Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Menjadi tua merupakan salah satu proses kehidupan seseorang yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi tubuh, seperti penurunan berbagai macam fungsi tubuh, seperti jantung, hati, dan alat pencernaan. Di samping penurunan kemampuan organ, hampir semua fungsi tubuh juga mengalami penurunan, seperti penurunan pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir, kecepatan bergerak, dan kecepatan refleks (Maryani dan Suharmiati, 2006). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg (Nguyen, 2010). Hipertensi menjadi penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Sampai saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang, di Indonesia terdaftar sekitar 17-21% masyarakat terdeteksi mempunyai riwayat hipertensi (Depkes RI, 2007).

Hipertensi

adalah

faktor

resiko

utama

yang

menyebabkan

penyakit

cardiovaskuler, termasuk stroke, myocardial infarction, dan gagal jantung. Data dari Framingham menyatakan bahwa 90% pasien dengan tekanan darah normal pada usia 55-65 tahun akan menampilkan hipertensi pada usia 80 tahun, karena adanya hubungan dari perubahan struktur pembuluh darah besar. Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian dari penyakit serebrovaskul, infark miokard, gagal jantung kongestif, dan gagal ginjal (Neutel; Assimina, 2010). Dean; Kathy; Jen-Fue; Ali; William, 2011; Babatsikou;

Menurut Maryani dan Suharmiati (2006), dari banyak penelitian epidemiologic dinyatakan bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi problem pada usila karena sering ditemukan menjadi faktor risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Sebenarnya, hipertensi merupakan akibat dari kerja keras jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pada usila, saluran darah dalam jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan elastisitas. Akibatnya, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung supaya distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini menimbulkan jantung mudah lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun.

B. Tujuan a. Mengetahui dan memahami mengenai definisi hipertensi pada lanjut usia. b. Mengetahui dan memahami mengenai etiologi hipertensi pada lanjut usia. c. Mengetahui dan memahami mengenai faktor predisposisi atau faktor pencetus hipertensi pada lanjut usia. d. Mengetahui dan memahami mengenai patofisiologi hipertensi pada lanjut usia. e. Mengetahui dan memahami mengenai tanda dan gejala hipertensi pada lanjut usia. f. Mengetahui dan memahami mengenai pemeriksaan penunjang pada lanjut usia. g. Mengetahui dan memahami mengenai pathway hipertensi pada lanjut usia. h. Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan hipertensi pada lanjut usia.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole yang tingginya tergantung dari umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering terjadi pada usia dewasa muda (Tambayong, 2000). Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi jika memiliki nilai systole 140 mmHg dan Diastole 90 mmHg (Jain, 2011).

Wanita lansia dengan hipertensi sebagian besar tidak melakukan pengobatan aktif, systolic blood prssure (SBP) dipengaruhi oleh masalah pekerjaan rumah tangga dan pola tidur tidur, sementara diastole blood pressure (DBP) dipengaruhi oleh tingkat depresi yang tinggi. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bergejala bahkan pada tahap awal, meskipun tidak ada agen antihipertensi, komplementer antihipertensi berdampak positif (Ferdinant, 2008). terapi

dalam pencapaian kualitas hidup

Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dan JNC VI (Join National Committee VI) dalam Budisetio (2000). Kategori JNC Kategori WHO Sistolic (mmHg) Optimal Normal High-normal Optimal Normal High Normal <120 <130 130-139 140-159 140-149 Diastolic (mmHg) <80 <85 85-89 90-99 90-94 100-109 110

Hypertension stage 1 Grade 1 hypertension (mild) (mild) Subgroup: Borderline 2

Hypertension stage 2 Grade (moderate) (moderate)

Hypertension 160-179 180

Hypertension stage 3 Grade 3 Hypertension (severe) (severe)

Hypertension stage 4 (very severe)

210

120

Isolated systolic Hypertensien Borderline

140 Subgroup: 140-149

<90 <90

B. Etiologi 1. Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer (idiopatik) Jenis hipertensi ini masih belum diketahui penyebabnya, meskipun begitu kasus hipertensi esensial ini memiliki beberapa faktor-faktor resiko tertentu, seperti faktor keturunan, usia, ras, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya asupan kalium, magnesium, dan kalsium, komsumsi alkohol yang berlebihan, dan kejadian ini terjadi lebih banyak pada lelaki. Gaya hidup yang tidak sehat dengan banyak mengkomsumsi garam juga menjadi salah satu pemicu timbulnya hipertensi (Jain, 2011). b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder dikenal juga dengan hipertensi renal. Berikut ini adalah beberapa faktor pemicu timbulnya hipertensi sekunder, antara lain: 1) Penggunaan estrogen. 2) Penyakit ginjal. 3) Tumor kelenjar hipofisis. 4) Produksi hormon yang berlebihan, seperti hormon adrenal dan tiroid. 5) Tumor otak atau gangguan yang melibatkan tekanan intra kranial meningkat (Jain, 2011). 2. Faktor predisposisi/Faktor pencetus Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi : a. Stress Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak

menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. b. Rokok Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara nyata. c. Alkohol Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma d. Konsumsi garam dapur Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida). e. Aktivitas Olah raga Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan sendirinya. f. Obesitas Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah.

C. Patofisiologi Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah (Takasihaeng, 2002.).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kuswardhani, 2006).

D. Tanda dan gejala Klasifikasi Aktivitas / Istirahat Gejala Kelemahan, pendek, monoton. Sirkulasi Riwayat arteriosklerosis, janutng letih, gaya Tanda nafas Frekuensi hidup meningkat, jantung perubahan

irama jantung, takipnea. hipertensi, Kenaikan TD, hipotensi penyakit postural dan berhubungan regimen (denyutan karotis, obat), jelas (mungkin dengan Nadi dari

koroner,

penyakit cerebravaskular.

jugularis,

radialis,perbedaan denyut seperti denyut femoral sebagai melambat kompensasi

denyutan radialis atau brakialis, popliteal, denyut tibialis

posterior, pedalis tidak teraba atau lemah),

takikardi, Bunyi jantung [ terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), s4 (pergeseran kiri atau ventrikel hipertrofi

ventrikel kiri)], murmur stenosis vulvular, kulit pucat, sianosis, dan

diaphoresis, kemerahan, kongesti. Integritas ego Ansietas, depresi, euphoria, Gelisah, tangisan yang atau marah kronik. meledak, gerak tangan empati, tegang, otot muka

gerakan fisik

cepat, peningkatan pola bicara. Eliminasi Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( seperti infeksi atau riwayat

penyakit ginjal masa lalu) Neurosensori Keluhan pusing, pening berdenyut, atau Status mental

sakit (perubahan keterjagaan,

kepala suboksipital (terjadi orientasi, pola bicara, saat bangun dan proses piker, / atau

menghilang secara spontan memori setelah gangguan (diplopia, kabur). beberapa jam), respon

ingatan), motorik kekuatan

penglihatan (penurunan

penglihatan genggaman tangan dan atau dalam), refleks tendon

Nyeri / Ketidaknyamanan

Angina

(penyakit

arteri

koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang

timbul

pada

tungkai

kaludikasi

(indikasi

arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah), sakit kepala oksipitas berat

seperti yang pernah terjadi sebelumnya, abdomen/ massa. Pernafasan Dispnea yang berkaitan Distress respirasi / otot pernafasan, nyeri

dengan aktivitas / kerja, penggunaan takipnea, ortopnea, dispnea aksesori nocturnal

paroksismal, bunyi nafas tambahan

batuk dengan atau tanpa (mengi), sianosis. pembentukan riwayat merokok. (Doenges; Mary; Alice; 2000). sputum,

E. Pemeriksaan penunjang Tamher dan Noorkasiani (2009). tindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolik maupun diastolic.. pada hipertensi, dilakukan pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining, atau tes saringan. Hal yang penting dialkukan disini adalah pengukuran tekanan darah. Sebagai patokan diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah tekanan sistolik 120 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dengan selang beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik.

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin,

protein, urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi (Mansjoer; Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek; 2001).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Aktivitas / istirahat a. Gejala : 1) Kelemahan 2) Letih 3) Napas pendek 4) Gaya hidup monoton b. Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat 2) Perubahan irama jantung 3) Takipnea Sirkulasi a. Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler b. Tanda : Kenaikan TD Nadi : denyutan jelas Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia Bunyi jantung : murmur Distensi vena jugularis Ekstermitas Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat Integritas Ego a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ) b. Tanda : Letupan suasana hati Gelisah Penyempitan kontinue perhatian

Tangisan yang meledak otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ) Peningkatan pola bicara Eliminasi a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ) Makanan / Cairan Mual Muntah Riwayat penggunaan diuretic b. Tanda : BB normal atau obesitas Edema Kongesti vena Peningkatan JVP glikosuria Neurosensori Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala Episode kebas Kelemahan pada satu sisi tubuh Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ) Makanan / Cairan a. Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol b. Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

Neurosensori a. Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis b. Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

Nyeri/ketidaknyamanan a. Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen Pernapasan a. Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok b. Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis Keamanan a. Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Pembelajaran/Penyuluhan a. Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik

B. Pathway

HIPERTENSI

Penyempitan lumen (vasokontriks)

Asupan darah ke Ventrikel berkurang

Asupan darah ke ginjal berkurang

Jantung kurang O2

Sirkulasi O2 ke paru-paru terganggu

GFR turun

Infark Myocard

Sesak Nafas

Pelepasan Renin

Penurunan Curah Jantung

Kerusakan pertukaran gas

Stimuli Angiotensin I dan II

Perfusi Jaringan Tidak Efektif

Gelisah Stimuli Aldosteron

Peningkatan Resistensi Perifer

Nyeri

Gangguan Pola Tidur

Reabsorpsi Na & Air, Peningkatan Volune darah

Intoleransi Aktifitas

Udema

Volume Cairan Lebih dari kebutuhan tubuh

C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks) 2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan paru-paru 3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam paruparu/sesak nafas. 4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema. 5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paru-paru. 6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan lumen dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung. 7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan hiperaktivitas jantung.

D. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks) NIC : a. Menggunakan pengukuran kontrol nyeri sebelum nyeri menjadi parah. b. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon ketidaknyamanan pasien. c. Berikan informasi mengenai nyeri yang dialami, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyerinya. NOC : a. Mengenali faktor kausal dan gejala nyeri b. Mengenali onset nyeri c. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan paru-paru NIC : a. Dukung periode istirahat dan aktivitas b. Dukung ketenangan untuk relaksasi. c. Monitor respon oksigen pasien (nadi, ritme cardiac, dan respiratory rate). NOC :

a. Keseimbangan aktivitas dan istirahat. b. Mempertahankan keadekuatan nutrisi. c. Ketahanan tingkat adekuat untuk melakukan aktivitas.

3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam paruparu/sesak nafas. NIC : a. Tentukan pola tidur dan aktivitas pasien. b. Monitor siklus tidur dan bangun pasien. c. Implementasikan pengukuran kenyamanan seperti pemijatan, memposisikan, dan sentuhan afektif.

NOC : a. Pola dan kualitas tidur. b. Observasi waktu tidur. c. Pola dan kualitas istirahat. d. istirahat fisik dan mental.

4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema. NIC : a. Kaji lokasi dan luas udema. b. Monitor status hidrasi. c. Monitor tanda-tanda vital NOC : a. Edema perifer tidak ada b. Edema pulmoner tidak ada c. Berat badan stabil.

5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paruparu. NIC : a. Pantau frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.

b. Pantau status respiratori dan oksigenisasi c. Intruksikan untuk batuk yang efektif. d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi. NOC : a. Tidak ada dispneu b. Tidak terdapat sianosis c. Saturasi O2 dalam batas normal d. Mudah untuk bernafas.

6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan lumen dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung. NIC : a. Kenali adanya gangguan pada tekanan pembuluh darah. b. Pantau tekanan arteri, dan vena central. c. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat vasodilator dan pantau efek dari pengobatan.
NOC :

a. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal b. Tekanan vena sentral dalam rentang normal. c. tidak ada kelelahan ekstrim

7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan hiperaktivitas jantung. NIC : a. Menunjukkan penampilan yang komprehensif pada sirkulasi perifer. b. Evaluasi edema perifer dan nadi. c. Intruksi pasien untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi stasis pada vena (dengan olahraga sesuai dengan kemampuan klien).
NOC :

a. Indeks cardiac pada angka yang diharapkan. b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal. c. EKG dalam rentang normal.

DAFTAR PUSTAKA

Babatsikou, Fotoula., Assimina Zavatsinou.2010.Epidemiology of Hypertension in The Elderly.Greece: Helath Science Journal Volume 4 Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 Budisetio, Muljadi.2000. Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi pada Penderita Usia Dewasa. Jakarta:Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Volume 20 No 2-6. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Doenges, Marlyn E., Mary Frances Moorhouse., Alice C. Geissler.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Ferdinand, Keith.2008. Diagnosis and Management of Hypertension and Cardiovascular Risk Factors in African-American Patients, 23, 1-8. Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13 Volume 3. Jakarta: EGC. Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Kuswardhani, R. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaanhipertensipadalanjutusia.pdf. tanggal 5 Mei 2012 Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Akses

Pertama.Depok: Media Aesculapius Maryani, Herti., Suharmiati.2006. Tanaman Obat untuk mengatasi Penyakit pada Lanjut Usia.Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Neutel, Joel dkk. 2011. Blood Pressure-Lowering Efficacy of an Olmesartan Medoxomil/ Hydrochlorothiazide-Based Treatment Algorithm in Elderly Patients (Age >65 Years) Stratified by Age, Sex and Race. Original Research Article Diakses pada tanggal 5 Mei 2012

Takasihaeng, J. 2002. Hidup Sehat di Usia Lanjut. Cetakan Ketiga. Buku Kompas. Jakarta. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan . Jakarta. EGC Tamher, S., Noorkasiani.2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi