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.Selama kurang lebih 9 abad kerajan Usamani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Budaya pungli,Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus dibayar dengansogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut, sehinggamenyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.

b. Pemberontakan tentara JenissariKemajuan ekspansi kerajan Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari. Maka dapat dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada pemerintah.

c. Kemorosotan ekonomiIni disebabkan perang yang berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.

d. Wilayah kekuasaan yang sangat luasTerlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol.Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.

e. Kelemahan penguasaSepeninggal Sulaimanal al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultansultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.

2. Kerajaan safawi di Persia

Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam Syiah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jamaah atau muridmuridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain syiah. Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash (baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent). Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I

Pada masa pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya. Kemajuan Sapawi bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan, Pada masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad, seorang filosop, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah. Bidang fisik dan seni, para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjidmesjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya. Sedangkan Husein adalah seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syiah dan Kejam terhadap penganut Sunni.Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesart kerajaan, dan juga konplik interen di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.

3. Kerajan Mughal di India

Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya.Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya Humayun. (1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar. Akbar (1556-1606 M) dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (16281658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal.

Beberapa kemajuan kerajaan Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan.

Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan

Mughal, ada beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858 antara lain: a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa Memantau gerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu pula kekuatan pasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam mengoperasikan persenjataan buatannya sendiri. b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar kerajaan yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang. c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yang menyebabkan terjadinya konflik antara agama, misalnya aliran Syikh, Syiahdan sunni. d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir kekuasaan Mughal Adalah orang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan

2.2.5 Islam Masa Modern (1800-Sekarang)

Kata modern diwakili dengan makna terbaru atau mutakhir, atau sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Jika kata modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yg bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dengan aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Kemudian, istilah modernis, bermakna orang atau pelaku yang ikut dalam proses modernisasi. Islam Modern dalam hal pemikiran berarti corak pemikiran dalam Islam yang berlaku sesuai dengan tuntutan zaman. Ia selalu akan menyesuaikan dengan sesuatu model yang baru, berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melakukan re-interpretasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat tentang masalah keIslaman yang dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Kata modern erat kaitannya dengan modernisasi yang berarti pembaharuan atau tajdid dalam bahasa Arab. Modernisasi dalam masyarakat barat adalah pikiran, aliran, gerakan atau usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.Kata Tajdid atau pembaharuan adalah proses menjadikan sesuatu yang terlihat usang untuk dijadikan baru kembali. Tajdid berakar dari kata Jaddada, diartikan dengan menjadikan baru lagi.Tajdid dalam pemikiran berarti aktifitas koreksi ulang atau konseptualisasi ulang terhadap aktifitas keIslaman, dengan mengoreksi hal-hal yang bersifat tidak sesuai dengan konteks baru. Ada beberapa hal yang dapat ditelaah lebih dalam dari penjelasan makna Islam Modern di atas, yaitu : 1. Apakah makna Modern sama dengan Tajdid (pembaharuan) karena dua kata atau istilah tersebut sering disandingkan oleh beberapa peneliti atau sejarawan.

2.

Apakah ada perbedaan asasi antara kedua istilah di atas? Sehingga tidak dapat disamakan.

3.

Jika tidak dapat disamakan, apakah dampak atau implikasi dari penyandingan dua istilah tersebut?

Istilah modern berasal dari tradisi barat (Kristen) yang ingin menjadikan sebuah paham akan kesesuaian agama dengan dunia baru, meski awalnya istilah modern adalah paham akan ilmu pengetahuan. Paham inilah yang mengarahkan agama dan ajaran mereka kepada bentuk sekularisme. Makna ini selintas mirip dengan arti Tajdid dalam Islam, hanya dalam pemahaman pembaharuan Islam, paham ini tidak dapat mengubah ajaran-ajaran yang bersifat mutlak (tak dapat dirubah). Tajdid hanya bertempat pada wilayah penafsiran atau interpretasi dari ajaran Islam, seperti aspek teologi, hukum, politik, ekonomi, dll.

Jika tidak dipahami secara mendasar tentang perbedaan Modern dan Tajdid, maka implikasi yang timbul adalah pengarahan ajaran Islam kepada paham sekulerisme. Hal ini telah terjadi saat ini dengan munculnya paham Liberalisme. Penting untuk kembali menelisik asal-usul paham modern sehingga tidak terjebak kedalam pemahaman yang keliru. Keharusan terhadap pemikiran modern, mengharuskan sikap rasional yang kritis terhadap ajaran Islam, sangat mungkin rasio akan melebihi kadarnya dibandingkan dengan sumber nash itu sendiri jika tidak memahami perbedaan kedua istilah di atas.

1. Latar Belakang Pemikiran Islam Modern

Melihat periodisasi sejarah umat Islam, gerakan modern ini dimulai pada abad ke 18, yaitu ketika peradaban barat mulai menemukan dan mengembangkan paham rasionalismenya ke peradaban lain. Meskipun dalam sejarahnya, peradaban Islamlah yang menginspirasi barat dalam menemukan kejayaannya.

Pemikiran Islam modern muncul atau respon dari keterbelakangan umat Islam di berbagai bidang, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, politik dan hal-hal lainnya. Paling tidak ada lima macam kemunduran dan keterbelakangan umat Islam yang menyebabkan munculnya gerakan pemikiran Islam modern: 1. Kemunduran umat Islam karena telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar. Ini terlihat dari munculnya gerakan fatalisme dalam qada dan qadar. 2. Sebab politis, yaitu pertentangan dan persaingan serta perpecahan dalam sistem kepemimpinan yang absolut. 3. 4. Lemahnya persaudaraan dalam umat Islam. Pemahaman yang jumud (statis, membeku) yang tetap mempertahankan tradisi. 5. Masuknya berbagai macam bidah, paham animistis yang dibawa oleh orang non-Arab ke dalam Islam.

Persoalan kepemimpinan (khilafah) dalam Islam, tercatat dalam sejarah merupakan hal yang selalu membawa kepada perpecahan dan pertumpahan darah. Pergantian khilafah dari beberapa khilafah Islam, selalu diwarnai dengan peerangan yang disebabkan keteguhan masing-masing pihak tentang makna khilafah dan keabsolutannya. Pada abad ke 18, secara politis, kondisi umat Islam sedang berada dalam penjajahan Negara-negara Eropa (kolonial) yang berupaya mengambil dan mengeruk keuntungan dari negeri yang dijajahnya. Peradaban Barat sedang mengalami puncak keemasannya. Sebelumnya, bagi masyarakat Eropa, abad ke 15 Masehi adalah titik kulminasi yang menghantarkan mereka kepada kemajuan serta berlepas diri dari abad kegelapan (the dark age). Sebelum memasuki abad 15, masyarakat Eropa mengalami berbagai guncangan sejarah, dimana peradaban mereka sangat tertinggal dari anak benua lain, terutama jika dibandingkan dengan peradaban Islam yang saat itu sedang berada di titik kejayaannya.

Kemajuan di Eropa tersebut diiringi dengan semakin maraknya gerakan antiagama. Setidaknya ada dua faktor yang telah menyebabkan masyarakat Eropa menjauhi agama: pertama, akibat trauma kemunduran yang sebelumnya dialami masyarakat Eropa, dimana gereja sangat mendominasi seluruh sisi kehidupan masyarakat. Kedua, perkembangan ilmu-ilmu empiris yang sangat pesat, telah banyak mementahkan doktrin-doktrin gereja yang banyak mengandung unsur irasionalitas. Satu hal yang harus diingat, bahwa masa peralihan yang dialami masyarakat Eropa dari the dark age menuju kepada peradaban modern, ditopang oleh berbagai pemikiran yang berkembang saat itu, terutama filsafat dan ilmu-ilmu eksakta, seperti terjadinya Aufklarung di Jerman. Minimal ada empat faktor yang telah mengantarkan Eropa mencapai renaissance: 1. Penerjemahan buku-buku hasil karya kaum Muslimin ke dalam bahasa Latin. Hal ini berlangsung antara abad 13 dan 14 Masehi. Pengaruh pemikiran Arab inilah yang telah memberi amunisi besar bagi masyarakat

Barat untuk melanjutkan berbagai inovasi dan penemuan ilmiah ilmuwan Arab-Muslim. 2. Ketika Turki berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1452 M, banyak ilmuwan Yunani yang hijrah ke Italia dan bekerjasama dengan komunitas yang sudah lama berusaha menghidupkan tradisi filsafat Platonis. 3. Mulai banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang mempelajari ilmu pengetahuan secara independen dan jauh dari tekanan gereja.

Tekanan politik Barat terhadap peradaban dan umat Islam, membuat persatuan umat Islam terpecah, dan hal ini dimanfaatkan oleh barat untuk menggiring pemahaman yang mendorong umat Islam melupakan ajarannya sendiri. Kita ingat, berdirinya kerajaan Saud di Arab Saudi adalah atas jasa politik Barat (Inggris dan Amerika), sehingga sampai saat ini kedua negara adikuasa tersebut masih kuat pengaruhnya terhadap kerajaan Arab Saudi.

Menyadari kondisi umat Islam yang semakin terbelakang, muncullah beberapa ulama yang mengeluarkan dan mengajarkan tentang paham modern. Didasari atas ketidakmampuan umat Islam untuk tetap bertahan pada pemahaman tradisinya akan ajaran, tokoh-tokoh ini mengajak umat Islam untuk mengedepankan rasionalitas dalam memahami inti ajaran. Ada klasifikasi generasi Islam modern dalam sejarah Islam, seperti yang digambarkan dengan penjelasan di bawah ini : 1. Generasi pertama Islam modernis diwakili Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Kedua tokoh itu hidup dalam konteks sejarah kolonial, dimana banyak bangsa Muslim menjadi korban penindasan politik dan eksploitasi ekonomi oleh bangsa-bangsa Barat. Karena itu, semangat generasi pertama Islam modernis adalah melawan para penjajah Barat dengan ilmu dan teknologi modern yang notabene dikembangkan oleh orang-orang Barat. Salah satu fokus dari usaha umat Islam waktu itu adalah mengembangkan sistem pendidikan modern, yang tidak hanya mengajarkan agama dan tradisi namun juga penguasaan ilmu dan teknologi.

2.

Generasi kedua Islam modernis dicirikan oleh berkurangnya, atau hilangnya, semangat permusuhan antara Islam dan Barat, dan berganti dengan dialog dan kerjasama. Generasi kedua hidup di era pasca-kolonial, sehingga atmosfir politik yang ada sudah bukan lagi permusuhan, melainkan kebutuhan akan kerjasama. Salah satu tokoh utama generasi ini adalah almarhum Fazlur Rahman intelektual kelahiran Pakistan yang menjadi professor di The University of Chicago, Amerika. Menurut Rahman, umat Islam harus bisa melihat bahwa etika Islam bersifat universal dan memiliki banyak kesamaan dengan peradaban Barat. Permusuhan dan pertentangan antara Islam dan Barat adalah sejarah masa lalu. Sekarang, umat Islam dan bangsa-bangsa Barat memiliki agenda yang sama untuk bangkit dari sejarah permusuhan, dan bersama membangun peradaban umat manusia yang lebih baik.

3.

Generasi ketiga Islam modernis yang lahir dari perjumpaan dengan modernitas yang dibawa oleh bangsa penjajah dari Eropa yang menduduki sebagian besar dunia Islam. Fakta itu melahirkan pertanyaan: mengapa umat Islam bisa dikalahkan oleh umat lain? Penggagas Islam modernis menemukan jawaban bahwa umat Islam telah terjebak pada tradisi-tradisi Islam yang partikular, yang tidak kompatibel dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Padahal, Islam sama sekali tidak bertentangan dengan nilainilai kemajuan dan perkembangan peradaban. Oleh karena itu, mereka menyerukan supaya umat Islam kembali kepada Islam yang universal, yaitu Al-Quran dan Sunnah, supaya bisa mengejar ketertinggalan dan membebaskan diri dari penindasan bangsa lain.

2. Pemikiran Islam Modern di Indonesia

Ciri utama pemikiran Islam modern adalah selalu dan pasti cenderung atau membawa pemikiran dan kehidupan umat Islam kepada harmoni kehidupan saat ini. Tentunya disebabkan beberapa faktor yang telah diterangkan di atas. Mark Woodward mengelompokkan umat Islam di Indonesia atas perubahan zaman ke dalam lima kelompok. Pengelompokan Woodward ini tampaknya melihat dari sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat Islam Indonesia yang lama maupun yang baru. Pertama, Indigenized Islam. Indigenized Islam adalah sebuah ekspresi Islam yang bersifat lokal; secara formal mereka mengaku beragama Islam, tetapi biasanya mereka lebih mengikuti aturan-aturan ritual lokalitas ketimbang ortodoksi Islam. Karakteristik ini paralel dengan apa yang disebut Clifford Geertz sebagai Islam Abangan untuk konteks Jawa. Dalam hubungan politik dan agama, secara given mereka mengikuti cara berpikir sekuler dan enggan membawa masalah agama ke ranah negara dan sebaliknya. Kedua, kelompok tradisional Nahdlatul Ulama (NU). NU adalah penganut aliran Sunni terbesar di Indonesia yang dianggap memiliki ekspresinya sendiri, karena di samping ia memiliki kekhasan yang tidak dimiliki kelompok lain seperti basis yang kuat di pesantren dan di pedesaan, hubungan guru murid yang khas, mereka juga dicirikan oleh akomodasi yang kuat atas ekspresi Islam lokal sejauh tidak bertentangan dengan Islam sebagai keyakinan. Ia tampaknya tidak berusaha untuk memaksakan Arabisme ke dalam kehidupan keislaman sehari-hari. Ketiga, Islam modernis. Mereka terutama berbasis pada Muhammadiyah, organisasi terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama. Ia berbasis pada pelayanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Ia memperkenalkan ide-ide modernisasi dalam pengertian klasik. Ia misalnya, dalam arus utamanya, menolak ekspresi lokal dan lebih mengukuhkan ekspresi puritanisme yang lebih menonjolkan keArab-an.

Keempat, Islamisme atau Islamis. Gerakan yang disebut terakhir ini tidak hanya mengusung Arabisme dan konservatisme, tetapi juga di dalam dirinya terdapat paradigma ideologi Islam Arab. Tidak heran kalau Jihad dan penerapan Syariah Islam menjadi karakter utama dari kelompok ini. Kelompok ini juga tidak segan-segan membentuk barisan Islam paramiliter untuk melawan siapa saja yang diidentifikasi sebagai musuh Islam yang mereka definisikan. Kelima, neo-modernisme Islam. Ia lebih dicirikan dengan gerakan intelektual dan kritiknya terhadap doktrin Islam yang mapan. Ia berasal dari berbagai kelompok, termasuk kalangan tradisional maupun dari kalangan modernis. Mereka biasanya tergabung dalam berbagai NGO dan institusi-institusi riset, perguruan tinggi Islam dan pemimpin Islam tradisional tertentu. Mereka juga melakukan pencarian tafsir baru terhadap berbagai doktrin Islam berlandaskan pada realitas masyarakat dan penggunaan filsafat dan metodemetode baru seperti hermeneutika. Pemikiran modern di Indonesia telah terlihat pada akhir abad ke-19, ketika generasi ulama Indonesia yang belajar di Haramain (Mekkah dan Madinah) yang dikenal dengan Ashhab Al-Jawiyyin, menyadari bahwa metode dan tatanan berfikir (mindset) tradisional dalam Islam tidak akan sanggup menghadapi tantangan kolonialisme dan peradaban modern. Dari pengaruh Arab ini kemudian menjadikan beberapa perubahan aktifitas keIslaman di Indonesia terutama dalam bidang pendidikan. Genealogi intelektual di Indonesia terbagi menjadi tiga, pertama, mereka yang berorientasi Barat yang saat itu biasa disebut sebagai kaum terpelajar atau kemadjoean. Kedua, adalah mereka yang masih berpegang teguh pada khazanah agung. Mereka ini diwakili oleh kaum tradisionalis-konservatif. Ketiga, mereka yang berhaluan pembaharuan atau modernisme Islam. Jika dikatakan bahwa Islam modern di Indonesia direpresentasikan oleh Muhammadiyah, sebagai reaksi dari kelompok Indigenized Islam dan kelompok tradisonal, ternyata tidak berhenti pada tiga kelompok ini saja.

Masih ada kelompok Islamisme, yang mengusung konsep Arabisme dalam pemikirannya dan kelompok Neo-Modernisme yang mengusung ide-ide liberalisme dalam isu-isu pemikirannya. Fenomena ini membagi kelompok Islam modern di Indonesia kepada dua tipe : 1. Modernis yang mengakomodir ide modernisasi Barat dengan mengadopsi metode berfikirnya. 2. Modernis yang menolak metode berfikir Barat, meskipun tidak menolak produknya.

Lantas, dimana posisi Muhammadiyah yang digolongkan sebagai kaum modernis? Tentunya tidak masuk ke dalam dua tipe di atas. Disatu sisi Muhammadiyah terlahir dari ide-ide puritanisme Wahhabi dan tajdid Abduh, namun di sisi lain, Muhammadiyah tidak menerima seutuhnya metode berfikir yang dipakai oleh kelompok neo-modernisme. Sebagai organisasi pembaharu, tentunya Muhammadiyah selalu menyesuaikan diri dengan kondisi yang selalu baru (modern) dan tidak terjebak dalam konsep kemapanan modern. Jika dahulu, gerakan modern selalu berkonflik dengan kelompok tradisional, saat ini peta dinamika pemikiran modern mulai berubah. Konflik pemikiran yang diusung kelompok modern dahulu tentang puritanisme, menjadi ide besar yang diusung oleh kelompok Islamisme baru yang berkiblat kepada Arabisme. Di lain panggung, kelompok modern berhadapan dengan berbagai generasi ketiga pemikiran modern yaitu neo-modernisme yang mengusung istilah liberating atau pembebasan dari kejumudan pemikiran ajaran Islam. Dan uniknya, kelompok liberating ini adalah kader-kader utama dari kelompok modern.

3. Salafi, Islamisme Baru dalam Dinamika Pemikiran Islam Indonesia

Indonesia merupakan lahan subur untuk lahir dan tumbuhnya berbagai gerakan Islam dengan berbagai ragamnya; baik yang hanya sekedar perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah ada, ataupun yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru. Dan sejarah pergerakan Islam Indonesia benar-benar telah menjadi saksi mata terhadap kenyataan itu selama beberapa kurun waktu lamanya. Dan kini, di era modern ini, mata sejarah semakin dimanjakan oleh kenyataan itu dengan tumbuhnya aneka gerakan Islam modern yang masingmasing menyimpan keunikannya tersendiri. Jagat pergerakan Islam Indonesia modern tidak hanya diramaikan oleh organisasi semacam Muhammadiyah dan NU, tapi disana ada pemain-pemain baru yang juga secara perlahan namun pasti mulai menanamkan pengaruhnya. Mulai dari yang mengandalkan perjuangan politis hingga yang lebih memilih jalur gerakan sosial-kemasyarakatan. Salah satu gerakan Islam tersebut adalah yang menyebut diri mereka sebagai Salafi atau Salafiyah. Salah satu peristiwa fenomenal gerakan ini yang sempat menghebohkan adalah kelahiran Laskar Jihad yang dimotori oleh Jafar Umar Thalib pada 6 April 2000 pasca meletusnya konflik bernuansa SARA di Ambon dan Poso. Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Menurut Abu Abdirrahman alThalibi, ide pembaruan Ibn Abd al-Wahhab diduga pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun waktu 1803 hingga sekitar 1832. Tapi, Jafar Umar Thalib mengklaim dalam salah satu tulisannya bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai muncul bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1637).

Disamping itu, ide pembaruan ini secara relatif juga kemudian memberikan pengaruh pada gerakan-gerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad. Kembali kepada al-Quran dan alSunnah serta pemberantasan takhayul, bidah dan khurafat kemudian menjadi semacam isu mendasar yang diusung oleh gerakan-gerakan ini. Meskipun satu hal yang patut dicatat bahwa nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya mengambil apalagi menjalankan ide-ide yang dibawa oleh gerakan purifikasi Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Apalagi dengan munculnya ide pembaruan lain yang datang belakangan, seperti ide liberalisasi Islam yang nyaris dapat dikatakan telah menempati posisinya di setiap gerakan tersebut. Di tahun 80-an, -seiring dengan maraknya gerakan kembali kepada Islam di berbagai kampus di Tanah air- mungkin dapat dikatakan sebagai tonggak awal kemunculan gerakan Salafiyah modern di Indonesia. Adalah Jafar Umar Thalib salah satu tokoh utama yang berperan dalam hal ini. Ada beberapa ide penting dan khas gerakan Salafi Modern dengan gerakangerakan tersebut, yaitu: Hajr Mubtadi (Pengisoliran terhadap pelaku bidah) Sebagai sebuah gerakan purifikasi Islam, isu bidah tentu menjadi hal yang mendapatkan perhatian gerakan ini secara khusus. Upaya-upaya yang mereka kerahkan salah satunya terpusat pada usaha keras untuk mengkritisi dan membersihkan ragam bidah yang selama ini diyakini dan diamalkan oleh berbagai lapisan masyarakat Islam.

1.

2.

Sikap terhadap politik (parlemen dan pemilu).

Hal lain yang menjadi ide utama gerakan ini adalah bahwa gerakan Salafi bukanlah gerakan politik dalam arti yang bersifat praktis. Bahkan mereka memandang keterlibatan dalam semua proses politik praktis seperti pemilihan

umum sebagai sebuah bidah dan penyimpangan. Ide ini terutama dipegangi dan disebarkan dengan gencar oleh pendukung Salafi Yamani. Muhammad As-Sewed mislanya yang saat itu masih menjabat sebagai ketua FKAWJ mengulas kerusakan-kerusakan pemilu sebagai berikut: a. Pemilu adalah sebuah upaya menyekutukan Allah (syirik) karena menetapkan aturan berdasarkan suara terbanyak (rakyat), padahal yang berhak untuk itu hanya Allah. b. Apa yang disepakati suara terbanyak itulah yang dianggap sah, meskipun bertentangan dengan agama atau aturan Allah dan Rasul-Nya. c. Pemilu adalah tuduhan tidak langsung kepada islam bahwa ia tidak mampu menciptakan masyarakat yang adil sehingga membutuhkan sistem lain. d. Partai-partai Islam tidak punya pilihan selain mengikuti aturan yang ada, meskipun aturan itu bertentangan dengan Islam. e. Dalam pemilu terdapat prinsip jahannamiyah, yaitu menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan-tujuan politis, dan sangat sedikit yang selamat dari itu. f. Pemilu berpotensi besar menanamkan fanatisme jahiliah terhadap partaipartai yang ada.

3.

Sikap terhadap gerakan Islam yang lain.

Pandangan pendukung gerakan Salafi modern di Indonesia terhadap berbagai gerakan lain yang ada sepenuhnya merupakan imbas aksiomatis dari penerapan prinsip hajr al-mubtadi yang telah dijelaskan terdahulu. Baik Salafi Yamani maupun Haraki, sikap keduanya terhadap gerakan Islam lain sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka dalam penerapan hajr al-mubtadi. Sehingga tidak mengherankan dalam poin inipun mereka berbeda pandangan. Jika Salafi Haraki cenderung moderat dalam menyikapi gerakan lain, maka Salafi Yamani dikenal sangat ekstrim bahkan seringkali tanpa kompromi sama sekali.

Fenomena sikap keras Salafi Yamani terhadap gerakan Islam lainnya dapat dilihat dalam beberapa contoh berikut:

a.

Sikap terhadap Ikhwanul Muslimin Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan Ikhwanul Muslimin nampaknya

menjadi musuh utama di kalangan Salafi Yamani. Mereka bahkan seringkali memelesetkannya menjadi Ikhwanul Muflisin. Tokoh-tokoh utama gerakan ini tidak pelak lagi menjadi sasaran utama kritik tajam yang bertubi-tubi dari kelompok ini. Di Saudi sendiri yang menjadi asal gerakan ini-, fenomena kebencian pada Ikhwanul Muslimin dapat dikatakan mencuat seiring bermulanya kisah Perang Teluk bagian pertama. Adalah DR. Rabi ibn Hadi alMadkhali yang pertama kali menyusun berbagai buku yang secara spesifik menyerang Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Salah satunya dalam buku yang diberi judul Mathain Sayyid Quthb fi Ashab al-Rasul (Tikaman-tikaman Sayyid Quthub terhadap Para Sahabat Rasul). Secara umum, ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyimpangan oleh kalangan Salafi Yamani dalam tubuh Ikhwanul Muslimin, diantaranya: Baiat yang dianggap seperti baiat sufiyah dan kemiliteran. Adanya marhalah (fase-fase) dalam dakwah yang menyerupai prinsip aliran Bathiniyah. Organisasi kepartaian (tanzhim hizb).

Berbeda dengan yang disebut Salafi Haraki, mereka cenderung kooperatif dalam melihat gerakan-gerakan Islam yang ada dalam bingkai nataawan fima ittafaqna alaih, wa natanashahu fima ikhtalafna fihi. Karena itu, faksi ini cenderung lebih mudah memahami bahkan berinteraksi dengan kelompok lain, termasuk misalnya Ikhwanul Muslimin. Meskipun untuk itu kelompok inipun harus rela diberi cap Sururi oleh kelompok Salafi Yamani. Yayasan Al-Sofwa, misalnya, masih mengakomodir kaset-kaset ceramah beberapa tokoh PKS seperti DR. Ahzami Samiun Jazuli.

b.

Sikap terhadap Sururiyah Secara umum, Sururi atau Sururiyah adalah label yang disematkan kalangan

Salafi Yamani terhadap Salafi Haraki yang dianggap mencampur -adukkan berbagai manhaj gerakan Islam dengan manhaj salaf. Kata Sururiyah sendiri adalah penisbatan kepada Muhammad Surur bin Zainal Abidin. Tokoh ini dianggap sebagai pelopor paham yang mengadopsi dan menggabungkan ajaran Salafi dengan Ikhwanul Muslimin. Disamping Muhammad Surur, nama-nama lain yang sering dimasukkan dalam kelompok ini adalah DR. Safar ibn Abdirrahman al-Hawali, DR. Salman ibn Fahd Al-Audah keduanya di Saudi- dan Abdurrahman Abdul Khaliq dari Jamiyyah Ihya al-Turats di Kuwait.

4.

Sikap terhadap pemerintah

Secara umum, sebagaimana pemerintah yang umum diyakini Ahl al-Sunnah yaitu ketidakbolehan khuruj atau melakukan gerakan separatisme dalam sebuah pemerintahan Islam yang sah-, Gerakan Salafi juga meyakini hal ini. Itulah sebabnya, setiap tindakan atau upaya yang dianggap ingin menggoyang pemerintahan yang sah dengan mudah diberi cap Khawarij, bughat atau yang semacamnya.

BAB III SIMPULAN


Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui, bahwa kondisi Bangsa Arab sebelum kedatangan Islam sangat memprihatikan, hukum di dalam masyarakat tergantung pada keinginan masing-masing Individu. Mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak mempunyai peradaban. Mereka sebenarnya berada dalam kondisi Fitrah, dalam arti tidak terkontaminasi oleh kebudayaan yang memerosokan manusia seperti yang terjadi di Persia dan Romawi. Yang paling fenomenal dari kehidupan Bangsa Arab Jahiliyah adalah Tradisi kesusastraan yang sangat tinggi, dalam Bukunya The word of Islamic Civilization Moh. Nurhakim menjelaskan tidak ada yang tahu pasti kapan bahasa yang sekarang kita kenal sebagai bahasa arab itu, terbentuk tetapi dari para pencipta puisi pada masa sebelum Muhammad. Kita tahu bahwa itu telah mencapai kesempurnaan sebelum nabi lahir. Dari cuplikan yang di ungkapkan oleh Nurhakim di atas bahwa, sebelum Islam masuk ke Arab, di sana sudah mencapai kesempurnaan dalam hal bahasa, oleh sebab itu salah satu Tujuan daripada di turunkanya Al-Qurqn di Arab adalah untuk menandingi Sastra yang telah di banggakan oleh Bangsa Arab. Dan pada kenyataannya tak satupun Orang yang bisa menandingi Ayat-ayat Al-Quran. Masa Pra islam adalah masa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa pada waktu itu kehidupan masyarakat sangat memprihatinkan. Kemudian Masa Klasik, dihitung mulai dari diutusnya Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul, masa Khulafaurrasyidin, hingga dinasti Muawiyah dan dinasti Abbasiyah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahm, Asyari. (Ed). 2005. Pengantar Studi islam, Surabaya: IAIN SUNAN AMPEL PRESS.

Armstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat, Yogyakarta: Jendela.

Arsyad, Natsir. 1993. Seputar Sejarah & Muamalah, Bandung: Al-Bayan.

Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Bosworth, C.E. 1980. Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Penerbit Mizan. Nurdin, Muhamad. 2005. Tokoh-Tokoh Besar Islam, Jogjakarta: ad-Dawa.

Nurhakim, Moh. 2003. The Word Of Islamic Civilization, Jakarta: Publishing Company. Souyb, Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang.

Sunanto. Musyrifah, 2004, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur: Prenada Media Nasution. Harun, 1979, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press Murodi, 1997, Sejarah Kebudayaan Islam Semarang: Toha Putra

Vous aimerez peut-être aussi