Vous êtes sur la page 1sur 53

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Berdasarkan data tercatat sejak Januari hingga Desember 2011 di ruangan Burn Unit RSUD Dr Soetomo, telah terjadi 183 kasus kebakaran.
Etiologi luka bakar Listrik Kimia 7 1 2 1 9 0 4 0 7 0 8 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 3 0

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Air 1 3 8 3 5 3 7 4 3 2 5 3

Api 3 2 4 5 8 9 8 13 16 11 5 9

Jumlah kejadian 12 orang 8 orang 18 orang 12 orang 20 orang 20 orang 16 orang 18 orang 19 orang 14 orang 11 orang 15 orang

Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
5

menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Komplikasi yang paling sering ditemukan pada klien luka bakar adalah syok, kekurangan cairan dan elektrolit,

hypermetabolisme, infeksi, masalah pernapasan akut dan juga kematian. Pada luka bakar yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi (Suriadi dan Rita, 2006). Penulis mengambil kasus luka bakar, karena luka bakar merupakan kasus yang bisa menyebabkan kematian bila tidak segera tertangani dengan benar dan juga dapat menyebabkan kecacatan fisik. Untuk itu pengetahuan umum para tenaga medis tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa definisi luka bakar? b. Bagaimana etiologi luka bakar? c. Bagaimana patofisiologi luka bakar? d. Bagaimana fase yang terjadi pada luka bakar? e. Bagaiman pembagian zona pada luka bakar? f. Apa saja klasifikasi dari luka bakar? g. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan luka bakar?

h. Bagaimana komplikasi klien dengan luka bakar? i. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar? j. Apa definisi asuhan keperawatan lanjut burn center? k. Bagaimana model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center? l. Bagaimana inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan? 1.3 Tujuan Tujuan umum Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan askep klien dengan luka bakar, konsep model asuhan keperawatan lanjut burn center serta pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatannya. Tujuan khusus a. Mengetahui dan memahami definisi luka bakar b. Mengetahui dan memahami etiologi luka bakar c. Mengetahui dan memahami patofisiologi luka bakar d. Mengetahui dan memahami fase yang terjadi pada luka bakar e. Mengetahui dan memahami pembagian zona luka bakar f. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari luka bakar g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan luka bakar h. Mengetahui dan memahami komplikasi klien dengan luka bakar i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar j. Mengidentifikasi definisi asuhan keperawatan lanjut burn center k. Mengidentifikasi model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center l. Menganalisis inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan
7

1.4 Manfaat a. Mendapatkan pengetahuan tentang luka bakar. b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar d. Mampu memahami tentang model asuhan keperawatan lanjut burn center dan pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatan serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien tersebut dengan pendekatan Student Center Learning.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent thermal, listrik, atau radioaktif (Wong.2004). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat. 2001). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh panas (Thermal), Kimia, Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi. 1987). 2.2. Etiologi Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999). 1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns) Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).

2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999). 3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns) Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground (Moenadjat, 2001). 4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009). 5. Forstbite Frosbite (Pembekuan jaringan) karena terbentuknya kristal intraseluler dan oklusi mikrovaskuler yang menyebabkan anoksia jaringan, setelah dilakukan pemanasan tubuh dan terjadi reperfusi akan ada kerusakan
10

jaringan.

2.3. Anatomi kulit dan fungsinya Sistem integument atau yang lebih dikenal dengan kulit merupakan organ terbesar dan terluas dari tubuh manusia, menyumbang 16% dari total berat tubuh manusia, dengan luas area sekitar 1,8 m2. Kulit sendiri mempunyai beberapa fungsi, yang paling penting adalah menjadi pelindung terluar dari kontak fisik, menjadi pengatur dari sistem hidrasi tubuh, membantu menyebarkan elektrolit dan berbagai macam kandungan lainnya ketika melakukan perlindungan terhadap mikroorganisme, radiasi sinar ultraviolet, penyebab racun dan luka mekanik. Terdapat tiga lapisan dari kulit yaitu, epidermis, dermis, dan subkutan. Rambut, kuku, kelenjar sebasea, keringat, kelenjar apokrine merupakan bagian dari kulit. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis

11

yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat

2.3.1. Anatomi Kulit 1) Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,

Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

12

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): (1) Stratum Korneum Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. (2) Stratum Lusidum Brupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. (3) Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. (4) Stratum Spinosum Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filament-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans. (5) Stratum Basale (Stratum Germinativum) Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
13

diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans) 2) Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : (1) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. (2) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.

14

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi. 3) Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

15

2.3.2. Vaskularisasi kulit Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis 2.3.3. Fisiologi kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh

(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer

mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperaturvmeningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
16

temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas 2.4. Patofisiologis Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini. 1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman 2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan 3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena sugu di atas 115oF (46oC). Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9oC dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidemis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas

17

kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus. Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan adanya demam, peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung, peningkatan

glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut sampai penutupan luka selesai. Berikut adalah patofisiologis yang terjadi pada sistem tubuh : a. Sistem integumen Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. b. Sistem kardiovaskuler Segera setelah injuri luka histamin, bakar, dilepaskan substansi leukotrienes,

vasoaktif (catecholamine,

serotonin,

dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-substansi

18

ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.

Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu
19

setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya. c. Sistem Renal dan Gastrointestinal Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. d. Sistem Imun Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas

complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahanperubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. e. Sistem Respiratori

20

Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan lung compliance. 1) Smoke Inhalation. Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas yang dihirup. 2) Keracunan Carbon Monoxide. CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk

carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen

21

dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sebagai berikut.

Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida) Kadar CO (%) 5 10 11 20 21 30 31 40 41 50 > 50 Manifestasi Klinik Gangguan tajam penglihatan Nyeri kepala Mual, gangguan ketangkasan Muntah, dizines, sincope Tachypnea, tachicardia Coma, mati

2.5. Fase Luka Bakar a. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. b. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

22

1) Proses inflamasi dan infeksi. 2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3) Keadaan hipermetabolisme. c. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. 2.6. Zona Luka Bakar a. Zona Koagulasi Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan terjadi kematian selular b. Zona Stasis

Zona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi, diikuti perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan c. Zona Hiperemia

Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.

23

(Moenadjat, 2001)

2.7 Klasifikasi a. Derajat luka bakar Kedalaman (tingkat I) Ketebalan partial superficial, mengenai epidermis Penyebab Penampilan Warna Perasaan Nyeri

(tingkat II A) Mengenai epidermis dan lapisan atas dermis, komponen epitel dan folikel rambut, kelenjar keringat dan syaraf sensori (tingkat II B) Mengenai

Jilatan api, sinar 1. Kering tidak ada Eritema ultra violet gelembung. (terbakar oleh 2. Oedem minimal atau tidak matahari). ada. 3. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. 4. Sembuh 5-10 hari Kontak dengan 1. Terdapat kerusakan kapiler Kemerahan bahan air atau 2. Penyembuhan 7 14 hari bahan padat. 3. Terjadinya jaringan parut Jilatan api minimal kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet.

Sangat nyeri

Kontak dengan bahan air atau

1. Penyembuhan 4 -5 minggu(penyembuhan

Putih pucat

Nyeri bila ditekan atau

24

epidermis dan bahan padat. seluruh Jilatan api lapisan dermis kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet. (tingkat III) Kontak dengan Mengenai bahan cair atau seluruh padat. lapisan kulit Nyala api. bahkan Kimia. meliputi Kontak dengan jaringan arus listrik. dibawah subcutan, otot dan tulang

menimbulkan keloid, kontraktur dan kecacatan) 2. Jika terdapat edema parah, bisa menyebabkan luka kompartment sindrom

diteusuk dengan jarum

1. Kering disertai kulit mengelupas. 2. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. 3. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar. 4. Tidak pucat bila ditekan. 5. Penyembuhan dengan flap atau amputasi

Putih, kering, hitam, coklat tua, abu-abu coklat kehitaman. Hitam. Merah.

Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut.

Gambar 1. Luka bakar berdasar derajat kedalaman

25

b. Luas luka bakar 1) Metode The Rule of Nines Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: a) Kepala dan leher : 9% b) Lengan masing-masing 9% : 18% c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% d) Tungkai maisng-masing 18% : 36% e) Genetalia/perineum : 1%

26

Total : 100%

Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10 persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah

27

pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa. 2) Metode The Lund and Browder Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Prosentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomi, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan.

3) Metode telapak tangan (Palm Method)

28

Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar. 4) Metode The Rule of Fives Khusus untuk bayi : - kepala bayi 4 x 5% ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5% badan anterior + posterior : 2 x 4 x 5% ekstremitas inferior D+S : 2 x 2 x 5% Khusus untuk anak : - kepala 3 x 5% ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5% badan anterior + posterior : 2 x 3 x 5% ekstremitas inferior D+S : 2 x 3 x 5%

c. Berat ringannya luka bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2) Kedalaman luka bakar.

29

3) Anatomi lokasi luka bakar. 4) Umur klien. 5) Riwayat pengobatan yang lalu. 6) Trauma yang menyertai atau bersamaan. American college of surgeon membagi dalam: 1) Parahcritical: a) Tingkat II : >25% - 30% pada orang dewasa; 15% - 20% pada anak b) Tingkat III : 10% atau lebih, terjadi karena listrik c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah dan genitalia d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractur, soft tissue yang luas, DM dan hipertensi 2) Sedangmoderate: a) Tingkat II : 15 25% pada dewasa; <10% - 15% pada anak b) Tingkat III : 1 10% 3) Ringanminor: a) Tingkat II : kurang 15% untuk dewasa, <10% untuk anak b) Tingkat III : kurang 1% 2.8 Penatalaksanaan Perawatan di Tempat Kejadian a. Penanganan di tempat kejadian Penanganan luka bakar dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu ; 1. Luka bakar disebabkan karena api

30

Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati. Apabila penderita masih dalam keadaan terbakar, maka dapat ditempuh dengan cara: a) Menyiram dengan air dalam jumlah banyak, apabila api disebabkan karena bensin atau minyak, jika menyiram dengan air dalam jumlah sedikit, hanya akan memperbesar api. b) Menggulingkan penderita, bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. 2. Luka bakar karena bahan kimia Apabila menemukan penderita masih dalam keadaan terkena zat kimia : a) Selalu proteksi diri (Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong. b) Apabila zat kimia bersifat cair, langsung semprot dengan air mengalir. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena terus menerus selama 20 menit atau lebih. Lebih baik agak lama dengan usaha membersihkan zat kimia daripada langsung membawa ke RS 3. Luka bakar karena air panas a) Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian, langsung siram secara perlahan-lahan dengan air putih dingin sekitar 10 menit. b) Bila yang tersiram adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian, siram langsung bagian tersebut. Setelah itu, baru buka pakaian dengan hati-hati. Bila ini sulit dilakukan, gunting saja pakaian

31

atau celana yang dipakainya, lalu siram lagi bagian yang terluka itu dengan air dingin. c) Kompreslah dengan kain bersih yang diberi air dingin sampai rasa sakitnya berkurang. Anda boleh memberinya parasetamol atau asetaminofen untuk mengurangi rasa sakit balita Anda d) Tutup/balut bagian tubuh yang terluka dengan kain kassa steril untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya, oleskan salep khusus untuk luka bakar atau salep antibiotik. jangan
memecahkan gelembung dan Jangan balut luka terlalu kencang, dan

balutan harus melebihi bagian yang luka.

4. Luka bakar karena listrik Luka listrik cukup sering ditemukan, yang harus diperhatikan adalah : a) Yang menyebabkan kematian adalah kuat arus (ampere) bukan voltase. b) Apabila datang dan penderita masih dalam keadaan terkena arus listrik: 1) Matikan listrik dan sumbernya. 2) Apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan penderita dengan perantaraan kayu kering (bahan non konduksi listrik). Apabila listril sudah mati. Tetapi kita ingin menyakinkan, maka selalu meraba dengan punggung tangan, jangan dengan telapak tangan.

32

b. Penanganan Luka Bakar di IRD Urut-Urutan Tindakan Luka Bakar Berat di IRD 1) Lepas seluruh pakaian dan perhiasan (hati-hati hipotermia), letakkan di tempat bersih 2) Evaluasi ABC dan resusitasi (primary survey) a) Bila waktu masuk terdapat obstruksi jalan napas yang jelas (tandaobjektif), segera lakukan intubasi endotrakeal b) Berikan O2 tekanan tinggi terutama penderita dengan trauma inhalasi c) Pada penderita dengan diagnosa trauma inhalasi tetapi belum ada tandaobstruksi jalan napas, intubasi endotrakeal harus dilakukan

sebelum pemeriksaan penunjang lain yang membutuhkan waktu yang lama. d) Pasang infus dengan abbocath ukuran besar, berikan Ringer Lactate (Baxter Resuscitation) e) Segera berikan analgetika intra vena (Morfin 2,5 mg 5 mg (0,05mg/kgBB) diencerkan dalam saline 10 cc secara perlahan. f) Pasang kateter untuk monitor produksi urine. g) Pada luka bakar berat pasang CVP 3) Evaluasi lebih lanjut mengenai luas luka bakar dengan cermat, kedalaman luka bakar dan ada tidaknya trauma penyerta lain. 4) Mengisi lembar observasi dan rekam medik luka bakar. Tindakan nomor 1 4 dilakukan oleh PPDS Jaga I. 5) Panggil dan laporkan ke DLB (dalam waktu 15 menit harus sudah datang)

33

6) Terapi suportif lain (protektif lambung, antibiotika, dll) sesuai indikasi. c. Penanganan luka bakar di rawat inap 1) Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu : a) Periksa jalan nafas. b) Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu tracheostomi atau intubasi.

c) Berikan oksigen 100%. d) Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok. e) Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis. f) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik. g) Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah. 2) Resusitasi cairan Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
34

karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 24 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam. Formula untuk resusitasi cairang menggunakan rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua

Baxter Dewasa = 4cc x luas LB x BB Anak = 2cc x luas LB x BB + kebutuhan faali Kebutuhan faal : 0-1 tahun 100 cc/kg/BB 1-3 tahun 75 cc/ kg/BB 3-5 tahun 50 cc/kg/BB Rumus 17:3 RL : Dextran

35

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan cairan:

Pemantauan urin output tiap jam Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral Kecukupan sirkulasi perifer Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Indikasi Rawat Inap

a) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa. b) Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat. c) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki atau perineum. d) Luka bakar karena listrik e) Luka bakar derajat III > 2% 3) Perawatan Luka Dikenal dua cara merawat luka : a. Perawatan terbuka (exposure method) Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit

36

berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya nitrasargenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement. b. Perawatan tertutup (occlusive dressing method) Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.

Keuntungannya adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.

No.

Perawatan luka bakar terbuka (exposure method)

Perawatan luka bakar tertutup (occlusive dressing method) 37

1.

Keuntungan : a. mudah dan murah b. permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang c. baik untuk luka bakar yang dangkal. Kerugian : a. bila menggunakan obat tertentu misalnya nitras argenti alas tidur menjadi kotor b. memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif

Keuntungan : a. luka tampak rapi b. luka menggunakan balutan sehingga terlindung dan enak bagi penderita c. dapat menutup luka kemungkinan dari kontaminasi Kerugian : a. memerlukan tenaga dan biaya yang lebih banyak b. balutan kompres bisa diganti beberapa kali sehari

2.

4) Tindakan Bedah Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibat-akibat

hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam. Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah : a. Keadaan umum cepat membaik. b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan. c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft. d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi. e. Sensitivitas lebih baik.

Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan parsial dan ketebalan penuh. Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen) dari kulit yang terbakar diikuti oleh pencangkokan kulit dapat meningkatkan fungsi dan penampilan

38

area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau kaki yang terlibat. Namun, jika hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit biasanya ditunda.

Cangkokan kulit paling baik menggunakan kulit pasien itu sendiri. Cangkokan (autografts) idealnya diambil dari lokasi yang tidak biasa terlihat, seperti bokong atau paha atas, karena kulit donor tidak akan normal penampilannya setelah mereka sembuh. Namun, ukuran cangkok yang dibutuhkan dan lokasi luka bakar juga akan menentukan darimana cangkok diambil dari.

Alat yang disebut dermatom listrik diatur ke kedalaman kulit tertentu dan mengiris dari lapisan kulit yang sehat untuk graft ke kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok kulit tergantung pada daerah yang memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok tidak perlu pembedahan tertutup dan biasanya akan membentuk lapisan atas kulit baru dalam 10 sampai 14 hari.

5) Terapi Suportif Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif. Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 10 hari dengan formula : a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB Kalorinya terdiri dari : 20% protein

39

50 60% KH 30 30% lemak vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis disesuaikan) 2.9 Pemeriksaan diagnostik

a. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan. b. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air. c. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan pompa natrium. d. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. e. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi f. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi g. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik. h. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. i. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi. j. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. k. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan. l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
40

2.10 Komplikasi a. Distres pernafasan b. Gagal ginjal c. Kontraktor d. Sepsis e. Keloid f. Kontraktur g. Stres ulcer 2.11 Prognosis Luka bakar kimia adalah yang paling ringan dan dapat diobati tanpa menyebabkan masalah jangka panjang. Beberapa luka bakar menyebabkan komplikasi medis Beberapa luka yang bakar signifikan disebabkan yaitu terbentuknya jaringan bahan parut.

karena

kimia yang

tertelan dan terhirup. Ini luka bakar dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Sedangkan luka bakar pada mata dapat menyebabkan kebutaan. (emedicinehealth, 2012) Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.

41

BAB 3 ANALISA 3.1 Definisi Asuhan Keperawatan Lanjut Keperawatan lanjut adalah disiplin profesional yang menerapkan banyak bentuk pengetahuan dan ketrampilan berpikir kritis dalam setiap situasi klien melalui penggunaan model keperawatan dalam proses keperawatan. Model keperawatan yang ada sekarang ini beragam tingkat spesifikasinya. Meskipun begitu, masing-masing model dapat digunakan dalam praktek keperawatan. Model keperawatan terus akan dikembangkan dan diperbaiki sejalan dengan perubahan praktek keperawatan. Model ini akan mengetengahkan bagaimana perawat berupaya meningkatkan kesejahteraan klien dan bagaimana keperawatan berespon terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat yang terus berubah. Praktek keperawatan yang didasarkan proses keperawatan memfasilitasi klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan mereka. (Paula J, 2009)

3.2 Perawat Lanjut Burn Center Perawat lanjut Burn Center adalah anggota terampil disiplin yang sangat khusus. Perawat dari semua tingkat keahlian dan pengalaman mengambil bagian dalam bukti penting penelitian berbasis, peluang mengajar, dan layanan dukungan masyarakat. Semua anggota staf diundang dan didorong untuk berpartisipasi dalam program penjangkauan global untuk kesadaran dan

42

keselamatan. Sebagai pemimpin dalam perawatan luka bakar, Burn Center menyediakan perawat di semua tingkat pengalaman dengan kesempatan untuk tumbuh dan unggul. (UNC Health Care System,2013) Burn Center telah menyediakan untuk perawatan korban luka bakar mulai dari luka terkecil, sampai luka bakar kritis yang mengancam hidup. Memiliki komitmen Profesional adalah jantung dan jiwa dari tim multidisiplin perawat burn center. Kekuatan pendorong di belakang model perawatan kolaboratif ini adalah staf perawat yang berdedikasi dengan keberanian untuk peduli dan kekuatan untuk menyembuhkan. (UNC Health Care System,2013) 3.3 Peran Advance Practice Nursing (APN) Burn Unit Peran APN ini terbukti pada berbagai tingkatan, meliputi semua anggota tim kesehatan, pasien dan keluarga, dan sistem. Sebagai literatur menunjukkan, rumus Parkland, apabila didasarkan pada persentase yang akurat dari TBSA luka bakar, dapat menjadi alat yang berharga untuk menghitung jumlah cairan yang akan diberikan selama fase awal resusitasi luka bakar. Banyak kesalahan yang terkait dengan resusitasi cairan dari perawatan di fasilitas burn center yang kurang. Pembentukan Proaktif hubungan kolaboratif antara pusat dan burn center terpencil dan personil pra-rumah sakit sangat penting untuk hasil pasien yang optimal. Sebagai sumber daya ahli, pusat burn center APN dapat membantu memfasilitasi pengembangan program pendidikan dan kompetensi bagi mereka yang kurang akrab dengan luka bakar. Dengan memberikan pendidikan khusus yang terkait dengan stabilisasi, membakar estimasi ukuran, dan resusitasi awal,

43

awal over-atau underresuscitation dan komplikasi yang dihasilkan dapat dihindari. Karena waktu transportasi ke pusat luka bakar mungkin beberapa jam, staf di pusat luka bakar harus segera menjadi terlibat dengan merawat pasien dengan memberikan konsultasi telepon. Setelah menerima transfer, pusat burn center APN dapat menetapkan persentase akurat TBSA luka bakar kepada pasien berdasarkan baik deskripsi cedera atau real-time video di daerah di mana telemedicine tersedia ( Duchesne et al, 2008. , Latifi, 2008 ). Seorang APN mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang tepat dan cepat mulai dari awal kwjadian terjadinya luka bakar, saat transportasi atau pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar mendapat perawatan yang intensif. APN juga berfungsi sebagai kolaborator dan pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center, APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang optimal. Jika lembaga menggunakan protokol resusitasi, perawat staf dan APN ketat harus mematuhi itu ( Sffle, 2007 ). Jika lembaga memiliki protokol tidak, APN harus terlibat dalam mengembangkan sebuah protokol untuk memastikan kesadaran staf dan praktik terbaik. Protokol resusitasi perlu dimanfaatkan baik di UGD dan di burn unit. Protokol harus dirancang untuk memberikan perawat staf otonomi untuk titrasi cairan berdasarkan respon pasien. Sebuah protokol
44

resusitasi

di

UGD

dapat

membantu

meringankan

over-dan

isu-isu

underresuscitation dan membantu membimbing mereka yang kurang akrab dengan resusitasi luka bakar. Namun, protokol harus mencakup pedoman untuk menentukan persentase luka bakar sebagai penelitian telah menunjukkan bahwa misestimation ukuran luka bakar adalah masalah umum untuk spesialis nonburn. Resusitasi cairan harus dimulai dengan perhitungan yang akurat dari persentase TBSA luka bakar. 3.4 Model Asuhan Keperawatan Lanjut Burn Center

Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan

efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat vital dalam upaya meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan

45

informasi yang diperlukan akan membantu membuat suatu keputusan yang tepat. Penggunaan Electronic HealthRecord (HER)/ Electronic

Nursing/Record (ENR)/Electronic Medical Record(EMR)/Electronic Patient Record (EPR) merupakan satu pilihan yang efektif untuk mendokumentasikan proses keperawatan dibandingkan dengan pendokumentasian secara naratif di kertas karena banyak mendatangkan keuntungan baik dari sisi waktu, biaya, peningkatan kemampuan, kepuasan klien, sikap perawat, lingkungan, sinergisitas dengan tenaga kesehatan lain dan terhadap profesi. Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai pihak pun akan terpenuhi. a. Metode Dokumentasi Keperawatan secara tertulis (paper based

documentation) : Dokumentasi keperawatan yang berlaku di rumah sakit saat ini umumnya dilakukan secara tertulis (paper based documentation). Metode ini mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengisi form yang tersedia, membutuhkan biaya pencetakan form yang cukup mahal, sering hilang atau terselip, memerlukan tempat penyimpanan yang luas dan menyulitkan pencarian kembali saat diperlukan. Disamping itu masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus

dipertanggungjawabkan. Perawat juga banyak yang tidak tahu data apa yang harus
46

dimasukkan dan bagaimana dokumentasi keperawatan yang benar,untuk itu perlu adanya inovasi pencatatan dengan menggunakan pencatatan berbasis elektronik. b. Metode Penggunaan Electronic Health Record (HER)/Electronic Nursing Record (ENR)/Electronic Medical Record(EMR) /Electronic Patient

Record (EPR) Pencatatan berbasis elektronik telah lebih dahulu dilakukan oleh negaranegara maju, namun di Indonesia baru dilakukan pada dekade 20an dan masih seputar uncomprehensive datas. Terdapat beberapa rumah sakit di Indonesia yang telah mencoba menggunakan EHR/ENR/EMR/EPR sebatas pada data demografi, diagnosa penyakit, hasil laboratorium dan tindakan khusus, sedangkan catatan keperawatan sendiri masih tetap berada pada lembaran. EMR/ENR/EPR/EHR adalah kumpulan sistematis informasi kesehatan pasien berbasis elektronik yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem informasi dalam jejaring rumah sakit. bermacam data dapat dimasukkan untuk mempermudah akses baik oleh tim kesehatan maupun pasien, data tersebut meliputi data demografi, riwayat medis, pengobatan, hasil uji laboratorium dan radiologi, proses keperawatan, discharge planning dan bahkan informasi penagihan. Sistem ini memberikan keuntungan antara lain: 1. penurunan biaya baik biaya oleh pasien maupun administrasi rumah sakit karena semua tersimpan dalam sistem tanpa sheet, 2. meningkatkan kualitas pelayanan, pelaksanaan sistem ini akan membantu mengurangi penderitaan pasien karena kesalahan medis dan ketidakmampuan para analis untuk menilai suatu kualitas kesehatan,
47

3. mendukung bukti pengobatan, artinya pasien dengan leluasa mendapatkan pengetahuan tentang praktik medis yang efektif, 4. menjaga catatan dan mobilitas pasien, dengan sistem ini akan mempermudah klien mengakses seluruh kebutuhan bahkan sampai janji pengobatan dan perawatan serta mengikuti suatu prosedur. Namun sebagai suatu sistem, EMR ini mempunyai kerugian diantaranya : 1. membutuhkan banyak waktu untuk memahami cara memasukkan data, 2. biaya banyak untuk menyediakan provider dan staf tekhnologi termasuk kemungkinan menurunkan cost dokter dan perawat. Pemberian asuhan keperawatan diperlukan efektifitas dan efisiensi sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak bukti yang mendukung bahwa inovasi pencatatan dengan elektronik sangat berdampak positif bagi keperawatan, berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian di jurnal-jurnal kesehatan: 1. Building an innovation Electronic Nursing Record pilot structure with nursing clinical pathway (Angelica at.al, 2006) dikatakan bahwa dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap perawat menghadapi banyak data dan informasi sedangkan jumlah perawat tidak seimbang, hal ini membutuhkan asisten agar cakap dalam menyusun perencanaan dan melakukan proses yang efektif efisien dan benar. Dengan menggunakan tekhnologi computer maka akan menghasilakan kualitas pelayanan yang tinggi, berpusat pada pasien dan perawatan kesehatan yang efisien. Selain itu dapat mempermudah pengambilan keputusan untuk

48

melakukan perawatan tahap demi tahap. Salah satu sistem yang disusun adalah dengan menyusun struktur pencatatan keperawatan dengan elektronik yang terintegrasi dengan standar keperawatan internasional untuk mendukung kecakapan dan keakuratan perencanaan keperawatan dalam clinical pathway process. Inovasi yang dibuat adalah : a) menganalisa catatan pasien secara retrospektif dan mengumpulkan beberapa diagnosa medis dan clinical pathway terbesar dan tersering kemudian menyusun tanda dan gejalanya sehingga muncul suatu diagnosa keperawatan, b) mengintegrasikan taxonomy dan code dari NANDA, NIC, NOC, ICNP dengan data yang berhubungan dengan clinical pathways di atas, dan c) menyusun inovasi ENR yang meiputi pengkajian, diagnosa, perencaan dan pencatatan keperawatan. Struktur ini disusun sampai dengan discharge planning. 2. E-Nursing documentation as a tool for quality assurance (Rajkovic, 2006) mengatakan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan salah satu jaminan kualitas suatu pelayanan kesehatan, hal ini bisa dicapai dengan menggunakan sistem pendokumentasian yang canggih diantaranya dengan menghadirkan model penyediaan data based dan menggunakan software prototype untuk mengatur pendokumentasian keperawatan. Secara umum sistem ini disusun dengan menyediakan data dasar yang terintegrasi dengan diagnosa dan intervensi keperawatan sampai dengan tindakan apa yang harus dilakukan
49

perawat untuk 1 diagnosa. Perawat hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk log in dengan password untuk kemudian meng-klik itrm-item data sampai dengan implementasinya. Ini lebih mudah, efektif dan efisien. 3. Computerized nursing process in critical care unit using the ICNP-Beta 2 (Sasso, et al, 2006) menjelaskan bahwa proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah secara asertif untuk mengidentifikasi masalah dan merawat pasien. Di CCU didapatkan perawatan yang kompleks, perubahan kondisi klinis pasien yang selalu berubah secara konstan dan meningkatnya informasi pasien dimana akan mempengaruhi proses

keperawatan dan kualitas perawatan. Dilakukan pendokumentasian proses keperawatan dengan menggunakan ICNP Beta 2 meliputi perencanaan, perkembangan, modifikasi hal penting dan evaluasi proses. Dengan pendokumentasian menggunakan sistem di atas maka memungkinkan adanya modifikasi evaluasi, mudah ditegakkan, informasi keperawatan lebih jelas dan dapat mempercepat deteksi kesalahan. Sistem informasi ini pada dasarnya akan membuat perawat secara eksplisit dapat mengambil keputusan klinis terhadap pasiennya. 4. Analysis of electronic nursing record based on the ICNP(Chung, 2006) menitikberatkan pada penggunaan sistem ENR setelah sekian lama menggunakan pendokumentasian keperawatan secara naratif dengan

menggunakan kertas. Penelitian ini dilakukan di RS Bundang Seoul, mereka menganalisa pendokumentasian keperawatan secara naratif berdasarkan lembaran pada pasien bedah dibandingkan dengan ENR sistem. Ditemukan
50

bahwa ternyata mereka membutuhkan konsep baru pada ICP untuk meningkatkan ekspresi pada catatan keperawatan khususnya dalam

mendeskripsikan tindakan keperawatan. Tim profesional kesehatan perawatan Burn unit diharapkan terlatih khusus dalam memenuhi syarat pengelolaan luka bakar, luka perawatan dan perawatan kritis. Spesialis perawatan Burn unit diminta untuk mengajar, berpartisipasi dalam Dukungan Association American Life Burn Practice - menyediakan pemadam kebakaran, petugas rumah sakit, paramedis, dokter, perawat dan profesional kesehatan lainnya dengan kemampuan untuk menilai dan menstabilkan pasien dengan luka bakar serius selama jam-jam kritis pertama setelah cedera. Oleh karena itu untuk mendukung efektifitas pelaksanaan proses keperawatan, perawat dibekali akan kemampuan penggunaan sistem ini sehingga tujuan tercapai, disamping peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam menentukan diagnosa yang tepat dan menyusun intervensi yang sesuai. Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai pihak pun akan terpenuhi.

3.5 Inovasi Model Pengkajian dan Intervensi keperawatan PICOT


Judul Pengaruh O2 hiperbarik terhadap sel radang Populasi Intervention 18 ekor Pemberian tikus O2 hiperbarik jantan 2,4 ATA wistar Comprehension Perlakuan 1. grup hari 0 tidak luka bakar 2. grup hari 1 Outcome Penurunan pada sel radang monosit Time 3 kali 30 menit, selama 5 menit

51

akibat luka dengan bakar karena berat 200air 300 gram dengan luka bakar air panas 70oC selama 15 detik grade II 5% Pengaruh O2 36 ekor Pemberian hiperbarik tikus O2 100% terhadap wistar aktivitas jantan radikal bebas dewasa pada pengobatan luka bakar

dengan luka bakar 3. grup hari 5 dengan luka bakar

menghirup udara biasa 1x sehari selama 5 hari

Perlakuan pada masing-masing grup 1. 1 ATA (kontrol) 2. 2,4 ATA 3. 3,0 ATA

Dapat menghambat progresifitas kerusakan jaringan

3 x 30 menit interval 5 menit bernafas biasa

Analisa
Judul Pengaruh O2 hiperbarik terhadap sel radang akibat luka bakar karena air Pengaruh O2 hiperbarik terhadap aktivitas radikal bebas pada pengobatan luka bakar Metode Sampel Hasil yang diukur Prosentase jumlah sel radang monosit, histosit, PMN, makrofag, limfosit, dan plasma sel Kadar radikal bebas oksigen (SOR) spesies oksigen reatif dalam darah pada saat setelah paparan dan 3 jam setelah paparan Hasil Penurunan pada sel radang monosit

Eksperimental 6 tikus jantan laboratorium wistar tiap grup dengan rancangan post test only desain

Eksperimental laboratoris dengan post test of only control grup desain

18 ekor tanpa luka bakar dan 18 dengan luka bakar

Terjadi penghambatan kerusakan jaringan yang progresif

52

BAB 4 PENUTUP 1.1 Kesimpulan Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka. Kedalaman luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat 2, dan luka bakar derajat 3. berat luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung dengan berdasarkan rumus rule of nine dari wallace. Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan

efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat vital dalam upaya meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan informasi yang diperlukan akan membantu membuat suatu keputusan yang tepat. Inovasi menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan

53

profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai pihak pun akan terpenuhi.

1.2 Saran Mengingat kasus luka bakar merupakan bentuk cedera berat yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat kompleks, dengan biaya yang mahal serta angka morbiditas dan mortalitas yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain, faktor penderita, faktor pelayanan, faktor fasilitas pelayanan, faktor cedera. Penanganan luka bakar sejak awal harus tepat dan benar karena sangat menentukan perjalanan penyakit luka bakar selanjutnya. Jika terjadi luka bakar lakukan penanganan yang tepat: 1. Jika karena air panas atau api lakukan pendinginan luka dengan menyiram air yang suhunya lebih rendah atau menyelimuti pasien dengan selimut yang dibasahi. 2. Jika terkena bahan kimia lakukan dekontaminasi 3. Jangan mengolesi luka bakar dengan odol, oli, kecap, atau yang lain yang dapat memperberat atau menyebabkan infeksi pada luka bakar. Seorang APN harus mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang tepat dan cepat mulai dari awal kejadian terjadinya luka bakar, saat transportasi atau pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar mendapat perawatan yang intensif. Seorang APN juga harus menjadi kolaborator dan pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat
54

menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center, APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang optimal.

55

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Building an Innovation electronic Nursing Record Pilot Structure with Nursing Clinical Pathway. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Choi, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Users Satisfaction on the Electronic Nursing Record System. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press Christensen, Paula J.2009.Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed.4 Jakarta:EGC. Doengea, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care. (2nded.). Philadelphia: F.A. Davis Co.

Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. New method of realization of Nursing diagnosis Based on 3N in an Electronic Medical Record System. IOS Press.

56

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4thed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

Muttaqin, Arif dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika Nettina, S. (1996).The Lippincott manual of nursing practice.(6thed.). Lippincott: Lippincott-Raven Publisher.

Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika

Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta

Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing.St. Louis: Mosby.

Muscary, M.E., 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

57

Vous aimerez peut-être aussi