Vous êtes sur la page 1sur 22

A. PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Lanjut usia (Lansia), pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan tubuh, yang disebabkan proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana tidak ada lagi perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ dimana masih ada mitosis seperti hepar. Proses degenerasi menyebabkan perubahan kemunduran fungsi organ tersebut, termasuk juga sistem traktus urinarius, sehingga menyebabkan macam-macam kelainan atau penyakit urologis tertentu (Dharmojo & artono, !"""). Dengan menuanya seorang pria, kelenjar prostatnya membesar, sekresi prostat menurun, skrotum menggantung lebih rendah, testis menjadi lebih kecil dan lebih keras, dan rambut pubis menjadi lebih jarang dan lebih kaku. #nkontinensia urin pada lansia pria mempunyai banyak penyebab termasuk medikasi dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan usia, seperti penyakit neurologi atau hyperplasia prostat jinak ($runner & %uddarth, !""&). 'elenjar prostat adalah organ tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas. Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hiperplasia yang selanjutnya disingkat $P( merupakan penyakit tersering kedua penyakit kelenjar prostat di klinik urologi di #ndonesia. 'elenjar periuretra mengalami pembesaran, sedangkan jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi kapsul. $P( akan timbul seiring dengan bertambahnya usia, sebab $P( erat kaitannya dengan proses penuaan ($iro)o, !""!). *ungsi kandung kemih dan uretra pada manula dipengaruhi proses fisiologis penuaan pada beberapa sistem. 'ontrol serebral dari miksi dipengaruhi oleh atrofi yang progresif pada korteks serebri dan neuron. *ungsi otonom juga lambat laun menurun menyebabkan refleks otonom terganggu. isalnya dapat dilihat pada anatomi kandung kencing. Penuaan ditandai dengan kurangnya jumlah sel-sel otot dan digantikan oleh jaringan lemak dan jaringan ikat. +aringan otot ini dapat berkurang sampai setengah pada umur ,"

&

tahun, yang dapat menyebabkan kontraksi melemah (-ursalam dan *ransisca, !"".). %istem genitourinaria tetap berfungsi secara adekuat pada indi/idu lansia, meskipun terjadi penurunan massa ginjal akibat kehilangan primer beberapa nefron. Perubahan fungsi ginjal meliputi penurunan laju filtrasi, penurunan fungsi tubuler dengan penurunan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatan urin, dan perlambatan restorasi keseimbangan asam basa terhadap stress. 0reter, kandung kemih menurun dan lansia tidak mampu lagi mengosongkan kandung kemihnya secara sempurna. 1etensi urin yang terjadi akan meningkatkan resiko infeksi. %ering berkemih, dorongan dan inkontinensia juga merupakan masalah yang biasa ($runner & %uddarth, !""&). Penelitian secara histopatologis di negara barat menunjukkan sekitar !" 2 kasus $P( pada umur 3&-4" tahun, 4"2 pada umur 4&-5" tahun, dan lebih dari ."2 pada umur lebih dari ," tahun. Di indonesia $P( merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih yang dijumpai di klinik urologi dan diperkirakan 4"2 pada pria berusia di atas 4" tahun. 6ngka harapan hidup di #ndonesia, rata-rata mencapai 54 tahun sehingga diperkirakan !,4 juta laki-laki di #ndonesia menderita $P( (Pakasi, !"".). Hyperplasia prostat benigna merupakan temuan yang sering pada pria lansia. Pembesaran prostat menyebabkan retensi urin kronis, sering berkemih dan inkontinensia ($runner & %uddarth, !""&). Pada banyak pasien dengan usia diatas 4" tahun, kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang keatas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. 'ondisi ini dikenal sebagai hyperplasia prostatik jinak ($P(), perbesaran, atau hipertrofi prostat. $P( adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk inter/ensi medis pada pria diatas usia 5" tahun ($runner & %uddarth, !""&). Penyebab $P( belum diketahui secara pasti, tetapi sampai saat ini berhubungan dengan proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 7"-3" tahun. $ila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia

4" tahun angka kejadiannya sekitar 4"2, usia ," tahun sekitar ,"2, dan usia ." tahun &""2. #nsiden di negara berkembang meningkat karena adanya peningkatan usia harapan hidup ( ansjoer, !""!). Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada popilasi pria lanjut usia. 8ejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi. (iperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria di atas usia 4" tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. %uatu penelitian menyebutkan bah)a sepertiga dari pria berusia antara 4"-9. tahun mengalami hiperplasia prostat. 6danya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konser/atif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi (-ursalam dan *ransisca, !"".). 2. Tujuan a. :ujuan 0mum engetahui konsep dasar penyakit Benigna Hyperplasia Prostat dan asuhan kepera)atan yang dapat ditegakkan pada klien lansia. b. :ujuan 'husus :ujuan khusus penyusunan makalah ini adalah ; &) engetahui pengertian, etiologi, faktor pencetus, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan hyperplasia prostat pada lansia !) Dapat melakukan pengkajian pada klien lansia dengan hyperplasia prostat 7) 3) endeskripsikan diagnosa yang mungkin muncul pada klien lansia dengan hyperplasia prostat embuat rencana asuhan kepera)atan meliputi tujuan dan kriteria hasil, inter/ensi dan rasional pada klien lansia dengan hyperplasia prostat.

B. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Benign Prostatic Hyperplasia ($P() atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di atas 4" tahun (Price, !""5). 2. Etiologi $P( adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur lebih dari 4" tahun, kemungkinannya memiliki $P( adalah 4"2. 'etika berusia ,"<,4 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi ."2. $eberapa teori telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan faktor perubahan usia, di antaranya ; a. :eori D(: (dihidrotestosteron). :estosteron dengan bantuan en=im 4-> reduktase dikon/ersi menjadi D(: yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat. b. :eori Reawakening. :eori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel. c. :eori stem cell hypotesis. %tem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. %el aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal. d. :eori growth factors. *aktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di ba)ah pengaruh androgen. 6danya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (?8*) dan atau fibroblast growth factor (*8*) dan atau adanya penurunan ekspresi transforming growth factor-@ (:8*-@), akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran prostat. ($iro)o, !""!). 3. aktor Pre!i"#o"i"i$ aktor Pen%etu"

a. &a!ar Hor'on 'adar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko $P(. (. U"ia Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrussor) dan penurunan fungsi persarafan. %. Ri)a*at keluarga $ila salah satu anggota keluarga menderita $P(, maka risiko meningkat ! kali bagi anggota keluarga yang lain. !. O(e"ita" Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap pembentukan $P( melalui peningkatan sensitiasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. e. Pola !iet 'ekurangan mineral penting seperti seng, tembaga, selenium berpengaruh pada fungsi reproduksi pria. Aang paling penting adalah seng, karena defisiensi seng berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang selanjutnya berakibat penurunan kadar testosteron. %elain itu, makanan tinggi lemak dan rendah serat juga mengakibatkan penurunan kadar testosteron. +. Akti,ita" "ek"ual $P( dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan kebersihan. %aat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. +ika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat yang mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen. g. &e(ia"aan 'erokok -ikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan akti/itas en=im perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron. -. &e(ia"aan 'inu'.'inu'an (eralko-ol 'onsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan =ink dan /itamin $5 yang penting untuk prostat yang sehat.

i. Ola-raga Dengan olahraga, kadar dehidrotestosteron dapat diturunkan sehingga dapat memperkecil resiko gangguan prostat. %elain itu, olahraga akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetap stabil. j. Pen*akit !ia(ete" 'elitu" Laki-laki dengan penyakit diabetes melitus mempunyai resiko dua kali terjadi $P( dibandingkan dengan laki-laki dengan kondisi normal. (6malia, !"&"). /. Pato+i"iologi 'elenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Pada usia lanjut, akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi kon/ersi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Pertumbuhan kelenjar prostat ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (D(:) dengan bantuan en=im alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-1-6 di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensisntesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat. Perubahan paling a)al pada $P( adalah di kelenjar periuretra sekitar /erumontanum ; a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar atau nodul campuran fibroadenomatosa. b. (iperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia stroma. 'elenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. #nti sel-sel kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan. ($iro)o, !""!). Bleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologis yang disebabkan pembesaran prostat disebabakan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum, leher /esika, dan

kekuatan otot detrussor. Detrussor dipersarafi oleh saraf parasimpatis, sedangkan trigonum, leher /esika dan prostat dipersarafi oleh saraf simpatis. Pada tahap a)al setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher /esika dan daerah prostat. 'emudian detrussor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrussor menjadi lebih tebal. *ase penebalan detrussor ini disebut fase kompensasi otot dinding kandung kemih. 6pabila keadaan berlanjut maka detrussor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (%jamsuhidajat, !""3). 'arena produksi urine terus terjadi, maka suatu saat /esika urinaria tidak mampu lagi menampung urin, sehingga terjadi tekanan intra/esikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradoC (overflow incontinence). 1etensi kronik menyebabkan refluks /esika ureter dan dilatasi ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. 'erusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan saat miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia atau hemoroid. 'arena selalu terdapat sisa urin, dapat terdapat batu endapan di dalam kandung kemih. $atu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. $atu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis (%jamsuhidajat, !""3). 0. Tan!a !an 1ejala $iasanya gejala-gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary obstruktif. a. 8ejala #ritatif yaitu ; &) %ering miksi !) :erbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia) 7) Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi) 3) -yeri pada saat miksi (disuria) ract !ymptomps "LU !)# dibedakan menjadi gejala iritatif dan

b. 8ejala obstruktif yaitu ; &) Pancaran lemah !) 1asa ingin kencing lagi sesudah kencing (double voiding) 7) (arus menunggu lama bila hendak miksi (hesitancy) 3) (arus mengedan (strainning) 4) 'encing terputus-putus (intermittency) 5) Daktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinensia karena o/erflo). ( ansjoer, !""!). :anda klinis terpenting dalam $P( adalah ditemukannya pembesaran pemeriksaan pada pemeriksaan colok dubur atau $igital Rectal %&amination (D1?). Pada $P(, prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal ( ansjoer, !"""). 'eluhan ini biasanya disusun dalam bentuk skor simptom. :erdapat jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit, diantaranya adalah skor internasional gejala-gejala prostat D(B ('nternational Prostate !ymptomp !core# #PP%) dan skor adsen #/ersen. 8ejala dan tanda pada pasien yang telah lanjut penyakitnya, misalnya gagal ginjal, dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, respirasi, foeter uremik, perikarditis, ujung kuku yang pucat, tanda-tanda penurunan mental serta neuropati perifer. $ila sudah terjadi hidronefrosis tau pionefrosis, ginjal teraba dan ada nyeri di EF6 "(osto )ertebrae *ngularis) ( ansjoer, !"""). 2. Pe'erik"aan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Darah ; 0reum, kreatinin, elektrolit, $lood urea nitrogen, Prostate %pecific 6ntigen (P%6), 8ula darah. b. 0rine ; 'ultur urin dan test sensitifitas, urinalisis dan pemeriksaan mikroskopis, sedimen. c. Pemeriksaan pencitraan &) *oto polos abdomen ($-B)

Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau di/ertikel kandung kemih juga dapat untuk mengetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. !) Pielografi #ntra/ena (#FP) Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai filling defectGindentasi prostat pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Dapat pula mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta penyulit (trabekulasi, di/ertikel atau sakulasi buli < buli). *oto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin. 7) Eystogram retrograde emberikan gambaran indentasi pada pasien yang telah dipasang kateter karena retensi urin. 3) :ransrektal 0ltrasonografi (:10%) Deteksi pembesaran prostat dengan mengukur residu urin. 4) 1# atau E: scan +arang dilakukan. Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam < macam potongan. ( ansjoer, !""").

3. Pat-)a* Perubahan usia (usia lanjut)

'etidakseimbangan produksi estrogen dan testosteron

'adar testosteron menurun Proliferasi sel prostat prostat

'adar estrogen meningkat (iperplasia sel stroma pada jaringan

Bbstruksi saluran kemih

$P(

Pembedahan

'ompensasi Btot detrussor

Dekompensasi otot detrussor 1etensi urine

Perdarahan

%pasme otot detrussor Btot suprapubik -yeri akut

Penebalan dinding urinaria 'ontraksi otot

1isiko 'ekurangan /olume cairan

:erputusnya kontinuitas jaringan -yeri akut

Eemas

Disfung si seksual

'esulitan berkemih Dipasang kateter 1esiko infeksi

&"

4. Penatalak"anaan Penatalaksanaan $P( berupa ; a. +atchful +aiting +atchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan. :indakan yang dilakukan adalah obser/asi saja tanpa pengobatan. b. :erapi Pilihan edikamentosa terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat

(medikamentosa). c. :erapi $edah 'on/ensional ,pen simple prostatectomy #ndikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas &""g, atau bila disertai di/ertikulum atau batu buli-buli. d. :erapi #n/asif -) inimal ransurethral resection of the prostate " UR.P) enghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang menimbulkan obstruksi dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter. /) ransurethral incision of the prostate " U'P) Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat kecil. e. :erapi laser :ekniknya antara lain ransurethral laser induced prostatectomy " UL'P) yang dilakukan dengan bantuan 0%8, )isual coagulative necrosis# )isual laser ablation of the prostate ")'L*P)# dan interstitial laser therapy. f. :erapi alat -) 0icrowave hyperthermia emanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 3!-34oE sehingga diharapkan terjadi koagulasi. /) rans urethral needle ablation " U1*) 6lat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan ! jarum yang dapat menusuk adenoma dan

&&

mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat. 2) High intensity focused ultrasound "(#*0) elalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus. 3) 'ntraurethral stent 6dalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. 4) ransurethral baloon dilatation Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih. ($iro)o, !""!) 5. Pengkajian a. I!entita" &lien -ama, umur, alamat, pendidikan, jenis kelamin, suku, agama, status perka)inan, tanggal pengkajian. (. 6tatu" ke"e-atan "aat ini 'aji keluhan utama saat ini meliputi a)itan, durasi, kualitas dan karakteristik, lokasi dari gejala hiperplasia prostat. 8ejala #ritatif ; %ering miksi, terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), nyeri pada saat miksi (disuria) 8ejala obstruktif ; Pancaran lemah, rasa ingin kencing lagi sesudah kencing ( double voiding), harus menunggu lama bila hendak miksi (hesitancy), harus mengedan (strainning), kencing terputus-putus (intermittency), )aktu miksi memanjang. %. Ri)a*at &e"e-atan !a-ulu &) 'aji ri)ayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, atau pembedahan).

&!

!) Bbat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi. 7) 'aji faktor risiko seperti ; obesitas, pola diet, akti/itas seksual, kebiasaan merokok, kebisaan minum alkohol, olahraga, penyakit diabetes melitus. !. Ri)a*at ke"e-atan keluarga 'aji ada tidaknya anggota keluarga yang menderita $P(. e. Pe'erik"aan i"ik &) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, dan suhu. !) Pemeriksaan abdomen pada daerah suprapubik #nspeksi ; penonjolan pada daerah suprapubik Palpasi ; kandung kencing terisi penuh, klien akan terasa ingin miksi, nyeri tekan supra simfisis. Perkusi ; Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin. 7) Pemeriksaan penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan striktur uretra, batu uretra, karsinoma. 3) Pemeriksaan scrotum untuk menentukan adanya epididimitis 4) Rectal touch G pemeriksaan colok dubur brtujuan untuk menentukan konsistensi besarnya prostat. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo ca/ernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum. Pada perabaan prostat harus diperhatikan ; 'onsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal), 6dakah asimetris, 6dakah nodul pada prostate, 6pakah batas atas dapat diraba, %ulcus medianus prostate, 6dakah krepitasi +. Tinjuan "i"te' &) %irkulasi :anda ; Peningkatan tekanan darah !) #ntegritas ego

&7

'aji tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku. 7) -utrisiGcairan 'aji anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan. 3) -yeriGkenyamanan 'aji nyeri suprapubis, panggul, atau punggung. 4) 'eamanan 'aji faktor keselamatan. 5) %eksualitas 'aji 8ejala meliputi ; efek kondisi kemampuan seksual, takut inkontinensiaGmenetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi. g. Pe'erik"aan la(oratoriu' &) Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit, dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. !) Pemeriksaan urin lengkap dan kultur. 7) P%6 (Prostatic !pesific *ntigen) penting diperiksa sebagai ke)aspadaaan adanya keganasan. 17. Diagno"a *ang 'ungkin 'un%ul Pre o#era"i a. 1etensi urine berhubungan dengan pembesaran prostat, dekompensasi otot detrussor. b. -yeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih. c. 1esiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen (pemasangan kateter). d. 6nsietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, menghadapi prosedur bedah. Po"t o#era"i

&3

e. -yeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan). f. 1esiko infeksi berhubungan dengan prosedur in/asif ; alat pembedahan. g. 1esiko kekurangan /olume cairan berhubungan pascaobstruksi diuresis. h. 1isiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh. 11.Ren%ana A"u-an &e#era)atan No 1. Diagno"a &riteria Ha"il Reten"i urine Tujuan 9 (er-u(ungan !engan %etelah #e'(e"aran !eko'#en"a"i !etru""or. #ro"tat8 pera)atan otot selama....C !3 jam retensi urin pasien teratasi. &riteria Ha"il 9 a.'andung kosong penuh. b.:idak ada residu urine cc. c.#ntake dalam normal. d.$ebas dari #%'. e.:idak ada spasme bladder. f. $alance seimbang. cairan d. Dorong pasien eminimalkan urin dan distensi berlebihan pada kemih. kandung untuk berkemih retensi setiap !-3 jam. cairan rentang H&""-!"" kemih secara c. %timulasi refleks dingin abdomen. eningkatkan otot, dapat bladder relaksasi pada dan meningkatksn upaya berkemih. b. onitor derajat distensi blader. eminimalkan retensi urin. dilakukan Inter,en"i onitor intake dan output. Ra"ional embantu mengidentifikasi pengeluaran urine dan cairan. kebutuhan selama

a.

dengan kompres penurunan edema,

&4

e. Bbser/asi aliran $erguna urine, perhatikan ukuran kekuatan. f. 6)asi dan catat 1etensi )aktu jumlah menge/aluasi obstruksi

untuk dan

dan pilihan inter/ensi.

urine dalam dapat

dan meningkatkan setiap tekanan atas, yang saluran perkemihan mempengaruhi

kali berkemih.

2.

N*eri irita"i !i"ten"i ke'i-.

akut Tujuan 9 dilakukan selama 'uko"a8 pera)atan

a. Lakukan secara komprehensif karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas faktor presipitasi. b. $erikan informasi klien dan nyeri. e &5 meliputi intensitas

fungsi ginjal. 0ntuk mengetahui mana yang oleh sehingga dijadikan acuan inter/ensi perkembangan rasa nyeri klien dapat sebagai dan untuk selanjutnya.

(er-u(ungan !engan %etelah

pengkajian nyeri sejauh

kan!ung ...C !3 jam nyeri klien berkurang atau hilang. &riteria Ha"il 9 a. ampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). b.

termasuk lokasi, dirasakan

embantu

klien

dalam mengontrol

mengenai nyeri nyeri. penyebab nyeri

laporkan bah)a c. Bbser/asi reaksi 0ntuk mengetahui nyeri berkurang. c. :a nda /ital dalam rentang normal. d. ak :id mengalami gangguan tidur. d. 'ontrol dapat mempengaruhi nyeri suhu seperti ruangan, engurangi faktor lingkungan yang presipitasi nyeri. non/erbal n. dari tingkat ketidaknyamanan klien. ketidaknyamana

pencahayaan dan kebisingan. e. 6jarkan teknik farmakologi napas relaksasi. klien eningkatkan

non relaksasi, ; memfokuskan dan meningkatkan kemampuan koping. dapat dalam, kembali perhatian,

f. 6njurkan klien untuk menggunakan 3. Re"iko in+ek"i Tujuan 9 dilakukan selama onitor dan &9 tanda rendam duduk. a. Pertahankan teknik aseptif.

enigkatkan relaksasi otot.

enurunkan resiko kontaminasi bakteri. embantu deteksi terjadinya

(er-u(ungan !engan %etelah #eningkatan #a#aran pera)atan #atogen :#e'a"angan tidak kateter;. infeksi.

lingkungan ter-a!a# ...C !3 jam klien mengalami b. gejala dini

&riteria Ha"il 9 a. 'lien bebas dari tanda dan gejala infeksi. b. enunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

infeksi sistemik infeksi. dan lokal. c. #nspeksi dan mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. d. 6jarkan pasien dan dan infeksi. embantu kulit embantu deteksi

membran terjadinya infeksi.

keluarga mengontrol resiko gejala

mengenai tanda terjadinya infeksi.

/.

An"ieta" (er-u(ungan Tujuan 9 !engan "tatu" (e!a-. #eru(a-an %etelah ke"e-atan8 pera)atan mampu ansietas. &riteria Ha"il 9 a. 'lien dan mengungkapkan gejala cemas. b. , mengungkapkan dan menunjukkan &, engidentifikasi dilakukan selama mengatasi

a. :emani untuk

pasien

enunjukkan perhatian keinginan dan untuk

memberikan keamanan mengurangi takut.

'eng-a!a#i #ro"e!ur ...C !3 jam klien

dan membantu.

mampu b. $erikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis. c. Dorong untuk

embantu dari apa

pasien yang dan karena

mengidentifikasi

memahami tujuan dilakukan mengurangi masalah ketidaktahuan. pasien 0ngkapan perasaan dapat memberikan

teknik mengontol cemas.

untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.

c. Fital sign dalam batas normal. d. Postur bahasa dan akti/itas menunjukkan berkurangnya 0. Ri"iko ,olu'e #a"%ao("truk"i !iure"i". kecemasan. kekurangan Tujuan 9 %airan %etelah dilakukan selama tubuh, tubuh tingkat ekspresi )ajah,

a. Pertahankan intake output cairan.

0ntuk keseimbangan cairan.

dan mengoptimalkan

(er-u(ungan !engan pera)atan mampu

...C !3 jam klien mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. &riteria Ha"il 9 a. empertahanka n urine output sesuai dengan usia dan $$, $+ urine normal. b. :ekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam normal c. :idak ada tanda tanda dehidrasi, &. batas c. b. onitor sign jam.

/ital 0ntuk mendeteksi setiap kekurangan /olume

&4menit < & cairan.

onitor status 0ntuk mengetahui hidrasi membran mukosa, adekuat, tekanan darah ortostatik jika diperlukan. ), nadi setiap saat status ( kelembaban hidrasi.

elastisitas turgor kulit membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus 2. berlebihan. Ri"iko tinggi !i"+ung"i Tujuan 9 "ek"ual (er-u(ungan %etelah !engan "aluran -ilangn*a tu(u-. "u'(atan pera)atan +ung"i mampu mempertahankan fungsi seksual. &riteria Ha"il 9 'lien menyadari keadaannya akan mulai interaksi optimal. dan lagi seksual akan b. Libatkan keluargaGistri dalam pera)atan pemecahan masalah fungsi seksual. enjamin keamanan c. 6njurkan pasien membantu untuk menghindari hubungan seksual selama & bulan operasi. setelah penyembuhan pascaoperasi. untuk dilakukan selama yang a. oti/asi pasein untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan perubahannya. emberikan informasi membantu atau untuk dalam emberikan informasi membantu atau untuk dalam baik,

ejakula"i8 ...C !3 jam klien

menentukan pilihan keefektifan inter/ensi.

menentukan pilihan keefektifan inter/ensi.

dan akti/itas secara

!"

DA TAR PU6TA&A 6malia, 1i=ki. !"&". *aktor-*aktor 1isiko :erjadinya Pembesaran Prostat +inak. 5urnal Unimus.

!&

$iro)o Ponco dan 1ahardjo D. !""!. Pembesaran Prostat +inak. 5urnal 6edokteran 7 8armasi 0edika -o 9 tahun ke IIF###. $runner & %uddarth. !""&. Buku *9ar 0edikal Bedah . ?disi , Folume !. +akarta; ?8E. Dharmojo $, artono (. !""". Buku *9ar :eriatri (untuk kesehatan usia lanjut). edia ?disi !. +akarta ; *'0#. ansjoer, 6rif. !""". 6apita !elekta 6edokteran. ?disi 7. +akarta; 6esculapius. -ursalam dan *ransisca $. !"".. 6suhan 'epera)atan Pada Pasien dengan 8angguan %istem Perkemihan. +akarta ; %alemba edika. Pakasi, 1uland D -. !"".. :otal Prostate %pesific 6ntigen, Prostate %pesific 6ntigen Density and (istophatologic 6nalysis on $enign ?nlargment of Prostate. he 'ndonesian 5ournal of 0edical !cience Folume & -o.4 +uly !"". p. !57-!93. Price, %yl/ia 6, dkk. !""5. Patofisiologi 6onsep 6linis Proses.Proses Penyakit. ?disi 5 Folume !. +akarta ; ?8E. %jamsuhidajat, Dim de +ong. !""3. Buku *9ar 'lmu Bedah. +akarta ; ?8E.

!!

Vous aimerez peut-être aussi