Vous êtes sur la page 1sur 25

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan

emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa akhirnya. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kehamilan tidak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi Masalah Penyakit Menul;ar Seksual termasuk infeksi HIV/AIDS Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial Isu-Isu yang Berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja Kurangnya pengetahuan tentang kespro Kebanyakan orang tua yakin bahwa menjauhkan pengetahuan seks dari remaja akan menyelamatkan mereka dari free sex yang sudah menjadi trend hidup modern saat ini. ini merupakan cara pandang yang kurang benar. Bagaimanapun juga perkembangan biologis, fisiologis, dan psikologis remaja memang mendorong mereka untuk mencari informasi tentang seks dengan sendirinya. Tanpa pengetahuan yang benar mereka akan mencari informasi dengan cara mereka sendiri. Dan cara tersebut sebagian besar tidak informatif serta menjerumuskan. Pengetahuan yang benar tentang seks akan mendorong remaja untuk berpikir tentang risikorisiko yang akan mereka hadapi ketika mereka melakukan free sex. Sayangnya, kini sebagian besar orang tua kehilangan skill untuk berkomunikasi dengan anak mengenai pengetahuan seks. Kurikulum pendidikan di Indonesia pun kurang mendukung pengetahuan seks bagi remaja. Memang di mata pelajaran biologi siswa diberi pengetahuan tentang reproduksi tetapi hanya sebatas pengetahuan biologis dan fungsional. Dan pengetahuan ini tentu sangat kurang mengingat perilaku seks bukan hanya sebatas organ genital, perjalanan sperma, pelepasan ovum, pembuahan, dan perkembangan bayi. Remaja membutuhkan pendidikan dan pembimbingan ekstra ketika di sekolah dimana remaja tersebut bergaul dengan remajaremaja lain yang memiliki keingintahuan yang sama. Dorongan coba-coba yang dimiliki remaja menyebabkan mereka melakukan perilaku-perilaku berisiko terhadap kesehatan reproduksi mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan reproduksi remaja BUDAYA, AGAMA, TRADISI DAN MITOS

Pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan resproduksi dan resiko seksual merupakan hal penting, mengingat meningkatnya penundaan usia pernikahan di kalangan perempuan, berimplikasi pada lamanya mereka menjalani masa aktif secara seksual sebelum pernikahan. Sementara itu, informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual masih dianggap sebagai kebutuhan perempuan yang telah menikah, misalnya pengetahuan tentang kontrasepsi. Namun demikian, studi yang dilakukan Hidayana dkk (2010) di Kota Karawang, Sukabumi, dan Tasikmalaya menunjukkan minimnya pemahaman remaja tentang masalah reproduksi, bahkan berkenaan dengan pengalaman menstruasi. Survei menunjukkan bahwa sebagian besar (>75%) menyatakan kaget saat pertama kali menstruasi. Perasaan kaget yang dialami oleh mayoritas responden dapat merupakan refleksi dari kurangnya informasi yang diberikan pada remaja seputas pubertas, khususnya menstruasi. Kurangnya pengetahuan responden tentang menstruasi, meski mereka mengalaminya di usia yang terkategori normal (12-14 tahun). Hal ini sekaligus menunjukkan keterbatasan informasi yang didapat remaja, bahkan dari orang terdekatnya (ibu, saudara perempuan, guru, dll).

Temuan menarik menyangkut pemahaman remaja adalah masih banyaknya mitos-mitos seputar menstruasi yang direproduksi dan diajarkan pada remaja, antara lain: tidak boleh memakan nanas dan ketimun, meminum air es, tidak boleh memakan makanan yang pedas, tidak boleh tidur siang karena darah menstruasi akan naik menuju mata, dan lainnya. Kecenderungannya orang tua atau saudara perempuan ketika mengajari atau menasehati responden dan informan penelitian ini mereproduksi mitos-mitos budaya seputar menstruasi yang tidak berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Misalnya paparan sejumlah remaja/informan berikut ini: Ngga boleh minum air kelapa... (Cinta, 19 tahun, lajang, Tasikmalaya) Ngga boleh gunting kuku dan rambut, ngga boleh mandi lewat dari jam empat sore (Rita, 16 tahun, lajang, Tasikmalaya) Nggak boleh sholat, ngga boleh ngaji, ngga boleh pegang Quran, ngga boleh masuk masjid, karena nanti darahnya berceceran gimana (Yayah, 24 tahun, janda, Tasikmalaya)

Temuan studi tersebut setidaknya menunjukkan bagaimana sebagian besar remaja perempuan khususnya, terkesan tidak siap untuk mengalami perubahan-perubahan fisik dan

hormonal seiring dengan pubersitas yang dialaminya. Terkesan bahwa lingkungan sosial terdekat, khususnya keluarga dan komunitas, belum menanamkan nilai-nilai yang positif dan konstruktif berkenaan dengan pubersitas remaja, termasuk bagaimana mereka menyikapi hasrat seksualnya. Ketidaksiapan remaja akan pubersitasnya ini terkait dengan faktor budaya, yang terefleksi dari mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, juga tradisi yang telah dipraktekkan turun temurun. Selain itu, tafsir agama juga ikut berkonstribusi atas cara pandang masyarakat tentang tubuhnya, seksualitasnya, yang langsung atau tidak langsung terkait dengan kesehatan reproduksi dan seksualnya. Hal ini mengingat seksualitas merupakan konstruksi sosial atas nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.

Seksualitas sebagai sebuah konstruksi sosial bisa ditunjukkan melalui berkembangnya anggapan di masyarakat bahwa virginitas dilekatkan pada perempuan, sementara laki-laki ditolerir karena mencerminkan keperkasaan (maskulinitasnya). Hal ini menunjukkan bagaimana dorongan seksual individu berkonteks budaya, termasuk merupakan hasil pembelajaran sosial berbasis gender, padahal dorongan seksual laki dan perempuan pada dasarnya sama namun ekspresinya dikonstruksikan secara berbeda pada perempuan karena nilai-nilai sosial budaya yang dilekatkan pada keperempuanannya. Realitas ini menunjukkan bagaimana kontruksi sosial tentang seksualitas yang tentunya dalam konteks masyarakat yang berbeda akan berbeda pula pemaknaannya. Sebab itu, seiring dengan dinamika di masyarakat, maka konstruksi sosial ini dapat berubah. Berkenaan dengan upaya melakukan rekonstruksi sosial di masyarakat, maka agen-agen pembelajaran sosial yang dapat peran siginifikan pada kelompok anak dan remaja adalah keluarga, sekolah, dan media massa. Namun hal ini dimungkinkan jika seksualitas, kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual tidak lagi dianggap sebagai hal tabu di masyarakat. Artinya, dibutuhkan iklim sosial budaya yang kondusif.

SEKSUALITAS Persoalan seksualitas tidak bisa dilepaskan dengan konstruksi sosial budaya, yang justru dimungkinkan mengakari berbagai persoalan, misalnya HIV/AIDS, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan perempuan dan anak, dan lainnya. Implikasinya dalam merancang kebijakan dan program kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, perlu mengaitkan dengan persoalan gender dan seksualitas. Hal ini sejalan dengan Deklarasi Kairo tahun 1994 pasal VII butir 7.34 yang secara jelas menyatakan bahwa seksualitas dan relasi gender adalah saling berkait dan mempengaruhi kemampuan laki-laki dan perempuan untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan seksual dan mengelola kehidupan reproduksi mereka. Komitmen Kairo tersebut diperkuat dalam Deklarasi dan Rencana Aksi Beijing tahun 1995 yaitu Konferensi Perempuan Internasional -- dalam paragraf 96 yang menyatakan bahwa hak asasi perempuan meliputi hak mereka untuk menguasai dan secara bertanggung jawab memutuskan soal-soal yang

menyangkut seksualitasnya termasuk kesehatan seksual dan reproduksinya, bebas dari pemaksaan, diskriminasi dan kekerasan. Komitmen terbaru dunia internasional dalam pertemuan UNGASS tahun 2006 menelurkan Deklarasi Politik tentang HIV/AIDS yang dalam paragraf 30 menyatakan bahwa negaranegara berjanji untuk menghapuskan ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender serta meningkatkan kapasitas perempuan untuk melindungi dirinya dari resiko terinfeksi HIV melalui kebijakan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. NAPZA Berdasarkan proses pembuatannya, ada yang alami seperti ganja, opium, kafein, nikotin. Ada yang semi sintetis yang dibuat melalui proses fermentasi seperti morfin, heroin. Dan ada yang sintesis seperti metadon, petidin, dipipanon, amfetamin dan ekstasi. NAPZA menurut efek yang ditimbulkan digolongkan sebagai depresan yang berfungsi mengurangi fungsional tubuh seperti morfin putau atau opium. Stimulan atau sebagai obat yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan fungsi kerja serta kesadaran seperti kokain, nikotin atau sabu-sabu. Dan halusinogen atau zat yang menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah perasaan dan fikiran seperti ganja, jamur masrum dan LSD. Pengguna NAPZA terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu seseorang yang menggunakan hanya sesekali (user), orang yang menggunakan karena alas an tertentu (abuser) dan orang yang memakai atas dasar kebutuhan (addict). Pada tingkat addict, bila kebutuhan NAPZA tidak terpenuhi akan menimbulkan efek secara fisik maupun psikis. Apakah seseorang yang kecanduan Narkotika dapat tertular HIV? Bukan narkotikanya yang menyebabkan orang tertular HIV tetapi perilaku penggunaannya yang beresiko seperti penggunaan satu jarum suntik yang bergantian dengan teman pakainya. Atau dalam kondisi mabuk, control seorang pecandu akan menyempit sehingga memungkinkan terjadinya hubungan seksual yang tidak aman. Dampak penyalahgunaan NAPZA dapat bersifat jasmani seperti gangguan pada system syaraf dan kesadaran, kejang sampai gangguan pada jantung dan peredaran darah. Dampak yang bersifat kejiwaan seperti gejala putus zat atau sakau, ketergantungan seseorang untuk selalu membutuhkan zat tertentu, dan meningkatnya kebutuhan zat lebih banyak untuk memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang. Serta perilaku agresif baik bersifat fisik maupun psikis dari para pecandu yang mendorong pada tindakan kriminal dalam keluarga maupun di masyarakat.

Seks pranikah Meskipun masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi keperawanan, nampaknya budaya tersebut tidak mengikat masyarakat secara kuat. pandangan traditional yang mengatakan bahwa seorang wanita harus perawan sampai ia menikah ternyata tidak sesuai dengan

kehidupan kota yang penuh dengan globalisasi, mudahnya akses informasi, banyaknya fasilitas hiburan, diskotik, mall, film, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, keperawanan seseorang sudah tidak terlalu dipentingkan lagi. Banyak laki-laki yang memilih calon istri dengan melihat kualitas personal dan kematangan psikologis tanpa harus memikirkan apakah dia masih perawan atau tidak. Melunturnya budaya ini menyebabkan seks pra nikah menjadi suatu hal yang umum. Apalagi membanjirnya informasi dari budaya barat menyebabkan adat-adat ketimuran menjadi terlupakan. Bahkan sebagian besar menganggap bahwa seks pra nikah merupakan suatu bagian dari modernisasi kehidupan. Sungguh ironis jika modernisasi yag dielu-elukan ternyata menggiring masyarakat untuk terjun ke dalam kehidupan tak beraturan yang penuh dengan risiko penyakit bahkan kematian. Membanjirnya budaya luar ini diperparah dengan tingkat pendidikan seks masyarakat yang rendah. Bahkan program-program mengenai pencegahan seks yang berisiko sulit sekali menjangkau mereka. akhirnya ribuan penduduk terlena dengan free sex yang mereka anggap sebagai having fun tanpa mengetahui risiko dan bahaya yang akan mereka hadapi. Bahkan mereka tidak menggunakan pengaman seperti kondom yang ujungnya semakin meningkatkan risiko mereka untuk terkena Penyakit Menular Seks (PMS). Mereka tidak hanya melakukan hubungan seks dengan satu pasangan tetapi dengan banyak pasangan untuk melampiaskan keingintahuan mereka.

Risiko hubungan seks yang tidak aman

Kehamilan yang tidak diinginkan Kehamilan dan persalinan pada wanita dengan usia kurang dari 20 tahun lebih berisiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas, terutama di wilayah-wilayah dengan pelayanan medis yang minim atau tidak ada. Remaja usia kurang dari 18 tahun berisiko kematian 2 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama, pendarahan, persalinan macet, dan faktor-faktor lainnya. Kehamilan yang tdak diinginkan ini sering kali berakhir dengan aborsi. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, hampir 60% kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan sering kali berujung pada aborsi. Penyakit menular seksual PMS merupakan infeksi yang dapat menjadi masalah kesehatan seumur hidup, seperti HIV. 333 juta kasus PMS yang dapat disembuhkan terjadi setiap tahunnya, dan data yang ada menunjukkan sepertiga dari infeksi PMS di negara-negara berkembang terjadi pada mereka kelompok usia 13-20 tahun. Risiko remaja yang tertular HIV-AIDS juga meningkat.

Diperkirakan 40% dari infeksi HIV terjadi pada usia 15-24 tahun. 7000 dari 16000 kasus infeksi baru terjadi setiap hari. Wanita 2 kali lebih berisiko terkena HIV-AIDS dibandingkan pria. Kaum muda cenderung lebih berisiko tertular PMS karena sering berhubungan seksual tanpa rencana walaupun seks dilakukan atas keinginan. Remaja juga sering lalai menggunakan kondom dan tidak seiap menggunakan alat kontrasepsi lain. selain itu remaja putri berisiko lebih tinggi terhadap infeksi dibandingkan wanita tua karena sistem reproduksi lemah belum matang. Indonesia membutuhkan suatu pendidikan seksual serta bimbingan masa puber.

Sekitar Masalah Gender Istilah gender diambil dari kata dalam bahasa Arab Jinsiyyun yang kemudian diadopsi dalam bahasa Perancis dan Inggris menjadi gender (Faqih, 1999). Gender diartikan sebagai perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan bagaimana persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis. Peran gender dibentuk secara sosial., institusi sosial memainkan peranan penting dalam pembentukkan peran gender dan hubungan.

Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang dalam memperoleh kesempatan dsan alokasi sumber daya, manfaat atau dalam mengakses pelayanan. Berbeda halnya dengan keadilan gender merupakan keadilan pendistribusian manfaat dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Konsep yang mengenali adanya perbedaan kebutuhan dan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, yang harus diidentifikasi dan diatasi dengan cara memperbaiki ketidakseimbangan antara jenis kelamin. Masalah gender muncul bila ditemukan perbedaan hak, peran dan tanggung jawab karena adanya nilai-nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan salah satu jenis kelamin (lazimnya perempuan).

Untuk itu perlu dilakukan rekontruksi sosial sehingga nilai-nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan tersebut dapat dihilangkan. Sehingga masalah kesehatan reproduksi yang erat kaitannya dengan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender dapat dihindari, khususnya kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia. Pembahasan dalam topik isu gender ini dimaksudkan untuk memberikan informasi sehingga dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif yang disesuaikan dengan sosial, budaya, kondisi dan situasi di wilayah setempat untuk megatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.

Mengingat masih tingginya 4 TERLALU ( Terlalu Muda, Terlalu tua, Terlalu Banyak, Terlalu Sering untuk hamil dan bersalin) yang berhubungan dengan penyebab kematian ibu dan anak kondisi ini sesungguhnya dapat dicegah, dan tidak terjadi kematian yang sia-sia. Selain itu masalah ksehatan lainnya penularan dan penyebaran HIV/AIDS. Dengan upaya pemberian informasi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja yang pada akhirnya remaja mempunyai pandangan dan sikap yang baik untuk dapat membantu pencegahan penularan HIV/AIDS, pencegahan kehamilan tidak diharapkan.

Kehamilan remaja kurang dari 20 tahun menyumbangkan risiko kematian ibu dan bayi 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibanding kehamilan pada ibu berusia 20 35 tahun. Pusat penelitian Kesehatan UI mengadakan penelitian di Manado dan Bitung ( 1997), menunjukkan bahwa 6% dari 400 pelajar SMU puteri dan 20% dari 400 pelajar SMU putera pernah melakukan hubungan seksual.Survei Depkes (1995/1996) pada remaja usia 13 - 19 tahun di Jawa barat (1189) dan di Bali (922) mendapatkan 7% dan 5 % remaja putri di Jawa Barat dan Bali mengaku pernah terlambat haid atau hamil. Di Yogyakarta, menurut data sekunder tahun 1996/1997, dari 10.981 pengunjung klinik KB ditemukan 19,3% yang datang dengan kehamilan yang tidak dikehendaki dan telah melakukan tindakan pengguguran yang disengaja sendiri secara tidak aman. Sekitar 2% diantaranya berusia kurang dari 22 tahun. Dari data PKBI sumbar tahun 1997 ditemukan bahwa remaja yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah mengakui kebanyakan melakukannya pertama kali pada usia antara 15 18 tahun.

Ada beberapa fakta berikut yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja bahwa KEK remaja putri 36% (SKIA : 1995), Anemia Remaja Putri 52% (SDKI : 1995), merokok berusia kurang dari 14 tahun 9% dan kurang dari 19 tahun 53% (Susenas : 1995), Remaja Putri Perokok sebanyak 1% 8%, peminum minuman keras 6%, pemakai napza 0,3 3% (LDFE-UI). Sekitar 70.000 remaja putri kurang dari 18 tahun terlibat dalam prostitusi industri seks ditemukan di 23 propinsi, seks sebelum menikah 0,4 5% (LDFE-UI : 1999), 2,4 juta aborsi/ tahun, 21% diantaranya terjadi pada remaja, 11% kelahiran terjadi pada usia remaja, 43% perempuan melahirkan anak pertama dengan usia pernikahan kurang dari 9 bulan.

Informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja dewasa ini belum memadai, dan kebanyakan baru ditangani oleh swadaya masyarakat di kota-kota besar.(Depkes : 2001). Dari berbagai penelitian terbatas diketahui angka prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) di Indonesia cukup tinggi, diantaranya penelitian pada 312 akseptor KB di Jakarta Utara (1998) angka prevalensi ISR 24,7% dengan infeksi klamidia yang tertinggi yaitu 10,3%, kemudian trikomoniasis 5,4%, dan gonore 0,3%. Penelitian lain di Surabaya pada 599

ibu hamil didapatkan infeksi virus herpessimpleks sebesar 9,9%, klamidia 8,2% trikomoniasis 4,8%, gonore 0,8% dan sifilis 0,7%. Suatu survey di 3 Puskesmas di Surabaya (1999 (pada 195 pasien pengunjung KIA/BP diperoleh proorsi tertinggi infeksi trikomoniasis 6,2%, kemudian sifilis 4,6% dan klamidia 3,6%. Upaya pencegahan dan penanggulangan ISR di tingkat pelaynan dasar masih jauh yang diharapkan. Upaya tersebut baru dilaksanakan secara terbatas di beberapa propinsi. Hambatan sosio-budaya sering mengakibatkan ketidak tuntasan dalam pengobatanya, sehingga menimbulkan komplikasi ISR yang serius seperti kemandulan, keguguran, dan kecacatan janin

Hingga bulan Desember 2006 tercatat jumlah kumulatif kasus HIV sebanyak 5230 dan kasus AIDS sebanyak 8190. Dari penderita AIDS tersebut, 6604 kasus (80,7%) adalah laki-laki dan 1529 kasus (18,6%) adalah perempuan dan tidak diketahui 61 kasus (0,7%). Dari segi usia rebanyak pada usia 20 - 29 tahun sebanyak 4487 kasus ( 54,7%), usia 30 39 tahun sebanyak 2226 kasus ( 27,2%), usia 40 49 sebannyak 647 kasus (7,9%), usia 15 19 tahun sebanyak 222 kasus (2,7%),usia 5 14 tahun 22 kasus (0,26%), dengan jumlah kasus terbanyak berada di DKI Jakarta 2565 (31,3%). Dengan faktor risiko penularan yaitu narkoba suntik 50,3%, heteroseksual 40,3%, homo biseksual 4,2%, transfuse darah 0,1% transmisi perinatal 1,5%, tidak diketahui 3,6%. Jumlah penderita HIV/AIDS yang sebenarnya diperkirakan 100 kali lipat dari jumlah yang dilaporkan.. Strategi Penanggulangan AIDS Nasional 2003-2007 menyatakan bahwa pencegahan dan penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan sebuah program prioritas. Masih banyak isu gender lainnya yang terkait dengan kesehatan reproduksi remaja, diantaranya sunat pada perempuan, kekerasan terhadap perempuan/dalam rumah tangga, perlecehan seksual/pemerkosaan, perdagangan manusia/perempuan.

Program ini akan membahas mengenai fakta dan upaya mengatasi ketidaksetaraan berbasis gender yang terjadi di masyarakat, data yang akan ditunjukkan dalam bidang pendidikan, partisipasi politik dan ekonomi, mengingat perempuan yang paling terkena dampak dari ketidaksetaraan ini diantaranya perempuan dinilai kurang bernilai daripada laki-laki maka data yang akan di sajikan akan lebih banyak mengenai keterlibatan perempuan. REFERENSI http://www.path.org/files/Indonesian_16-3.pdf http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACW748.pdf http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/114 http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/kesehatan-reproduksi-wanita/ Konsep Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab : 1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya 2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. 3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. 4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasionaldiantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo). 5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.

Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita. Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu :

Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health) Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making) Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women) Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)

Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau

individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka. Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita. Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain: Jender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelaminmenurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosialmempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan: Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak. Tidak mendapatkan pelayanan yang baik. Pendidikan yang rendah. Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.

Kawin muda Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko

tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.

Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk. Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.

Beban Kerja yang berat. Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu

ALAT REPRODUKSI WANITA Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus hipothalamus hipofisis adrenal ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

GENITALIA EKSTERNA Vulva Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjarkelenjar pada dinding vagina. Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior). Labia minora Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. Introitus / orificium vagina Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.

Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna. Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur. GENITALIA INTERNA Uterus Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi

epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita. Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. Vaskularisasi uterus Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. Salping / Tuba Falopii Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Pars isthmica (proksimal/isthmus) Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. Pars ampularis (medial/ampula)

Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba. Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus). Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis. ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL Payudara Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ. Kulit Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai parfum daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit,

kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.

POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI Badan pineal Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas. Hipotalamus Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor). Pituitari / hipofisis Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH luteinizing hormone). Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. Ovarium Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin. Endometrium Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan

sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium. HORMON-HORMON REPRODUKSI GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ). FSH (Follicle Stimulating Hormone) Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis). Estrogen Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.

Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti. Progesteron Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormonhormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb). LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.

Efek Aborsi Terhadap Kesehatan Reproduksi-Khusus Pada Remaja

Biasanya penyebab aborsi kandungan secara sengaja karena kedua orang tuanya tidak menginginkan kelahiran janin tersebut, seperti kecelakaan akibat hubungan gelap. Biasanya aborsi dilakukan setelah si wanita melihat adanya tanda-tanda hamil pada dirinya. Penyebab lainnya bisa karena rekomendasi dokter dengan pertimbangan demi keselamatan ibu atau wanita hamil yang mengandungnya.

Aborsi biasanya dilakukan dengan menggunakan obat aborsi kandungan sesuai resep dokter. Apapun alasannya, yang jelas tindakan aborsi berdampak pada kesehatan. Apalagi jika dilakukan oleh orang yang tidak profesional, aborsi bisa membahayakan kesehatan terutama kesehatan reproduksi.

Bahkan menurut tim peneliti dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, kemungkinan ada hubungan antara kanker payudara dan aborsi. Meskipun hasil riset ini masih diragukan oleh sebagian peneliti, namun hendaknya anda berpikir panjang jika ingin melakukan tindakan aborsi

Hubungan sex diluar nikah membawa cukup banyak dampak negatif bagi diri pelaku maupun lingkungan sekitar. Mulai dari kemungkinan tertular penyakit, hingga kehamilan diluar nikah.

Hal ini juga berdampak pada tingginya tingkat aborsi. Padahal perbuatan aborsi, juga memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap keselamatan dari perempuan itu sendiri.

Berikut ini resiko aborsi: Kematian karena terlalu banyak pendarahan Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan. Sobeknya rahim (Uterine Perforation) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) Kanker indung telur (Ovarian Cancer) Kanker leher rahim (Cervical Cancer) Kanker hati (Liver Cancer)

Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada. http://blogspotpemula.blogspot.com/2012/03/efek-aborsi-terhadap-kesehatan.html
http://www.berkatherbal.com/2012/07/jenis-jenis-penyakit-menular-seksual.html

9 JENIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) 1. ULKUS MOLE (Chancroid) Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi. Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain: Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin. Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.

Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.

Tes laboratorium untuk mendeteksinya dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.

2. KLAMIDIA

Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis, karena sebanyak 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan diri.

Gejala yang ditimbulkan: Cairan vagina encer berwarna putih kekuningan; Nyeri di rongga panggul; Perdarahan setelah hubungan seksual.

Komplikasi yang mungkin terjadi: Biasanya menyertai gonore; Penyakit radang panggul; Kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian; Infeksi mata pada bayi baru lahir; Memudahkan penularan infeksi HIV. Tes laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi adalah Elisa, Rapid Test dan Giemsa.

3. TRIKONOMIASIS Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain: Keluar cairan vagina encer berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk; Sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman.

Komplikasi yang bisa terjadi : lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan infeksi HIV.

Tes laboratorium untuk mendeteksi sediaan basah KOH.

4. SKABIES (GUDIG) Merupakan penyakit menular yang salah satu bentuk penularannya adalah lewat kontak seks, selain kontak secara langsung, misalnya pemakaian selimut, handuk dll.

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis parasit yang disebut Sarcopfes scbiei, dengan gejala klinik antara lain : Gatal pada malam hari Terdapat di sela jari, lipat siku, ketiak, daerah ujung kelamin dll Merupakan infeksi di lingkungan keluarga.

Tanda pasti dari penyakit ini adalah ditemukannya kutu Sarcoples pada pemeriksaan secara mikrokopis.

5. SIFILIS - RAJA SINGA. Sifilis merupakan salah satu jenis PMS yang klasik (karena sudah ada sejak lama) sering disebut Raja Singa atau Lues.

Kuman penyebabnya di sebut: Treponema pallidum. Masa inkubasi: tanpa gejala berlangsung 3 13 minggu, lalu timbul benjolan sekitar alat kelamin, disertai pusing, nyeri tulang, akan hilang sementara. 6 12 minggu setelah hubungan seks muncul bercak merah pada tubuh yang dapat hilang sendiri tanpa disadari. 5 10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung.

Komplikasi pada wanita hamil: dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati dan keterbelakangan mental.

Pemeriksaan: tes laboratorium untuk mendeteksi RPR (Rapid Plasma Reagent) dan TPHA (Trepanema Palidum Hemagglutination Assay).

6. KONDILOMA AKUMINALA - KUTIL KELAMIN Sering disebut juga dengan penyakit Jengger Ayam atau Brondong Jagung dan penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus yaitu : Humanus Papilloma Virus (HPV).

Penyakit ini menyerang pada usia 17-33 melalui kontak secara langsung.Gejala klinisnya antara lain: Blintil-blintil kecil berkelompok menjadi besar Pada laki-laki terdapat di ujung penis Pada wanita terdapat di : vagina, Labim mayor, klitoris Keluar cairan berwarna putih, cair dan gatal Rasa nyeri dan panas pada saat bersenggama

7. HERPES GENITAL (HSV-2) Penyakit Herpes atau dalam bahasa jawanya disebut : 'dompo' disebabkan oleh sejenis virus yang disebut: Herpes Virus Simpleks tipe 2, yang mempunyai ciri khas al : Terutama mengenai daerah genital berpotensi menjadi kanker. berkaitan dengan aktifitas seksual seseorang.

Gejala klinis Herpes yaitu : Gelembung-gelembung kecil berisi cairan, kemudian terkumpul menjadi satu dan membesar menjadi luka cukup besar di sekitar alat kelamin. Penyakit ini bersifat kambuhan, terutama berkaitan dengan fsktor psikis dan emosional seseorang, contohnya pada saat menstruasi, dll.

8. GONORRHOE Gonorrhe atau sering disebut GO (Kencing nanah) termasuk salah satu jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) yang sering di temukan kasusnya di Indonesia.

Diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta kasus GO di dunia setiap tahunnya, dan ini membuktikan bahwa GO merupakan penyakit menular seks yang cukup berbahaya.

Kuman penyebabnya: Neisseria gonnorrhoeae. Masa inkubasi atau penyebaran kuman: 2 10 hari setelah hubungan seks.

Tanda-tanda: nyeri pada saat kencing, merah, bengkak dan bernanah pada alat kelamin. Keluarnya cairan/ sekref kanfal seperti nanah dari alat kelamin, biasanya pada pria. Sementara diagnosa pada wanita sangat sulit.

Komplikasi yang timbul : infeksi radang panggunl, mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan. Pemeriksaan : pewarnaan gram dan biakan agar.

9. AIDS AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) merupakan suatau bentuk sindromata atau kumpulan gejala yang terjadi akibat menurunan kekebalan tubuh serta drastis, dan virus penyebabnya adalah HIV atau Humanus Immunodeficiency Virus.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekref vagina, serta cairancairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin. Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.

Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya, karena: mematikan belum ada obat atau vaksinasinya gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian penyebarannya sangat cepat

Penularan AIDS bisa terjadi lewat: kontak seksual jarum suntik terkontaminasi/jarum suntik bekas pakai transfusi darah / produk-produk darah lewat ibu yang mengandung/menyusui

Penyakit ini mempunyai gejala klinik yang khas yaitu : Gejala Mayor dan Gejala Minor. Yang tergolong gejala mayor antara lain: Demam tinggi dan tidak turun-turun selama satu bulan Berat badan turun secara drastis semapai lebih dari 10% Diare berkepanjangan selama satu bulan terus menerus.

Sedang yang termasuk gejala minor diantaranya: Batuk yang menetap lebih dari satu bulan

keringat pada malam hari badan terasa lemah atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh.

Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelompok berisiko tinggi, diantaranya: para pencandu obat bius, narkotika; dll WTS atau pekerja seks kaum homoseksual maupun heteroseksual penderita thalasemia. sering bergonta ganti pasangan.

Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan. Setiap orang beresiko tertular HIV-AIDS, baik tua maupun muda, kaya atau miskin, heteroseksual maupun homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko tertular HIV tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan.

HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui : Bersalaman atau berpelukan. Makanan/makan dari piring yang pernah digunakan ODHA. Batuk atau bersin ODHA. Gigitan nyamuk. Berenang ditempat berenang yang sama dengan ODHA. Mengunjungi ODHA dirumah atau dirumah sakit.

Vous aimerez peut-être aussi