Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ketika bayi belum dapat mengembangkan perhatian visual yang baik atau
kemampuan untuk memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3-4 bulan, beberapa
penyebab harus dipertimbangkan. Banyak dari penyebab diantaranya katarak,
glaukoma, gangguan retina, dan malformasi. Beberapa kelainan mata relatif
mudah didiagnosis dengan pemeriksaan mata standar. Namun, kelainan lainnya
bersifat tersembunyi dan sulit untuk dideteksi1.
Pada tahun 2000 Biro Sensus AS melaporkan bahwa ada 72.3 juta anak di
bawah usia 18 tahun di Amerika Serikat (26 % dari penduduk) dan angka dalam
kelompok usia ini, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,7 persen, yang
meningkat lebih cepat daripada segmen lain dari populasi. Gangguan penglihatan
adalah kecacatan keempat yang paling umum di Amerika Serikat dan kondisi ini
menjadi penyebab keterbatasan selama masa kanak-kanak. Meskipun prevalensi
gangguan penglihatan dalam populasi ini tinggi, penelitian menunjukkan bahwa
hanya sekitar 31 persen dari anak-anak antara usia 6 hingga 16 tahun yang
cenderung menjalani pemeriksaan mata yang komprehensif dan visus dalam satu
tahun terakhir, sedangkan di bawah usia 6 , hanya sekitar 14 persen yang
cenderung menjalani pemeriksaan mata dan visus2.
Dalam sebuah penelitian terhadap 5.851 anak usia 9 sampai 15 tahun,
hampir 20 persen membutuhkan kacamata tetapi hanya 10 persen dari kelompok
yang sudah memilikinya. Dengan demikian, 90 persen dari anak-anak yang
membutuhkan kacamata tidak memakainya. Sayangnya, tidak seharusnya
ketergantungan pada skrining visus oleh dokter anak atau dokter perawatan
primer lainnya yang dapat menghasilkan deteksi akhir amblyopia dan gangguan
penglihatan lainnya2.
Pada saat penglihatan terganggu atau hilang, hal ini dapat mempengaruhi
perilaku belajar seseorang. Bila kelainan penglihatan terjadi cukup berat, anak
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tujuan Penulisan
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Perubahan struktural terjadi pada kedua mata dan sistem saraf pusat. Penelitian
laboratorium dan klinis telah menunjukkan bahwa penglihatan normal
berkembang sebagai akibat dari kode genetik dan pengalaman dalam lingkungan
visual yang normal1.
Penglihatan pada bayi biasanya dinilai secara kualitatif secara klinis
maupun dengan tes psikofisik seperti respon optokinetic nystagmus (OKN), atau
visually evoked cortical potential (VECP; juga disingkat dengan VEP atau VER
untuk visually evoked potential atau response), dan teknik pemeriksaan yang yang
lain. Refleks berkedip terhadap cahaya terang harus muncul beberapa hari setelah
lahir. Refleks cahaya pupil biasanya muncul setelah 31 minggu kehamilan, tetapi
sulit untuk dievaluasi karena miosis pada bayi baru lahir1.
Pada sekitar usia 6 minggu, bayi normal harus mampu membuat dan
menjaga kontak mata dengan manusia lain dan bereaksi dengan ekspresi wajah.
Bayi berusia 2-3 bulan harus tertarik pada benda-benda yang terang. Bayi
prematur diharapkan dapat menjangkau tanda tersebut, tergantung pada derajat
prematuritas1.
Diskonjugasi gerakan mata, skew deviation, dan sunsetting dapat
diperhatikan pada bayi normal, tetapi ini tidak bertahan setelah usia 4 bulan.
Tanda-tanda perkembangan penglihatan yang buruk sebenarnya termasuk gerakan
mata dimana kurangnya respon terhadap wajah yang familiar dan objek, serta
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
nistagmus. Menatap lampu yang cerah dan menggosok mata dengan kuat pada
bayi yang dapat diartikan secara visual bayi tidak tertarik (refleks okulo-digital)
merupakan tanda-tanda lain dari perkembangan penglihatan yang buruk1.
2. 2
Definisi
Ketajaman visual yaitu ukuran kemampuan mata untuk membedakan detail
dan bentuk objek. Hal ini dinilai dengan huruf / angka / gambar terkecil yang
dapat diidentifikasi dan dapat dilihat pada jarak tertentu, biasanya 20 kaki (jarak
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2. 3
Epidemiologi
anak usia 12 - 17 tahun. Dari 6.768 anak yang diperiksa, 7,9 persen
dan
1,8
persen
mengalami
heteroforia
signifikan.
Prevalensi
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2. 4
Etiologi
2.4.1. Kehilangan Penglihatan Pregenikulata
Nistagmus sensorik kongenital dapat menjadi indikator klinis dari kehilangan
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Hasil ERG tampak normal; hasil VEP dapat normal atau subnormal.
Neuroimaging mungkin normal atau mengungkapkan perubahan seperti atrofi dan
porensefali di korteks oksipital (striate atau parastriate), kerusakan radiasi optikus,
atau leukomalasia periventrikular. Anak-anak dengan pemeriksaan neuroirnaging
normal dapat memiliki prognosis yang lebih menguntungkan1.
Tergantung pada etiologi, gangguan penglihatan kortikal mungkin bersifat
sementara atau permanen dan dapat berhubungan dengan beberapa defisit
neurologis1.
2.4.2. Keterlambatan Maturasi Visual
Kadang-kadang, ketika hasil pemeriksaan mata benar-benar normal tetapi
fiksasi buruk, masalahnya hanyalah maturasi yang tertunda dari sistem visual
pada anak-anak tersebut. Hasil pemeriksaan pemeriksaan neurologis mungkin
normal kecuali untuk fungsi visual yang buruk. Beberapa pasien memiliki bukti
kerusakan neurologis lainnya. Masalah ini terutama umum pada anak dengan
disabilitas perkembangan lainnya1.
Jika perilaku visual bayi tidak mengalami progresi menjadi normal dalam
beberapa bulan, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan. Visually evoked cortical
potentials yang dilakukan sangat dini dalam kehidupan awalnya mungkin
abnormal; pemeriksaan ini lebih valid pada anak mendekati usia 12 bulan.
Pemeriksaan tersebut dapat diabaikan ketika perilaku visual bayi secara jelas
mengalami kemajuan menuju normal1.
2. 5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
termasuk
prematuritas,
retardasi
pertumbuhan
intrauterin,
stress
janin,
pada
lokalisasi
disfungsi
visual.
Hal
ini
berguna
untuk
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
diperiksa pada usia 6 bulan jika ada kecurigaan bahwa gangguan penglihatan
mungkin dijumpai8.
Dua masalah yang paling umum pada bayi adalah strabismus yang
mempengaruhi sekitar 4% dari bayi, dan amblyopia yang mempengaruhi sekitar
1%8.
Gangguan penglihatan yang dapat mengganggu perkembangan yang
sesuai tentu dapat dideteksi pada usia berapa pun. Deteksi dini dapat mencegah
komplikasi di masa depan8.
Satu dari sepuluh anak-anak pra-sekolah dipengaruhi oleh gangguan
penglihatan yang signifikan secara klinis. Orang tua perlu waspada akan tandatanda yang mungkin menunjukkan penglihatan anak mereka membutuhkan
perhatian. Hal ini sangat penting karena kelompok usia ini akan segera mulai
belajar keterampilan di sekolah. Tanda-tanda gangguan penglihatan yang
mungkin timbul dalam kelompok usia prasekolah termasuk ketidakmampuan
untuk mengekspresikan ide-ide dengan cat atau pensil atau kurangnya perhatian
untuk usia anak dan kinerja yang buruk di prasekolah atau TK8.
Anak-anak usia sekolah harus diperiksa pada usia 6 tahun sebagai tindak
lanjut pemeriksaan penglihatan mereka sebelumnya pada usia 3 tahun. Prevalensi
kondisi penglihatan tertentu meningkat secara signifikan menjadi 1 dalam 5
selama tahun-tahun sekolah, namun perubahan dalam visus anak biasanya
bertahap dimana sebagian besar tidak menyadarinya. Selain itu, banyak anak-anak
dengan mudah dapat melewati tes grafik mata dasar dan masih memiliki masalah
penglihatan dekat yang tidak terdeteksi yang mempengaruhi kinerja sekolah dan
beberapa kegiatan bermain8.
2.5.1. Pemeriksaan Ketajaman Visual
Pada usia dini, ketajaman visual harus dinilai sebagai bagian dari setiap
pemeriksaan umum anak yang normal. Cara terbaik adalah tidak menunggu
sampai anak cukup tua untuk merespon grafik visual, karena hal ini mungkin
tidak memberikan informasi yang akurat sampai usia sekolah9,10.
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
yang dideteksi
dengan memeriksa refleksi cahaya kornea, juga harus dianggap sebagai indikasi
visus yang buruk pada mata yang menyimpang, terutama jika mata ini tidak
respon atau respon lambat untuk memfiksasi cahaya pada oklusi mata
sebelahnya9,10.
Dari sekitar usia 4 tahun, mungkin untuk memperoleh respon subyektif
dengan penggunaan grafik " E " buta huruf, child recognition figure, angka Lea,
atau kartu HOTV. Biasanya, pada kelas satu atau dua, bagan Snellen dapat
digunakan9,10.
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.5.2. Refraksi
Refraksi obyektif merupakan bagian penting dari pemeriksaan mata anak,
terutama jika ada kecurigaan visus yang buruk atau strabismus. Pada anak-anak,
pemeriksaan ini harus dilakukan di bawah sikloplegik untuk mengatasi
kecenderungan anak untuk berakomodasi. Dalam sebagian besar keadaan, tetes
cyclopentolate 1 % yang dipakai dua kali dengan selang waktu 5 - 30 menit
sebelum pemeriksaan akan memberikan sikloplegik yang cukup, tetapi sikloplegik
atropin mungkin diperlukan jika strabismus konvergen dijumpai atau mata sangat
berpigmen. Karena tetes atropin dapat dikaitkan dengan efek samping sistemik,
salep mata atropin 1 % yang dioleskan sekali sehari selama 2 atau 3 hari sebelum
pemeriksaan adalah hal yang dianjurkan. Orang tua harus diperingatkan akan
gejala toksisitas atropin - demam, wajah memerah, dan denyut nadi cepat.
Refraksi sikloplegik memberikan keuntungan tambahan midriasis yang baik untuk
memfasilitasi pemeriksaan fundus9.
Sekitar 80 % dari anak-anak antara usia 2 hingga 6 tahun mengalami
hipermetropia, 5 % mengalami miopia, dan 15 % mengalami emetropia. Sekitar
10 % mengalami gangguan refraksi yang memerlukan koreksi sebelum usia 7 atau
8 tahun. Hipermetropia masih relatif statis atau secara bertahap berkurang hingga
usia 19 atau 20 tahun. Miopia sering berkembang antara usia 6 hingga 9 tahun dan
meningkat sepanjang masa remaja, dengan perubahan terbesar pada saat pubertas.
Astigmatisma relatif umum pada bayi namun menurun prevalensinya selama
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
beberapa tahun pertama kehidupan. Setelah itu, prevalensi dan derajat tetap relatif
konstan sepanjang hidup9.
2.5.3. Pemeriksaan Segmen Anterior & Posterior
Pemeriksaan lebih lanjut harus disesuaikan dengan umur dan kemampuan
anak untuk bekerja sama. Pemeriksaan segmen anterior pada anak muda terutama
bergantung pada penggunaan cahaya senter dan kaca pembesar, namun
pemeriksaan slitlamp lebih memungkinkan pada bayi dengan kerjasama ibu dan
anak dengan dorongan yang tepat. Pengukuran tekanan intraokular dan
gonioskopi memiliki lebih banyak masalah dan sering memerlukan pemeriksaan
di bawah anestesi. Pemeriksaan fundus bergantung pada midriasis yang baik.
Umumnya lebih mudah pada neonatus dan bayi dibandingkan pada anak-anak
karena mereka dapat dikendalikan dengan mudah dan pemeriksaan sering mudah
dicapai selama pemeriksaan9.
Refleks cahaya fovea tidak ada pada bayi. Sebaliknya, makula memiliki
tampilan mother-of-pearl terang dengan elevasi. Pada usia 3-4 bulan, makula
menjadi sedikit cekung dan refleks cahaya fovea muncul9.
2.6. Rehabilitasi Penurunan Penglihatan
Rehabilitasi penglihatan yang buruk meliputi pengobatan pasien dengan
gangguan penglihatan yang tidak respon dengan obat-obatan dan bedah.
Sayangnya, rehabilitasi penglihatan yang buruk sering diabaikan pada anak-anak.
Namun, anak-anak dengan gangguan penglihatan membutuhkan penilaian
penglihatan buruk yang formal yang akan memberikan pilihan pengobatan
rehabilitatif, termasuk koreksi gangguan refraksi, pembesaran untuk kacamata
baca, kacamata bifokal, alat pembesaran teleskopik untuk melihat target yang
jauh, prisma, dan berbagai lensa transmisi selektif yang ditujukan untuk
mengurangi silau dan fotostress1.
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
Prevalensi untuk gangguan mata dan penglihatan pada anak-anak yaitu
amblyopia, 2-3 persen; strabismus, 3-4 persen; gangguan refraksi, 15-30 persen;
dan penyakit okular, kurang dari 1 persen2.
Nistagmus sensorik kongenital dapat menjadi indikator klinis dari
kehilangan penglihatan pregenikulata bilateral. Penyebab yang jelas meliputi
kelainan segmen anterior, kekeruhan kornea (anomali Peters, sklerokornea),
katarak, dan glaukoma kongenital1,3.
Gangguan visual kortikal menunjukkan kehilangan penglihatan dari
patologi
posterior
terhadap
nukleus
genikulata
lateral
(jalur
visual
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym. Pediatric Ophthalmology and Strabismus . American Academy of
Ophthalmology : Singapore. pp.413-417
2. Scheiman MM, et al. Pediatric Eye And Vision Examination. Optometric
Clinical Practice Guideline. American Optometric Association: USA.
3. Sunanto
J.
Anak
dengan
Gangguan
Penglihatan.
Available
from:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196105151987
031-JUANG_SUNANTO/anak_dgn_gangguan_penglihatan.pdf
4. Anonym. Blind-Low Vision Early Intervention Program. Available from:
http://www.yrdsb.ca/schools/ChildCare/Documents/EL-blindlowvision.pdf
5. Anonym. Working with Infants and Toddlers with Visual Impairments and
Their Families. Available from: http://www.infantva.org/documents/pr-itcvafunctionalvision.pdf
6. Scoggin AE, et al. A Young Child with Visual Impairments. Chapter 11.
7. Canadian Pediatric Society. Vision screening in infants, children and youth.
Paediatr Child Health 2009; 14(4):246-248
8. Anonym. Childrens Vision Problems. Sight Matters. Available from:
http://www.eyecareplus.com.au/downloads/FAQ_SM_507.pdf
9. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17 th
edition. McGraw-Hill: New York. Chapter 17.
10. Drentlaw KLB. Visual Acuity: The Critical Measure!. Association of
Technical
Personnel
in
Ophthalmology.
Available
from:
http://www.atpo.org/Documents/New/Articles/Visual%20Acuity%20The
%20Critical%20Measure!.pdf
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
17