Vous êtes sur la page 1sur 3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya betambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia. Menemukan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik. Penegakkan diagnosis DBD sesuai dengan kriteia WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboatorium yaitu pemeriksaan trombosit dan hematokrit secara berkala. Sedangkan untuk penegakkan diagnosis laboratoris diperlukan pemeriksaan serologis atau isolasi virus.

ELISA (IgM atau IgG), PCR (polymerase chain reaction) atau

Pengobatan terhadap penderita DBD hanya bersifat simtomatis dan suportif mencakup pemberian cairan yang memadai, perbaikan perubahan asam basa yang terjadi dan mengatasi komplikasi. DBD merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah maka sesuai dengan Undang-Undang no. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktek swasta, dan lain-lain). Laporan tersangka DBD dimaksudkan untuk tindakan kewaspadaan seperti pemantauan perkembangan diagnosis (penderita DD, DBD, SSD atau bukan penderita) di unit pelayanan kesehatan atau oleh dinas kesehatan, pencarian informasi
1

kemungkinan adanya kasus tambahan di desa/kelurahan tersangka berdomisili dan pemberian anjuran pemeriksaan di fasilitas kesehatan agar tidak terjadi

keterlambatan, peningkatan upaya penyuluhan DBD atau PSN DBD dan upaya penggerakan masyarakat dalam PSN DBD di RT/RW desa kelurahan tempat tersangka berdomisili terutama di desa/kelurahan endemis. Laporan penderita DBD selain untuk tindak lanjut penyelidikan epodemiologis dan penanggulangan fokus (PSN DBD, larvasidasi, penyuluhan tentang DBD/PSN DBD dan fogging) untuk membatasi penyebaran penyakit, sekaligus sebagai pelaporan penderita secara berjenjang ke propinsi dan pusat. Angka kejadian DBD di wilayah Puskesms Ambulu pada sepanjang tahun 2012 mengalami peningkatan pada tahun 2013-2014. Dalam kasus ini dapat dikatakan terjadi KLB (kejadian luar biasa). Sepanjang tahun 2012 dari bulan

Oktober-Januari tahun 2013 terdapat 1 kasus DBD, sedangkan pada bulan Oktober tahun 2013 sampai bulan Januari tahun 2014 sudah terdapat 14 kasus. Terjadinya KLB ini dapat dikaitkan dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) suatu wilayah. Data penderita DBD yang terkumpul perlu diolah dianalisis dan ditindak lanjuti dengan diketahuinya endemisitas suatu daerah, musim penularan penyakit, perkembangan situasi penyakit dan lain-lain.

1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana gambaran kasus DBD di wilayah Puskesmas Ambulu periode Oktober 2013-Januari 2014.

1.3. Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui gambaran kasus DBD di wilayah Puskesmas Ambulu

periode Oktober 2013-Januari 2014.


2

1.4. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan informasi, kepedulian, dan kewaspadaan bagi masyarakat dan petugas kesehatan terhadap kejadian kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambulu. 2. Sebagai landasan perencanaan program penanggulangan KLB DBD petugas kesehatan di tingkat puskesmas, dinas kesehatan kabupaten hingga dinas kesehatan propinsi.

Vous aimerez peut-être aussi