Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I TEKANAN UAP JENUH ZAT SUKAR MENGUAP DAN KALOR PENGUAPANNYA

Pembimbing : Drs. Dadang

Disusun oleh : Miftahudin (062110058)

Tanggal percobaan :

Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Mengenal perbedaan antara tekanan uap p dengan tekanan uap jenuh p0 Mengukur tekanan uapjenuh p0 zat yang sukar menguap berdasarkan persamaan gas ideal Menentukan kalor penguapannya

1.2. Dasar teori Data keseimbangan Uap-cair dapat disajikan dalam kumpulan koordinat yang berbedda untuk menjelaskan dan mengukur tingkatan pada proses distilasi. Kita akan menyusun masing-masing grafik menggunakan batasan yang telah ditentukan secara termodinamika dan menggambarkan arti fisiknya. Hubungan antara jumlah tiap fase akan ditentukan menggunakan Lever-rule.

DIAGRAM FASE Pemisahan dari campuran cairan menjadi komponen-komponennya adalah salah satu proses terpenting di industri kimia. Prosedur yang umum untuk melakukan pemisahan ini adalah distilasi, sebuah operasi yang berdasr pada feomena fisik dimana uap dan cairan berada pada kondisi komposisi setimbang yang biasanya berbeda.Nyatanya, bagian yang menguap dari fase cairnya telah dihasilkan pada pemisahan parsial pada awal pencampuran. Tingkat dari pemisahan akan ditentukan dengan keseimbangan antara fase uap dan cairan. Hubungan antar komposisi dari kedua fase pada keseimbangan biasanya disajikan dengan diagram keseimbangan fase. Metode penyajiannya harus tetap dengan jumlah variable yang bersangkutan. Gibbs menampilkannya dalam keadaan seimbang beserta sejumlah fase, berikut hubungan yang relevan: F= C + 2 P .(1) Diman F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable bebas. C adla jumlah komponen dan P adlah jumlah fase saat ini. Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita dapat memperkirakannya dan plotting akan meningkat lebih kompleks sebagaimana membesarnya nilai F.

Tafsiran tampilan dari grafis biasanya membatasinya pada nilai F = 2, itulah sebabnya disebut system biner. Kebanyakan proses distilasi di industry dilaksanakan pada tekanan relative konstan, dan untuk alasan ini diagram keseimbangan fase di tampilkan pada isobar. Dengan suhu dan komposisi pada koordinatnya.

DIAGRAM SUHU-KOMPOSISI Diagram khusus suhu-komposisi ditunjukkan dalam Figure 1. Garis lengkung ABC menunjukkan komposisi cair jenuh dan AEC komposisi fase uap jenuh. Untuk alasan itu akan menjadi sedikit lebih jelas, diagram ini juga disebut diagram boiling point. Untuk paham arti dari diagram kita akan menunjukkan beberapa proses dan melihat bagaimana itu dapat disajikan dalam diagram suhu-komposisi. Anggap suatu cair campuran G dengan komposisi xo dan suhu T0. Jika mulai dipanaskan, maka suhunya akan naik mencapai nilai T1 pada kurva ABC. Ini menandakan bahwa campuran telah mencapai suhu jenuhnya sehinggapemanasan lebih lanjut akan menyebabkan mendidih. Suhu T1 kemudian dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kali gelembung uap muncul, dan untuk alas an ini disebut titk didih dari cairan pada komposisi x0. Kita telah menunjukkan sebelumnya bahwa biasanya fase uap akan akan mempunyai perbedaan komposisi dari komposisi fase cairnya. Komposisi ini sesuai dengan y0 dan diperoleh dengan menggambar garis mendatar (horizontal) pada T1 sampai memotong kurva ABC. Pemanasan selanjutnya akan meningkatkan jumlah fase uap saat ini dan sebagai akibatnyta akan mengubah komposisi dari fase cairnya. Akhirnya, semua fase cair akan menguap dan karena tidak ada material yang hilang, komposisi uap akhir akan sama dengan campuran cair asli/awal (titik E). Ini menunjukkan bahwa meskipun komposisi dari tiap fase berubah terus menerus selam proses penguapan, komposisi keseluruhan dari system adalah tetap atau konstan. Penambahan panas akan menyebabkan uap kelebihan beban sampai itu mencapai tahapan pada titik F. Sekarang kita dapat membalikkan proses sebagai berikut. Dimulai dengan uap lewat jenuh F pada suhu T2 kita dinginkan sampai titik E pada kurva AEC. Di sini uap menjadi jenuh sehingga pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan fase cair muncul. Suhu T3 dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kalinya cairan tampak dan untuk alas an ini disebut titik embun dari uap pada komposisi y0. Sejak titik awal telah berubah ubah, beberapa penyusunan awal komposisi x0 atau y0 dapat diperlakukan menjadi proses yang dijelaskan di atas. Dengan kata lain, kurva ABC bias

didefinisikan sebagai kurva titik didih dan kurva AEC sebagai kurva titik pengembunan. Kemudian kita dapat membagi grafik T-x-y menjadi tiga wilayah: 1) Di bawah kurva ABC menunjukkan campuran dalam keadaan cair dingin; b) wilayah di atas AEC menunjukkan uap lewat jenuh; c) area di antara dua kurva yang berhubungan adlah campuran jenuh dari keseimbangan uap-cair. Itu keduanya memungkinkan fase jenuh? untuk menghitung menjawab proporsi relatif pada ini, saat kita

Untuk

pertanyaan

harus mengingat bahwa pendinginan atau pemanasan tidak mengubah komposisi keseluruhan system Calling (T,xAT) jumlah mol total dan komposisi system pada fase cair (L,xAL) dan fase uap dalam keseimbangan (V,yAL), didapat: Neraca Total Bahan: T = L + V (2) Neraca Bahan Komponen A: T.xAT = L.xAL + V.yAV(3) Persamaan 4 ini dikenal sebagai inverse lever-rule dan akan membantu kita menhitung jumlah relative dari tiap fase.

DIAGRAM KOMPOSISI Cara lain untuk menggambarkan perbedaan komposisi dari fase cair dan fase uap adalah dengan menggambarkan / meng plotkan satu dengan yang lain, biasanya dengan komponen yang lebih volatil. Gambar 2 menunjukkan jenis diagram komposisi. Garis 45* menunjukkan uap dengan komposisi sama dengan bentuk cairnya, jadi kurva yang lebih lebar menunjukkan pemisahan dari ini (cair-uap), bagian yang lebih lebar merupakan perbedaan diantara 2 fase. Ini harus dicatat bahwa perbedaan kesetimbangan, suhu berhubungan dengan tiap titik dalam kurva.Normalnya suhu ini tidak terindikasi

Gambar 1 dan 2 menunjukkan yang disebut system normal. Bila komponen memiliki perbedaan sifat fisik atau interaksi kimia yang kuat, maka akan terjadi perbedaan dalam diagram suhu-komposisi dan diagram komposisinya. Posisi Xa dimana fase uap dan fase cair mempunyai komposisi yang sama, jadi tidak terjadi perubahan saat pemanasan di lakukan. Larutan tersebut disebut Azeotrop dan untuk memisahkan larutan tersebut dilakukan beberapa metode yang special.Gambar 3(a) menunjukkan bahwa titik didih dari larutan adalah maksimum, yang disebut dengan Maximum Boiling Azeotrop.

Yang disebut dengan Minimum Boiling Azetrop. Dari defenisi kata azeotrop, kita dapat mengetahui bahwa kurva komposisi akan menunjukkan Cross over point pada 45 Jika interaksi antara komponen-komponen cukup kuat, pemisahan fase cair dapat terjadi.(Gambar 3(c)). Dalam immisible region 2 fase cairan terjadi dan fase ini mengindikasikan bahwa boiling temperature dari larutan sama seperti komposisi dari fase uap yang konstan. Hubungan antara komposisi dari 2 fase .

EFEK TEKANAN DALAM KESETIMBANGAN FASE Kita telah menyebutkan sebelumnya diagram fase biasanya dikonstruksikan untuk tekanan yang tetap. Apa yang akan terjadi bila kita mengubah tekanan operasi? Dalam kondisi yang umum, kita dapat mengatakan bahwa kelakuan kualitatif dari diagram akan tetap sama sampai tekanan dari system melebihi tekanan kritis dari satu komponen. Dalam jangkauan tekanan antara dua tekanan kritis, system akandapat menjadi fase cairan saja melebihi jangkauan komposisi dimana fase cair terjadi. Dalam kata lain, bentuk yang umum dari diagram akan tetap sama, diagram tak digunakan untuk komposisi dibawah 0 sampai 1,0. Kenaikan tekanan akan menurunkan jangkauan ini sampai suatu saat akan menghilang sempurna.

MENGOLAH DATA KESEIMBANGAN UAP-CAIR Sejauh ini, kita telah mengkaji secara mendalam mengenai grafik keseimbangan uapcair yang ditampilkan. Pertanyaan penting yang akan dijawab : Bagaimana mengolah datadata ini? Ini tidak semudah teknik percobaan karena kita membutuhkan tekanan yang tetap dan temperature dan komposisi yang tepat.Peralatan yang biasa digunakan untuk tujuan ini disebut Equilibrium Stills dan dibuat dalam banyak tipe yang membedakan terutama dalam 2 fase dan prosedur sampel.Meskipun kita tidak dapat mengatur terus semua detail disini, kita dapat membaca book dari Hala et al), yang mungkin terbaik dalam hal ini.

LITERATURE DATA Data keseimbangan Fase uap cair untuk system dua atau multi komponen telah secara ekstensif di laporkan. Perrys Handbook(2) tersedia semua hal-hal yang dibahas mengenai Keseimbangan fase uap-cair.

BAB II ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat-alat Labu bertutup 100 mL sebanyak 5 buah Labu Erlenmeyer 250 mL Buret 10 mL Pipet volume 10 mL Pipet tetes Termometer 100oC sebanyak 1 buah

2.2. Bahan-bahan

Aquadest Etanol CCl4

BAB III METODE KERJA

Cara kerja : 1. Dalam labu Erlenmeyer yang bersih, kering dan tertutupang, dibuat 9 macam cmpuran A dan C yang saling larut sempurna dengan komposisi sebagai berikut : Labu ml A ml B 1 2 18 2 4 16 3 6 14 4 8 12 5 10 10 6 12 8 7 14 6 8 16 4 9 18 2

Semua pengukuran volume dilakukan dengan buret ! 2. Dititrasi tiap campuran dalam labu satu sampai Sembilan dengan zat B sampai timbul kekeruhan, dan dicatat jumlah zat B yang digunakan. Dilakukan titrasi perlahanlahan. 3. Ditentukan rapat masa masing-masing cairan murni A, B, dan C. 4. Dicatat temperature ruangan sebelum dan sesudah percobaan.

BAB IV DATA PENGAMATAN

A= aquadest B= etanol C= kloroform A B C 10 10 0,9 10 14 0,9 10 18 1,7 10 22 2,5 10 26 4,7 10 30 5,5

Perhitungan : 1) % A = %B= %C= 2) % A = %B= %C= 3) % A = %B= %C= 4) % A = %B= %C= 5) % A = %B= %C= X 100% = 47,8% X 100% = 47,8% X 100% = 4,3% X 100% = 40,2% X 100% = 56,2% X 100% = 3,6% X 100% = 33,7% X 100% = 60,6% X 100% = 5,7% X 100% = 28,9% X 100% = 63,8% X 100% = 7,3% X 100% = 24% X 100% = 63,9% X 100% = 11,5% 6) % A = %B= %C= X 100% = 22% X 100% = 65,9% X 100% = 12,1%

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


5.1. Pembahasan Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, telah didapatkan data keseimbangan uap-cair pada keadaan isotermal untuk sistem-sistem berikut: etil asetat + 3-metil-1-butanol, etanol + 3-metil-1butanol, etil asetat + 2-metil-1-butanol, etanol+ 2-metil-1-butanol, etil asetat + 2-metil-1propanol. Dengan didapatkannya data keseimbangan uap-cair dapat diketahui bahwa komposisi fasa cair dalam keseimbangannya dengan fasa uap tidak berkorespondensi dengan komposisi feed yang dihitung dari jumlah berat, karena sejumlah kecil yang menguap selama proses menuju keseimbangan, megubah mol faksi awal. Komposisi fasa cair akan berubah tergantung pada volatilitas komponen sistem dan volume uap. Mol fraksi fasa cair pada keseimbangan bisa diukur dari mol fraksi fasa uap yang terukur dan sebuah model G .dengan metode iterasi seperti yang diusulkan oleh Weidlich dan Gmehling [5]. Dengan kata lain koreksi untuk fasa cair telah dilakukan dengan menggunakan persamaan keadaan SRK.prosedur iterasi yang digunakan pada penelitian ini dapan dilihat pada gambar 1.

Gambar

1.metode

iterasi

untuk

mengoreaksi

komposisi

fasa

cair

pada

keseimbanganBerdasarkan volatilitas komponen, koreksi terbesar komposisi fase cair pada data kesetimbangan ditemukan pada komposisi yang lebih rendah dari komponen yang paling volatile (ethanol atau ethyl acetate). Sedangkan koreksi pada system biner, komposisi yang berisi ethyl acetate sedikit lebih tinggi daripada campuran yang berisi ethanol.Pada banyak kasus, untuk memperbesar perbedaan molar volum cairan dan uap, koreksi pada fase cair diabaikan.Dari banyak penelitian, deviasi relative komposisi cairan awal dan komposisi cairan sebenarnya selalu lebih rendah dari 0.45%.Pada percobaan ini, koreksi pada fase cair telah diminimalkan dengan mengisi gelas botol kecil sekitar setengahnya. Penulis lain [3,9] mengasumsikan bahwa komposisi fase cair pada kesetimbangan sama dengan kondisi awal yang ditentukan secara gravimetric. Asumsi ini dikarenakan perbedaan yang relative besar antara molar volum uap dan cair. Duce at al.[10] menemukan bahwa ketika suatu senyawa mempunyai absolute koreksi volatilitas yang lebih tinggi maka mol fraksi cairnya bisa mencapai nilai maksimum sampai 0.02.

KESIMPULAN Headspace gas kromatografi telah digunakan untuk menentukan perilaku VLE pada campuran biner yang berbeda selama distilasi alkoholik berlangsung. Koreksi mol fraksi pada kesetimbangan fase cair tidak begitu penting.Seluruh studi tentang system biner menunjukkan deviasi yang positif dari hokum Raoult.Tidak ada azeotrop pada system yang telah diteliti.Data percobaan VLE dibandingkan dengan data perhitungan yang telah dimodifikasi oleh UNIFAC (Dortmund).ini adalah model prediksi yang sesuai dengan desain dan dapat digunakan untuk distilasi alcoholic pada proses bioethanol.

SIFAT DARI LARUTAN Pada modul B1.1 kita melihat bahwa umumnya digram keseimbangan fase secara substansial berbeda dari satu sama lainnya sehingga dapat menjelaskan interaksi antara komponen berbeda. Banyak prosedur untuk menghitung diagram ini secara analitis menggunakan persamaan yang menyertakan relasi penting dari interaksi ini. Serupa dengan analisis dari sifat gas, sebuah larutan ideal mungkin didefinisikan sebagai penyusun spesies dimana interaksi heterogen (komponen berbeda) adalah sama untuk interaksi homogen (komponen sama). Karakteristik ini menjelaskan menyatakan dirinya sendiri pada ketiadaan dari pengaruh pengadukan.Tidak ada perubahan volum dan entalpi ketika larutan dipersiapkan dari komponen murni. Pada umumnya hukum untuk menghubungkan komposisi dari sebuah fase uap ideal untuk tekanan dan komposisi adalah Daltons Law : =_(i=1)^nP_i (1) P_i=y_i (2) Dimana adalah tekanan total, Tekanan parsial (P_i) dari komponen i dan y_i fraksi mole. Untuk fase cair kita mengikuti logika yang sama. Dilusi dari salah satu komponen oleh yang lainnya akan menghasilkan penurunan dari tekanan uap. Ini mudah digambarkan jika kita mengingat bahwa tekanan uap adalah akibat dari keseimbangan dinamik antara molekul yang meninggalkan fase cair dan kembali kefase cair itu. Pada campuran cairan jumlah molekul dari sebuah spesies yang diberikan menjelaskan pada lapisan cairan akan sebanding untuk konsentrasi dari spesies itu pada badan cari. Kita mungkin bisa menjelaskan secara matematis berdasarkan persamaan dibawah ini: P_i=P_i^o x_i (3) Dimana P_i adalah tekanan parsial dari komponen i pada larutan, x_i adalah fraksi mole komponen dan P_i^o adalah tekanan uap murni i pada temperature larutan. Penyetaraan ini disebut Raoults Law dan ditunjukkan secara grafis pada gambar 1.

Kita akan tahu ilustrasi Raoults Law mungkin kombonasi dengan Daltons Law untuk memperoleh komposisi fase dari system biner. =P_1+P_2= y_1+y_2 (4) =P_1^o x_1+P_2^o (1-x) (5) Penyelesaian x_1=(-P_2^o)/(P_1^o-P_2^o) (6) y_i =(P_1^o x_1)/ (7) Dengan mengetahui tekanan total dan berapa tekanan uap dari variasi komponen murni dengan temperature menyebebkan kita mampu untuk menghitung nilai dari x_1 dan y_1 pada keseimbangan. Data tekanan uap biasanya di dapat dari table dan grafik, atau analisis dengan persamaan Antoine : "log " P_i^o=-/(1+) (8) dimana ,, adalah tipe konstanta dari komponen dan t adalah temperatur (biasanya dalam oC). Larutan Nonideal Batasan diberikan pada sebuah larutan ideal radikal dan kita mungkin berharap mereka sewaktu-waktu akan ditemui pada prakteknya. Komponen larutan nyata akan memperlihatkan tekanan parsial lebih besar atau lebih kecil dari pada yang diprediksi oleh hukum Raoult, seperti ditunjukkan oleh gambar 2. Itu akan ditunjukkan bahwa dua fase diikutsertakan di dalam keseimbangan supaya deviasi dari sifat ideal bersumber dari salah satu atau kedua fase. Indikasi masalah Suatu analisa termodinamika formal menyatakan perintah untuk menghitung sifat nyata, kita harus menyadari deviasi dari sifat ideal dari larutan dan campuran uap, juga setiap komponen murni pada fase uap. Derivasi persamaan perlu tujuan pasti, tetapi mencukupinya untuk menyatakan bahwa jika tekanan overall tidak jauh berbeda dari tekanan atmosfer, sifat nyata mungkin akan lebih baik dideskripsikan oleh relasi berikut : P_i= y_i=P_i^o x_i y_i (9) Persamaan 9 sangat mirip dengan hukum Raoult, hanya perbedaan pada penambahan faktor koreksi, y_i, disebut activity coefficient. Pengamatan gambar 2 menunjukkan bahwa y_i bisa lebih besar atau lebih kecil dari pada 1.0, dan y_i bervariasi dengan konsentrasi. Jika kita menganggap log y_i, kita dapat menyatakan deviasi positif dari hukum Raoult [gambar 2(a)] atau deviasi negatif [gambar 2(b)]. produk x_i y_i disebut aktiviti, _i, dari

komponen i. Koefisien Activiti Perhitungan komposisi fase uap-cair suatu larutan nyata akan menyediakan pengetahuan dari macam koefisien aktiviti dengan temperature dan komposisi. Banyak persamaan empiris dan semi-empiris dianjurkan untuk tujuan ini. Disini kita akan mengilustrasikan dua dari kebanyakan yang sering muncul. Berikut persamaan Van Laar : ln_1=(A x_2^2)/(A/B x_1+x_2 )^2 (10) ln_2=(B x_1^2)/(B/A x_2+x_1 )^2 (11) Konstanta A dan B diasumsikan untuk temperature dan tekanan bebas. Jika persamaan 10 dan 11 kita gunakan x_1 atau x_2 bernilai nol maka kita peroleh : A=(ln_1)_(x_1= 0)=ln_1^ (12) B=(ln_2)_(x_2= 0)=ln_2^ (13) Pada istilah lain, konstanta Van Laars mungkin diterjemahkan sebagai logaritma dari koefisien aktiviti pada dilusi tak terhingga (). Redlich dan Kister menjelaskan logaritma dari perbandingan koefisien aktiviti pada persamaan berikut : ln_1/_2 =x_1 x_2 [A+B(x_1-x_2 )+C(x_1-x_2 )^2+ . (14) Walaupun ini adalah suatu perluasan tak hingga, persamaan itu umumnya terbatas untuk dua atau tiga istilah. Persamaan Van Laar dan Redlich-Kister cocok untuk mengkorelasi koefisien aktiviti dalam kasusnya bahwa mereka menganggap koefisien untuk temperature bebas. PERHITUNGAN DIAGRAM KESEIMBANGAN FASE Persamaan 6, 7 dan 9 menyediakan alat analisis untuk menghitung diagram keseimbangan fase dari larutan ideal dan nyata. Sehingga kita memerlukan semua bagian dari informasi berikut : Titik didih dari komponen murni Tekanan uap dari komponen murni sebagai fungsi temperatur Konstanta Van Laar atau Redlich-Kister Bagian awal akan menentukan range temperature atau perhitungan P_i^o Prosedur untuk larutan ideal sangat lurus kedepan : range titik didih dibagi kedalam suatu jumlah interval yang layak, katakan persamaan 10, nilai P_i^o dihitung pada temperature tetap dan mengganti persamaan 6 dan 7, menghasilkan (T, x, y).

Hitunglah komposisi dari setiap fase untuk larutan ideal memerlukan prosedur trial dan error serta akan memerlukan kalkulator dan computer. Persamaan 9, 10, dan 11 diselesaikan sebagai berikut : Bandingkan interval konsentrasi dari komponen 1 dalam setiap jumlah bagian yang diberikan, katakan persamaan 10 Untuk setiap penetapan nilai x_1, hitung nilai dari _1 dan _2 (persamaan 10 dan 11) Ganti x_1,x_2,_1, _2 didalam persamaan 9 dan temukan temperatur keseimbangan dengan trial dan error. Hentikan perhitungan ketika _1+_2=1.0000.002. Program computer mampu menghitung data komposisi fase dari larutan nyata dan membandingkannya dengan kasus 5.2 Kesimpulan Dalam percobaan diatas dapat disimpulkan, bahwa : Aqudest dengan etanol dapat melarut dengan baik Dari hasil kedua percobaan tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi cairan C (etanol) ternyata justru sebanding dengan naik-turunnya konsentrasi cairan yang dipakai sebagai titran pada titrasi campuran. Pada percobaan pertama, besarnya fraksi mol asam asetat sebanding dengan penurunan fraksi mol aquades. Sedangkan pada percobaan kedua, fraksi mol aquadest sebanding dengan penurunan fraksi mol dari kloroform (titran). Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh keunikan etanol yang memiliki sifat semi-polar, dimana dapat melarutkan CCl4 dengan baik, begitu juga halnya dalam melarut dengan air (aquades). Untuk cairan-cairan yang saling melarutkan, konsentrasinya akan saling berkebalikan karena larutan tersebut akan membentuk daerah berfase tunggal. Sedangkan cairan yang tidak melarut (larut sebagian) akan membentuk daerah berfase 2. Untuk membuktikannya lebih lanjut, maka akan digambarkan diagram terner-nya agar tampak lebih jelas titik kritisnya ketika titrasi dilarutkan sehingga terlihat batas kelarutan dari masing-masing komponen campuran tersebut. Ketika cairan yang melarut berubah menjadi tidak larut (kurang melarut), maka akan membentuk dua fase.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/ www.chem-is-try.com Brady, James. 1999.kimia universitas asas dan struktur jili 1,edisi ke-5. Jakarta:Binarupa aksara.

Vous aimerez peut-être aussi