Vous êtes sur la page 1sur 21

DISKUSI KASUS

MIGRAIN

Oleh: Femi Dwi Aldini G99121016

. KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN

Migrain berasal dari bahasa Yunani, hemicrania yang artinya nyeri sebelah kepala merupakan prototipe nyeri kepala vaskular yang berdenyut yang melibatkan vasodilatasi dan mungkin peradangan lokal yang menyebabkan arteriarteri peka terhadap nyeri. Data menunjukkan lebih dari 28 juta penduduk U.S.A kurang lebih 10-12% dari populasi menderita migrain. Di Amerika Serikat, dalam satu tahun lebih dari 70% penduduknya (pernah) mengalami nyeri kepala, lebih dari 5%

mencari/mengusahakan pengobatan, tetapi hanya 1% yang datang ke dokter/rumah sakit khusus untuk keluhan nyeri kepalanya. Hampir 91% mengalami kelemahan fungsional. Migrain menyebabkan berkurangnya waktu untuk bekerja dan sekolah, juga kehilangan kehilangan dalam aktivitas keluarga dan sosial. Industri di Amerika mengalami kerugian mendekati 13 juta dolar pertahun karena kehilangan atau menurunnya produktivitas dari pekerja yang menderita migrain. Hal tersebut dikarenakan rasa sakit yang substansial dan kemunduran pekerja selama migrain. Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara 6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya didiagnosis sebagai migren. Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta(1986) didapatkan 273 (17,4%) pasien baru dengan nyeri kepala diantara 1298 pasien baru yang berkunjung selama Januari sd. Mei 1986. Jadi migrain merupakan suatu masalah sosial ekonomi yang besar dengan mempengaruhi kebahagiaan dan mengakibatkan kehilangan ratusan ribu hari kerja setahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI Migrain (Yun. hemicrania = nyeri sebelah kepala; hemi = setengah, cranium = tengkorak) adalah penyakit yang bercirikan serangan nyeri hebat dari satu sisi (unilateral) kepala dengan denyutan di pelipis yang datang secara berkala, umumnya disertai gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah. Serangan dapat terjadi beberapa kali setahun sampai beberapa kali seminggu, sedangkan lama serangan umumnya 1-2 jam, yang bisa disusul oleh sakit kepala tersebar selama beberapa hari (Tjay dan Rahardja, 2002). Sedangkan menurut Dorland, migrain adalah kompleks gejala serangan periodik sakit kepala vascular yang biasanya bersifat familial, biasanya terjadi di temporal dan onsetnya unilateral, sering disertai iritabilitas, mual, muntah, konstipasi, atau diare, dan seringkali fotofobia. Serangan didahului dengan penyempitan arteri kranial, biasanya menghasilkan gejala sensorik prodromal (terutama okular), dan penyebab depresi Leao. Migrain dibedakan atas dua bentuk primer, migrain dengan aura dan migrain tanpa aura; jenis tanpa aura lebih sering ditemukan (Dorland, 2002). Mansjoer dkk, 2000, menyebutkan bahwa migrain adalah nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam, biasanya satu sisi, sifatnya berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat, diperhebat dengan aktivitas rutin, dapat disertai nausea, fotofobia dan fonofobia. Migrain dapat terjadi pada anak dengan lokasi nyeri lebih sering bifrontal. Migrain adalah penyakit kronis, paroxymal, kelainan neurovaskuler yang dapat menyerang berbagai usia, menyerang 6% laki-laki dan 18% perempuan pada populasi umum. Kadang-kadang serangan juga didahului dengan gejala-gejala awal pada beberapa pasien. Pada sepertiga pasien migrain, fase sakit kepala didahului atau disertai oleh gejala neurologis fokal yang bersifat sementara. Biasanya adalah gejala visual, tetapi dapat juga

berkembang pada gangguan sensorik, kesulitan berbicara, dan gejala motorik (Xu et al, 2010).

2. ETIOLOGI Penyebab migrain belum diketahui dengan pasti, hanya jarang sekali diakibatkan oleh suatu penyakit organis seperti tumor otak atau cedera kepala. Namun sudah dipastikan bahwa migrain adalah suatu gangguan sirkulasi darah, yang menimbulkan vasodilatasi dan penyaluran darah secara berlebihan ke selaput otak (meninges) dengan efek nyeri hebat di sebelah kepala. Mudah tidaknya seseorang terkena penyakit migrain ditentukan oleh adanya defek biologis herediter pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor dapat memicu serangan migrain pada orang yang berbakat tersebut antara lain: 1. Hormonal Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60% wanita, 14% hanya mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17- estradiol plasma saat akan haid. Serangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan, sebaliknya minggu pertama post partum, 40% pasien mengalami serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil kontraseptif juga meningkatkan serangan migrain. 2. Menopause Umumnya, nyeri kepala migrain akan meningkat frekuensi dan berat ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi, beberapa kasus membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis rendah dapat diberikan untuk mengatasi serangan migrain

pascamenopause. 3. Makanan Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan migrain. Pemicu migrain tersering adalah alkohol berdasarkan efek vasodilatasinya di mana anggur merah dan bir merupakan pemicu terkuat. Makanan yang

mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju, makanan yang diawetkan atau diragi, hati, anggur merah, yogurt, dll. Makanan lain yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan migrain adalah coklat (feniletilamin), telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis buatan, buah jeruk, pisang, daging babi, teh, kopi, dan coca cola yang berlebihan. 4. Monosodium glutamat Adalah pemicu migrain yang sering dan penyebab dari sindrom restoran Cina yaitu nyeri kepala yang disertai kecemasan, pusing, parestesia leher dan tangan, serta nyeri perut dan nyeri dada. 5. Obat-obatan Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin, vitamin A dosis tinggi, fluoksetin,dll. 6. Aspartam Yang merupakan komponen utama pemanis buatan dapat menimbulkan nyeri kepala pada orang tertentu. 7. Kafein yang berlebihan (350 mg/hari) atau penghentian mendadak minum kafein. 8. Lingkungan Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon pada siklus haid dan perubahan irama bangun tidur dapat menimbulkan serangan akut migrain. Perubahan lingkungan eksternal meliputi cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut, dan terlambat makan. 9. Rangsang sensorik Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang atau bau parfum, zat kimia pembersih. 10. Stres fisik dan mental dapat memperberat serangan migrain 11. Faktor pemicu lain aktivitas seksual, trauma kepala, kurang atau kelebihan tidur (Mansjoer dkk, 2000)

3. EPIDEMIOLOGI Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20 sampai 50 tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain. Marcus Ferrone et al menyimpulkan bahwa prevalensi migrain tetap stabil di U. S. A sejak lebih dari beberapa dekade yang lalu. Pada tahun pertama prevalensi dilaporkan menjadi 18,2 % di antara wanita dan 6,4 % di antara pria. Prevalensi tertinggi baik pada laki-laki dan wanita terjadi antara umur 25 sampai 55 tahun. Angka ini menurun setelah melewati dekade ke-5 dari usia hidup baik pada laki-laki maupun wanita; akan tetapi masih menyisakan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Lebih dari 28 juta penduduk Amerika (kira-kira 10% sampai 12% dalam populasi) yang menderita migrain, hampir 91% memiliki bentuk kelemahan fungsional. Ketidakmampuan ini tidak hanya mempengaruhi dalam kehilangan waktu untuk bekerja atau sekolah, akan tetapi juga mengganggu aktivitas sosial dan keluarga. Perusahaan-perusahaan di Amerika kehilangan mendekati 13 juta dollar tiap tahun dikarenakan oleh kelemahan atau penurunan produktivitas pekerja yang menderita migrain. (Ferrone et al, 2003). 4. PATOFISIOLOGI Ada sejumlah teori tentang terjadinya migrain : 1. Teori vaskular Serangan disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah intrakranial sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai dari bagian oksipital dan meluas ke anterior secara perlahan-lahan, melintasi korteks serebri dengan kecepatan 2-3 mm per menit, berlangsung beberapa jam dan diikuti

vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri kepala. 2. Teori neurotransmitter Saat serangan terjadi pelepasan berbagai neurotransmitter antara lain serotonin dari tombosit yang memiliki efek vasokonstriktor. Reseptor serotonin ada di meningen, lapisan korteks serebri, struktur dalam otak, dan yang paling banyak pada inti batang otak. Dua reseptor yang penting adalah 5-HT1 yang bila terangsang akan menghentikan serangan migrain, sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat akan mencegah serangan migrain. Oleh karena itu, baik agonis (sumatriptan, dihidroergotamin, ergotamin tartat) maupun antagonis serotonin (siproheptadin, metisergid, golongan anti depresan trisiklik, penyekat saluran kalsium) bermanfaat dalam penatalaksannan migrain. Selain itu, neurotransmitter yang bermanfaat dalam terjadinya migrain adalah katekolamin, dopamin, neuropeptida Y, dan CGRP (calcitonin gene related peptide), histamin, nitrit oksida, serta prostaglandin. 3. Teori sentral Serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas listrik kortikal yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala prodormal migrain yang terjadi beberapa jam atau satu hari sebelum nyeri kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap. Stimulasi lokus serulues menimbulkan penurunan aliran darah ipsilateral dan peningkatan aliran dalam sistem karotis ekterna seperti pada migrain. Stimulasi inti rafe dorsal meningkatkan aliran darah otak dengan melebarkan sirkulasi karotis interna dan eksterna. 4. Teori unifikasi Teori ini meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer. Beberapa proses pada korteks orbitofrontal dan limbik memacu sistem noradrenergik batang otak melalui lokus seruleus dan sistem

serotoninergik melalui inti rafe dorsal serta sistem trigeminovaskular yang akan merubah lumen pembuluh darah, yang juga memicu impuls saraf

trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan vomitus mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada area postrema dasar ventrikel IV dalam medula oblongata. Proyeksi dari lokus seruleus ke korteks serebri dapat menimbulkan oligemia kortikal dan depresi korteks menyebar, menimbulkan aura (Mansjoer dkk, 2000). .

5. KLASIFIKASI MIGRAIN Headache Classification Subcommittee of the International Headache Society memaparkan 7 jenis migrain yang terjadi di kepala manusia. Seperti yang dicatat dalam buku The International Classification of Headache Disorders: 2n Edition (Cephalalgia, 2004), ketujuh jenis migrain itu antara lain: 1. Migrain dengan aura Migrain jenis ini membuat penderitanya mengalami gangguan penglihatan. Semakin kepala terasa pusing, pandangan akan semakin kabur dan tidak bisa fokus.

2. Migrain tanpa aura Kebalikan dari migrain jenis pertama, migrain tanpa aura tak menyebabkan kaburnya pandangan pada mata penderita. 3. Childhood periodic syndrome Migrain jenis ini membuat penderitanya muntah terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sakit di bagian perut yang biasanya disertai dengan rasa mual, dan vertigo. 4. Retinal migraine Melibatkan migraine yang disertai gangguan penglihatan dan bahkan kebutaan temporer di salah satu mata. 5. Komplikasi migrain Adanya migrain yang disertai aura dan gangguan otak dalam jangka panjang. 6. Probable migraine Jenis ini sebenarnya tidak dapat dipastikan sebagai migrain, karena hanya memiliki sedikit saja gejala migrain. 7. Migrain kronis Di kondisi ini terjadi komplikasi migrain yang memenuhi kepala yang muncul dalam jangka waktu panjang. Migrain jenis ini disebut kronis karena dapat terjadi hingga 3 bulan (Adystiani, 2011)

6. GAMBARAN KLINIK Jalannya serangan migrain dapat diterangkan sebagai berikut : a. Fase prodromal. Sekitar 25% penderita migrain mendapat serangan setelah didahului oleh suatu fasa pertanda, umumnya - 2 jam sebelum nyeri kepala muncul. Fasa ini bercirikan tanda-tanda pertama (aura) berupa gejala neurologis seperti fonofobia dan fotofobia, yaitu kepekaan berlebihan terhadap bunyibunyian yang keras, bau yang tajam, maupun cahaya yang tampak seperti kilat (teichopsia), bintik-bintik hitam atau warna-warni (scotomata). Gejala ini disertai gelisah, mudah tersinggung, pusing, termenung, mual

dan pada sebagian orang timbul perasaan nyaman. Lamanya fasa ini lebih kurang - 1 jam lebih, kemudian disusul serangan. b. Serangan. Aura ini dihubungkan dengan ischemia (tak menerima darah) dari arteri otak, yang menciut keras (vasokonstriksi) selama kira-kira 15 menit sampai 1 jam. Kemudian disusul oleh vasodilatasi, edema dari pembuluh darah dan sakit kepala yang berdenyut-denyut. Penyaluran darah ke bagian kepala meningkat dan denyutan arteri tersebut (pulsasi) diperkuat hingga tampak jelas di permukaan pelipis (sebelah atau kedua pelipis). Gejala ini menimbulkan rasa sakit yang hebat seolah-olah kepala mau pecah. Perasaan mual meningkat, timbul muntah dan pasien memilih tiduran di tempat yang gelap. Setelah beberapa jam, serangan migrain ini berhenti dan kemudian dapat timbul diare, serta pasien cenderung banyak kencing dan mengantuk (Tjay dan Rahardja, 2002).

7. DIAGNOSIS Kadang-kadang timbul kesulitan untuk mengetahui jenis sakit kepala guna menentukan apakah penderita memerlukan pengobatan atau harus menjalani terapi stress management. Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu screening test 15 menit (Ohio University) untuk memperoleh informasi di mana letak sakit, keparahan, dan apakah ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Gejala prodrom atau aura yang dapat terjadi bersamaan atau mendahului serangan migrain, berupa : 1. Fenomena visual positif (penglihatan berkunang-kunang seperti melihat kembang api, bulatan-bulatan terang kecil yang melebar seperti gejala fortifikasi yang berupa gambararan benteng dari atas). 2. Fenomena visual negatif (penglihatan semakin kabur, seperti berawan sampai semuanya tampak gelap). 3. Anoreksia, mual, muntah, diare, fotofobia/takut cahaya, dan/atau kelainan otonom lainnya.

8. DIAGNOSIS BANDING a. Nyeri kepala kluster. b. Nyeri kepala tegang (tension headache). c. Spondilosis servikal. d. Peningkatan tekanan darah. e. Kelainan intrakranial. f. Sinusitis. g. Otitis media. h. Transcient Ischemic Attack (TIA) (Longmore et al, 2001). 9. Terapi A. Penatalaksanaan. Jenis-jenis obat migrain antara lain : 1. Anti Migrain digunakan untuk menghentikan serangan migrain, meliputi: a. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migrain. b. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid. c. Ergotamin, misalnya Cafergot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain. d. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon. Kalau di Indonesia dijumpai kombinasi antara asetaminofen (parasetamol) dan profenazon. e. Terapi migraine dengan memberikan terapi akut pada saat nyeri, dapat dicoba dulu dengan analgetika, bila tidak menolong dapat

diberikanergotamine atau dihydroergotamine - 1 mg (bila perlu 2 mg) pada saat nyeri kepala, dapat diulang tiap setengah jam sampai 3 kali. Jumlah ergotamine dalam seminggu, sebaiknya tidak melebihi 12 mg. f. Bila frekuensi serangan lebih dari 2 kali sebulan, dapat diberikan terapi profilaktik dengan obat2 antiserotonin (cyproheptadine, pizotifen,

dimethothiazine). Dapat diberikan 3 kali sehari -1 tablet selama beberapa saat. 2. Pencegah Migrain digunakan untuk mencegah serangan migrain, meliputi : a. Beta bloker, misalnya propanolol b. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh (konstriksi) darah. c. Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain. d. Antikonvulsan 3. Non medika mentosa

a. Bila perlu dapat diberikan tranquilizer.


b. Akupuntur, yaitu dengan menusukkan jarum yang sangat halus ke kulit pada titik tertentu untuk menimbulkan aliran energi di sekujur tubuh. Tindakan ini dapat membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri kepala. c. Teknik Relaksasi, yang dapat membantu mengurangi stres dalam kehidupan sehari-hari. B. Pencegahan Cara terbaik untuk mengatasi migrain adalah dengan menghindarinya. Dengan mengenali dan menghindari pencetus, jumlah serangan dan tingkat keparahan migrain dapat dikurangi. Memang, beberapa pencetus di luar kemampuan kita untuk mengontrolnya, tetapi ada beberapa diantaranya yang dapat kita hindari. Hal-hal berikut dapat membantu anda untuk mencegah migrain: a. Mengenali pencetus migrain dengan membuat buku harian. b. Tidur dan beraktifitas secara teratur. c. Makan teratur, dan menghindari makanan yang dapat mencetuskan migraine. d. Mengatasi stress. e. Menghindari asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif.

Individu yang berisiko menderita migrain: a. Mempunyai keluarga yang menderita migrain b. Wanita, tiga kali lebih sering dibanding pria. c. Remaja atau dewasa muda d. Menderita depresi, gangguan cemas, asma, atau epilepsi.

BAB III PEMBAHASAN LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat No. CM Tanggal Masuk Tanggal Pemeriksaan : Ny. S : 40 Tahun : Wanita : Islam : Ibu rumah tangga : Sangkrah Pasar Kliwon Surakarta : 01058273 : 27 Juli 2013 : 28 Juli 2013

B. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Nyeri kepala berdenyut sebelah kiri

2. Keluhan Penyerta : Mual 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak kurang lebih 7 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri kepala berdenyut di kepala sebelah kiri. Nyeri terpusat di tempat yang sama dan tidak menjalar. Nyeri muncul mendadak, dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin memberat. Nyeri semakin berat jika digunakan untuk berjalan dan melakukan aktivitas. Nyeri berkurang jika digunakan untuk berbaring. Pasien sudah minum obat anti nyeri, namun tidak berkurang. Pasien juga mengeluh mual dan lemas. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien juga mengeluhkan hal yang serupa. Saat itu pasien hanya membeli obat anti nyeri dan digunakan istirahat, lalu hilang dengan sendirinya. Nyeri kepala sebelah ini pertama kali dirasakan pasien sejak 3 tahun yang lalu. Dan kekambuhannya semakin hari semakin sering.

4. Riwayat Penyakit Dahulu : 5. Riwayat keluhan sama Riwayat trauma Riwayat penyakit jantung Riwayat sakit darah tinggi Riwayat mondok Riwayat sakit gula Riwayat alergi Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat sakit darah tinggi Riwayat sakit gula Riwayat sakit jantung : disangkal : disangkal : disangkal : (+) : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK 1 2 Keadaan Umum Tanda Vital : CM Gizi cukup (GCS=E4M6V5), : Tensi Nadi : 130/80 mmHg : 96 x/ menit : 36,7 0C

Frekuensi Respirasi : 20 x/menit Suhu 3 Kepala

: Bentuk kepala normal, mata konjungtiva pucat, pupil isokor, reflek cahaya +/+

4 5

Leher Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

: Iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak tampak : Iktus kordis tidak kuat angkat : Kesan batas jantung tidak melebar : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo : Inspeksi Palpasi : Pengembangan dada simetris kanan=kiri : Fremitus raba kanan=kiri

Perkusi Auskultasi

: Sonor/sonor : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : Distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-) : Bising usus (+) normal : Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-) : supel, hepar lien tak teraba

D.

DIAGNOSA Diagnosa Klinik : Migrain

E.

TUJUAN PENGOBATAN 1. Menghilangkan nyeri kepala 2. Menghilangkan mual 3. Mencegah kekambuhan

F.

PENGOBATAN 1. Saat Serangan R/ Cafergot tab No. X S 3 tab I

R/ Metoklopramid tab mg 10 No. X S prn (1-3) dd tab I ac

R/ Paracetamol tab mg 500 No. X S 3 dd tab I

R/ Amitriptilin tab mg 25 No. III S 1 dd tab I h.s. Pro: ny.S (40 th)

2. Untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) R/ Pizotifen Tab Salut Film mg 0,5 No. X S 1 dd Tab I hora somni ____________________________________ R/ Propranolol HCl Tab Salut Film mg 10 No. XV S 3dd Tab I ante coenam ________________________________________ Pro: Ny. S (40 tahun)

PEMBAHASAN OBAT 1. CAFERGOT ( Ergotamin 1mg + Kafein 100 mg) Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan kafein. Ergotamin menstimulir maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan serotoninergik. Misalnya mesnstimulir reseptor 5HT1, khususnya 5HT1D dan memblokir reseptor alfa (alfa blocker) dengan efek vasodilatasi ringan. Sifat ini dikuasai oleh daya vasokonstriksinya yang kuat dari arteri otak dan perifer berdasarkan daya antiserotoninnya (blokade 5HT1). Karena sifat vasokontriksinya tersebut, ergotamin banyak digunakan sebagai obat khas terhadap serangan migrain, yang hanya efektif bila digunakan pada fase permulaan. Biasanya obat ini dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual, terutama siklizin, terhadap muntah-muntah. Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala cluster. Daya oksitosisnya lebih ringan daripada ergometrin. Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi, dengan BA hanya 1.k. 2% maka sebaiknya digunakan sebagai injeksi i.m. atau secara rektal (BA 1-5%) dan sublingual. Kafein meningkatkan resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. PP-nya 98%, plasma t nya panjang sekali, sampai 21 jam, sehingga dapat menyebabkan akumulasi. Ekskresinya berupa metabolit, terutama lewat empedu dan tinja (secara rektal 1-5%). Efek sampingnya berupa mual, muntah dan sakit kepala mirip gejala migrain. Bila diminum terlalu banyak, gejala bertahan, dan

terjadilah lingkaran setan. Akibat akumulasi dapat timbul efek toksik, seperti kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari tangan menjadi dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena sifat-sifat itu, ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan hipertensi. Wanita hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek oksitosisnya. Dosis oral/rektal 3-4 dd 1 mg, maksimal 4 mg per serangan dan sebaiknya tidak melebihi 12 mg dalam seminggu. Sebaiknya dikunyah halus sebelum ditelan untuk mempermudah resorpsinya atau diletakkan di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360 mikrogram, injeksi i.m. atau s.c. 0,25-0,5mg semuanya sebagai garam tartrat. 2. METOKLOPRAMID Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat berdasarkan blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua muntah, termasuk akibat radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat ini tidak ampuh. Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit, PP-nya 20% dan waktu paruh plasma kurang lebih 4 jam. Ekskresinya berlangsung 80% dalam keadaan utuh melalui kemih. Efek sampingnya adalah sedasi dan gelisah karena dapat melintasi sawar darah-otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung-usus dan gejala ekstrapiramidal, terutama pada anak kecil. Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang diserap diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal, diazepam, dan levodopa. Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari. Rektal 2-3 kali sehari 20 mg. 3. PARACETAMOL

Paracetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik, tetapi tidak anti radang. Sekarang dianggap zat anlgesik paling aman. Efek analgesinya diperkuat oleh kodein dan coffein kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus cepat dan tuntas. PP-nya 25% dan waktu paruh plasma 1-4 jam. Didalam hati diurai menjadi metabolit dan diekskresi melalui kemih. Efek samping jarang terjadi, antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdosis dapat menimbulkan mual, muntah dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan dengan aman. Dosis 2-3 kali sehari 0.5-1 g, maksimal 4 g/ hari. 4. AMITRIPTILIN Merupakan obat anti depresan trisiklik. Berdaya menghambat reuptake dari noradrenalin dan serotonin di otak. Berkhasiat antihistamin dan antikolinergik, juga sedatif kuat, maka layak diberikan pada pasien agresif. Selain pada depresi, amitriptilin juga digunakan pada terapi interval dari migrain, pada ngompol malam anak-anak di atas 5 tahun dan sebagai analgetikum pada nyeri kronis. Resorpsinya dari usus cepat, dengan BA k.l. 40%. PP-nya di atas 90%, plasma t nya rata-rata 15 jam. Dalam hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan daya sedatif lebih ringan, t nya rata-rata 36 jam. Ekskresinya berlangsung terutama lewat air kemih. Dosis prevensi migrain 25-150 mg malam hari. (Tjay dan Rahardja, 2002) 1. Pizotifen Indikasi : sakit kepala berulang (gangguan vascular) BSO : Tab salut selaput (500mcg)

2. Propranolol HCl (Beta- blocker) Indikasi : terapi hipertensi, ansietas, takikardi, profilaksis infark miokardium akut dan migraine. BSO : tab salut selaput (10 mg)

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Migrain adalah penyakit yang sering menyerang masyarakat, terutama pada wanita. 2. Bila tidak segera ditangani, migrain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan produktivitas kerja. 3. Terapi migrain dapat bervariasi, dapat disesuaikan dengan gejala yang menyertai.

DAFTAR PUSTAKA Adystiani, RY. 2011. Mengenal Seluk-Beluk Migrain. Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta. EGC. Pp : 1359 Ferrone, M., and Moti, S., 2003. Current Pharmacotherapy for the Treatment of Migraine. http://www.uspharmacist.com/index.asp?show=article&page=8_1039.ht m. Last update : 10-11-2005, 20 ; Harrison TR, Principles of Internal Medicine, 17th Edition, McGraw-Hill Medical Inc. US. 2008. Hal. 1202- 1203 Longmore, M.; Wilkinson, I.; Torok, E.; 2001. Oxford Handbook of Clinical Medicine. New York. Oxford University Press. Pp : 333 Mansjoer, A dkk, 2000. Nyeri Kepala dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta. Media Aesculapius. Pp : 34-40 Riyanto, Budi W. Dr., Masalah Diagnosis Nyeri Kepala. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13MasalahDiagnosisNyeri104.pdf/ 13MasalahDiagnosisNyeri104.html Tjay, T.H dan Rahardja, K . 2002. Obat-obat Migrain dalam Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta. Elex Media Komputindo. Pp :780-791 Xu GY, Wang F, Jiang X, Tao J. 2010 . Aquaporin 1, a potensial therapeutic target for migraine with aura. Molecular Pain. 6:68.

Vous aimerez peut-être aussi