Vous êtes sur la page 1sur 10

Abstrak Selama 20 tahun terakhir bukti terakumulasi bahwa individu yang menderita kecemasan cenderung menginterpretasikan informasi yang

ambigu sebagai ancaman. Mengingat peran kausal dari bias interpretatif dalam kecemasan, baru ditetapkan bahwa memodifikasi bias penafsiran mempengaruhi kecemasan. Hal ini menunjukkan kecemasan yang dapat diobati secara klinis dengan langsung menargetkan bias penafsiran. Penelitian ini dirancang untuk memodifikasi bias penafsiran negatif pada individu yang sangat cemas, dan kemudian menilai yang menguntungkan efek hipotesis pada langkah klinis. Tinggi sifat-cemas peserta secara acak ditugaskan ke salah satu dari dua kondisi: a tafsir positif cognitive bias modification (CBM-I) atau kondisi kontrol (n= 2 17). Program ini ditawarkan secara online. Karena menyelesaikan program, peserta yang mengikuti positif CBM-I kurang dan sifat cemas dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, peserta dilatih positif skor lebih rendah pada ukuran psikopatologi umum (SCL-90). Tidak ada efek yang diamati pada kecemasan sosial dan kerentanan stress. Pola campuran temuan membuat mereka agak tidak meyakinkan, untuk meninggalkan interpretasi potensi manfaat terapi CBM-I terbuka untuk penelitian masa depan. 1. Pengantar Ada bukti kuat bahwa kecemasan dikaitkan dengan kecendrungan maladatif untuk menafsirkan informasi yang ambigu dalam mengancam cara (Amir, Foa & Coles, 1998; Eysenck, Mogg,Mei, Richards & Mathews, 1991; MacLeod & Cohen, 1993). Penelitian yang menghasilkan kesimpulan semua memiliki pilihan bentuk : peserta cemas dibandingkan dengan non-cemas kelompok kontrol. Akibatnya, salah satu kelemahan dari studi ini adalah bahwa mereka tidak ada titik terang pada isi kausalitas. Apakah kecemasan menyebabkan bias penafsiran ? atau apakah bias penafsiran berkontribusi pada kecemasan ? atau apakah kecemasan dan bias penafsiran saling menguatkan kecemasan dan bias penafsiran ? Untuk menyelesaikan persoalan kausalitas, Mathews dan Mackintosh (2000) mengembangkan sebuah program yang dirancang untuk memodifikasi interpretatif bias: kognitif bias modifikasi interpretasi (CBM-I). bias yang dimodifikasi dengan menghadirkan serangkaian ambigu sosial cerita, masing-masing berakhir di penggalan kata, untuk non cemas peserta (individu dengan tingkat rentang pertengahan kecemasan) benar resolusi fragmen ambigu cerita baik positif maupun negatif, tergantung pada modifikasi ditugaskan kondisi. Selanjutnya, Mathews & Mackintosh menguju apakah modifikasi bias penafsiran menghasilkan sesuai perubahan kecemasan. Sebuah pengakuan tes dikonfirmasi bahwa CBM-I efektif akibat bias penafsiran. Negatif peserta dilatih ditafsirkan informasi yang ambgu baru dalam cara mengancam. Sebaliknya, peserta dilatih positif dibuat lebih non menganncam interpretasi. Lebih penting lagi, CBM-I dilakukan kongruen perubahan kecemasan. Peserta terlatih positif menjadi kurang cemas, sementara peserta melatih negatif menjadi lebih cemas. Temuan utama yang diamati dalam penelitian ini diulang berbagai waktu (Mackintosh, Mathews, Yiend, Ridgeway & Cook, 2006; Salemink, Van den Hout & kindt, 2007, yiend, Mackintosh & mathews, 2005). Akibatnya data menunjukkan bahwa bias penafsiran memainkan peran kausal dalam kecemasan dan bahwa hal tersebut dapat diatasi melalui pelatihan. Semua stud tersebut melatih individu dengan tingkat kecemasan. Hal tersebut ditetapkan bahwa bias interpretatif adalah trainable dan bahwa hal itu mempengaruhi kecemasan. Oleh kerena itu, tampaknya akan ada relevansi klinis pada individu pelatihan dengan tingkat kecemasan tinggi, seperti pasien yang menderita kecemasan gangguan, untuk menafsirkan langkah informasi positif

pertama. 1 yang penting melakukan studi dalam sampel analog jurnal karena gangguan kecemasan masyarakat relawan (n=39). Setengah dari peserta menerima pelatihan untuk menafsirkan informasi dengan cara yang positif, sementara setengah lainnya ditugaskan untuk kondisi kontrol test retest. Individu dalam kelompok positif menerima 4 sesi CBM-I selama 2 minggu periode. Setiap sesi terdiri dari 100 cerita. Sepanjang sesi bercerita hal yang positif, yang pertama terlibat cerita dengan hal yang non negatif interpretasi, dan disesi yang lain merupakan interpretasi dari 100 cerita terjadi secara bertahap dengan lebih poditif. Pra dan pasca pengukuran. Bias interpretatif menunjukkan bahwa positif CBM yang berhasil: interpretasi positif meningkat sedangkan interpretasi negatif menurun. Yang lebih penting, bahwa CBM-I positif menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam skor kecemasan sifat. Dengan demikian, bukti ini mendukung efek menguntungkan diusulkan positif CBM-I pada sifat kecemasan. Tidak ada efek pada kecemasan negara yang ditemukan. Sedangkan hasil dari penelitian mathews et al (2007) yang mengembiakan, beberapa isu permintaan klarifikasi. Pertama-tama, kelompok kontrol tidak menerima pelatihan apapun dan hanya uji dua kali. Akibatnya, tidak jelas apakah hasil yang dilaporkan disebabkan oleh intervensi atau akibat dari paparan hanya untuk valenced materi karakteristik permintaan dll untuk membersihkan hasil ini ambiguitas, kondisi pelatihan kontrol dibenarkan. Kedua, efek diukur pada kecemasan sifat yang moderat. Meskipun tidak ada efek yang ditemukan pada kecemasan negara, perubahan yang diamati pada kecemasan yang relatif kecil. Dalam rangka untuk memastikan relevansi klinisnya, maka mathews yang berhenti pada empat sesi pelatihan hanya dalam waktu 2 minggu. Degan kata lain, peserta memiliki hari pelatihan bebas dibandingkan hari pelatihan. Sehingga peserta dapat mengambil manfaat dari pengefisienan waktu dengan adanya pelatihan yang lebih dari penelitian bebas dengan meningkatkan jumlah percobaan dan sesi yang berbeda. Percobaan inidirancang dengan 2 tujuan, untuk menilai kekuatan temuan sebelumnya, mengingat efek interpretasi positif diinduksi pada pengurangan kecemasan dan untuk mengoptimalkan program. Pertama, kita harus memastikan program tersebut intensif dengan pengembangan. Kedua, meningkatkan jumlah percobaan baru dan ketiga mengembangkan suatu kondisi pelatihan kontrol. Peserta dalam kondisi ini juga menerima program 8 hari. Tapi sekarang setengah dari cerita berakhir positif dan sebagian lagi negatif, tetapi hanya terlibat kegiatan intensif dalam beberapa hari. Yang keempat, adalah memutuskan untuk melatih peserta dalam lingkungan mereka sendiri. Sifat kecemasan dapat diukur dengan cara yang sama seperti pada penelitian mathews. Namun, untuk lebih mengeksplorasi berbagai efek positf dari induksi bias interpretatif juga menilai efek umum psikopatologi dan kecemasan sosial. Selain itu juga diperiksa apakah penafsiran bias kausal memodulasi kerentanan emosional. Karena itu peserta harus melakukan tugas stress setelah pelatihan menilai sejauh mana peserta memiliki perbedaan dalam kecemasan reaktivitas mereka. Singkatnya, penelitian ini dirancang untuk menguji apakah pengurangan bias penafsiran negatif dalam sub klinis cemas pada individu menyebabkan efek yang menguntungkan pada suasana hati. Pemilihan sifat kecmasan tinggi individu lebih tinggi dari rata-rata interpretasi negatif yang diterima baik eksprementalmengontrol kondisi. Hipotesis berikut dirumuskan semua dari hal yang terarah. Hipotesis pertama memprediksi bahwa CMB-I efektif akan mendorong interpretasi positif dalam percobaan. Kelompok apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan

asumsi bahwa modifikasi bias penafsiran akan berhasil, yang kedua hipotesis menyatakan kelompok positif dilatih akan megurangi kecemasan mereka dibanding kelompok kontrol. Akhirnya hal tersebut juga diprediksi bahwa psikopatologi skor umum dilatih akan menurun. Mengenai efek pada emosional kerentanan, hipotesis dirumuskan memprediksi bahwa kelompok positif yang dilatih akan kurang reaktif terhadap stress dalam dibanding dengan kelompok kontrol. 2. Metode Untuk mendapatkan sekelompok peserta cemas denggi dan dengan penafsiran negatif, kita harus menetapkan kriteria untuk menentukan kecemaan tinggi dan bias penafsiran negatif. Contoh skor 45 atau lebih tinggi pada vrsi sifat dari yang STAI (Spielberger et al. 1993) ditetapkan sebagai kriteria untuk tinggi kecemasan. Ini mewakili 20% dari sampel yang terdiri 321 mahasiswa yang mengisi quesioner. Untuk mencari kriteria untuk menafsirkan informasi yang membingungkan. Sebuah sampel acak dari 40 siswa umum untuk menyelesaikan pertanyaan tertutup versi kuesioner situasi interpretasi ambigu sosial. Skor untuk sampel ini adalah 1,56 (SD=0.4), 1,57 lebih tinggi dari pada skor rata-rata untuk penafsiran negatif. Ini menjadi kriteria kedua yang dimasukkan. Kriteria tersebut menghasilkan 36 sifat sangt cemas peserta yang memiliki nilai diatas rata-rata negatif interpretasi. Sebelum awal CMB-I peserta positif dan kontrol kelompok tidak memiliki perbedaan skor yang signfikan pada ASSIQ. Setiap kelompok memiliki perbedan pada skor fne, dan peserta dalam kelompok CMB-I positif memiliki skor yang lebih tinggi dibanding dengan peserta dalam kondisi kontrol. Sebagai langkah pra CMB-I skor fne diperiksa dalam kaitannya dengan perubahan penting yang terjadi tergantung pada suasana hati. Pra-fne skor secara signifikan terkait pada perubahan skor fne, Analisis analistik, oleh karena itu dilakukan pre-fne skor sebagai kavoriat. Sebagai pre-fne skor tidak signifikan berhubungan dengan suasana hati kuesioner lainnya. Analisis tersebut dilakukan tanpa koreksi pra-fne skor. 3. Bahan CBM-I rangsangan Untuk mengubah bias interpretatif, peserta dilatih. 1 jam sehari pada 8 hari berturut-turut, peserta menerima 832 cerita sosial, yang 104 diantaranya telah diterjemahkan, dan sisanya dirancang untuk penelitian ini. setiap hari, peserta menerima 104 cerita, disajikan dengan susunan setiap blok berisi delapan cerita modifikasi, 3 cerita filler dan 2 cerita probe yang disajikan secara acak. Cerita modifikasi terdiri dari 3 bari yang bervalensi membingungkan. Dalam kondisi positif cerita akan memiliki hasil yang positif. Pada bagian kontrol kondisi cerita akan memiliki hasil yang positf. Sedangkan dibagian kontrol kondisi akan memiliki hasil dengan setengah positif dan setengah negatif. Fragmen untuk setiap kondisi adalah seperti: Anda bertanya banyak pertanyaan selama kuliah karena anda tidak paham dan mencoba untuk paham. Siswa lain juga memiliki kesulitan yang sama. Mereka mendengarkan... atas semua pertanyaan anda Titik ini bisa terdengar seperti (apresiasi: app tion atau iritasi (ir-tation). Kemungkinan lain bisa mengesankan kejengkelan tidak memiliki sisi emosional juga tidak mengandung kebingungan. Kisah probe mirip dengan cerita modifikasi namun keduanya memiliki valensi positif dan negatif tetap terlepas dari kondisi modifikasi. Karena kedua kelompok menerima kata yang sama. Probe

ini dimasukkan untuk mengukur kecepatan untuk menyelesaikan fragmen kata valensi positif dan negatif di tahap pelatihan. Pelatihan efektif diperoleh ketika peserta positif dilatih lebih cepat untuk memecakan kata positif fragmen dan lambat dalam memecakan fragmen kata negatif dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengakuan uji rangsangan Setelah menyelesaikan blok terakhir pada pelatihan , peserta menerima tes pengakuaan interpretasi mereka. Peserta harus menyelesaikan 10 item tes ambigu baru. Kali ini setiap cerita memiliki judul dan disajikan dalam bentuk unik yang diidentifikasikan konteks. Untuk memaksimalkan kemiripan item pada mereka disajikan dalam tahap modifikasi, peserta diminta untuk memecahkan kata dan menjawab pertanyaan pemahaman. Namun saat ini valensi cerita tetap ambigu. Contohnya: Wawancara kerja. Anda melihat pekerjaan yang diiklankan dan anda benar-benar tertarik. Anda mendaftar dan diundang untuk melakukan wawancara, dimana anda bisa mengambarkan diri dan lalu berpikir bahwa kualitas jawaban anda akan menentukan hasil tes tersebut. Ouom(outcome) pertanyaan pemahaman segera muncul apakah anda berpikir tentang jawaban anda nanti ? Pada bagian kedua peserta tes pengakuan melihat judul cerita ambigu, bersama-sama dengan 4 versi dari kalimat akhir yang diwakili oleh (a.) mungkin interpretasi positif (b.) mungkin interpretasi negatif (c.) hukuman positif (d.) hukuman negatif. Kesamaan makna cerita asli menggunakan skala 4 titik, mulai dari 1 yang memiliki perbedaan dalam arti, sampai 4, yang mirip dalam arti. Contoh diatas digambarkan sebagai: a. Anda berpikir itu pasti jawaban yang benar memuat anda mendapatkan pekerjaan. b. Menggambarkan jawaban anda kurang, dan anda kehilangan kesempatan. c. Mencerminkan hal yang baik adalah dengan tidak mengambil pekerjaan tersebut. d. Mencerminkan penampilan buruk anda telah menimbulkan kesan buruk. Diperkiakan bahwa peserta dilatih positif akan memberi interpertasi lebih positif dan mengurangi sisi negatif dengan kontrol terlatih peserta. ASSIQ Sebelum dan sesuda menjalani CMB-I peserta menerima dekkripsi singkat sosial ambigu dan sosial kontrol, diikuti dengan 3 alternatif ,eksperimen dan pemberian penjelasan. 1 penjelasan selalu negatif, 1 netral dan satu lagi netral atau positif. Peserta rank memerintahkan ketiga interpretasi dalam hal sejauh mana kemungkinan untuk memasuki pikiran anda jika anda berada dalam keadaan yang sama. Ketika penjelasan sosial negatif muncul pada urutan pertama, maka akan diberi angka. Dengan demikian skor yang lebih tinggi mencerminkan bias lebh negatif falam pengolahan informasi. Pengukuran mood dan psikopatologi

Disajikan dengan skala negara dan invertarisasi kecemasan negara trait, untuk mengukur keadaan dan sifat kecemasan. Kedua skala berisi 20 item yang berisi 12 item ketakutan evaluasi negatif kuesioner untuk menilai kecemasan sosial dan memeriksa gejala untuk dinilai secara umum. Untuk menilai suasana hati sehari-hari peserta CMB-I settiap sesi dimulai dengan hal yang menyenangkan dan komputerisasi gairah subskala dari SAM (Self Assessment Manikin), kesenangan berkisar dari seorang tokohtersenyum bahagia (skor 1), bahagia (skor 9) dsb. Stress tugas Selama test peserta mengalami stres tugas anagram untuk mendapatkan variasi hipotesis kerentanan stresdipengaruhi CMB-I. tugas ini diadaptasi anagram stres tugas yang digunakan maclead, rutherford, campbell,ebsworthy dan holker (2002), Dan mampu menginduksi stress. Peserta diberitahu tentang kesulitan tugas namun menekankan peserta yang cerdas mampu melakukan hal yang baik. Mereka juga akan memberitahu dengan kemungkinan perebutan tempat oleh siswa lain, untuk membandingkan kinerja pribadi dan orang lain. Peserta menyelesaikan 2 Analog visual terkomputerisasi suasana timbangan (VAS) sebelum dan sesudah tugas stress untuk mengukur reaksi emosional merea untuk hal tersebut. Satu skala dinilai kecemasan dan berlabel di ujung yang berlawanan dengan kata santai dan cemas. Sedangkan skala lainnya dinilai depresi dan diberi label diujungnya dengan bahagia dan depresi. Peserta mencetak suasana hati mereka dengan memilih lokasi pada baris dengan klik mouse. Dengan penyelesaian skala yang berskor 0-100. Tinggi skor menunjukkan tingkat mood negatif yang lebih tinggi. Pada akhir percobaan peserta diberitah bahwa ada pada kenyataannya, tidak ada pertemuan dimana mereka bisa mendiskusikan kinerja mereka dan bahwa tugas anagram itu sangat sulit. Keluar dari kuesioner Peserta menyelesaikan kuesioner keluar untuk memeriksa apakah mereka menyadairi objek penelitan. Dari sifat versi STAI, fne dan SCL-90, sesi ini akan berlangsung 30 menit. Setelah dipastikan pengujian yang baik dan penyajian mood dan gairah sub skala maka CMB-I akan dimulai. Reaksi kali dan nilai akurasi untuk memecahkan kata fragmen dalam cerita penyelidikan yang dimulai. Jawaban atas pertanyaan pemahaman juga dicatat. Durasi dari Sesi adalah sekitar 1 jam. Setelah blok terakhir dari pelatihan hari kedelapan, peserta menerima tugas pengakuan untuk menguji prediksi efek pada bias penafsiran. Selama post test-1-jam di laboratorium, peserta sekali lagi diminta untuk mengisi-dalam empat kuesioner pada komputer bersama-sama dengan ASSIQ. Kemudian tugas stres diberikan dengan pra-dan pasca-tes untuk suasana hati (VAS). Akhirnya, peserta menyelesaikan kuesioner keluar dan debriefed. 3. Hasil 3.1.Efektivitas CBM-I dalam mengubah interpretasi 3.1.1. Reaksi kali untuk probe Untuk menguji efektivitas CBM-I dalam mengubah gaya interpretatif, waktu reaksi dianalisis dengan model tiga-cara campuran ANOVA dengan CBM-I kelompok (positif vs kontrol) sebagai betweensubjects Faktor dan probe (positif vs negatif) dan waktu (pertama vs kedua setengah dari CBM-I) sebagai subjek dalam-faktor. Waktu Faktor ditambahkan untuk memeriksa pengembangan CBM-I efek pada interpretasi. Percobaan di mana respon yang salah diberikan, adalah dihilangkan dari analisis. Ada efek utama waktu, F (1, 32) = 127,27, p <.001, h2 p : 80, menunjukkan bahwa respon lebih cepat diberikan pada paruh kedua CBM-I. Ada juga efek utama probe, F (1, 32), = 16,61 p <.001, h2 p : 34,

menunjukkan bahwa lebih cepat tanggapan diberikan kepada probe positif. Lebih penting lagi, Gambar. 1. Desain.

_t

en

UTF-8

Kelompok? Probe pengaruh interaksi yang signifikan, F (1, 32) = 9,72, p <.01, h2 p : 23, mengkonfirmasikan efektivitas CBM-I. Sedangkan kelompok kontrol tidak bereaksi secara berbeda terhadap negatif dan positif probe (962 ms, SD = 325 dan 945 ms, SD = 323, t (16) = 1.53)?, peserta yang sebelumnya telah terkena CBM-I positif menunjukkan perlambatan ditandai bereaksi terhadap negatif (1071 ms, SD = 232) dibandingkan dengan probe positif (943 ms, SD = 188, t (16) = 3,79,? P <.01, Untuk menguji khasiat skenario baru dikembangkan, campuran Model ANOVA dilakukan dengan kelompok sebagai antar-subyek faktor dan probe dan skenario jenis (asli vs baru) sebagai faktor dengan subjek. Efek utama dari jenis skenario itu tidak signifikan, F (1, 32) = 0,02 dan tidak ada efek interaksi yang ditemukan melibatkan kelompok, Fs <1.4. 3.1.2. Pengakuan peringkat Tes kedua interpretasi diinduksi adalah pengakuan tes, yang akan diselesaikan di rumah setelah CBM-I. Disebabkan oleh masalah teknis, tujuh peserta menyelesaikan pengakuan ini menguji hari berikutnya di laboratorium (empat positif dan dilatih tiga kontrol dilatih peserta). Tidak ada yang signifikan perbedaan antara subkelompok dan peserta yang menyelesaikan tugas pengakuan di rumah di usia, distribusi jenis kelamin, dan skor pada kuesioner berbagai. Sebuah ANOVA campuran Model dengan kelompok sebagai faktor antara-subyek dan valensi (positif vs negatif) dan target (kemungkinan interpretasi vs kalimat foil) sebagai dalam waktu-subjek faktor dilakukan pertama dengan tujuh peserta dan kemudian tanpa mereka. Analisis pertama mengungkapkan dampak utamanya valensi, F (1, 32), = 6,04 p <.05, h2 p : 16, dengan kalimat positif yang didukung lebih dari kalimat negatif, dan dari target, F (1, 32) = 112.94, p <.001, h2 p : 78, menunjukkan besar dukungan interpretasi mungkin dari foil. Itu Analisis paling relevan sehubungan dengan manipulasi kami adalah tiga-arah interaksi efek Grup? Valence? Target. Ini Efek gagal mencapai signifikansi, F (1, 32) = 1,44. Melakukan analisis dengan kelompok yang lebih kecil dari 27 peserta menghasilkan efek utama yang signifikan dari valensi, F (1, 25) = 14,46, p <.001, h2 p : 37, dan target, F (1, 25) = 304,31, p <.001, h2 p : 92. Menariknya, prediksi tiga-arah interaksi Pengaruh Kelompok? Valence? Target adalah signifikan, F (1, 25) = 4,85, p <.05, h2 p : 16. Untuk menguraikan efek interaksi, kami melakukan analisis terpisah untuk interpretasi dan kemungkinan foil kalimat. Untuk interpretasi kemungkinan, yang diprediksi Kelompok? Pengaruh interaksi Valence signifikan ketika mengambil sifat directional dari hipotesis ke rekening, 2 F (1, 25) = 3,24, directional p <.05, h2 p : 12, yang tidak hadir untuk foil, F (1, 25) = 0,00. Peserta dilatih secara positif memberi lebih interpretasi positif daripada kontrol terlatih peserta (3.2, SD = 0,3 vs 2,9, SD = 0,5, t (25) = 2.10, p <.05, lihat Gb. 3). Dengan demikian, ketika diukur dalam jangka waktu 24 jam, peserta memiliki kecenderungan untuk

menginterpretasikan informasi yang ambigu baru dengan valensi mereka telah dilatih masuk analisis statistik dari kuesioner suasana hati dilakukan dengan dan tanpa mereka tujuh orang. Karena pola yang sama dari hasil yang diperoleh untuk kedua kelompok, hasilnya dilaporkan untuk total sampel. 3.1.3. Ambigu Sosial Situasi Interpretasi Kuesioner Keberadaan dan sifat bias penafsiran induksi adalah juga diuji dengan menganalisis item sosial ASSIQ. Sebuah dua arah ANOVA dengan kelompok sebagai faktor antara-subyek dan waktu (Sebelum dan sesudah CBM-I) sebagai faktor dalam-subjek mengungkapkan utama pengaruh waktu, F (1, 32) = 11,76, p <.01, h2 p : 27, yang mewakili penurunan interpretasi negatif pada kedua kelompok. Positif Kelompok mencetak 2,2 (SD = 0.3) sebelum CBM-I dan 1,9 (SD = 0.4) setelah itu dan kelompok kontrol mencetak gol 2.0 (SD = 0,3) dan 1,9 (SD = 0.4) masing-masing. Grup diprediksi? Waktu interaksi efek tidak signifikan, F (1, 32) = 1,77. 3.2. Efek pada suasana hati dan gejala psikopatologi 3.2.1. Harian mood dan tingkat gairah Efek dari CBM-I pada perubahan suasana hati dan gairah selama CBM-I (SAM) yang diperiksa dengan ANOVA model dua arah dicampur dengan kelompok sebagai faktor antara-subyek dan waktu (pertama dan kedua setengah dari CBM-I) sebagai faktor dalam-subjek. Mengenai suasana hati, ada adalah efek utama waktu, F (1, 32) = 4,61, p <.05, h2 p : 13, menunjukkan bahwa kedua kelompok merasa lebih negatif selama kedua bagian dari CBM-I. Mengenai gairah, Grup diprediksi? Waktu pengaruh interaksi yang signifikan, F (1, 32) = 2.94, directional p <.05, h2 p : 08. Sementara peserta dalam kelompok kontrol mendapat kurang rileks (sebelumnya 6.4, SD = 1,8 setelah 5,8, SD = 1,5), yang positif peserta dilatih tetap relatif stabil (sebelum 5.4, SD = 1,7 setelah 5,6, SD = 1,7). 3.2.2. Negara dan sifat kecemasan 2 A? 2 ANOVA pada kecemasan negara mengungkapkan Grup diprediksi - ? Waktu pengaruh interaksi, F (1, 32) = 2,88, p directional? .05, h2 p : 08. Artinya, kecemasan negara meningkat untuk kelompok kontrol (Sebelum 39.4, SD = 8,9 setelah 43,0, SD = 8,6), tetapi tidak untuk positif terlatih kelompok (sebelum 40.5, SD = 11,2 setelah 39,4, SD = 6,6). Untuk kecemasan sifat, efek utama yang signifikan dari waktu ditemukan, F (1, 32) = 5.93, p <.05, h2 p : 16 mencerminkan penurunan kecemasan sifat skor. Analisis ini juga mengungkapkan Grup diprediksi? Waktu pengaruh interaksi, F (1, 32) = 3,51, directional p <.05, h2 p : 10. Di sejalan dengan prediksi kami ada penurunan kecemasan sifat setelah positif CBM-I (sebelum 50,0, SD = 9,0 setelah 47,3, SD = 9,6) dibandingkan dengan kondisi kontrol (sebelum 49,5, SD = 6,0 setelah 49,1, SD = 7,1). 3.2.3. Takut evaluasi negatif Sebuah analisis univariat pada nilai perbedaan (pasca fne-pra Fne), dengan pre-test skor fne sebagai kovariat, mengungkapkan signifikan dampak utamanya untuk, kovariat F (1, 31), = 5,44 p <.05, h2 p : 15. Itu Efek utama diperkirakan kelompok tidak signifikan, F (1, 31) = 0,01. 3.2.4. Gejala Check List Sebuah ANOVA dua arah mengungkapkan Grup signifikan? Waktu pengaruh interaksi ke arah yang diharapkan, F (1, 32) = 3.19, directional p <.05, h2 p : 09. Dibandingkan dengan kelompok kontrol (Sebelum 152,5, SD = 33 dan setelah 153,9, SD = 36), yang positif Kelompok terlatih cenderung meningkatkan (sebelum 175,9, SD = 55 setelah 159,8, SD = 23). 3.3. Stres kerentanan Pada tugas stres, efek utama dari waktu ditemukan untuk kedua kecemasan dan depresi, kecemasan: F (1, 32) = 27.13, p <.001, h2 p : 46, depresi: F (1, 32) = 8.41, p <.01, h2 p : 21. Tidak lain efek yang signifikan. Sementara tugas stres mampu meningkatkan kecemasan baik,

dari 30,3 (SD = 20,0) untuk 47,3 (SD = 22,7), dan depresi, dari 40,2 (SD = 19,2) menjadi 49,8 (SD = 20,6), itu tidak membedakan antara kedua CBM-I kelompok. 3.4. Keluar dari kuesioner Hasil dari kuesioner keluar mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil persentase peserta (38%) menunjukkan bahwa mereka memiliki Ide tentang tujuan penelitian (positif CBM-I: n = 6, kontrol Kondisi: n = 7). Selanjutnya pemeriksaan studi mereka dianggap tujuan menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka (n = 11) pikir itu adalah penilaian studi tentang'bagaimana perasaan Anda,' 'kepercayaan diri,' atau ' persepsi diri sendiri dan orang lain itu. Hanya dua peserta sadar modifikasi. Salah satunya (kondisi kontrol) menulis 'secara bertahap menyesuaikan gaya atribusi negatif,' sementara orang lain (positif CBM-I kondisi) menyadari asosiasi dengan suasana hati: 'meningkatkan kepercayaan diri dan gaya atribusi. " Penghapusan dua peserta dari analisis statistik melakukan tidak mengubah hasil. 4. Diskusi Weadapted modifikasi prosedur penafsiran bias yang digunakan dalam penelitian laboratorium sebelumnya sehingga bisa berfungsi sebagai klinik intervensi. Siswa yang memiliki skor tinggi pada kecemasan sifat dan memiliki kecenderungan untuk menginterpretasikan informasi negatif yang ambigu dialokasikan ke salah satu pelatihan CBM-I internet positif atau netral internet pelatihan selama delapan hari. Sejalan dengan temuan terdahulu (Mathews et al., 2007), CBM-I terbukti berhasil dalam memodifikasi interpretasi. Modifikasi seperti gaya interpretatif adalah terbukti dari pelatihan perubahan kongruen untuk memecahkan kata-fragmen, yang mengikuti CBM-I positif, peserta lebih lambat di bereaksi terhadap kata negatif fragmen dibandingkan dengan tanggapan positif fragmen. Selain itu, pelatihan efek kongruen adalah diamati pada tes pengenalan pasca-pelatihan dengan stimulus baru bahan, peserta dilatih positif ditafsirkan informasi lebih positif daripada kelompok kontrol. Hasil dari tugas kedua agak dicampur, karena efek hanya diamati ketika Bias interpretif diukur secara langsung mengikuti CBM-I dan dalam konteks yang sama tersebut. Mathews et al. ditemukan langsung efek pada tes ini pengakuan. Harus dicatat, bagaimanapun, bahwa Uji pengakuan juga disajikan segera setelah CBM-I dan dalam konteks yang sama. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa temporal dan generalisasi kontekstual dari bias penafsiran dimodifikasi adalah kecil. Namun demikian, temuan sebelumnya mengungkapkan 24h efek pada interpretasi setelah menjalani CBM-I (Yiend et al., 2005), dan Mackintosh et al. (2006) menunjukkan bahwa bias penafsiran Efek selamat perubahan dalam konteks lingkungan. Namun, konteks beralih dalam studi Mackintosh itu agak halus, sehingga ketergantungan konteks mungkin masih penjelasan yang layak. Selain itu, fakta bahwa Mathews et al. memiliki presentasi dinilai dari CBM-I bahan mungkin telah mempengaruhi hasil. Dalam penelitian ini, tidak ada CBM-I efek yang diamati pada interpretatif Bias kuesioner. Sedangkan waktu reaksi dan Tugas pengakuan telah sering digunakan untuk menguji efek dari CBM-I, kuesioner ASSIQ belum. Mungkin bahwa kuesioner ini tidak cukup sensitif, atau yang dilaporkan sendiri interpretasi yang hanya tidak terpengaruh oleh CBM-I. Selain itu, kurangnya bias penafsiran efek pada ASSIQ konsisten dengan kegagalan sebelumnya untuk menemukan Transfer (Salemink et al, 2007b,. Salemink, van den Hout, & Kindt). Kuatnya efek dari bias penafsiran telah dimodifikasi ditemukan ketika dinilai oleh waktu reaksi dan skor pada pengakuan Tugas (Mackintosh et al, 2006;. Mathews & Mackintosh, 2000; Mathews et al, 2007;. Salemink, van den Hout, & Kindt, 2007a, 2007b, Yiend et al, 2005).. Tugas waktu reaksi menilai seberapa cepat satu adalah pada tugas yang sangat yang sedang dilatih. Tugas pengakuan prosedural agak mirip dengan tugas pelatihan. Artinya, di kedua tugas peserta membaca sketsa singkat dari hedonically ambigu situasi. Temuan bahwa perubahan dalam gaya interpretif terutama diamati pada tes yang sangat mirip dengan pelatihan sendiri, sedangkan tes prosedur yang berbeda menunjukkan kurang jelas pelatihan efek (Salemink et al, 2007b., dalam pers), pertanyaan yang validitas CBM-I. Jelas, sifat dan umum dari induksi perubahan dalam surat perintah gaya studi interpretatif kritis. Hasil untuk efek CBM-I pada langkah-langkah klinis samar-samar. Meskipun tidak ada perbedaan antara CBM-I adalah kelompok ditemukan pada ukuran kecemasan sosial (fne), kelompok CBM-I positif memiliki efek media pada kedua negara dan kecemasan sifat dan SCL-90 diukur psikopatologi. Artinya,

SCL-90 tingkat diukur dari keluhan tetap sama pada kelompok kontrol dan menunjukkan penurunan diprediksi dalam kelompok positif terlatih. Sama Pola ditemukan dalam kecemasan sifat, yang turun 2,7 poin dalam positif CBM-I kelompok (perhatikan bahwa Mathews et al., 2007 mengamati 4.2 penurunan). Ada kemungkinan bahwa perubahan yang diamati dalam hal ini lebih bertahan ukuran kecemasan adalah karena proses lainnya, seperti untuk Contoh gaya respon positif terlatih. Peserta dalam positif CBM-I kelompok mungkin telah belajar untuk merespon secara positif cara untuk tes, sementara kecemasan tidak perlu harus diubah. Catatan bahwa penurunan kecemasan negara dalam positif CBM-aku tidak hadir, yang membuat penjelasan ini kecil kemungkinannya. Namun, mekanisme lain bisa mendasari efek dan dalam penelitian masa depan akan penting untuk memberikan tindakan yang lebih obyektif emosionalitas, seperti penilaian psychophysiological. Dibandingkan dengan sifat kecemasan, pola yang berbeda ditemukan untuk kecemasan negara; itu tetap stabil pada kelompok yang positif, sambil menunjukkan sebuah Kenaikan tak terduga untuk kelompok kontrol. Mungkin, kontrol Kondisi mungkin telah memprovokasi kecemasan, karena hampir setengah (38%) dari kisah mereka memiliki valensi negatif. Kondisi kontrol mungkin sengaja telah menyebabkan interpretasi negatif. Namun, berdasarkan baik teoritis argumen serta data empiris baru ini tampaknya agak tidak masuk akal. Secara teoritis, argumen bahwa bias negatif diinduksi dalam kombinasi dengan pola ini tanggapan sama dengan interpretasi positif dan negatif setelah kontrol CBM-I, memerlukan asumsi bias positif sebelum CBM-I. Ini bertentangan dengan tubuh besar data yang menunjukkan bahwa, bila dibandingkan dengan orang yang sehat, sangat cemas individu memiliki bias yang lebih tinggi penafsiran negatif (misalnya MacLeod & Cohen Mengingat bahwa, secara teoritis, sangat tidak mungkin bahwa kami peserta memiliki bias positif sebelum CMB I, langkah selanjutnya adalah menguji apakah kondisi kontrol tiba-tiba bisa menyebabkan lebih negatif interpretasi. Sebuah percobaan dilakukan untuk Uji nilai dasar apakah pada tugas pengakuan untuk sekelompok individu sangat cemas berbeda dari puluhan peserta setelah kontrol CBM-I. Hasil showed3 bahwa kontrol CBM-I Kondisi tidak menginduksi gaya penafsiran negatif dan itu difungsikan sebagai kondisi kontrol, sebagaimana dimaksud. Penjelasan kedua untuk skor peningkatan kecemasan negara kondisi kontrol berkaitan dengan fakta bahwa CBM-I bertepatan dengan periode di mana peserta (semua siswa) harus mempersiapkan ujian akhir mereka. Peningkatan nilai pada kecemasan negara dan gairah pada kelompok kontrol (dan peningkatan umum dalam negatif suasana hati yang diamati pada kedua kelompok) mungkin dapat mencerminkan pemeriksaan stres. Tidak adanya seperti meningkatnya kecemasan negara dan gairah dalam kelompok positif terlatih mungkin berasal pelindung pengaruh positif CBM-I. Dengan demikian, meskipun kelompok tidak berbeda dalam reaksi terhadap stres laboratorium, mereka mungkin berbeda dalam respon mereka terhadap stres alami, dengan positif kelompok terlatih yang kurang terpengaruh daripada kelompok kontrol. Untuk CBM-I memiliki potensi klinis, sangat penting bahwa efek pada tindakan klinis meningkatkan. Perhatikan bahwa penelitian ini dirancang sebagai Studi analog, penting untuk penelitian masa depan untuk meniru ini belajar di populasi klinis dengan gangguan kecemasan. Mengenai ukuran efek, pelatihan ini sudah mencoba untuk meningkatkan dampak CBM-I dengan meningkatkan jumlah percobaan yang berbeda, frekuensi pelatihan, dan dengan kereta api memiliki peserta dalam mereka sendiri rumah. Dalam penelitian ini, para peserta dilatih selama delapan hari bukan hanya satu (di originalCBM-I studi) atau empat hari (Mathews et al, 2007.). Anehnya, reaksi data waktu menunjukkan tidak ada interaksi efek dengan waktu. Bahkan dengan analisis yang lebih halus (menciptakan empat blok dari dua hari, bukan dua blok dari empat hari), tidak ada efek muncul. Sebuah penjelasan yang mungkin adalah bahwa efek dari pelatihan ganda hari tidak akan terlihat karena efek langit-langit, meskipun mereka mungkin muncul dalam tugas tantangan di mana para peserta menunjukkan kambuh tidak ada dalam kebiasaan lama bias yang interpretatif. Dalam penelitian ini, mood dan berbagai Gejala hanya dinilai secara langsung sebelum dan sesudah eightsession yang pengobatan. Kursus yang tepat waktu perubahan klinis karena CBM-I, oleh karena itu, masalah empiris yang menanti lanjut penyelidikan. Mungkin ada cara lain untuk mengoptimalkan CBM-I. Beradaptasi untuk kebutuhan individu dapat meningkatkan efektivitas. Pada saat pelatihan semua peserta menerima CBM-I bahan yang sama dengan salam untuk situasi sosial. Mereka mungkin manfaat dari disesuaikan bahan yang digunakan dalam protokol CBT standar. Cerita-cerita bisa didesain untuk memasukkan nama-nama orang di sosial peserta

lingkaran, atau mereka bisa merujuk, homesituation pekerjaan peserta dan kegiatan rekreasi. Selain itu, laju pelatihan mungkin disesuaikan dengan kinerja seseorang. Mathews et al. (2007) sebelumnya digunakan cerita yang menjadi lebih positif sepanjang kursus dari sesi, hal ini bisa membuat kinerja bergantung. Untuk Misalnya, ketika non-negatif situasi diselesaikan dengan cepat dan akurat transisi ke tingkat berikutnya bisa terjadi. Jika situasi tidak diselesaikan cepat dan tanpa kesalahan maka tingkat yang dapat berkepanjangan. Transisi dari mudah untuk situasi sulit bisa dibuat sepanjang baris yang sama. CBM-Saya kemudian akan menjadi interaktif andwould consistentlymatch kurva peserta belajar. Juga, di peserta penelitian ini tidak menyadari fakta bahwa mereka gaya interpretasi sedang dimodifikasi. Hirsch, Krebs, dan Hayes (2007) menunjukkan bahwa efek dari CBM attentional meningkat untuk para peserta yang diberitahu tentang modifikasi. Ini mungkin, dengan demikian, beaninteresting penelitian optionfor lanjut. Akhirnya, CBT dirancang untuk mengurangi kerentanan kecemasan melalui themodification kognisi bias. Jika otomatisasi dari kognisi berubah adalah aspek penting, maka CBM-I tampaknya menjanjikan karena langsung campur tangan dengan proses ini. Target dan mengoptimalkan otomatisasi mungkin arah bermanfaat untuk meningkatkan efek. Meskipun penelitian tambahan banyak dibutuhkan, sangat menggoda untuk berspekulasi tentang aplikasi klinis kemungkinan CBM-I. Untuk Misalnya, kita dapat berharap bahwa pasien klinis harus memiliki bahkan skor kecemasan yang lebih tinggi sebelum menjalani CBM-I, menghasilkan lebih ruang untuk perbaikan. Kita harus, tentu saja, mempertimbangkan kemungkinan bahwa CBM-I tidak mengurangi kecemasan pada pasien, karena untuk mekanisme tertanam yang mungkin ada pada pasien dan tidak sangat sifat-cemas individu. Juga, kami CBM-I menyangkut interpretasi situasi sosial. Kita bisa, karena itu, berharap bahwa pasien fobia sosial yang akan mendapat manfaat paling banyak dari itu. Dan masih penelitian ini dan bahwa dengan Mathews et al. 's dipilih nya peserta hanya pada kecemasan sifat dan mereka membaik. Sebuah selanjutnya Pertanyaan bisa, akan efek dari CBM-I berbeda di berbagai jenis masalah emosional? Penelitian tentang pengolahan informasi bias dalam emosional Gangguan dimulai sekitar 20 tahun yang lalu. Namun bukti kausal hubungan antara pengolahan informasi yang bias dan Kehadiran atau memburuknya masalah emosional telah mulai menumpuk hanya baru-baru. Penelitian ini telah menyentuh pada beberapa klinis potensi modifikasi bias positif interpretatif dalam kelompok individu yang sangat cemas. Hasil yang sugestif lebih daripada konklusif, meninggalkan banyak ruang untuk penelitian baru yang menarik.

Vous aimerez peut-être aussi