Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga Negara menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga yang merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014 dan Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2014; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .....
-2-
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20102014; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014; 11. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.51/MenhutII/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014; 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan; tentang
-3-
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan; 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG RENCANA KERJA KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2014.
Pasal 1 Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini. Pasal 2 Renja Kementerian Kehutanan ini menjadi acuan dalam penyusunan Renja dan dokumen anggaran unit kerja Eselon I dan Eselon II lingkup Kementerian Kehutanan Tahun 2014. Pasal 3 Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan menyusun Renja Tahun 2014 mengacu pada Renja Unit Kerja Eselon I-nya. Pasal 4 Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus 2013 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 September 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1074 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
Kementerian Kehutanan
ii
iii
Menteri Kehutanan melepaskan tukik, anak penyu, hasil penetasan semi alami kembali ke alam di TN. Wakatobi
Pengantar Menteri Kehutanan Republik Indonesia Renja Tahun 2014 ini merupakan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan, yang proses penyusunannya berusaha melibatkan berbagai pihak untuk memperluas hasil yang ingin diperoleh. Diantaranya melalui forum Rakorenbanghutda di seluruh provinsi dan Musrenbangnas. Indikasi sasaran di setiap provinsi juga telah disepakati Kementerian Kehutanan, Kementerian PPN/Bappenas dan Bappeda Provinsi.
Renja Tahun 2014 ini disusun bersamaan dengan RKP Tahun 2014, yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden Republik I n d o n e s i a Nomor 39 Tahun 2013. Dengan demikian, Renja Tahun ini merupakan bagian sekaligus penjabaran dari RKP Tahun 2014. Berangkat dari keinginan untuk senantiasa melakukan
penyempurnaan, Kementerian Kehutanan berusaha menyajikan Renja Tahun 2014, meliputi : (1) capaian pembangunan kehutanan hingga Tahun 2012 dan kemungkinan peningkatannya di Tahun 2013; (2) tantangan dan kebijakan; (3) target pembangunan kehutanan provinsi; (4) pengukuran kinerja. Bagian terakhir dari Renja Tahun 2014 ini merupakan upaya untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan di lingkungan Kementerian Kehutanan, sedemikian rupa sehingga kinerja dapat dipenuhi. Akhirnya, semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan
karunianya bagi kita sehingga seluruh kinerja yang dirumuskan dapat dicapai. Amin
ttd.
Dr.(HC) ZULKIFLI HASAN, SE., MM
ii
Daftar Isi
i.
Pengantar Menteri Kehutanan Republik Indonesia
I.
Pendahuluan..1
iii.
Daftar Isi
II.
Tantangan dan Kebijakan..27
iv.
Daftar Tabel
III.
Target Pembangunan Kehutanan Provinsi Tahun 2014..44
v.
Daftar Singkatan
IV.
Pengukuran Kinerja Tahun 2014..56
vii.
Ringkasan Eksekutif
V.
Penutup..74
Menteri Kehutanan menanam (atas), bersiap menyelam (tengah), keduanya di Pulau Wangi, TN. Wakatobi. Gambar bawah adalah kehidupan nelayan di Pulau Kaledupa, TN. Wakatobi.
iii
Harimau Sumatera tertangkap kamera di Lokasi Pemasangan Kamera Penjebak Batang Ule - Tebo, Kab. Bungo, Jambi, tanggal 14 November 2012, TN. Kerinci Seblat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Perkembangan pemantapan kawasan hutan. ........................................................................................ Perkembangan pelepasan kawasan hutan hingga Mei 2013........................................................... Perkembangan pemenuhan bahan baku.................................................................................................. Perkembangan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu. ............................................................................ Perkembangan ekspor kayu ......................................................................................................................... Perkembangan produk kayu olahan ......................................................................................................... Perkembangan penyelesaian konflik kawasan konservasi ............................................................. Perkembangan pengelolaan ekosistem esensial ................................................................................. Perkembangan 14 spesies prioritas utama ............................................................................................ Perkembangan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar ................................................................... Perkembangan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi ................................. Perkembangan rehabilitasi hutan dan lahan ........................................................................................ Perkembangan pembuatan KBR ................................................................................................................. Perkembangan HKm, HD dan HR (kemitraan) ..................................................................................... Jenis HHBK unggulan nasional dan lokasi klaster ............................................................................... Perkembangan Penyelenggaraan, Penyuluhan, Kediklatan, dan Pengembangan SDM Kehutananan ............................................................................................................ Perkembangan pemantauan kinerja pengawasan .............................................................................. Status Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi hingga B-03 ......................... Perkembangan pencapaian kinerja Sekretariat Jenderal ................................................................. Perkembangan PNBP Kehutanan ............................................................................................................... Perkembangan realisasi anggaran Kemenhut ...................................................................................... Perkembangan pelaksanaan SAKIP .......................................................................................................... Prioritas nasional pembangunan kehutanan 2013 ............................................................................ Prioritas pembangunan bidang sumberdaya alam .............................................................................
3 4 5 6 6 7 9 10 11 14 15 16 17 18 19 21 24 24 25 25 26 26 31 32
iv
Daftar Singkatan
Bappeda BMN BPKH BP2SDM BPDAS BPDASPS BPK BUK CA DAS DAOPS Diklat Dishut DR FEM HA HD HHBK HKm HL HR (K) HT HTI HTR IHMB IKK IKU IPK IUPHHK K/L KBR KPH LH LHA LC
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Barang Milik Negara Balai Pemantapan Kawasan Hutan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Balai Pengelolaan DAS Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Badan Pemeriksa Keuangan Bina Usaha Kehutanan Cagar Alam Daerah Aliran Sungai Daerah Operasional Pendidikan dan Pelatihan Dinas Kehutanan Dana Reboisasi Food, energy , medicine Hutan Alam Hutan Desa Hasil Hutan Bukan Kayu Hutan Kemasyarakatan Hutan Lindung Hutan Rakyat (kemitraan) Hutan Tanaman Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Rakyat Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Utama Izin Pemanfaatan Kayu Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Kementerian/Lembaga Kebun Bibit Rakyat Kementerian Kehutanan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lingkungan hidup Laporan Hasil Audit : Land Clearing
v Rencana Kerja 2014
Bappenas :
Kemenhut :
Litbang LOA Musrenbangnas Rakorenbanghutda Rakorenbanghutreg RE Renja Renstra RHL RKP RKTN RPDAST RSNI RTk PHKA RTRW PNBP PPN PSDH SDA SDH SDM SM SNI TB TN TSP PSP UPT
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Penelitian dan Pengembangan Logged Over Areas Musyawarah Pembangunan Nasional Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Regional Restorasi Ekosistem Rencana Kerja Rencana Strategis Rehabilitasi Hutan dan Lahan Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Rancangan Standar Nasional Indonesia Rencana Teknik Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Rencana Tata Ruang Wilayah Pendapatan Negara Bukan Pajak Perencanaan Pembangunan Nasional Provisi Sumberdaya Hutan Sumberdaya Alam Sumberdaya Hutan Sumberdaya Manusia Suaka Margasatwa Standar Nasional Indonesia Taman Buru Taman Nasional Temporary Sampling Plot Permanent Sampling Plot Unit Pelaksana Teknis
vi
Ringkasan Eksekutif
Pembangunan kehutanan diarahkan pada rehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi dan gundul akibat deforestasi dalam rangka peningkatan penutupan lahan untuk mencegah erosi, banjir, dan kebakaran hutan sekaligus menyerap CO2 di udara terkait mitigasi perubahan iklim dan berkontribusi terhadap penyediaan kayu sebagai bahan industri dan pengembangan jasa lingkungan hutan seperti perbaikan tata air, keindahan wisata alam, dan pemulihan keanekaragaman hayati. Rehabilitasi hutan dan lahan telah berhasil menurunkan lahan kritis seluas 2,9 juta ha yang mana pada tahun 2006 seluas 30,1 juta ha dan pada tahun 2011 menjadi seluas 27,2 juta ha. Pada tahun 2012 telah dilakukan rehabilitasi hutan konservasi/lindung seluas 100.986 ha dan rehabilitasi lahan kritis, termasuk penanaman hasil KBR Tahun 2011 seluas 398.631 ha dan rehabilitasi mangrove, gambut dan rawa seluas 8.869 ha. Disamping itu Gerakan Menanam Satu Milyar Pohon pada tahun 2010 terealisasi sebanyak 1,39 Milyar pohon, pada tahun 2011 sebanyak 1,52 Milyar pohon, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1,6 Milyar pohon. Pada tahun 2013, rehabilitasi hutan dan lahan akan ditingkatkan seluas 563.446 ha. Upaya
rehabilitasi ini didukung dengan fasilitasi penetapan areal kerja HKm dan HD serta pembangunan HR Kemitraan. Selama periode 2010-2012, areal kerja HKm dan HD telah diverifikasi seluas 1.538.199,80
vii Rencana Kerja 2014
ha, dan pengembangan HR kemitraan seluas 158.492 ha. Pada tahun 2013, program ini ditingkatkan menjadi seluas 500.175 ha untuk HKm dan HD, serta 50.000 ha pengembangan HR kemitraan dalam rangka menciptakan lapangan kerja (creating job) dan pengentasan kemiskinan di pedesaan sekitar atau di dalam kawasan hutan. Pembalakan liar dan perambahan terhadap kawasan hutan konservasi terus diturunkan hingga 24.100 ha di tahun 2012, dari total 25 ribu ha yang harus diselesaikan di akhir 2014. Untuk memerangi pembalakan liar perambahan kawasan hutan tanpa izin yang dilakukan secara terorganisasi, Pemerintah bersama DPR-RI telah mengesahkan Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Demikian juga untuk menangani kasus-kasus kejahatan kehutanan, telah dilakukan MoU penanganan kejahatan kehutanan melalui multi doors system, yaitu K/L yang terkait dengan penegakan hukum dan penerimaan negara, dimana para pelaku kejahatan kehutanan dapat dikenakan pasal berlapis tidak saja Undang-undang Kehutanan, tetapi juga Undang-undang Lingkungan Hidup, Undang-undang tentang Pencucian Uang, dan Undang-undang tentang Korupsi. Demikian juga untuk pemantapan kawasan hutan dan perbaikan tata kelola kehutanan, telah dibuat MoU oleh 12 K/L yang langsung dan tidak langsung berkaitan dengan penyelesaian penatagunaan kawasan hutan yang diinisiasi oleh KPK. Untuk pemulihan keanekaragaman hayati, populasi spesies prioritas berhasil ditingkatkan pada tahun 2012 dibandingkan dengan data tahun 2008. Spesies Bekantan, Kakaktua Jambul Kuning dan Maleo memiliki kecenderungan peningkatan populasi terbesar, demikian halnya dengan Badak Jawa, Harimau Sumatera dan Orangutan Kalimantan dan Komodo. Untuk meningkatkan mekanisme perlindungan kawasan yang dianggap penting di luar kawasan konservasi, pada tahun 2012 telah dibangun komitmen para pihak di 3 lokasi, yaitu Kabupaten Tulang Bawang untuk perlindungan ekosistem lahan basah, Kabupaten Bengkalis untuk perlindungan ekosistem mangrove dan gambut, dan Kabupaten Ciamis untuk perlindungan perairan dan karst. Secara kumulatif, telah dibangun 10 komitmen para pihak di DI. Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Jawa Timur dan Papua Barat. Selain itu untuk mencegah laju deforestasi dan degradasi hutan, pemerintah melakukan moratorium izin baru di kawasan hutan alam primer dan gambut melalui INPRES No. 11 Tahun 2010 dan diperpanjang dengan INPRES No. 6 Tahun 2013. Selain melakukan moratorium tersebut pemerintah menyediakan lahan hutan terdegradasi untuk investasi kehutanan dalam rangka creating job melalui pembangunan HTR, HKm, HD, HTI, dan perbaikan sistem silvikultur.
viii
Pengepakan kayu lapis untuk eksport di PT. Balikpapan Forest Industries, Kalimantan Timur
Berdasarkan kebijakan, program, dan kegiatan di atas, laju deforestasi dan degradasi hutan untuk periode 2009-2011 tinggal 450 ribu ha dibandingkan pada periode 1998-2002 yang mencapai sekitar 3,5 juta ha. Berdasarkan data deforestasi periode 1990-2003 rata-rata sebesar 1,125 juta ha per tahun bila ditetapkan sebagai baseline penghitungan penurunan emisi di hutan, maka dengan penurunan deforestasi rata-rata pada periode 2003-2006 ke periode 2009-2011 sebesar 0,675 juta ha per tahun dengan asumsi 1 ha sebesar 725 ton CO2 ekuivalen, maka penurunan emisi dari hutan sebesar 489 juta ton CO2 ekuivalen atau setara 72,8% dari kewajiban RAN-GRK kehutanan sampai dengan 2020 sebesar 87,6%. Dengan demikian penurunan emisi gas rumah kaca akan lebih murah dan melibatkan banyak pemangku kepentingan bila kita lakukan dengan mencegah laju deforestasi dengan sungguh-sungguh dan benar. Pemerintah juga berkepentingan terhadap pertumbuhan ekonomi di bidang kehutanan di bidang produksi kayu lestari dimana pada 2012 produksi mencapai 49,11 juta m3, atau meningkat dibanding tahun 2011 (sebesar 47,42 juta m3). Adapun produksi dari HT tahun 2009 sebesar 18,95 juta m3 dan pada tahun 2012 telah mencapai 26,12 juta m3. Sedangkan HR, produksi pada tahun 2010 sekitar 2,76 juta m3 meningkat menjadi sekitar 3,20 juta m3 pada tahun 2012.
ix
Pembuatan gula aren, aktivitas pemberdayaan masyarakat TN. Bantimurung Bulusaraung, di Desa Tompobulu, Kec. Balocci Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
Sementara itu nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu olahan pada tahun 2012 sebesar US$ 2,41 milyar. Sedangkan realisasi PNBP Kehutanan tahun 2012 sebesar Rp. 3,3 trilyun dan pada Juni 2013 sebesar Rp. 1,3 trilyun. Perkiraan tenaga kerja yang terserap di tahun 2012 dengan adanya industri kehutanan, ijin usaha pemanfaatan hutan alam, hutan tanaman industri, hutan tanaman rakyat, hutan rakyat, pengusahaan pariwisata alam, penangkaran dan pengedar tumbuhan dan satwa liar, diperkirakan sebanyak 79.415 orang. Angka ini belum termasuk keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebun bibit rakyat, kelompok usaha produktif mandiri dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat di dalam dan sekitar hutan, sebagai upaya dalam pengentasan kemiskinan, dari data tahun 2012 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat rata-rata meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 15,60%. Masyarakat di wilayah pengelolaan satuan kerja yang telah melebihi target pendapatannya hingga di atas Rp.1.000.000,-/kk/bulan berturut-turut adalah di BKSDA Jawa Timur (sebesar Rp. 1.826.500,-/kk/bulan), di BTN. Bogani Nani Wartabone (sebesar Rp. 1.777.794,-/kk/bulan), di BTN. Karimunjawa (sebesar Rp. 1.777.604,-/kk/bulan), di BKSDA Lampung (sebesar Rp. 1.300.000,-/kk/bulan), di BBKSDA Bukit Barisan Selatan (sebesar Rp. 1.052.340,-/kk/bulan) dan di BTN. Wasur (sebesar Rp. 1.000.000,-/kk/bulan).
Selanjutnya, capaian sasaran srategis pembangunan kehutanan 2010-2014 disajikan sebagai berikut ;
Posisi Kontrak kinerja Menteri Kehutanan Sasaran strategis pembangunan kehutanan 2010-2014 Tanaman rehabilitasi seluas 2,5 juta ha(1) Terbangunnya HKm dan HD seluas 2,5 juta ha Hotspot turun 20% per tahun di Pulau Sumatera, Kalimantan dan sulawesi Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS Opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan Kementerian Kehutanan mulai laporan keuangan tahun 2011 Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km(2) KPH beroperasi sebanyak 120 KPH Inisiatif baru Prioritas nasional RKP 2013 Penyelenggaraan Diklat aparatur dan SDM kehutanan lainnya sebanyak 15.000 orang Capaian hingga 2012 1.124.577 ha 1.538.199,80 ha 45,11% 95 DAS WTP (DPP) 25.135,91 km 60 KPH 17.457 orang Perkiraan capaian 2013 748.285 ha 566.295 ha 59,2% 13 DAS WTP 19.000 km 30 KPH 3.000 orang Status On the track On the track On the track On the track Tercapai Target terlampui On the track Target terlampui
Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat sebanyak 50 kerjasama
30 kerjasama
10 kerjasama
On the track
Data dan informasi sebanyak 5 judul(3) Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat 3% dari kondisi tahun 2008 Hutan tanaman bertambah seluas 2,65 juta ha IUPHHK-HA/RE pada LOA seluas 2,5 juta ha Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50% Penyediaan teknologi dasar dan terapan sebanyak 25 judul Penanganan perkara, pemulihan hak-hak negara bidang kehutanan menang 80% Kelemahan administrasi, pelanggaran perundangan diturunkan 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan 25% dari temuan 2006-2009 Peningkatan tata kelola
Neraca Sumberdaya Hutan 3 judul 4,87% 1.159.609 ha 858.586 ha 53,18% 60% 57,14% 36,43% 74,27% 16,46%
Neraca Sumberdaya Hutan 1 judul 5,37% 600.000 ha 650.000 ha 10% 20% 64% 40% 40% 20%
On the track Target terlampui Need more effort Need more effort Target terlampui On the track On the track On the track
1.
2. 3.
Catatan : Target RPJMN 2010-2014 seluas 1,6 juta ha, tidak termasuk di dalamnya adalah hasil penanaman satu milyar pohon, dan hasil-hasil penanaman yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, pelajar dan perusahaan. Hasil inisiatif baru panjang batas menjadi 63.000 km Termasuk di dalamnya menampung kebijakan penundaan pemberian ijin baru dalam bentuk PIPPIB
xi
I.
PENDAHULUAN
Renja Kementerian Kehutanan Tahun 2014 disusun berdasarkan hasil dari proses perencanaan di provinsi (Rakorenbanghutda) dan kesepakatan antara Kementerian Kehutanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Bappeda Provinsi di seluruh Indonesia (trilateral desk). Renja Kementerian Kehutanan 2014 menyajikan : (1) capaian pembangunan kehutanan hingga tahun 2012, dan kemungkinan peningkatannya pada tahun 2013; (2) tantangan dan kebijakan tahun 2014; (3) target pembangunan kehutanan provinsi tahun 2014; dan (4) pengukuran kinerja tahun 2014.
Pada tahun 2012 telah diselesaikan penataan batas luar dan batas fungsi kawasan hutan sepanjang 16.621,08 km. Secara kumulatif, hingga tahun 2012 telah dicapai penyelesaian tata batas sepanjang 25.135,91 km dan angka ini akan ditingkatkan sepanjang 19.000 km di tahun 2013. Peningkatan target tata batas ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan konflik pemanfaatan kawasan hutan dan mempercepat penyelesaian RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2012 telah diselesaikan persetujuan substansi kehutanan di 22 Provinsi. Secara paralel, pengelolaan di tingkat tapak ini diperkuat dengan pembentukan KPH. Pembentukan dan operasionalisasi KPH hingga saat ini telah mencapai 60 unit, diperkirakan tahun 2013 bertambah menjadi 90 unit. Untuk mendorong operasionalisasi KPH dilakukan peningkatan sumber daya manusia, baik dari jumlah maupun kapasitas, melalui penyelenggaraan diklat calon kepala KPH. Hingga tahun 2012 telah dicapai 86 personil calon kepala KPH dan tahun 2013 diperkirakan bertambah menjadi sebanyak 120 personil calon kepala KPH.
Puncak Kayangan, sering di sebut dengan Bukit Kima, di Tomia, TN. Wakatobi.
2 13.254 0 0 2 1.836 0 0 11 2 3 17
17 24.275 11 223.076,47 0 0 0 0 22 9 0 7
Terkait dengan pelepasan kawasan hutan, hingga Mei 2013 telah dilepaskan 962 ribu ha untuk transmigrasi dan 5,8 juta ha untuk wilayah perkebunan. Upaya ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan penggunaan ruang. (Tabel 2). Tabel 2. Perkembangan pelepasan kawasan hutan hingga Mei 2013.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 10 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Riau NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah Provinsi Transmigrasi Unit 12 12 10 11 14 30 5 16 2 2 2 17 30 9 9 0 17 6 21 3 2 3 11 15 7 266 ha 39.376,65 28.054,00 17.433,85 66.499,78 78.412,53 121.222,46 14.327,45 134.147,20 7.530,00 2.950,00 1.137,00 49.199,16 68.511,52 43.501,50 39.891,09 0 36.623,79 7.447,85 54.446,21 5.089,56 3.944,80 5.664,58 20.032,64 92.304,10 24.890,38 962.638,10 Unit 58 27 26 136 44 34 11 8 8 3 0 20 66 18 56 1 9 3 3 5 10 12 10 24 13 605 Perkebunan ha 265.743,70 142.762,33 157.956,37 1.529.740,70 345.775,98 328.188,28 57.581,25 83.964,15 55.333,03 846,86 0 241.540,14 712.675,78 214.204,83 492.942,79 2.000,00 78.532,90 4.584,50 20.784,20 53.966,68 103.776,71 12.657,74 52.421,57 671.050,84 250.948,81 5.879.980,14
Menindaklanjuti penetapan RKTN Tahun 2011-2030, yang memuat arahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan 20 tahun kedepan, hingga saat ini 5 provinsi telah menetapkan Peraturan Gubernur tentang rencana kehutanan tingkat provinsi.
Produksi kayu sebagai bahan baku industri tahun 2012 mencapai 49,11 juta m3, angka ini meningkat dibanding tahun 2011 (sebesar 47,42 juta m3). Kecenderungan peningkatan ini terjadi sejak tahun 2009 (sebesar 37,59 juta m3) dan tahun 2010 (sebesar 44,25 juta m3). Sumbangan terbesar produksi kayu diberikan oleh hutan tanaman (sebesar 26,12 juta m3), berturut-turut sesudahnya adalah land clearing penyiapan lahan HTI (sebesar 8,50 juta m3), hutan alam (sebesar 5,10 juta m3) dan hutan rakyat (3,20 juta m3). Hutan tanaman terus tumbuh dan secara perlahan telah menggantikan peran hutan alam untuk menyediakan bahan baku industri. Kondisi ini terlihat dari angka ini tahun 2009 (sebesar 18,95 juta m3) hingga tahun 2011 (19,84 juta m3) (Tabel 3). Pada tahun 2012, Kementerian Kehutanan melakukan kampanye penangkaan anti kayu tropis secara intensif, antara lain dipimpin Menteri Kehutanan yang menjelaskan kebijakan dan peraturan pengelolaan hutan Indonesia di forum-forum multipihak di London, Washington, Bonn dan Seoul. Upaya tersebut efektif untuk meredam isu negatif terhadap produk kayu Indonesia, sehingga perlu dilanjutkan di forum-forum internasional lain. Tabel 3. Perkembangan pemenuhan bahan baku.
Komponen Realisasi Pemenuhan Bahan Baku (m3) a. Stock di IPHHK (m3) b. IUPHHK-HA (m3) c. IUPHHK-HTI (m3) d. LC Penyiapan Lahan HTI e. Perum Perhutani f. ILS/IPK (m3) g. Hutan Rakyat (m3) h. Kayu perkebunan (m3) i. Impor kayu bulat (m3) j. Hasil Lelang (m3) k. Pemilik/Pedagang Hasil Hutan KB(m3) l. IPHHK Lain (m3) (m3) Tahun 2010 44.256.753,95 2.086.987,09 5.285.445,07 18.561.413,95 13.571.293,20 98.002,96 736.727,23 2.769.547,53 469.264,47 46.618,38 4.524,15 187.995,05 438.934,87
2009 37.590.339,67 2.763.664,72 4.642.569,29 18.953.483,19 6.349.279,40 87.827,81 482.781,59 3.204.735,56 595.460,71 12.482,33 4.451,91 252.250,73 238.275,29
2011 47.424.309,19 4.348.848,99 5.088.695,42 19.840.678,96 13.591.697,28 104.776,60 600.597,53 2.831.619,62 428.239,51 9.782,76 87.861,61 491.510,93
2012 49.112.386,14 3.918.481,58 5.105.469,20 26.123.583,29 8.502.633,20 142.457,78 712.906,05 3.207.936,15 635.440,74 48.169,17 92.095,32 623.213,66
Peningkatan peran hutan tanaman juga terlihat dari perkembangan investasi dan penyerapan tenaga kerja di HTI dan HTR. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin berkembanganya IUPHHK untuk HTI dan HTR jika dibandingkan dengan HA. Perkembangan ini juga diikuti adanya RE yang mengalami peningkatan yang nyata (Tabel 4). Pada tahun 2009, jumlah ijin di HA sebanyak 304 unit, pada tahun 2012 turun menjadi 294 unit. Sedangkan jumlah ijin di HTI pada tahun 2009 sebanyak 226 unit dan pada tahun 2012 menjadi 238 unit. Kondisi yang sama terjadi di HTR, pada tahun 2009 jumlah ijin hanya sebanyak 14 unit dengan luas 35.575,04 ha, dan pada tahun 2012 menjadi 3.490 unit dengan luas 168.447,84 ha. Mekanisme baru yang didorong oleh Kementerian Kehutanan untuk menurunkan tingkat kerusakan hutan alam di hutan produksi adalah RE, dengan cara memberikan ijin untuk mengawal suksesi hutan sebelum melaksanakan aktifitas penebangan. Pada tahun 2012, jumlah ijin telah mencapai 5 unit
5
dengan luas 219.350 ha. Jumlah investasi yang telah masuk sebesar US$ 67.201.400 dengan perkiraan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 897 orang di tahun 2012. Tabel 4. Perkembangan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu.
Tahun Kegiatan 2009 2010 2011 2012
1. IUPHHK- HA / HPH a. Unit b. Luas (Ha) c. Investasi (Rp) d. Jumlah tenaga kerja 2. IUPHHK- HTI a. Unit b. Luas (Ha) c. Investasi (Rp) d. Jumlah tenaga kerja 3. IUPHHK- RE a. Unit b.Luas (Ha) c. Investasi (US$) d. Jumlah tenaga kerja 4. IUPHHK- HTR a. Luas Pencadangan (Ha) b. Luas Ijin (Ha) c. Unit 383.402 35.575,04 14 634.918 99.749,89 50 661.150,73 164.749,60 3.147 669.450,73 168.447,84 3.490 0 0 0 0 3 185.005 227,602.68 152 4 199.085 27.996.765 204 5 219.350 67.201.400 897 226 8.983.957,43 1.677.000.000.000 11.990 239 9.432.735 1.986.000.000.000 12.941 249 10.046.839 2.132.350.256.955 23.042 238 9.834.744 2.345.467.681.550 28.906 304 25.660.000 1.985.384.050 31.058 303 24.950.000 7.517.541.922.364 29.105 292 23.409.375 7.100.331.874.995 29.105 294 23.902.979 6.096.882.349.595 29.762
Nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu pada tahun 2012 sebesar US$ 2,4 milyar. Sumbangan terbesar diberikan oleh kayu lapis (US$ 1,69 milyar), berturut-turut setelahnya adalah moulding (US$ 400,95 juta) dan kayu pertukangan (US$ 224,21 juta) (Tabel 5). Tabel 5. Perkembangan ekspor kayu.
Komponen Nilai ekspor produk kehutanan (US$) - Kelompok Kayu Gergajian (US$) - Veneer (US$) - Moulding (US$) - Papan Partikel (US$) - Papan Fiber Kayu (US$) - Kayu Lapis (US$) - Kayu yg dipadatkan (US$) - Peti, kotak, drum, pengemas (US$) - Kayu pertukangan (US$) - Produk kayu lainnya (US$) - Bangunan Prefabrikasi (US$) Tahun 2010 1.987.475.888 27.687.946 17.365.298 320.711.791 2.182.335 15.555.779 1.362.500.792 3.429.355 235.113.733 2.928.859
6
2009 1.628.108.434 30.373.640 16.057.069 310.111.888 1.646.226 17.967.523 1.060.827.638 2.855.182 185.357.647 2.911.621
2011 2.318.286.186 32.378.632 21.624.030 406.850.678 1.283.172 13.045.351 1.618.275.741 3.882.386 218.965.361 1.980.835
2012 2.410.473.015 39.831.157 21.082.862 400.955.746 1.142.396 18.153.355 1.691.678.013 11.058.956 224.219.131 2.351.339
Produksi kayu olahan tahun 2012 cenderung meningkat untuk jenis veneer, kayu gergajian dan serpih kayu. Sedangkan untuk plywood dan LVL, serta pulp mengalami penurunan dibandingkan angka tahun 2011. Peningkatan terbesar adalah pada jenis serpih kayu (19,6 juta m3), dibandingkan tahun 2011 (sebesar 1,77 juta m3) (Tabel 6). Tabel 6. Perkembangan produk kayu olahan.
Produk kayu olahan a. Plywood dan LVL b. Veneer (m3) (m3) Tahun 2009 2.995.952,54 684.677,91 711.509,58 1.012.704,28 4.687.038,78 2010 3.236.744,62 727.286,71 877.072,85 1.195.375,76 5.437.724,42 2011 3.204.707,52 812.343,01 907.118,69 1.778.435,25 6.178.359,10 2012 3.187.974,05 878.733,64 1.027.445,94 19.640.523,87 5.364.107,05
Untuk menjaga peredaran kayu dari hutan lestari, telah dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi penebangan bersertifikat legalitas kayu. Pada tahun 2012, penebangan bersertifikat legal sebesar 3,83 persen dan meningkatkan produksi industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu di 13 unit manajemen IUPHHK.
Hingga tahun 2012, telah diselesaikan konflik seluas 24.100 ribu ha dari total 25 ribu ha yang harus diselesaikan di akhir 2014 (Tabel 7). Dan untuk meningkatkan mekanisme perlindungan di luar kawasan konservasi yang dianggap penting (seperti mangrove, karst dan habitat burung) migran, Kementerian Kehutanan telah mendorong komitmen para pihak, utamanya pemerintah daerah untuk melindungi kawasan esensial. Pada tahun 2012, telah disusun dan ditandatangani nota kesepahaman di 3 lokasi, yaitu Kabupaten Tulang Bawang untuk perlindungan ekosistem lahan basah, Kabupaten Bengkalis untuk perlindungan ekosistem mangrove dan gambut, dan Kabupaten Ciamis untuk perlindungan perairan dan karst (Tabel 8).
Ranu Kumbolo, peristirahatan menuju Mahameru, TN. Broomo Tengger Semeru, Jawa Timur
Spesies prioritas utama berhasil ditingkatkan populasinya pada tahun 2012 dibandingkan dengan data tahun 2008. Dari 95 lokasi pengamatan yang tersebar di 48 UPT, spesies Bekantan, Kakaktua Jambul Kuning dan Maleo memiliki kecenderungan peningkatan populasi terbesar (Tabel 9). Selanjutnya, perkembangan 14 spesies prioritas utama di tiap lokasi pengamatan di sajikan sebagai berikut :
10
Ranu Kumbolo, peristirahatan sebelum menuju Mahameru, Tn. Bromo Tengger Semeru
% Kenaikan 2011 dari baseline 57,14 0,00 0,00 0,00 10,71 75,44 -27,08 0,00 100,00 71,43 0,00 9,09 0,00
% Kenaikan 2012 dari base line -50,00 0,00 -10,71 -5,26 3,57 110,53 6,25 50,00 300,00 85,71 31,58 9,09 0,00
BTN Kayan Mentarang BTN Ujung Kulon BBKSDA Jawa Timur BBKSDA Jawa Timur BTN Meru Betiri BTN Alas Purwo 2. 3. Badak Jawa Harimau Sumatera BTN Ujung Kulon BBKSDA Sumatera Utara BBTN Bukit Barisan Selatan BTN Berbak BTN Bukit Tigapuluh BTN Way Kambas BBTN Gunung Leuser
Spesies, UPT BBTN Gunung Leuser BBTN Gunung Leuser BBTN Gunung Leuser BBTN Kerinci Seblat BBTN Kerinci Seblat BBTN Kerinci Seblat BBTN Kerinci Seblat BKSDA Jambi BKSDA Jambi BKSDA Jambi BKSDA Bengkulu 4. Gajah Sumatera BTN Way Kambas BBTN Kerinci Seblat BBTN Kerinci Seblat BBTN Kerinci Seblat BKSDA Jambi BKSDA Jambi TN Tesso nilo TN Tesso nilo BKSDA Riau BKSDA Bengkulu 5. Babirusa BKSDA Sulawesi Tengah BTN Bogani Nani Wartabone BTN Kepulauan Togean BKSDA Sulawesi Utara BBTN Lore Lindu 6. Anoa BBKSDA Sulawesi Selatan BBKSDA Sulawesi Selatan BBKSDA Sulawesi Selatan BKSDA Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara BTN Bogani Nani Wartabone BTN Bogani Nani Wartabone BTN Rawa Aopa Watumohai BKSDA Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara BBTN Lore Lindu 7. Owa Jawa BTN Ujung Kulon BTN Gunung Gede Pangrango
Baseline Data Populasi 4 6 4 22 33 16 93 12 3 6 16 215 40 30 20 8 117 177 8 400 70 36 362 37 200 7 6 2 1 55 81 31 34 12 28 345 180 3 24 136 75 188 347 2010 4 6 4 22 33 16 93 12 3 6 16 215 40 30 20 8 117 177 8 400 70 36 394 37 200 7 6 2 1 55 81 31 34 12 28 344 186 3 24 136 75 188 347
12
Jumlah Populasi 2011 4 6 4 22 33 16 95 12 3 6 16 215 40 30 20 8 117 192 9 318 71 36 394 37 200 8 6 2 1 56 81 31 34 12 28 344 185 3 24 136 76 188 347 2012 4 6 4 22 33 16 95 12 3 6 16 215 40 30 20 8 117 192 9 363 71 55 399 44 210 8 5 2 1 56 76 38 38 20 30 350 185 9 24 136 76 188 347
% Kenaikan 2011 dari baseline 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,47 12,50 -20,50 1,43 0,00 8,84 0,00 0,00 14,29 0,00 0,00 0,00 1,82 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,29 2,78 0,00 0,00 0,00 1,33 0,00 0,00
% Kenaikan 2012 dari base line 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,47 12,50 -9,25 1,43 52,78 10,22 18,92 5,00 14,29 -16,67 0,00 0,00 1,82 -6,17 22,58 11,76 66,67 7,14 1,45 2,78 200,00 0,00 0,00 1,33 0,00 0,00
Baseline Data Populasi 57 33 17 19 688 3116 6000 1779 888 372 29 3 35 45 1288 1336 131 95 84 30 2010 57 33 17 19 688 3116 6000 1779 888 372 29 8 35 45 2550 2707 131 95 84 30 15 877 1200 8 320 4558 136 2 65 4 4 2 3 10 10 382 111 85 20
13
Jumlah Populasi 2011 58 33 17 19 688 3248 6006 1858 896 372 36 16 35 29 2065 2355 131 95 100 35 15 877 1200 6 320 4558 186 2 65 7 5 2 6 15 10 382 111 85 20 2012 60 23 19 21 688 3248 6875 1861 896 372 22 16 35 88 2842 2406 66 100 146 15 58 1437 1325 14 350 4558 186 2 65 5 5 6 15 11 18 461 136 85 77
% Kenaikan 2011 dari baseline 1,75 0,00 0,00 0,00 0,00 4,24 0,10 4,44 0,90 0,00 24,14 433,33 0,00 -35,56 60,33 76,27 0,00 0,00 19,05 16,67 0,00 0,00 20,00 -25,00 0,00 0,00 36,76 0,00 0,00 0,00 25,00 0,00 100,00 50,00 0,00 -23,60 11,00 0,00 -66,67
% Kenaikan 2012 dari base line 5,26 -30,30 11,76 10,53 0,00 4,24 14,58 4,61 0,90 0,00 -24,14 433,33 0,00 95,56 120,65 80,09 -49,62 5,26 73,81 -50,00 286,67 63,85 32,50 75,00 9,38 0,00 36,76 0,00 0,00 -28,57 25,00 200,00 400,00 10,00 80,00 -7,80 36,00 0,00 28,33
BTN Bukit Baka Bukit Raya BTN Sebangau BTN Sebangau BBTN Betung Kerihun BKSDA Kalimantan Tengah BTN Tanjung Puting BTN Kutai BTN Danau Sentarum BKSDA Kalimantan Barat 9. Bekantan BKSDA Kalimantan Selatan BKSDA Kalimantan Selatan BKSDA Kalimantan Selatan BKSDA Kalimantan Selatan 10. Komodo BTN Komodo BTN Komodo BTN Komodo BTN Komodo 11. Jalak Bali BKSDA Bali BTN Bali 12. Maleo BKSDA Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah BTN Bogani Nani Wartabone BTN Rawa Aopa Watumohai BKSDA Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara BTN Lore Lindu 13. Elang Jawa BBKSDA Jawa Timur BTN Gunung Gede Pangrango BTN Gunung Ciremai BTN Gunung Merapi BTN GN Halimun Salak 14. Kakaktua Jambul Kuning BBKSDA NTT BBKSDA Jawa Timur BTN Rawa Aopa Watumohai Balai Taman Nasional Komodo Balai Taman Nasional Komodo Balai Taman Nasional Komodo BKSDA NTB
Usaha penangkaran Jalak Bali oleh masyarakat sekitar TN. Bali Barat
Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah penangkar meningkat menjadi 724 unit dibanding tahun 2011 (709 unit). Kondisi yang sama juga terjadi untuk pengedar jenis tumbuhan dan dan satwa liar, tahun 2012 meningkat menjadi 205 unit dibanding tahun 2011 (Tabel 10). Beberapa jenis telah diperdagangkan ke luar negeri dengan perkiraan nilai devisa pada tahun 2012 sebesar US$ 319.431.990,73 (asumsi 1 US$ sebesar Rp.9.000,-). Beberapa komoditi dari satwa yang diperdagangkan diantaranya adalah tanduk rusa, kulit buaya dan empedu ular. Sedangkan dari tumbuhan yang diperdagangkan diantaranya anggrek, gaharu dan ramin. Tabel 10. Perkembangan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
Komponen Pengusahaan pariwisata alam (unit) Lembaga konservasi (unit) Penangkar tumbuhan dan satwa liar (unit) Pengedar tumbuhan dan satwa liar (unit) Tahun 2009 24 40 2010 25 47 701 195 2011 25 52 709 202 2012 35 55 724 205
14
Hingga tahun 2014, diharapkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan meningkat menjadi minimal Rp. 800.000,-/kk/bulan. Dari 18 UPT yang menjadi lokasi pemantauan, ditemukan bahwa pada tahun 2012 pendapatan masyarakat rata-rata meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 15,60% (Tabel 12). Wilayah pengelolaan satuan kerja yang telah melebihi target hingga di atas Rp.1.000.000,/kk/bulan adalah BKSDA Jawa Timur (sebesar Rp. 1.826.500,-/kk/bulan), BTN. Bogani Nani Wartabone (sebesar Rp. 1.777.794,-/kk/bulan), BTN. Karimunjawa (sebesar Rp. 1.777.604,/kk/bulan), BKSDA Lampung (sebesar Rp. 1.300.000,-/kk/bulan), BBKSDA Bukit Barisan Selatan (sebesar Rp. 1.052.340,-/kk/bulan) dan BTN. Wasur (sebesar Rp. 1.000.000,-/kk/bulan). Tabel 11. Perkembangan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
Satuan Kerja BKSDA NTB BTN. Kepulauan Seribu BBKSDA Jawa Barat BBKSDA NTT BKSDA Kalimantan Barat BTN. Sembilang BTN. Alas Purwo BTN. Wasur BTN. Gn. Halimun Salak BTN. Sebangau BTN. Kepulauan Togean BTN. Bali Barat BBTN. Bukit Barisan Selatan BTN. Danau Sentarum BTN. Bogani Nani Wartabone BTN. Karimun Jawa BKSDA Lampung BBKSDA Jawa Timur Tahun (Rp.) 2011 1.100.000 605.000 605.000 605.000 605.000 605.000 605.000 605.000 605.000 903.804 678.273 600.000 861.967 1.086.643 920.290 1.749.342 1.075.000 1.575.000 Rata-rata peningkatan 2012 1.100.000 605.000 605.000 605.000 605.000 500.000 900.000 1.000.000 853.000 903.804 678.273 600.000 1.052.340 971.429 1.777.794 1.777.604 1.300.000 1.826.500 % Kenaikan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 (17,36) 48,76 65.29 40,99 0,00 0,0 0,0 22,09 (10,60) 93,18 1,62 20,93 15,97 15,60 Data belum di up date tahun 2012 Peningkatan tahun 2010 sebesar 10%, data belum di up date tahun 2011 Peningkatan tahun tahun 2010 sebesar 10%, tahun 2012 data belum di up date Keterangan Peningkatan tahun 2010 sebesar 100%, pada tahun 2012 data belum di up date
15
Wisatawan Swedia dan Singapura yang berkunjung ke Kaledupa, TN. Wakatobi sedang menanam mangrove
Upaya untuk menurunkan luasan lahan kritis, pada tahun 2012 telah dilakukan rehabilitasi kawasan hutan konservasi/lindung sebesar 100.986 ha dan rehabilitasi lahan kritis, termasuk penanaman hasil Kebun Bibit Rakyat Tahun 2011 sebesar 400.608 ha. Rehabilitasi hutan mangrove, gambut, dan rawa terus digiatkan dengan capaian sebesar 8.809 ha (Tabel 12). Tabel 12. Perkembangan rehabilitasi hutan dan lahan.
Komponen Rehabilitasi hutan di DAS piroitas (ha) Rehabilitasi lahan kritis di DAS prioritas (ha) Pembuatan hutan kota (ha) Rehabilitasi hutan mangrove/hutan pantai (ha) Rencana pengelolaan DAS terpadu (unit DAS) Tahun 2009 16
Pada tahun 2012, telah dibangun sebanyak 10.053 unit dengan kemampuan menyediakan jumlah bibit tiap KBR sebanyak 50.000 bibit. Pada tahun 2011 telah dibangun 10.270 unit (Tabel 13). Tabel 13. Perkembangan pembuatan KBR.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Unit Organisasi BPDAS Krueng Aceh BPDAS Wampu Sei Ular PDAS Asahan Barumun BPDAS Agam Kuantan BPDAS Indragiri Rokan BPDAS Batanghari BPDAS Musi BPDAS Ketahun BPDAS Way Seputih Sekampung BPDAS Kepulauan Riau BPDAS Baturusa Cerucuk BPDAS Citarum Ciliwung BPDAS Cimanuk Citanduy BPDAS Pemali Jratun BPDAS Serayu Opak Progo BPDAS Solo BPDAS Brantas Tahun 2010 Rencana Realisasi 266 266 375 330 322 376 114 114 242 242 131 69 322 167 109 78 352 362 40 48 41 29 200 267 171 223 395 397 244 240 324 406 279 308
17
Tahun 2011 Rencana Realisasi 350 356 368 368 546 544 98 98 343 341 195 195 325 328 268 268 488 518 60 56 58 56 322 321 250 250 304 364 369 368 346 366 424 444
Tahun 2012 Rencana Realisasi 361 360 227 227 300 300 105 105 431 433 211 211 306 306 384 384 655 655 75 75 75 74 430 430 474 474 517 517 446 446 494 493 477 477
KBR di Desa Gamoneng dan Balison, Kab. Halmahera Barat, Maluku Utara
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Unit Organisasi BPDAS Sampean BPDAS Kapuas BPDAS Kahayan BPDAS Barito BPDAS Mahakam Berau BPDAS Unda Anyar BPDAS Dodokan Moyosari BPDAS Benain Noelmina BPDAS Tondano BPDAS Bone Bolango BPDAS Palu Poso BPDAS Lariang Mamasa BPDAS Saddang BPDAS Jeneberang Walanae BPDAS Sampara BPDAS Ake Walamo BPDAS Wae Hapu batu Merah BPDAS Remu Ranisiki BPDAS Memberamo Jumlah
Tahun 2010 Rencana Realisasi 204 278 316 335 75 64 240 244 198 206 87 115 236 246 552 602 212 213 88 88 170 170 176 176 213 213 455 462 216 220 88 88 98 99 128 128 320 147 8.000 8.016
Tahun 2011 Rencana Realisasi 310 310 393 393 109 109 373 373 251 251 110 111 292 292 500 600 296 296 139 150 214 214 195 195 268 268 432 464 379 379 158 157 152 152 123 123 192 192 10.000 10.270
Tahun 2012 Rencana Realisasi 390 390 214 214 100 96 200 200 183 183 157 157 300 300 352 352 225 224 166 166 243 248 279 279 221 221 282 282 250 247 109 109 100 100 128 128 173 200 10.040 10.053
Kegiatan rehabilitasi ini diperkuat dengan RPDAST sebagai acuan berbagai pihak dalam memelihara serta meningkatkan daya dukung dan fungsi DAS. Pada tahun 2012 telah disusun 23 unit RPDAST, sehingga secara kumulatif hingga tahun 2012 telah disusun 95 RPDAST dari target sebanyak 108 DAS. Untuk mendorong produksi hutan, pada tahun 2012 telah dibangun HKm dan HD seluas 500.377 ha dalam bentuk penetapan areal kerja. Pembangunan HKm dan HD ini akan ditingkatkan pada tahun 2013 seluas 500.000 ha. Secara kumulatif, jumlah HKm dan HD yang telah dibangun seluas 1.538.199,80 ha dari target 2.500.000 di akhir tahun 2014. Selain itu, pemerintah juga membangun HR kemitraan di luar kawasan hutan seluas 56.334 ha pada tahun 2012 (tahun 2013 akan ditingkatkan seluas 50.000 ha. Secara kumulatif, jumlah HR yang telah dibangun hingga 2012 adalah 158.492 ha dari target 250.000 ha di akhir tahun 2014. (Tabel 14). Tabel 14. Perkembangan HKm, HD dan HR (kemitraan).
Komponen HKm dan HD (ha) Hutan rakyat (kemitraan) (ha) Tahun 2009 2010 528.507 51.506 2011 508.170,9 50.651,89 2012 500.377 56.334
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah, Kementerian Kehutanan berusaha mendorong dan meningkatkan keragaman produk kehutanan bukan kayu atau hasil hutan bukan kayu (HHBK) dengan menetapkan jenis HHBK unggulan nasional dan lokasi pengembangan klaster. Hingga tahun 2012 telah ditetapkan sebanyak 22 jenis HHBK unggulan nasional dan lokasi klaster pengembangannya (Tabel 15). Pada Tahun 2010, produksi sutera alam sebesar 491 ton, lebah madu 8.800 ton, gaharu 1.408,84 ton, rotan 17.779 ton dan bambu 53,24 ton.
18
Tahun dan Lokasi Klaster 2010 Kab. Bangka Tengah (Babel) Kab. Katingan (Kalteng) Kab. Sumbawa (NTB) Kab. Cianjur (Jabar) Kab. Bangli (Bali) Kab. Purwerejo (Jateng) Kab. Aceh Tenggara (Aceh) Kab. Tapanuli Utara (Sumut) Kab. Lampung Barat (Lampung) Kab. Nganjuk (Jatim) Kab. Sanggau (Kalbar) Kab. Timor Tengah Selatan (NTT) Kab. Aceh Barat (Aceh) Kab. Samosir (Sumut) Kab. Tanah Datar (Sumbar) Kab. Tanjung Jabung (Jambi) Kab. Ogan Komering Ilir (Sumsel) Kab. Kab. Pandeglang (Banten) Kab. Tegal (Jateng) Kab. Blitar (Jatim) Kab. Bolaang Mongondow (Sulut) Kab. Fax-fak (Papua Barat) Kab. Tasikmalaya (Jabar) Kab. Mamuju (Sulsel) 2011 2012
Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan diklat sebanyak 3.036 orang. Hingga Tahun 2012 jumlah lulusan diklat telah mencapai 17.457 orang, angka ini akan ditingkatkan pada Tahun 2013 sebanyak 3.000 orang. Sedangkan untuk pendidikan menengah kehutanan, pada Tahun 2012 telah dilaksanakan sebanyak 323 siswa (kumulatif 942 siswa). Dalam mendorong perekonomian kerakyatan seiring dengan pesatnya perkembangan kemitraan Hutan Rakyat di Pulau Jawa, maka peran penyuluhan kehutanan dipandang strategis untuk menjembatani penguatan kemitraan usaha antara kelompok tani hutan dengan pelaku industri perkayuan berbasis kayu rakyat berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan. Dari target 50 kerjasama kemitraan pada akhir tahun 2014, maka pada Tahun 2012 telah dilaksanakan 10 kerjasama kemitraan (kumulatif dari tahun 2010-2012 mencapai 30 kerjasama kemitraan
20
Pertanian organik, usaha pemberdayaan TN. Bantimurung Bulusaraung, di Tompobulu, Kec. Balocci, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
Tabel 16. Perkembangan Penyelenggaraan Penyuluhan, Kediklatan, dan Pengembangan SDM Kehutanan.
Komponen Kerjasama kemitraan (kerjasama) Kelompok masyarakat produktif mandiri (unit) Sertifikasi penyuluh (orang) Pendidikan dan Latihan Pendidikan Menengah Tahun 2009 2010 18 81 5.190 308 2011 2 105 209 9.231 311 2012 10 129 356 3.036 323
Sosialisasi kelembagaan penyuluhan kehutanan dilaksanakan di seluruh provinsi, sementara lima provinsi model diselenggarakan di Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Untuk meningkatkan kualitas penyuluh kehutanan, telah diselenggarakan uji kompetensi dengan mengacu SKKNI bidang penyuluhan kehutanan. Sampai dengan Tahun 2012 telah dilaksanakan uji kompetensi kepada 565 orang penyuluh kehutanan dari target 1.500 orang di akhir tahun 2014. Adapun yang dinyatakan kompeten 495 orang dan yang belum kompeten 70 orang. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas kerjasama, pada tahun 2012 telah dilakukan diklat pendampingan masyarakat sebanyak 2.886 orang dari seluruh Indonesia. Pada tahun 2012, kelompok masyarakat produktif (KUP) telah dibentuk sebanyak 129 kelompok, angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 105 KUP. Secara kumulatif, hingga tahun 2012 telah dibentuk sebanyak 315 KUP (Tabel 16) dari target 500 kelompok hingga akhir 2014. KUP ini bermaksud untuk memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat, utamanya di dalam dan di sekitar kawasan hutan untuk mengembangkan potensi ekonomi sesuai karakterisitik desa sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan secara langsung terhadap hutan.
21
Lokasi penelitian ketahanan hama dan penyakit tanaman Sengon dari Papua, Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Litbang Kehutanan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya hutan sebagai bentuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sehingga pada akhirnya peran Litbang Kehutanan diarahkan untuk mendorong produk kehutanan yang dapat menggantikan peran kayu solid, dan meningkatkan peran hasil hutan dalam memenuhi kebutuhan akan makanan (food), energi (energy) dan obat-obatan (medicine).
22
Erin P Riley, peneliti primata dari San Diego State University, sedang mengamati monyet Sulawesi di TN. Bantimurung Bulusaraung
Selanjutnya, Litbang kehutanan melaksanakan 4 litbang, yaitu : (1) Litbang konservasi dan rehabilitasi, yaitu hutan alam produksi lahan kering, hutan rawa gambut, hutan mangrove, konservasi flora, fauna dan mikro-organisme, model pengelolaan kawasan konservasi berbasis ekosistem, pengelolaan DAS dan pengelolaan sumbardaya lahan dan air pendukung DAS; (2) Litbang peningkatan produktivitas hutan, yaitu hutan tanaman kayu perkakas, hutan tanaman kayu pulp, hutan tanaman kayu energi, pemuliaan tanaman hutan, HHBK FEM (food, energy dan medicine) dan HHBK Non-FEM; (3) Litbang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan, yaitu sifat dasar kayu dan HHBK, keteknikan dan pemanenan hasil hutan, pengolahan hasil hutan kayu, pengolahan HHBK dan perekayasaan alat dan substitusi bahan pembantu; dan (4) Litbang perubahan iklim dan kebijakan, yaitu manajemen lansekap berbasis DAS, Hutan kota/ lansekap perkotaan, ekonomi dan kebijakan REDD, perhitungan emisi GRK kehutanan, adaptasi bioekologi dan sosekbud terhadap perubahan iklim, tata kelola kehutanan dan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan . Hasil konkrit yang telah diperoleh dan dimanfaatkan hingga tahun 2012, diantaranya : (1) teknik pembuatan bambu lamina yang sudah diadopsi untuk pengembangan industri kreatif mebel bambu; (2) teknik produksi resorsinol yang telah diujicobakan di pabrik kayu komposit di Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan DI Yogyakarta. Bahan perekat ini juga telah digunakan untuk laminasi bambu; (3) teknik pengolahan arang dan turunannya sudah diadopsi masyarakat di Jawa Barat , Banten; (4) teknik stabilisasi dimensi oleh pengrajin mebel di Jepara; (5) pengolahan dan pemanfaatan cuka kayu yang diadopsi oleh masyarakat dan pengusaha, serta sudah disusun kerjasama di Toraja, Cianjur, dan Banten; (6) pedoman penggunaan model alometrik untuk pendugaan biomassa dan stok karbon hutan di Indonesia; dan, (7) metode penanaman untuk kondisi tapak ekstrim (seperti Aceh, sebagai areal bekas tsunami dengan habitat lumpur bercampur pasir).
23
Dari target penurunan kelemahan administrasi sebesar 50% di tahun 2014, telah tercapai sebesar 36,43 % di Tahun 2012 (angka tahun 2012 sebesar 12,74% dari angka dasar sebesar 20,04% di tahun 2009). Penurunan pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang memiliki target 50% di tahun 2014, pada tahun 2012 telah tercapai sebesar 74,27% (angka tahun 2012 sebesar 3,78% dari angka dasar sebesar 14,69% di tahun 2009). Sedangkan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas telah tercapai sebesar 56,74% di tahun 2012 (angka tahun 2012 sebesar 6,19% dari angka dasar sebesar 14,31% di tahun 2009). Untuk potensi kerugian negara telah diturunkan 16,46% menjadi Rp.580.638.239,45 dari angka dasar tahun 2009 sebesar Rp.695.079.784.709,- (Tabel 17). Tabel 17. Perkembangan pemantauan kinerja pengawasan.
Komponen Kelemahan administrasi (%) Pelanggaran terhadap peraturan perundangan (%) Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas (%) Potensi kerugian negara (Rp.) Tahun 2009 20,04 14,69 14,31 695.079.784.709 2010 23,59 7,10 13,65 644.575.341.139 2011 29,85 6,12 10,69 633.046.075.395 2012 12,74 3,78 6,19 580.702.638.239,45
Terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, Kementerian Kehutanan telah melaksanakan 4 rencana aksi dengan 7 kriteria keberhasilan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, yang hasilnya telah diverifikasi UKP4 hingga B-03 bahwa 1 kriteria keberhasilan mencapai 120% (biru), 5 kriteria keberhasilan mencapai 100% (hijau) dan 1 kriteria keberhasilan mencapai 70% (kuning) (Tabel 18). Tabel 18. Status Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi hingga B-03.
Prioritas Program Rencana Aksi Kriteria Keberhasilan Pelaksanaan pelayanan perizinan tepat waktu secara on line (6 jenis perizinan) Penambahan pelaksanaan perizinan secara on line (2 jenis perizinan, yaitu penangkaran dan izin usaha industri primer hasil hutan) Penyediaan fasilitas pelayanan perizinan on line Transparansi dan akuntabilitas dari rencana kerja dan anggaran Kementerian Kehutanan Status keberhasilan hingga B-03 Hijau Hijau Biru Hijau
Pelaksanaan pelayanan secara on line Sistem pelayanan publik berbasis teknologi informasi Penayangan rencana kerja dan anggaran Kementerian Kehutanan pada web/situs resmi Kementerian Kehutanan Pembuatan standar pelayanan dan standar operasional prosedur terkait pengelolaan pengaduan internal dan eksternal atas penyalahgunaan wewenang
Pencegahan Pengembangan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal (termasuk masyarakat) atas penyalahgunaan kewenangan Pendidikan dan budaya anti korupsi Strategi komunikasi, informasi dan edukasi yang jelas dan terencana
Peningkatan penanganan terhadap pengaduan internal dan eksternal atas penyalahgunaan wewenang
Kuning
Peningkatan sikap dan perilaku anti korupsi penyelenggara di lingkungan internal Kementerian Kehutanan Terlaksananya strategi komunikasi pendidikan dan budaya anti korupsi melalui sosialisasi dan kampanye budaya anti korupsi di lingkungan internal/seluruh satker Kementerian Kehutanan
24
Hijau
Hijau
Laporan keuangan Kementerian Kehutanan pada tahun 2012 memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dari BPK RI. Status ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dengan paragraf penjelasan (DPP) (Tabel 19). Tabel 19. Perkembangan pencapaian kinerja Sekretariat Jenderal.
Tahun Komponen Opini BPK terhadap lapoan keuangan Pencatatan BMN eks Kanwil Kehutanan Pengembalian pinjaman/piutang 69 perusahaan selesai 80% Kerjasama baru bilateral dan multilateral Target hinggga 2014 WTP 15 55 5 negara dan 3 lembaga 2010 WDP 5 8 1 negara 2011 WTP (DPP) 2 6 1 negara dan 1 lembaga 2012 WTP 1 10 1 negara dan 1 lembaga
Standar produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan 35 judul 6 judul 12 judul 9 judul1 perubahan iklim Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 3 5 92 Rekomendasi kebijakan penanganan 3 rekomendasi -3 5 rekomendasi 4 rekomendasi perubahan iklim Keterangan : 1. Selama tahun 2010-2012, sebanyak 18 judul telah menjadi SNI dan 9 masih dalam proses penetapan menjadi SNI oleh BSN 2. Hutan rakyat yang telah memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan rakyat sebanyak 3 unit, sedangkan 6 unit mash difasilitasi 3. Tugas dan fungsi Pusat Standardisasi dan Lingkungan belum mencakup bidang perubahan iklim.
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor kehutanan tahun 2012 sebesar Rp.3,30 trilyun, angka ini terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 (sebesar Rp. 2,39 trilyun), tahun 2010 (sebesar Rp. 2,94 trilyun) dan tahun 2011 (Rp.3,15 trilyun). Dana reboisasi (DR) memberikan masih sumbangan terbesar (Rp.1,6 trilyun), meskipun angka ini turun dibanding tahun 2011 (Rp. 1,72 trilyun). (Tabel 20). Tabel 20. Perkembangan PNBP Kehutanan
Komponen Realisasi PNBP Kemenhut 1. PNBP SDA a. DR b. PSDH c. IIUPH d. DPH e. DPEH f. IASL/TA g. Pungutan masuk Obyek WA 2. PNBP Lainnya a. Ganti Rugi Nilai Tegakan b. Penggunaan Kawasan Hutan c. Tempat Hiburan/Taman/ Museum/PUPA d. PIPPA e. IHUPA 0,00 196.306.000
25
Tahun (Rp.) 2009 2.397.581.426.000 1.368.085.110.978 674.358.139.368 74.179.913.501 648.803.380 418.686.800 7.878.454.120 6.653.144.380 0 169.536.525.729 904.387.000 2010 2.941.096.540.533 1.635.335.683.648 797.324.738.602 271.527.597.764 91.902.000 135.238.800 6.141.326.398 19.444.242.426 33.869.834.201 175.854.019.948 778.500 294.319.660 1.076.858.586 2011 3.157.718.314.864 1.720.288.868.765 868.554.324.130 119.261.871.703 0 4.254.460.392 5.412.676.248 26.679.137.821 97.295.159.593 315.672.169.228 0 102.922.500 118.212.233 2012 3.309.336.953.264 1.491.399.654.922 986.268.936.309 102.559.757.450 0 13.432.687.929 3.376.610.926 20.037.555.492 157.288.848.915 403.865.794.149 0 358.418.000 188.262.278
Realisasi anggaran Kementerian Kehutanan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang nyata. Pada tahun 2006, realisasi anggaran sebesar 61,81% (dari anggaran Rp.4,5 trilyun) meningkat pada tahun berikutnya 63,97% (dari pagu anggaran Rp.7,1 trilyun). Pada tahun 2012, realisasi anggaran menjadi sebesar 87,46% dari pagu anggaran Rp.5,7 trilyun (Tabel 21). Tabel 21. Perkembangan realisasi anggaran Kemenhut.
Komponen Pagu anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) % Tahun (Rp.juta) 2006 4.541.116,5 2.806.791,2 61,81 2007 7.158.491,3 4.579.263,5 63,97 2008 4.169.243,3 3.282.232,7 78,72 2009 2.801.073,2 2.417.053,9 86,29 2010 4.023.444,1 3.306.505,9 82,18 2011 5.869.810,3 4.766.120,7 81,20 2012 5.736.851,3 5.017.651,8 87,46
Kementerian Kehutanan memperoleh predikat baik untuk pelaksanaan sistem akuntansi kinerja instansi pemerintah (SAKIP) pada tahun 2012, dengan nilai 65,06. Predikat dan nilai ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (predikat CC dan nilai 58,49). Kondisi ini berbeda dengan tahun 2008, Kementerian Kehutanan mendapatkan predikat C yang digambarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai instansi yang akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar (Tabel 22). Tabel 22. Perkembangan pelaksanaan SAKIP.
Komponen Nilai Predikat Interpretasi Tahun 2010 56,50 CC Cukup Baik Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar
2008 50 C Agak Kurang Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan, memiliki sistem untuk manajemen kinerja tapi perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar
Karakteristik instansi
2009 53,37 CC Cukup Baik Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan , memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar
2011 58,49 CC Cukup Baik Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar
2012 65,06 B Baik Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, dan perlu sedikit perbaikan
26
Seorang perempuan Bajo melintas setelah memungut kayu mangrove di Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
II.
Lelaki Bajo melintas memungut kayu mangrove di Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
27
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kehutanan antara lain : (1) masih tingginya luas kawasan hutan produksi yang belum dibebani hak/izin (open access) sehingga rentan terhadap perambahan dan penebangan liar; (2) masih luasnya lahan kritis di kawasan hutan yang perlu direhabilitasi; (3) kurangnya jumlah dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk mengoperasionalkan KPH; (4) penyelesaian tata batas kawasan hutan perlu ditindaklanjuti dengan penyelesaian konflik di dalam kawasan hutan; (5) masih tingginya jumlah hotspot kebakaran hutan di luar kawasan hutan; (6) belum dipatuhinya RPDAST sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan; dan (7) pemanfaatan hutan masih bertumpu pada produksi kayu. Mengatasi tantangan di atas, langkah-langkah yang diambil Kementerian Kehutanan antara lain : 1. Mengatasi kondisi masih tingginya hutan produksi yang tidak memiliki ijin usaha pemanfaatan, Kementerian Kehutanan mendorong beroperasinya unit pengelolaan di tingkat tapak (KPH). Dari unit pengelolaan terkecil ini, diharapkan dapat mendorong identifikasi potensi hutan yang lebih detail dan menyusun rencana bisnis anggarannya, sehingga secara pasti dapat diketahui jumlah investasi yang dibutuhkan dan jangka waktu pengembalian investasinya. Selain itu, dengan mendorong pengelolaan di tingkat tapak diharapkan dapat memberikan kepastian usaha karena mengurangi potensi tindak pidana kehutanan yang sering terjadi antara lain penebangan liar, perambahan dan penambangan liar. Upaya mendorong beroperasinya KPH ini telah diusulkan sebagai inisiatif baru Kementerian Kehutanan tahun 2014.
28
2.
Mendorong keterlibatan para pihak dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, utamanya di lahan kritis melalui serangkaian penanaman dengan memanfaatkan berbagai moment, diantaranya hari bumi dan hari lingkungan hidup. Selain berusaha untuk meningkatkan fasilitasi KBR dari tahun ke tahun, keterlibatan pelajar sekolah dikerahkan untuk membangun kesadaran tentangnya budaya menanam sejak usia dini melalui forum kader konservasi, sebagaimana dilakukan di berbagai kawasan hutan konservasi di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Peran TNI dan Polri yang terlibat aktif juga tidak kalah penting untuk membentuk kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup, dengan membantu menanami areal yang dianggap penting untuk direhabilitasi. Gubernur, Bupati, Walikota dan pejabat lain di pemerintah pusat dalam setiap aktifitasnya didorong untuk memberi contoh upaya penanaman melalui adopsi pohon. Demikian juga dengan perusahaan swasta, diantaranya PT. Djarum Kudus, yang memberi contoh penanaman di jalan pantai utara Jawa untuk mengurangi abrasi pantai. Termasuk perusahaan negara (BUMN) seperti Pertamina, Bank Mandiri dan Garuda Indonesia yang melakukan aksi nyata dengan mengajak masyarakat melakukan penanaman di berbagai tempat. Kurangnya jumlah dan kompetensi SDM di tingkat tapak disikapi dengan mendorong pelaksanaan bakti sarjana kehutanan (Basarhut), yang berusaha menghimpun sarjana-sarjana baru kehutanan dari berbagai fakultas dan jurusan kehutanan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, untuk membantu pengelolaan di tingkat tapak (KPH), mulai dari mengidentifikasi masalah, membantu perencanaan hingga mengevaluasi pengelolaan KPH di seluruh Indonesia. Basarhut akan dilakukan selama 2 tahun, sekaligus untuk menjembatani banyaknya PNS Kementerian Kehutanan maupun Dinas (Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang purna tugas pada tahun 2014. Basarhut juga dilihat sebagai upaya untuk melatih sarjana-sarjana baru kehutanan untuk bekerja di tingkat tapak.
3.
29
4.
Dalam rangka mewujudkan kawasan hutan yang mantap, salah satunya diperlukan upaya pengukuhan kawasan hutan yang terdiri dari penunjukkan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan dan penetapan kawasan hutan. Hingga saat ini masih banyak kawasan hutan yang proses pengukuhannya belum terselesaian, terutama pda proses penetapan kawasan hutan sebagai akibat belum selesainya penataan batas kawasan hutan sebagai langkah untuk menyelesaikan hak-hak pihak ketiga. Kegiatan penataan batas kawasan hutan merupakan sebuah rangkaian proses kegiatan yang dimulai dari identifikasi trayek batas kawasan hutan, penataan batas sementara kawasan hutan dan pemancangan serta pengukuran batas definitif kawasan hutan. Sebagai upaya percepatan penyelesaian penataan batas kawasan hutan dalam rangka pengukuhan kawasan hutan, maka sejak tahun 2011, Kementerian Kehutanan telah berkomitmen untuk meningkatkan target tata batas kawasan hutan 2010-2014 dari 25.000 km menjadi 63.000 km. Terkait dengan konflik kawasan hutan, Kementerian Kehutanan juga mendorong upaya untuk membuka akses masyarakat terhadap pengelolaan hutan, dalam bentuk pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) dan HKm yang pemodalannya dapat difasilitasi melalui pinjaman dana bergulir oleh Badan Layanan Umum Kementerian Kehutanan.
30
5.
Dari jumlah 32.323 hotspot di tahun 2012, sebanyak 71,81% berada di luar kawasan hutan, kondisi yang hampir sama terjadi pada tahun 2010 dan 2011. Berdasarkan data ini, Kementerian Kehutanan berusaha untuk membangun koordinasi dan meningkatkan peran pemerintah daerah dengan menjajaki kemungkinan peningkatan dana dekonsentrasi terkait pengendalian kebakaran hutan untuk pemerintah provinsi dan dana alokasi khusus (DAK) untuk pemerintah kabupaten/kota. Upaya ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah daerah dan masyarakat dalam mendorong peningkatan koordinasi dan kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran hutan. Untuk mengurangi ketergantungan produk hutan berupa kayu dalam meningkatkan devisa negara di sektor kehutanan, litbang Kementerian Kehutanan didorong untuk melihat potensi ragam hayati (bioprospecting) dan mengembangkannya dalam skala laboratorium, sehingga dapat dijajaki kemungkinan pengembangannya di tingkat industri dan masyarakat. Upaya ini secara langsung diharapkan dapat menurunkan laju deforestasi dan degradasi hutan. Upaya ini juga telah diusulkan di dalam inisiatif baru Kementerian Kehutanan tahun 2014. Selain itu, pemanfaatan hutan dalam bentuk HHBK juga terus digiatkan, serta pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam bentuk penangkaran dan peredaran yang cenderung terus mengalami peningkatan dalam devisa negara. Terkait dengan keberadaan RPDAST, Kementerian Kehutanan terus mendorong komitmen para pihak di level provinsi dan kabupaten/kota sehingga pengelolaan lingkungan senantiasa memperhatikan daya dukung DAS. Upaya ini dilakukan dengan mendorong RPDAST dalam bentuk regulasi di level pemerintah provinsi, mendorong pemantauan secara efektif melalui manajemen DAS di tingkat tapak.
6.
7.
Di dalam RKP 2014, posisi pembangunan kehutanan berada di prioritas nasional dan prioritas bidang. Untuk prioritas nasional, pembangunan kehutanan berada di prioritas 9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (Tabel 23). Tabel 23. Prioritas nasional pembangunan kehutanan 2013
Sasaran 1. Penanganan perubahan iklim : penyelesaian target rehabilitasi hutan dan lahan seluas 271.362 ha, pengembangan HKM dan HD seluas 500.000 ha, menurunnya emisi gas rumah kaca sesuai dengan target per sektor dan per wilayah, meningkatnya ketahanan terhadap perubahan iklim. 2. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan: penyelesaian tata batas kawasan hutan sepanjang 13 ribu Km: oprasionalisasi 30 unit KPH: sertifikasi 500 orang penyuluh kehutanan: penurunan hotspot sebesar 67,2 persen dari rereta periode 2005-2009: dan menurunya pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan pelibatan aktif pelaku pembangunan, swasta dan masyarakat. 3. Peningkatan sistem peringatan dini: meningkatnya kualitas pelayanan dan jangkauwan informasi dini meteorologi, klimatalogi, dan geofisika hingga tingkat kabupaten. 4. Penanggulangan bencana: meningkatnya kapasitas penanggulangan bencana di pusat dan daerah dan penyediaan infrastrutur kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko dampak akibat bencana. 1. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penanganan perubahan iklim, melalui peningkatan pengelolaan kawasan hutan, perkuatan pengelolaan keanekaragaman hayati, dan penurunanemisi gas rumah kaca 2. Penguatan kapasitas mitigasi bencana melalui sistem informasi dini cuaca dan iklim,peningkatan insfrasturtur kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana dengan dukungan peralatan dan logistik kebencanaan yang Memadai; dan 3. Penegakan hukum/regulasi dan tata kelola lingkungan hidup.
Arah Kebijakan
31
Dalam prioritas nasional bidang, pembangunan kehutanan termasuk dalam bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup, hal-hal terkait dengan pembangunan kehutanan diajikan Tabel 24. Tabel 24. Prioritas pembangunan bidang sumberdaya alam.
Prioritas Peningkatan ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan Fokus Peningkatan pengelolaan produksi kehutanan Arahan 1. Perbaikan tata kelola hutan produksi melalui operasionalisasi KPHP 2. Penerapan sistem silvikultur 3. Pemanfaatan hutan produksi berbasis IHMB 4. Prioritas penanaman pada LOA 5. Pengembangan HKm dan HD Didukung oleh penyuluhan, diklat SDM dan peningkatan kualitas data dan informasi hutan dan pelengkapan peraturan perundangan yang mendukung pengelolaan hutan lestari/berkelanjutan 1. Percepatan pengukuhan dan pemantapan kawasan hutan 2. Percepatan beroperasinya KPH dan penyediaan sumberdaya manusia pengelola KPH yang profesional 3. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai 4. Peningkatan kualitas dan ketersediaan data dan informasi potensi sumberdaya hutan 1. Peningkatan konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan, melalui pengembangan pengelolaan TN, HL dan kawasan konservasi lainnya. 2. Peningkatan fungsi dan daya dukung DAS, melalui penyelenggaraan RHL serta pengelolaan DAS 3. Pengembangan penelitian dan iptek sektor kehutanan untuk mendukung pengamblan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan iptek.
Percepatan penyelesaian persoalan dalam pengelolaan hutan konservasi Peningkatan upaya konservasi dan penyelamatan hutan konservasi serta rehabilitasi sumberdaya hutan
32
Pengarusutamaan Gender
Terkait dengan pengarusutamaan gender pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan di Tahun 2014, telah disepakati di dalam trilateral meeting, sebagai berikut :
No. 1. 2. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis Pemberdayaan MAsyarakat Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Kegiatan Perencanaan, penyelenggaraan RHL, Pengembangan Kelembagaan dan Evaluasi DAS (Kebun Bibit Rakyat) Pengembanan Kawasan Konservasi Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan Lindung (Pemberdayaan masyarakat) Pemanfaatan Jasa Lingkungan (kader konservasi dan kelompk pecinta alam) Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL (peningkatan kualitas kinerja ganis wasganis) Peningkatan penyuluhan kehutanan (kelompok usaha produktif mandiri) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (peningkatan tata kelola) Perkiraan Anggaran (Rp.) 300.000 juta 6.000 juta 1.500 juta 70.000 juta 250 juta 95.650 juta
3. 4. 5.
Peningkatan Usaha Kehutanan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Penelitian dan pengembangan Kementerian Kehutanan
Pelibatan siswa perempuan pada Kemah Bakti Konservasi di TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
33 Rencana Kerja 2014
1.
a. Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 1 judul Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem b. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Keputusan Menteri tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP di 28 provinsi Beroperasinya (kumulatif) 120 KPH Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di seluruh Indonesia Peraturan perundangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 1 judul Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%. c. Pengukuhan Kawasan Hutan Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang 20.000 km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% d. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 1 judul Data dan informasi sumberdaya hutan pada kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 1 judul Data dan informasi pendugaan karbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 1 judul Basis data spasial sumberdaya hutan yang terintegrasi sebanyak 1 kali update. e. Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian sebanyak 23 Satker. g. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan Tata batas kawasan hutan sepanjang 20.000 km Neraca sumberdaya hutan di 17 BPKH. Tersedianya sarpras dan tata hutan KPH Enumerasi dan re-emunerasi TSP/PSP
34
Menteri Kehutanan mengamati perkembangan hutan tanaman di PT. Balikpapan Forest Industries, Kalimantan Timur
Pagu Indikatif (Rp. Juta) 15.000,0 7.550,0 3.750,0 1.300,0 2.400,0 11.996,8 7.506,7 3.210,6 1.279,5 11.500,0 4.200,0 2.400,0 4.900,0 15.000,0 6.325,8 8.674,2 15.000,0 4.834,9 6.531,2 3.633 26.870,0 25.370,0 1.500,0 120.366,8 25.000,0 70.000,0
g.
Pemasaran konservasi dengan mengajak wartawan melihat dari dekat kehidupan Orangutan, TN. Kutai, Kalimantan Timur Jumlah 215.366,8
3.
a. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan Lindung Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 1% Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 2% Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan kumulatif di 3 provinsi prioritas Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi di 1 lokasi Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort kumulatif di 10 TN prioritas Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut di 2 provinsi Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat kumulatif sebesar 30%. b. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat kumulatif 4%. Terjaminnya kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi keanekaragaman hayati 1 paket Terselenggaranya skema DNS kehutanan, 2 aktifitas c. Penyidikan dan Pengamanan Hutan Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL, illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% Terjaminnya tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20%
36
Kegiatan/ IKK Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi. d. Pengendalian Kebakaran Hutan Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 67,2% dari rerata 2005-2009 Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dibanding kondisi rerata 2005-2009 Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 24. e. Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat kumulatif 60% dibandingkan tahun 2008 Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru kumulatif 25 unit Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008 Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut) Terjaminnya kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009. f. Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian di 81 Satker Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU kumulatif menjadi 12 UPT PHKA g. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 1% Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort kumulatif di 10 TN Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL, illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang kumulatif menjadi 67,2% dari rerata 2005-2009 Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dibanding kondisi rerata 2005-2009 Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008 PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar 50 taman nasional Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia h. Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam Konflik dan tekanan terhadap kawasan CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 1% Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat (kmulatif) 10% Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 67,2% dari rerata 2005-2009 Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dibanding kondisi rerata 2005-2009 Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun 2008 PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008
37
Pagu Indikatif (Rp.Juta) 3.500,0 49.000,0 16.000,0 7.000,0 26.000,0 21.000,0 8.500,0 5.000,0 4.000,0 2.000,0 1.500,0 53.000,0 12.400,0 4.500,0 36.100,0 592.624,1 22.500,0 30.500,0 22.500,0 8.500,0 8.500,0 42.000,0 25.000,0 27.000,0 16.000,0 5.000,0 10.000,0 375.124,1 535.700,0 20.000,0 15.000,0 19.000,0 4.000,0 8.200,0 44.000,0 30.000,0 23.000,0 13.000,0 5.000,0
Rencana Kerja 2014
Kegiatan/ IKK Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi di 33 provinsi Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan seluruh Indonesia sebanyak 116 dokumen Jumlah
38
4.
Kegiatan/IKK a. Pengembangan Perhutanan Sosial a. Terjaminnya hkm dan HD seluas 500.000 ha b. Terjaminnya ijin usaha pengelolaan hkm sebanyak 100 kelompok c. Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 10 unit d. Terjaminnya dukungan ketahanan pangan di 5 provinsi e. Terjaminnya hutan rakyat untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas 50.000 ha f. Terjaminnya sentra HHBK unggulan terbentuk dan beroperasi di 6 lokasi
39
Kegiatan/IKK b. Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik Terjaminnya areal sumber benih baru seluas 610 ha terbangun Terjaminnya pengembangan seed for people 37 lokasi Terjaminnya sentra bibit c. Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 3 unit DAS prioritas Terjaminnya baseline data pengelolaan DAS di 36 BPDAS Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia. d. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Reklamasi Hutan Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 40.000 ha Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 230.000 ha Terjaminnya hutan kota seluas 1.362 ha terbangun e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian di 50 Satker. f. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 271.362 ha Terbangunnya HKm dan HD seluas 500.000 ha Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 6 lokasi Terbangunnya hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri pertukangan seluas 50.000 ha Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 3 unit DAS prioritas Terbangunnya KBR sebanyak 4.000 unit g. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove RTKRHL Mangrove 2 kegiatan Rencana pengelolaan hutan mangrove 1 kegiatan Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah di 1 provinsi Data informsi evaluasi pengelolaan hutan mangrove 2 kegiatan. h. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik Areal sumber benih baru seluas 610 ha Pengembangan Seed for People 37 lokasi i. Terbangunnya sentra bibit Pengembangan Persuteraan Alam Jumlah unit usaha persuteraan alam meningkat sebesar 3 unit Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 2,5%. Jumlah
Pagu Indikatif (Rp. Juta) 14.000,0 3.000,0 4.000,0 6.000,0 1.000,0 14.000,0 9.000,0 3.000,0 2.000,0 23.000,0 8.000,0 10.000,0 5.000,0 77.500,0 70.500,0 7.000,0 1.886.534,7 1.394.234,7 112.500,0 10.000,0 5.000,0 64.800 300.000,0 15.000 7.000,0 6.000,0 1.000,0 1.000,0 52.000,0 15.000,0 17.000,0 12.000,0 8.000,0 16.000,0 6.000,0 10.000,0 2.114.034,7
40
Keramba ikan milik penduduk Bajo di Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
5.
a.
Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan Pemetaan dan pengembangan aparatur kehutanan (Kemenhut dan Daerah) di 16 provinsi Pemetaan dan perencanaan pengembangan SDM Non Aparatur di 16 provinsi Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 500 orang
b.
c.
Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan Kelompok masyarakat produktif mandiri, sebanyak100 kelompok Tercukupinya sarana dan prasarana dan alat bantu penyuluhan kehutanan sebanyak 30 unit percontohan pemberdayaan masyarakat Tercukupinya tenaga penyuluh kehutanan dalam rangka mendukung pengelolaan hutan melalui pendayagunaan 1.500 orang penyuluh kehutanan swadaya masyarakat dan/atau penyuluh kehutanan swasta Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak 3.000 orang peserta Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 288 siswa Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 65 orang lulusan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker
41
d.
Kegiatan
IKK
Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian di 17 Satker Terbentuknya 10 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Jumlah
1.923,0 220.723,8
6.
a.
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan, teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove, teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan, teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme, teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari, sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi, teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul.
b.
Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan, teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp, teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi, teknik penyediaan benih unggul, teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM ( food, energy, medicine), teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa) Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya, teknik pemanenan hutan ramah lingkungan, teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu, teknik pengolahan pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK, terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul . Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS, strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota, kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan, strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim, strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut, dan strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul.
75.520,6
c.
22.882,0
d.
14.505,4
e.
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker Pengelolaan KHDTK. Jumlah
15.968,1
203.143,0
42
Pemantauan kesehatan karang di Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara mancanegara melintas di Pelabuhan Hoga, Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
7.
a.
b.
Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I diturunkan sampai 50% dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang sampai 50% dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun 2009. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II diturunkan sampai 50% dari tahun 2009 dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang sampai 50% dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun 2009. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III diturunkan sampai 50% dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang sampai 50% dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun 2009 Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV
43
2.800,0
c.
3.500,0
d.
3.100,0
Kegiatan
IKK
Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV diturunkan sampai 40% dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang sampai 40% dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 40% dari tahun 2009 Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran Yang Berindikasi KKN Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 20% dari temuan tahun 2006-2009. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian di 6 Satker. Jumlah
e. f.
2.700,0 27.811,3
42.911,3
Penyiapan demonstration activity REDD+, kerjasama RI-Jerman untuk Program Forclime di Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan
8.
a.
b.
Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan Penyerapan anggaran meningkat minimal 90% Pencapaian sasaran strategis minimal 95% Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian. Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95% Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 75%
44
c.
Kegiatan
IKK
Pencapaian penelaahan hukum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70%. d. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan KUK-DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80% Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan wajar tanpa pengecualian PNBP sebesar Rp. 2,75 Triliun. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan. SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja Sertifikasi ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak 200 orang Sertifikasi tanah milik Kementerina Kehutanan di 5 lokasi (Manggala Wanabkati, Kanci, Cimanggis, Kramatdjati dan Rumpin) Penyelesaian Status BMN eks Kanwil di 15 Provinsi f. Pembinaan Standardisasi, Pengelolaan Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan. Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 7 judul Sertifikasi pengelolaan hutan milik rakyat 3 unit Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 3 paket. g. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri. Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 1 paket Kerjasama baru bilateral sebanyak 1 negara Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% Hubungan dengan lembaga tinggi negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10%. i. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan. Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industri , hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas 80.000 ha Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 12 kabupaten Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 3 kabupaten. j. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90%. RKTP di 10 provinsi selaras dengan RKTN di tingkat regional, 5 provinsi Rencana jangka panjang pengelolaan KPH disahkan sebanyak 13 KPH Organisasi KPH tertata di 10 KPH Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90 %. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I sebanyak 2 dokumen RKTP di 10 provinsi selaras dengan RKTN di tingkat regional, 4 provinsi Rencana jangka panjang pengelolaan KPH disahkan sebanyak 7 KPH Orgnisasi KPH tertata di 7 KPH Masalah tenurial diselesikan sebanyak 1 kasus Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90%. RKTP di 4 provinsi selaras dengan RKTN di tingkat regional, 1 provinsi Rencana jangka panjang pengelolaan KPH disahkan sebanyak 10 KPH Orgnisasi KPH tertata di 10 KPH Masalah tenurial diselesikan sebanyak 1 kasus Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90%.
45
Pagu Indikatif (Rp. Juta) 825,0 1.500,0 875,0 20.838,3 7.500,0 6.838,3 6.500,0 133.862 2.000,0 2.000,0 3.524,0 126.338,3 7.179,0 2.500,0 2.500,0 2.179,0 6.200,0 2.000,0 1.000,0 2.200,0 1.000,0 6.700,0 2.700,0 1.000,0 1.000,0 1.000,0 23.799,5 22.200,0 750,0 849,5 4.700,0 3.827 91 657 125 4.700 750 750 500 900 900 900 3.700 2.100 100 800 300 400 6.200 750
e.
h.
k.
l.
m.
Kegiatan
IKK
n.
Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I sebanyak 2 dokumen RKTP di 10 provinsi selaras dengan RKTN di tingkat regional, 5 provinsi Rencana jangka panjang pengelolaan KPH disahkan sebanyak 21 KPH Orgnisasi KPH tertata di 21 KPH Masalah tenurial diselesikan sebanyak 1 kasus Penataan Sarana dan Peralatan Kehutanan Pemetaan sarana dan peralatan kehutanan sebesar 25% Optimalisasi pengelolaan sarana dan peralatan kehutanan sebesar 50% Jumlah
Pagu Indikatif (Rp. Juta) 750 500 1400 1400 1400 3.000 1.500 1.500 290.179,0
Puncak Gn. Pangrango dari puncak Gn. Gede, TN. Gn. Gede Pangrango, Jawa Barat
III.
provinsi hingga trilateral desk (Kementerian Kehutanan, Bappenas dan Bappeda Provinsi). Selanjutnya, untuk memberikan konteks target pembangunan kehutanan tahun 2014 di provinsi, informasi target pembangunan tersebut disandingkan dengan karakter kehutanan di masing-masing provinsi.
Regional Sumatera
Provinsi
Produk Kehutanan
47
Provinsi Aceh
Luas Kawasan Hutan (ha) Total: 3.335.693 HP: 638.580 HL: 1.843.200 HK: 853.913
Produk Kehutanan HHBK: Rotan, Cendana Produksi hasil hutan kayu: 14.286 m3
Target Pembangunan 2014 Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan investasi hutan produksi: 2% RHL di kawasan konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 4.025 ha Hutan kota: 30 ha Hkm & Hutan desa: 10.300 ha Penurunan Hotspot: 20% Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% NSDH: 1 dokumen KPH : 1 unit (KPHL Aceh Utara) Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Sertifikasi Penyuluh: 30 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 40 orang Hutan tanaman: 18.828 ha Peningkatan produksi penebangan bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: 2000 ha RHL di Lahan: 13.800 ha Hutan kota: 40 ha Hkm & Hutan desa: 39.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 2.190,48 Km NSDH: 1 dokumen KPH: 2 unit (KPHL Lintas dan KPHL XXII) Kelompok Usaha Produktif: 3 kelompok Sertifikasi Penyuluh: 40 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Hutan tanaman: 2.638 ha RHL di kawasan konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 3.450 ha Hutan kota: 25 ha Hkm & Hutan desa: 6.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 182 Km NSDH: 1 dokumen Kelompok Usaha Produktif: 3 kelompok Hutan Tanaman: 88.904 ha IUPHHK HA/RE: 8.000 ha Peningkatan produksi penebangan bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: 1.000 ha RHL di Lahan: 6.900 ha Hutan kota: 30 ha Hkm & Hutan desa: 12.500 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 844,06 km KPH: 1 unit (KPHL Banyuasin) Kelompok Usaha Produktif: 3 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Hutan Tanaman: 111.966 ha IUPHHK HA/RE: 62.000 ha Peningkatan produksi penebangan bersertifikat: 50% RHL di kawasan konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 5.750 ha Hutan kota: 70 ha Hkm & Hutan desa: 30.000 ha
Rencana Kerja 2014
Sumatera Utara
13.103.596
181.860,65
HHBK: Rotan, Madu, buahbuahan, karet, pinus, tanaman obat. Produksi hasil Kayu: 895.302 m3
Sumatera Barat
4.846.909
4.229.730
HHBK: Rotan, getah pinus, damar, tabutabu, semambu, manau Produksi hasil hutan kayu: 63.383 m3
Sumatera Selatan
7.593.425
8.702.741
Riau
5.543.031
111.228,65
HHBK: Gaharu, madu hutan, arang Produksi hasil hutan kayu bulat: 10.547.643 m3
48
Provinsi
Produk Kehutanan
Target Pembangunan 2014 Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 868 km Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Produksi HHBK: 1% Peningkatan industri bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: RHL di Lahan: 1.725 ha Hutan kota: 50 ha HKm & Hutan Desa: 3.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas:954 km NSDH: 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Sertifikasi penyuluh: 20 orang Produksi HHBK: 1% Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 6.900 ha Hutan kota: 35 ha Hkm dan HD 25.500 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% KPH : 2 Unit (KPHL Bengkulu Utara dan KPHL Rejang Lebong) NSDH: 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 40 orang Hutan tanaman: 46,721 ha RHL di kawasan konservasi: 2.000 ha RHL di Lahan: 6.739 ha Hutan kota: 30 ha Hkm dan HD : 16.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Tata batas: 168,11 km KPH : 2 Unit (KPHP Kerinci da KPHP Unit XI) NSDH: 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Huan Tanaman: 6.039 ha Peningkatan produksi HHBK: 1% Terbentuknya KPHP: 2 unit RHL di kawasan konservasi: RHL di Lahan: 1.150 ha Hutan kota: 30 ha Hkm dan HD 2.150 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 232,93 km KPH 1 unit : KPH Bangka NSDH: 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 40 orang Hutan tanaman: 2.853 ha Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10%
Rencana Kerja 2014
Kepulauan Riau
1.390.787
25.260.100
Kawasan hutan belum ada SK Penunjukkan dan data masih bergabung dengan provinsi induk (Sumber: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Maret 2012)
Bengkulu
1.826.618
2.000.300
Jambi
3.092.265
5.343.592
Bangka Belitung
1.261.737
8.172.514
Lampung
7.608.405
3.528.835
Provinsi
Target Pembangunan 2014 RHL di kawasan konservasi: 3.000 ha RHL di Lahan: 13.800 ha Hutan kota: 20 ha Hkm dan HD 32.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% KPH 1 unit : KPH Mesuji NSDH: 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif: 2 kelompok Sertifikasi penyuluh: 70 orang
Usaha perhotelan di Pantai Senggigi, yang kelangsungannya dipengaruhi oleh TWA Krandangan (tampak belakang), Nusa Tenggara Barat
Keramba rumput laut, dipengaruhi oleh keberadaan TWA. Gn. Tuna (tampak belakang), Nusa Tenggara Barat
50
Luas Kawasan Hutan (ha) Total: 1.131,65 HP: 158,1 HL: 44,76 HK: 288.75 -
Produk Kehutanan
Target Pembangunan 2014 Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan pemenuhan bahan baku dari limbah dan hutan tanaman 15% Peningkatan produksi industri hasil hutan bersertifikat: 2% Efisiensi penggunaan bahan baku: 2% Rehabilitasi di wilayah mangrove dan pantai: 50 ha Sentra HHBK unggulan: 1 unit Peningkatan pengelolaan ekosistem esensial: 2% Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Kasus hukum tindak pidana kehutanan diselesaikan 75% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas : 6 Km NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 1 kelompok Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan produksi industry bersertifikat: 10% RHL : 10.050 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 75 km NSDH: 1 dokumen Kelompok Usaha Produktif: 3 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 40 orang Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan produksi industry bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi : 1.300 ha RHL di Lahan: 13.800 ha Hutan kota: 70 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Wajib bayar tertib membayar PNBP penggunaan kawasan : 80% Ijin pinjam pakai terlayani: 100% Tata batas : 100 km NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 5 kelompok Sertifikasi penyuluh: 80 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan produksi industry bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi : RHL di Lahan: 20.700 ha Hutan kota: 45 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 6 kelompok Sertifikasi penyuluh: 90 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi : 200 ha RHL di Lahan: 9476 ha Hutan kota: 30 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1%
Banten
10.632.166
8.651,20
HHBK: Sarang burung wallet, kelapa, melinjo, madu, rotan, bamboo, karet, kopi, cengkeh, durian
Jawa Barat
46.497.175
3.709.528,44
HHBK: Getah pinus, getah damar, daun kayu putih, arang, kopal, rotan, bamboo, rumput gajah, madu, bunga kenanga, kopi, kelapa, sarang burung wallet, melinjo, karet, cengkeh, ylang-ylang
Jawa Tengah
37.453.830
3.254.412
HHBK: Daun Kayu Putih, Getah pinus, getah damar/kopal, kopi, madu, air madu, holtikultura, benang sutra, kapuk, tanaman obat, atsiri (nilam sereh), bioethanol
DIY
3.513.071
3.185,80
51
Provinsi
Produk Kehutanan
Target Pembangunan 2014 Tata batas : 125 km NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 2 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatanproduksi industri hasil hutan bersertifikat: 10% RHL di Kawasan Konservasi: 200 ha RHL di Lahan: 13.340 ha Hutan kota: 50 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Wajib bayar tertib membayar PNBP penggunaan kawasan: 80 Tata batas 21 km NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 5 kelompok Sertifkasi penyuluh: 90 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Peningkatan produksi HHBK/Jasa lingkungan: 1% Peningkatanproduksi industri bersertifikat: 10% RHL di Kawasan Konservasi: 300 ha RHL di Lahan: 3.841 ha Hutan kota: 20 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% NSDH: 1 dokumen Kelompok usaha produktif: 4 kelompok Sertifkasi penyuluh: 30 orang Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Hutan Tanaman: 297 ha Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10% RHL di Kawasan Konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 6.900 ha Hutan kota: 20 ha HKm dan HD: 23.000 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% NSDH: 1 dokumen KPH : 1 unit (KPHL Soromandi) Kelompok usaha produktif: 5 kelompok Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10% RHL di Kawasan Konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 13.800 ha Hutan kota: 50 ha HKm dan HD: 25.000 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 12% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 591 Km KPH: 2 Unit (KPH Flores Timur dan KPH Lembata) Kelompok Usaha Produktif : 4 Kelompok Sertifikasi penyuluh : 30 orang
Jawa Timur
37.687.622
47.156
Total: 4.017.297 HP: 782.772 HL: 344.742 HK: 233.632 APL: 3.438.923
HHBK: Getah pinus, kopal, daun kayu putih, lak cabang, daun murbei, kokon, kopi, cengkeh,kelapa, madu, dan rotan
Bali
3.890.757
563.666
NTB
4.545.650
2.015.315
NTT
4.678.895
247.349,9
HHBK: Asam biji, Kemiri isi, kemiri biji, rotan, kayu papi,
52
Regional Kalimantan
Luas Kawasan Hutan (ha) Total: 8.990.875 HP: 5.226.135 HL: 2.307.045 HK: 1.645.580
Produk Kehutanan HHBK: Gaharu, madu hitam, rotan, getah, kulit kayu Produksi hasil hutan kayu: 444.574 m3
Target Pembangunan 2014 Hutan Tanaman: 93.234 ha IUPHHKA-HA/RE: 100.000 ha RHL di Kawasan Konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 5.704 ha Hutan kota: 42 ha HKm dan HD: 45.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 733 Km KPH: 1 Unit (KPHP Sekadau) Kelompok Usaha Produktif : 2 Kelompok Tenaga Penyuluh Kehutanan: 40 orang
Rencana Kerja 2014
53
Luas Kawasan Hutan (ha) Total: 1.779.982 HP: 1.040.272 HL: 526.425 HK: 213.285
Target Pembangunan 2014 Hutan Tanaman: 16.734 ha RHL di Kawasan Konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 4.600 ha Hutan kota: 40 ha HKm dan HD: 35.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 580,50 Km KPH: 1 Unit (KPHP Tabalong) Kelompok Usaha Produktif : 3 Kelompok Tenaga Penyuluh Kehutanan: 40 orang Hutan Tanaman: 107.472 ha IUPHHKA-HA/RE: 200.000 ha RHL di Kawasan Konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 4.600 ha Hutan kota: 30 ha HKm dan HD: 17.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 3.232 Km KPH: 1 Unit (KPHP Paser) NSDH: 1 DOkumen Kelompok Usaha Produktif : 2 Kelompok Tenaga Penyuluh Kehutanan: 40 orang Hutan Tanaman: 29.747 ha IUPHHKA-HA/RE: 95.000 ha RHL di Kawasan Konservasi: 2.000 ha RHL di Lahan: 2.300 ha Hutan kota: 60 ha HKm dan HD: 20.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 561, 31 Km KPH: 3 Unit (KPHP Kota Palangkaraya, KPHP Murung Raya dan KPHP Gunung Mas) Kelompok Usaha Produktif : 3 Kelompok
Kalimantan Timur
3.550.568
245.237,80
HHBK: Rotan
Kalimantan Tengah
2.200.000
153.564
Total: 15.320.100 HP: 9.742.813 HL: 1.346.066 HK: 1.630.828 APL: 2.707.073
54
Regional Sulawesi-Maluku-Papua
Luas Kawasan Hutan (ha) Total: 2.864.975 HP: 2.119.500 HL: 618.744 HK: 215.300
Target Pembangunan 2014 Hutan Tanaman: 2.803 ha IUPHHK HA/RE: 50.000 ha Peningkatan produksi penebangan bersertifikat:10% RHL di Kawasan Konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 3.450 ha Hutan kota: 30 ha HKm dan HD: 16.000 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 10% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 849.99 Km KPH: 1 Unit (KPHP Halmahera Selatan) Kelompok Usaha Produktif : 2 Kelompok Hutan Tanaman: 3.614 ha IUPHHK HA/RE: 35.000 ha Peningkatan produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan: 1%
Rencana Kerja 2014
Maluku
1.457.070
581.376
Total: 4.390.640
Provinsi
Target Pembangunan 2014 RHL di Kawasan Konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 2.875 ha Hutan kota: 50 ha HKm dan HD: 3.000 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 10% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 300 Km KPH: 2 Unit (KPHP Wae Tina dan KPHP Wae Bubi) Kelompok Usaha Produktif : 3 Kelompok RHL di kawasan konservasi: 500 ha RHL di Lahan: 8.694 ha Hutan kota: 50 ha Hkm dan HD 17.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 947,63 km Kelompok Usaha Produktif: 4 kelompok Hutan Tanaman: 942 ha Peningkatan produksi penebangan bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: 1.000 ha RHL di Lahan: 3.496 ha Hutan kota: 60 ha Hkm dan HD 35.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 2.172 km KPH: 2 unit (KPH Toli Baturube dan KPH Tajo Unauna) Kelompok Usaha Produktif: 3 kelompok RHL di kawasan konservasi: 2.500 ha RHL di Lahan: 9.200 ha Hutan kota: 100 ha Hkm dan HD: 17.000 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: 93 km NSDH: 1 dokumen Kelompok Usaha Produktif: 4 kelompok Peningkatan produksi industri bersertifikat: 10% RHL di kawasan konservasi: 5.500 ha RHL di Lahan: 12.650 ha Hutan kota: 80 ha Hkm dan HD: 50.500 ha Penurunan Hotspot: 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas: KPH: 1 unit (KPHP Wajo) Kelompok Usaha Produktif: 5 kelompok Tenaga penyuluh kehutanan: 50 orang Hutan Tanaman: 602 ha Peningkatan produksi HHBK/jasa lingkungan : 1% RHL di kawasan konservasi: 4.000 RHL di Lahan : 8.050 ha Hutan kota : 50 ha Hkm dan HD : 23.000 ha Penurunan Hotspot : 20%
Rencana Kerja 2014
Sulawesi Utara
2.270.596
1.506.900
Sulawesi Tengah
2.729.227
26.015.975
Sulawesi Tenggara
2.277.020
3.814.000
Sulawesi Selatan
8.100.000
4.576.453
Sulawesi Barat
1.158.336
1.678.718
56
Provinsi
Produk Kehutanan
Target Pembangunan 2014 Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas : 1.507 km KPH : 1 unit (KPHL Buddong Lebo) NSDH : 1 Dokumen Kelompok Usaha Produktif : 3 kelompok Hutan Tanaman: 2.415 ha Peningkatan produksi HHBK/jasa lingkungan : 1% RHL di kawasan konservasi: 500 RHL di Lahan : 4.025 ha Hutan kota : 55 ha Hkm dan HD : 11.000 ha Penurunan Hotspot : 20% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata batas : 75 Km KPH : 1 unit (KPH Gorontalo) Kelompok Usaha Produktif : 2 kelompok Peningkatan produksi penebangan bersertifikat: 10% Penebangan produksi industry bersertifikat: 10% RHL di Kawasan Konservasi: 1.500 ha RHL di Lahan: 3.450 ha Hutan kota: 30 ha Hkm & Hutan Desa: 2.000 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 10% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 1.517 Km KPH: 1 Unit (KPHL Raja Ampat) Kelompok Usaha Produktif : 2 Kelompok Hutan Tanaman 14.191 ha IUPHHKA-HA/RE: 200.000 ha RHL di Kawasan Konservasi: 2.000 ha RHL di Lahan: 10.810 ha Hutan kota: 30 ha Peningkatan pengusahaan pariwisata alam: 10% Penurunan konflik kawasan: 1% Peningkatan populasi spesies prioritas utama: 1% Tata Batas: 2.000 Km KPH: 2 Unit (KPHL Mimika dan KPHL Jayawijaya) Kelompok Usaha Produktif : 2 Kelompok
Gorontalo
1.062.833
1.221.544
HHBK: Rotan
Papua Barat
1.457.070
97.117
Papua
2.833.381
421.981
HHBK: Rotan, sagu, nipah, lawing, kayu putih, perlebahan, dan gaharu Produksi hasil hutan kayu: 593.247 m3
57
Gili Air, Nusa Tenggara Barat, salah satu pemanfaatn sumberdaya untuk tujuan wisata alam yang memberikan kontribusi langsung pada pembangunan daerah
IV.
PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja dirumuskan sebagai upaya meningkatkan akuntabilitas tata kelola pemerintahan di lingkungan Kementerian Kehutanan, utamanya untuk memandu kriteria keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan menjadi dasar dalam penyusunan LAKIP Kementerian Kehutanan Tahun 2014. Kinerja yang akan diukur di dalam LAKIP Kementerian Kehutanan Tahun 2014 adalah pelaksanaan 8 program pembangunan, yang hasil ditunjukkan dengan IKU di setiap program. Selanjutnya, seluruh unit kerja pelaksana program mengukur hasil pelaksanaan kegiatan yang ditunjukkan dengan adanya IKK.
58
Pohon Kedondong sedang menggugurkan daun di TWA Gn. Tuna, Nusa Tenggara Barat
: :
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal Capaian sasaran merupakan rerata dari capaian kinerja pada tahun 2014 Akhir tahun 2014
b. c.
: :
59
Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data
Tata Batas kawasan hutan (batas luar dan fungsi) sepanjang 20.000 km Panjang batas definitif kawasan hutan, berdasarkan laporan tata batas yang memuat Berita Acara Tata Batas/Notulen Rapat Panitia Tata Batas tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 20.000 km Rekapitulasi daftar Berita Acara Tata Batas/Notulen Rapat Panitia tata Batas tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktorat Pengukuhan, Penatagunaan, dan Tenurial Kawasan Hutan Beroperasinya KPH sebanyak 30 unit KPH beroperasi diukur dari pemenuhan 5 hal, yaitu: wilayah KPH yang ditetapkan oleh Menteri; institusi KPH yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur; sarana dan prasarana; dan rencana pengelolaan hutan yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional; serta telah adanya kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPH pada tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 30 unit Rekapitulasi daftar SK Penetapan areal oleh Menteri Kehutanan, SK/ Perda Bupati/ Walikota/ Gubernur tentang pembentukan insitusi KPH, daftar Berita Acara Serah Terima pengadaan sarana dan prasarana KPH dari Kepala BPKH ke Kepala KPH, daftar dokumen pengesahan rencana pengelolaan hutan pada hutan 2014, yang ditandatangani oleh Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Hutan Data dan Informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan tingkat nasional sebanyak 1 judul Neraca Sumberdaya Hutan yang tersedia secara nasional dan diterbitkan tahun 2014 oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 1 judul NSDH yang tersedia secara nasional dan diterbitkan oleh Dirjen Planologi berdasarkan kondisi hutan tahun 2014 Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% secara tepat waktu Jumlah permohonan ijin pinjam pakai kawasan hutan yang masuk pada tahun 2014 Membandingkan jumlah permohonan ijin yang masuk dan telah diselesaikan permohonannya dengan jumlah permohonan ijin yang masuk di tahun 2014 dikalikan 100%. Rekapitulasi daftar penyelesaian ijin pinjam pakai yang dilayani di tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Penggunaan Kawasan Hutan. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 1 judul Dokumen rencana makro penyelenggaraan kehutanan yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 1 judul Dokumen rencana makro penyelenggaraan kehutanan yang ditandatangani oleh Menteri Kehutanan Penunjukkan kawasan hutan provinsi selesai 100% Jumlah provinsi yang kawasan hutannya ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebagai kawasan hutan, selesai 100% dari seluruh provinsi yang direncanakan. Jumlah provinsi yang direncanakan akan ditunjuk kawasan hutannnya hingga 2014 sebanyak 7 provinsi Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana 7 provinsi Rekapitulasi daftar SK Menteri Kehutanan tentang penunjukkan kawasan hutan provinsi yang diterbitkan tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan
Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data
60
: :
Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Peningkatan investasi usaha pemanfataan hutan produksi dan Industri primer hasil hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan. Capaian sasaran merupakan rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 Akhir tahun 2014
b. c.
: :
61
Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah sebesar 550.000 ha Indikator Kinerja Jenis Data Cara pengukuran Sumber data Indikator Kinerja Jenis Data Cara pengukuran Sumber data Indikator Kinerja Jenis Data Areal tanaman baru di hutan tanaman yang ditanami tanaman baru yang masuk dalam laporan hasil penanaman oleh pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu di hutan tanaman pada tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 550.000 ha Rekapitulasi data hasil penanaman dari pemegang IUPHHK-HT dan hasil monitoring, verifikasi dan pelaporan atas laporan penanaman oleh Pemegang IUPHHK-HT Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Usaha Hutan Tanaman IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (logged over area) seluas 750.000 ha Luasan IUPHHK-HA/RE yang diterbitkan tahun 2014. Luasan untuk IUPHHK-HA direncanakan seluas 620.000 ha dan IUPHHK-RE seluas 130.000 Ha Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 750.000 ha Rekapitulasi daftar SK Menteri Kehutanan dalam penerbitan IUPHHK-HA/RE Tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Usaha Hutan Alam. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 10% Volume produksi dari IIPHHK berkapasitas di atas 6.000 m3 yang memperoleh sertifikat oleh lembaga sertifikasi pada tahun 2014 Target pada tahun 2013 sebesar 7,58 juta m3 Target pada tahun 2014 sebesar 8,13 juta m3 Membandingkan angka capaian dengan angka target dikalikan 100%, dimana angka target sebesar 7,65 juta m3 Rekapitulasi data volume produksi dari industri hasil hutan yang bersertifikat pada tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat 2% di tahun 2014 Jumlah PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi tahun 2014 Target PNBP tahun 2013 sebesar Rp. 2,37 Triliun Target PNBP tahun 2014 sebesar Rp. 2.42 Triliun Membandingkan angka capaian dengan angka target dikalikan 100%, dimana angka target sebesar Rp. 2.42 Triliun Rekapitulasi jumlah PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi di tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Iuran dan Peredaran Hasil Hutan. Terbentuknya KPHP di 18 provinsi sebesar 100% Rencana Bisnis KPH pada 10 KPH di 9 provinsi Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 10 unit KPH di 9 provinsi Dokumen Rencana Bisnis 10 unit KPH Model yang ditandatngani oleh Kepala KPH. Peningkatan produk hasil hutan kayu dan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 1% Jumlah produk hasil hutan kayu dan bukan kayu /jasa lingkungan tahun 2014 - Target produksi HHBK/Jasa lingkungan tahun 2013 sebesar: 421.853 ton - Target produksi HHBK/ Jasa lingkungan tahun 2014 sebesar 425.909 ton - Target produksi Kayu Hutan Alam tahun 2013 sebesar 5.641.051 m3 - Rencana Produk Kayu Hutan Alam tahun 2014 sebesar 5.697.462 m3 Membandingkan angka capaian dengan angka target dikalikan 100%, dimana angka target sebesar 426.072 ton dan 5.697.462 m3 Rekapitulasi data produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan yang ditandatangani oleh Direktur Bina Rencana Pemanfaatan dan Usaha Kawasan
Cara pengukuran Sumber data Indikator Kinerja Jenis Data Cara pengukuran Sumber data Indikator Kinerja Jenis Data
62
Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan 1. Unit Kerja Penanggung Jawab 2. Sasaran/hasil a. Pernyataan : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Biodiversity dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 Akhir tahun 2014
: :
63
Panorama di sekitar air terjun Jeruk Manis, TN. Gn. Rinjani, Nusa Tenggara Barat
Jumlah hotspot kebakaran hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi menurun 67,2% dari rerata 2005-2009 Jumlah hotspot yang terpantau pada Stasiun Bumi Satelit NOAA 18 sepanjang tahun 2014 Rerata hotspot tahun 2005-2009 sebesar 58.890 titik Target jumlah hotspot yang dimungkinkan tahun 2014 sebesar 19.316 titik [58.890-(58.890 x 67,2%) Membandingkan angka capaian dengan angka target dengan perhitungan , dimana angka target sebesar 19.316 titik. Rekapitulasi data Hotspot Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang ditandatangani oleh Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Jumlah individu dari 14 spesies (Maleo, Jalak Bali, Kakaktua Jambul Kuning, Elang Jawa, Harimau Sumatera, Badak Jawa, Gajah Sumatera, Badak Jawa, Gajah Sumatera, Anoa, Babi Rusa, Orang utan Kalimantan, Bekantan, Owa Jawa, Komodo, dan Banteng) pada tahun 2008 Jumlah individu tahun 2008 : Maleo sebanyak 1.983 ekor, Jalak Bali sebanyak 114 ekor, Kakaktua Jambul Kuning sebanyak 659 ekor, Elang Jawa sebanyak 57 ekor, Harimau Sumatera sebanyak 340 ekor, Badak Jawa sebanyak 27ekor, Gajah Sumatera sebanyak 340 ekor, Anoa sebanyak 860 ekor, Babi rusa sebanyak 681 ekor, Orangutan Kalimantan sebanyak 5.920 ekor, Bekantan sebanyak 1.172 ekor, Owa Jawa sebanyak 989 ekor, Komodo sebanyak 3.722 ekor, Banteng sebanyak 266 ekor Rencana jumlah individu tahun 2014 : Maleo sebanyak 2.043 ekor, Jalak Bali sebanyak 118 ekor, Kakaktua Jambul Kuning sebanyak 679 ekor, Elang Jawa sebanyak 59 ekor, Harimau Sumatera sebanyak 350 ekor, Badak Jawa sebanyak 28 ekor, Gajah Sumatera sebanyak 350 ekor, Anoa sebanyak 886 ekor, Babi Rusa sebanyak 701 ekor, Orangutan Kalimantan sebanyak 6.098 ekor, Bekantan sebanyak 1.207 ekor, Owa Jawa sebanyak 1.019 ekor, Komodo sebanyak 3.834 ekor, Banteng sebanyak 274 ekor Membandingkan angka capaian populasi 14 spesies dengan angka rencana dikalikan 100%. Realisasi pencapaian
64 Rencana Kerja 2014
Cara Pengukuran
Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara Pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data
Cara Pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara Pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara Pengukuran Sumber data
indikator kinerja ini adalah rerata dari presentase pencapaian 14 spesies prioritas utama. Rekapitulasi data populasi 14 spesies prioritas utama hasil perhitungan tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati. Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 1 UPT PHKA 1 UPT PHKA yang disiapkan untuk pengelolaan BLU di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 1 UPT PHKA Rekapitulasi 1 UPT yang disiapkan menjadi BLU Tahun 2014 ditandatangani oleh Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA Konflik dan tekanan terhadap kawasan TN dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) serta HL menurun sebesar 1% Luas areal perambahan Kawasan Konservasi tahun 2014 berhasil diturunkan 1% disbanding tahun 2013. Luas areal perambahan di KK pada tahun 2009 adalah 500.000 ha. Target penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi dan hutan lindung dalam lima tahun adalah sebesar 5% (rata-rata 1% per tahun) atau 25.000 ha dari total areal perambahan. Rencana luas areal perambahan yang akan diselesaikan di tahun 2014 seluas 5.000 ha. Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana penyelesaian perambahan tahun 2014 adalah 5.000 ha Rekapitulasi luas areal perambahan di TN dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) serta HL yang berhasil diselesaikan di tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar illegal, dan kebakaran hutan) penanganannya terselesaikan minimal 75% Jumlah kasus tindak pidana kehutanan tahun 2014 yang berkasnya telah selesai (P21) dan siap diajukan ke pengadilan, minimal 75% Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 75% Rekapitulasi jumlah tindak pidana kehutanan yang berkasnya telah P21 di tahun 2014, ditandatangani oleh Direktur Penyidikan dan Pengamanan Hutan. Pengusahaan pariwisata alam meningkat 60% disbanding tahun 2008 Jumlah ijin usaha penyediaan jasa dan sarana pariwisata alam yang ditandatangani Menteri Kehutanan/Gubernur/Bupati/Kepala UPT di tahun 2014. Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 12 unit Rekapitulasi jumlah ijin usaha penyediaan jasa dan sarana pariwisata alam yang ditandatangani oleh Menteri Kehutanan/Gubernur/Bupati/Kepala UPT tahun 2014, rekapitulasi ditandatangani oleh Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung
65
Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis Pemberdayaan Masyarakat
1. Unit Kerja Penanggung Jawab 2. Sasaran/hasil a. Pernyataan b. Cara pengukuran c. Waktu pengukuran
Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Berkurangnya lahan kritis pada DAS prioritas Rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 Akhir tahun 2014
: : :
66
Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu di 3 DAS Prioritas Jumlah dokumen rencana pengelolaan DAS terpadu di 3 DAS prioritas yang sudah ditandatangani oleh Menteri /Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya pada tahun 2014 Membandingkan capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana rencana sebesar 3 DAS prioritas Rekapitulasi yang ditandatangani oleh Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS yang berisi daftar dokumen rencana pengelolaan DAS terpadu Tanaman rehabilitasi pada hutan dan lahan kritis di DAS prioritas seluas 40.000 ha Luas hutan dan lahan kritis yang ditanami pada tahun 2014, baik di dalam maupun di luas kawasan hutan Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 40.000 ha Rekapitulasi data luas hasil penanaman tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penetapan areal kerja pengelolaan HKm dan HD seluas 500.000 ha Luas wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai areal kerja HKm dan HD pada tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 500.000 ha Rekapitulasi daftar SK Menteri Kehutanan untuk penetapan areal kerja pengelolaan HKm dan HD tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Perhutanan Sosial Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 50.000 ha Luas hutan rakyat kemitraan yang dibangun di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana seluas 50.000 ha SK Menteri Kehutanan untuk penetapan areal kerja hutan rakyat kemitraan di tahun 2014 yang ditandatangani oleh Direktur Bina Perhutanan Sosial Terbangunnya sumber benih baru seluas 610 ha Luas areal sumber benih baru yang dibangun di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 610 ha Rekapitulasi daftar berita acara serah terima pembangunan sumber benih baru di tahun 2014, yang ditandatangani oleh Direktur Perbenihan Tanaman Hutan
67
Penyadapan aren untuk gula merah, upaya pemberdayaan masyarakat TN. Bantimurung Bulusaraung, di Desa Tompobulu, Kec. Balocci, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
b. c.
68
Pertanian organik, upaya pemberdayaan masyarakat TN. Bantimurung Bulusaraung, di Desa Tompobulu, Kec. Balocci, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data
Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat sebanyak 10 kerjasama Jumlah dokumen kerjasama yang ditandatangani oleh pelaku utama dan pelaku usaha tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 10 kerjasama Rekapitulasi daftar dokumen kerjasama pada tahun 2014 yang ditandatangani oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebanyak 3.000 orang Jumlah peserta diklat (aparatur dan non aparatur) di lingkungan Pusat Diklat Kehutanan tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 3.000 orang Rekapitulasi daftar peserta diklat di lingkungan Pusat Diklat Kehutanan tahun 2014 yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Diklat Kehutanan Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri sebanyak 100 kelompok Jumlah kelompok masyarakat produktif mandiri hasil fasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana 100 kelompok Rekapitulasi daftar kelompok masyarakat produktif mandiri hasil fasilitasi oleh penyuluh pada tahun 2014 yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 500 orang Jumlah penyuluh yang memperoleh sertifikat di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebanyak 500 orang Rekapitulasi daftar nama penyuluh yang memperoleh sertifikat tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 288 siswa Jumlah lulusan pendidikan menengah kehutanan di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebanyak 288 orang Rekapitulasi daftar nama siswa yang lulus pendidikan menengah kehutanan tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Diklat kehutanan
69
: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan : Minimal 60% hasil litbang kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim : Rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 : Akhir tahun 2014
70
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, sebanyak 100% Teknologi dasar dan terapan dihasilkan pada tahun 2014 sebanyak 7 judul, dimanfaatkan oleh pengguna sebanyak 100% Memberikan penilaian hasil penelitian sesuai kriteria sebagai berikut Riset Terapan/Teknis Telah diterapkan, rencana SNI Demplot, Jurnal akreditasi Alih teknologi, prosiding, publikasi populer (Koran, warta) Gelar teknologi pameran Draft publikasi, poster, banner, leafleat Menjadi kebijakan, SK Menhut, RSNI Bahan kebijakan , draft SK Menhut, terakreditasi, buku, petunjuk teknis, pedoman Policy brief, prosiding, publikasi popular (Koran, warta) Seminar Draft publikasi, draft petunjuk teknis, draft Paten, hak cipta, RSNI, perlindungan varietas tanaman, penemuan teori/inovasi baru, jurnal internasional Jurnal terakreditasi, buku, draft paten Prosiding, publikasi popular (Koran, warta, dll) Seminar Draft publikasi 100 80 60 40 20 100 80 60 40 20 100 80 60 40 20
Riset Terapan/Kebijakan
Riset Dasar
Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data
Rekapitulasi daftar hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pengguna di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi SDA Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, sebesar 100% Teknologi dasar dan terapan dihasilkan pada tahun 2014 sebanyak 6 judul, dimanfaatkan oleh pengguna sebesar 100% Memberikan penilaian hasil penelitian sesuai kriteria sebagaimana kriteria di bidang konservasi dan rehabilitasi Rekapitulasi daftar hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pengguna di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, sebanyak 100% Teknologi dasar dan terapan dihasilkan pada tahun 2014 sebanyak 5 judul, dimanfaatkan oleh pengguna sebanyak 100% Memberikan penilaian hasil penelitian sesuai kriteria sebagaimana kriteria di bidang konservasi dan rehabilitasi Rekapitulasi daftar hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pengguna di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, sebanyak 100% Teknologi dasar dan terapan dihasilkan pada tahun 2014 sebanyak 7 judul, dimanfaatkan oleh pengguna sebanyak 100% Memberikan penilaian hasil penelitian sesuai kriteria sebagaimana kriteria di bidang konservasi dan rehabilitasi Rekapitulasi daftar hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pengguna di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan.
71
Tim auditor Inspektorat Jenderal memeriksa bangunan pagar kantor Seksi Pengelolaan TN Wilayah II Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tengggara
: Inspektorat Jenderal : Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan : Rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 : Akhir tahun 2014
72
Cara pengukuran
Kelemahan administrasi turun sebesar 50% dari tahun 2009 Proporsi temuan kelemahan administrasi hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 turun 50% dibandingkan tahun 2009. Proporsi temuan kelemahan admnistrasi tahun 2009 sebesar 20,04% dengan demikian target penurunan 2010-2014 sebesar 10,02% Target penurunan proporsi temuan kelemahan administrasi hingga tahun 2014 sebesar 10,02% sehingga proporsi temuan kelemahan administrasi tahun 2014 menjadi sebesar 10,02 %. Membandingkan target dan realisasi penurunan proporsi temuan kelemahan administrasi dengan perhitungan , dimana angka target sebesar 10,02 dan realisasi merupakan proporsi temuan kelemahan administrasi hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 Rekapitulasi temuan hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 yang ditandatangani oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang sampai 50% dari tahun 2009 Proporsi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 turun 50% dibandingkan tahun 2009. Proporsi temuan pelanggaran terhadap perundangan tahun 2009 sebesar 14,69% dengan demikian target penurunan 2010-2014 sebesar 7,35% Target penurunan proporsi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan hingga tahun 2014 sebesar 7,35% sehingga proporsi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan tahun 2014 menjadi sebesar 7,34% Membandingkan target dan realisasi penurunan proporsi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan dengan perhitungan , dimana angka target sebesar 7,35 dan realisasi merupakan proporsi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 Rekapitulasi temuan hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 yang ditandatangani oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun 2009 Proporsi temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 berkurang 50% dibandingkan tahun 2009. Proporsi temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas tahun 2009 sebesar 14,31% dengan demikian target penurunan 2010-2014 sebesar 7,16% Target penurunan proporsi hambatan kelancaran pelaksanaan tugas hingga tahun 2014 sebesar 7,16% sehingga proporsi temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas tahun 2014 menjadi sebesar 7,15% Membandingkan target dan realisasi penurunan proporsi temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas dengan perhitungan , dimana angka target sebesar 7,16 dan realisasi merupakan proporsi temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 Rekapitulasi temuan hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 yang ditandatangani oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal Potensi kerugian Negara diturunkan hingga 25% dari temuan 2006-2009 Jumlah potensi kerugian negara yang berhasil diselesaikan hingga tahun 2014 sebesar 25% dibandingkan angka potensi kerugian Negara hasil temuan tahun 2006-2009 Jumlah potensi kerugian negara hasil temuan tahun 2006-2009 sebesar Rp. 695.079.784.709,00 dan jumlah target penurunan tahun 2010-2014 sebesar Rp. 178.769.946.177,25 Target penurunan potensi kerugian Negara tahun 2014 sebesar Rp. 173.769.946.177,25 sehingga jumlah potensi kerugian Negara tahun 2014 menjadi sebesar Rp. 521.309.838.531,75 Membandingkan realiasi dan target potensi kerugian Negara yang berhasil diselesaikan, dengan perhitungan , dimana angka target sebesar rp.173.769.946.177,25 dan realisasi merupakan pengurangan dari Rp. 695.079.784.709,00 (angka dasar temuan tahun 2006-2009) dikurangi sisa potensi kerugian negara tahun 2014 Rekapitulasi tindak lanjut hasil audit Inspektorat Jenderal tahun 2014 yang ditandatangani oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal
Cara pengukuran
Cara pengukuran
Cara pengukuran
Sumber data
73
Stalagmit di Gua Istana, TN. Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Menurut penelitan LIPI, stalagmit gua ini berusia 400 ribu 650 ribu tahun.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan
1.
Unit Kerja Penanggung Jawab 2. Sasaran/hasil a. Pernyataan b. Cara pengukuran c. Waktu pengukuran
: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan : Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien : Rerata dari capaian indikator kinerja pada tahun 2014 : Akhir tahun 2014
74
Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data Indikator kinerja Jenis data Cara pengukuran Sumber data
Opini laporan keuangan Kemenhut tahun 2014 dinyatakan wajar tanpa pengecualian Opini BPK terhadap laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahun 2014 Opini WTP diberikan nilai 100%, WDP diberikan nilai 80%, dan Disclaimer diberikan nilai 60% Laporan keuangan dan opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahun 2014 Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80% Jumlah perusahaan yang mengembalikan hutang kepada Kemenhut, kumulatif hingga tahun 2014 sebesar 80%. Jumlah perusahaan yang harus mengembalikan sebanyak 69 unit. Jumlah perusahaan yang harus mengembalikan hingga 2014 sebanyak 55 unit Membandingkan angka capaian dengan rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 55 unit Rekapitulasi perusahaan yang telah diselesaikan pengembalian piutang yang ditandatangani oleh Kepala Biro Keuangan Pencapaian sasaran strategis Kementerian Kehutanan minimal 95% Rerata capaian 18 sasaran strategis Kemenhut secara kumulatif hingga 2014 Membandingkan angka capain dengan angka rencana dikalikan 100% dimana angka rencana adalah 95% Data hasil pemantauan 18 sasaran strategis yang ditandatangani oleh Kepala Biro Perencanaan Penyelesaian status BMN eks Kanwil di 15 provinsi Jumlah BMN gedung eks Kanwil telah masuk SIMAK BMN Kementerian Kehutanan tahun 2014 sebanyak 15 provinsi Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana adalah 15 provinsi Laporan BMN Kementerian Kehutanan yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal tahun 2014. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak Negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% Jumlah perkara gugatan yang diputuskan akhir dan dinyatakan menang oleh Pengadilan di tahun 2014. Rencana jumlah perkara yang menang di tahun 2014 sebanyak 28 perkara Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana28 perkara Rekapitulasi daftar putusan Biro Hukum dan Organisasi Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi sebesar 95% Jumlah pegawai yang memenuhi syarat untuk mengikuti pengembangan kapasitas dan karir pegawai berupa ujian dinas, seleksi diklatpim/tugas belajar/4 kriteria, PAC dan penelaahan karir PNS sebanyak . orang Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana . orang Rekapitulasi daftar jumlah pegawai yang memenuhi syarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai tahun 2014 yang ditandatangani Kepala Biro Kepegawaian Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% Proporsi berita yang cenderung positif pada tahun 2014 meningkat minimal 10% dibandingkan dengan data tahun 2009 sebegai tahun dasar. Proporsi berita positif tahun 2009 sebesar 55% Membandingkan proporsi berita positif tahun 2014 pada klasifikasi: 100% untuk capaian diatas 70,5%; 80% untuk capaian 65,5-70,5%; 60% untuk capaian 60,5-65,5%; 50% untuk capaian dibawah 60,5% Rekapitulasi daftar hasil analisis media yang menampilkan citra positif Kemenhut di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat Hubungan Masyarakat Tersedianya standar produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim sebanyak 7 produk Jumlah standar produk dan jasa kehuanan sebanyak 3 RSNI, pedoman pengelolaan lingkungan 1 judul dan perubahan iklim sebanyak 3 judul di tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 7 produk Rekapitulasi daftar Rancangan Standar Produk dan Jasa yang telah mencapai Konsensus untuk penetapan oleh BSN dan SNI yang telah ditetapkan pada tahun 2014, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim, yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Standardisasi dan Lingkungan Kerjasama baru bilateral sebanyak 1 negara Jumlah negara yang memiliki kerjasama baru dengan Pemerintah Indonesia di bidang kehutanan tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana sebesar 1 negara Rekapitulasi dokumen kerjasama yang ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan mitra Negara lain tahun 2014, rekapitulasi ditandatangani oleh Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri Penyaluran kredit pembangunan HTI, HTR, HKm, HD, dan HR (kemitraan) seluas 80.000 ha Luas pembangunan HTI, HTR, HKm, HD, dan HR (kemitraan) yang mendapatkan kredit dana bergulir pembiayaan pembangunan yang disalurkan pada tahun 2014 Membandingkan angka capaian dengan angka rencana dikalikan 100%, dimana angka rencana seluas 80.000 ha Rekapitulasi daftar pembangunan HTI, HTR, HKM, HD, dan HR (kemitraan) yang mendapatkan kredit dana bergulir pembiayaan pembangunan di tahun 2014, ditandatangani oleh Kepala Pusat P2H Tersusunnya rencana pembangunan kehutanan tahun 2014 di 4 regional Jumlah dokumen rencana pembangunan kehutanan regional 2014 yang disusun berdasarkan Rakorenbanghutreg di 4 regional Membandingka angka capaian dengan angka rencana, dikalikan 100%, dimana angka rencana 4 regional Dokumen rencana pembangunan kehutanan regional tahun 2014 yang di tandatangani Kapusdal di masing-masing regional
75
V.
PENUTUP.
Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2014 ini diharapkan dapat menuntun gerak langkah aparatur Kementerian Kehutanan untuk memenuhi kinerja yang telah dirumuskan. Selanjutnya, diharapkan kepada seluruh penanggung jawab program untuk menjamin pencapaian kinerja dan memberikan sumbangan terhadap pembangunan nasional. Pemantauan dari upaya pencapaian kinerja ini akan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dalam bentuk audit kinerja, sedangkan Sekretariat Jenderal diharapkan dapat mengkoordinasian pemantauan kinerja yang akan dituangkan ke dalam bahan-bahan sidang kabinet dan laporan ke UKP4, serta penyusunan LAKIP Kemenhut Tahun 2014.
Menteri Kehutanan Republik Indonesia, ttd. Dr. (H.C) ZULKIFLI HASAN, SE., MM Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA
76
Editor :
Helmi Basalamah, Prie Supriadi, Basoeki Karyaatmadja, Sakti Hadengganan, Hartono, Murdiyono, Trisnu Danisworo, Trijoko Mulyono, Waspodo, Apik Karyana, Dedi Haryadi, Teguh Priyo Adi Sulistyo, Sandi Kusuma, Joko Suwarno, Agustina Sandrasari dan Rini Octaviani. Naskah, desain dan tata letak disiapkan oleh Sandi Kusuma Sampul depan oleh Sandi Kusuma, sampul belakang oleh Febyanti Muthia Anggraeni. Foto sampul depan adalah keragaman jenis ikan di Pulau Menjangan oleh I Ketut Merthayasa (Balai TN. Bali Barat). Foto sampul belakang adalah Pos 9 Gn. Bulusaraung, TN. Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, oleh Iskandar (Balai TN. Bantimurung Bulusaraung) Seluruh foto merupakan hasil pelaksanaan kegiatan Kementerian Kehutanan, baik pusat maupun daerah. Foto Harimau Sumatera diambil dari kamera jebakan (camera trap) oleh Balai Besar TN. Bukit Barisan Selatan bekerja sama dengan Pantera-FFI. Sedangkan foto-foto lainnya disumbangkan (diurutkan sesuai abjad) oleh: Agustina Sandrasari Lubis (Biro Perencanaan) Amelia Kurniasih (Biro Perencanaan), Amrin Husein (Balai TN. Wakatobi), Bambang Murtiaji (Biro Perencanaan), Chris Lamba Awang (Balai TN. Wakatobi), Errys Maart (Balai TN. Wakatobi), Febyanti muthia Anggraeni (Balai TN. Wakatobi), Haryadi (Balai TN. Kutai), I Ketut Merthayasa (Balai TN. Bali Barat), Iskandar (Balai TN. Bantimurung Bulusaraung), Lusi Adiputri (Dit. Bina Perhutanan Sosial), Maulana Budi (Balai Besar TN. Gn. Gede Pangrango), Mugiharto H.P (Balai KSDA Bengkulu), Sandi Kusuma (Biro Perencanaan), Simon Onggo Eko Hastomo (Balai TN. Laiwangi Wanggameti), Tedjo Purwoto (Dit. Bina Perhutanan Sosial), Usman (Balai KSDA Kalimantan Selatan), Wida Kusuma (Biro Perencanaan).
Diterbitkan oleh :
Biro Perencanaan, Kementerian Kehutanan. Tahun 2013. Gedung Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 2. Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta.
77
78