Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Etiologi Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit inflamasi superfisial kronis yang mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik sebagai area predileksi. Area seboroik adalah bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, badan bagian atas (presternum, interskapula, areolla mammae) dan daerah lipatan ( ketiak, lipatan di bawah mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital, dan lipatan pantat) (Pohan, 200 ). Dermatitis seboroik memiliki karakterisitk efloresensi berupa eritema yang ditutupi dengan skuama berminyak, predileksi pada area tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, wajah, dada, punggung, dan area lipatan!lipatan ("alia, 200#). $erdasarkan penelitian pada %.%%# anak, dermatitis seboroik terjadi pada %0& anak laki!laki dan ', & pada anak perempuan, dengan pre(alensi tertinggi pada usia 0!) bulan (*+hwart,, 200#). Dermatitis seboroik merupakan penyakit dermatosis papuloskuamus dengan karakteristik khas untuk penegakan diagnosisnya. Penyakit ini dapat dialami pasien dari berbagai usia mulai dari neonatus hingga dewasa yang diakibatkan oleh peningkatan produksi sebum (seborrhea). -ulit yang terkena akan tampak kemerahan, edematous, serta ditutupi dengan skuama dan krusta

kuning ke+oklatan. .erdapat beberapa (ariasi klinis dari dermatitis seboroik mulai dari ringan sampai berat, termasuk bentuk!bentuk psoriasiform, pitiriasiform, dan eritroderma. Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi kulit yang banyak ditemukan pada pasien dengan infeksi /0". *ehingga, penyakit ini termasuk dalam spektrum lesi premonitory dan harus die(aluasi dengan +ermat pada pasien risiko tinggi. 1alaupun banyak teori telah dikemukakan, penyebab pasti dari dermatitis seboroik masih belum diketahui dengan jelas (1olff et al, 2002). Dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan kelenjar sebasea. $anyak pasien dewasa normal dengan kulit yang tampak berminyak tetapi tidak mengalami dermatitis seboroik. 3ebih lanjut, dari penelitian diketahui bahwa laju sekresi sebum pada pasien dermatitis seboroik masih pada rentang normal ("alia, 200#). $eberapa faktor seperti hormon, infeksi jamur, defisit nutrisional, dikaitkan dengan timbulnya dermatitis seboroik. -eterkaitan hormonal ini dpat menjelaskan alasan mengapa kondisi ini dapat hilang dengan spontan jika terjadi pada bayi, kemudian mun+ul lagi pada usia puber. /ubungan kausatif yang lebih kuat tampak pada proliferasi spesies 4alasse,ia ( e.g Malassezia furfur dan Malassezia ovalis). /ubungan kausatif ini dikemukakan karena adanya respon terhadap agen terapi antijamur dan ditemukannya 4alasse,ia pada lesi pasien dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik juga mungkin terkait dengan defisiensi nutrisi, tetapi mekanismenya masih belum diketahui (*+hwart,, 200#). Perubahan pola asam lemak esensial merupakan patogenesis penting dalam dermatitis seboroik infantil. Penelitian terhadapa pola asam lemak esensial

serum pada )0 anak dengan dermatitis seboroik menunjukkan adanya gangguan transien fungsi en,im delta!# desaturase. .eori neurogenik dapat menjelaskan hubungan antara dermatitis seboroik dengan parkinsonisme dan gangguan neurologis lainnya termasuk post 5"A, epilepsy, trauma sistem saraf pusat, kelumpuhan ner(us fasialis, dan siringomielia yang diinduksi oleh obat neurolepti+ dengan efek ekstrapiramidal (*+hwart,, 200#). .erdapat peningkatan hifa dari genus Malassezia pada skuama epidermis penderita dermatitis seboroik. 1alaupun sebelumnya telah dikemukakan bahwa hal ini merupakan akibat sekunder dari adanya skuama yang memberikan habitat menguntungkan bagi pertumbuhan Malassezia, disetujui pula bahwa adanya hifa dapat menyebabkan mun+ulnya kondisi ini. 4ekanisme induksi inflamasi dan deskuamasi oleh Malassezia spp. masih belum diketahui dengan pasti (6ones, 20%0). *+huster mengemukakan bahwa organisme Malassezia furfur atau bentuk hifanya yaitu Pityrosporum ovale merupakan etiologi dermatitis seboroik. 6umlah organisme ini diketahui meningkat pada pasien dermatitis seboroik dan dapat diketahui dengan pasti dari kultur lesi. /asil penelitian eksperimental menunjukkan bahwa infeksi Malassezia furfur mengakibatkan timbulnya dermatitis seboroik ("alia, 200#). 2.2 Faktor Predisposisi dan Pen et!s Dermatitis seboroik lebih banyak dijumpai dan bermanifestasi lebih berat pada pasien dengan infeksi /0", terutama pada pasien dengan jumlah 5D7 di bawah 700 sel per millimeter, dan dapat berkurang dengan terapi antiretro(iral

aktif. Dermatitis seboroik dilaporkan terkait dengan beberapa kondisi seperti neuroleptic-induced parkinsonism, amyloidosis familial dengan polineuropati, dan trisomy 2%, tetapi meknisme keterkaitannya masih belum diketahui. -ondisi ini juga dapat dipi+u oleh adanya stres emosional. Pasien dermatitis seboroik juga banyak datang dengan keluhan kondisi yang semakin memberat karena paparan +ahaya matahari (8aldi, 200'). -elenjar sebasea lebih aktif saat lahir, tetapi dengan berkurangnya stimulasi dari androgen maternal, kelenjar ini inaktif selama '!%2 tahun. /al ini terkait dengan insidensi dermatitis seboroik yang signifikan pada usia tertentu. -ondisi ini disebut dermatitis seboroik infantile yang normal terjadi pada bulan! bulan pertama setelah lahir. .etapi etiologi karena akti(itas kelenjar sebasea ini tidak dapat menjelaskan terjadinya dermatitis seboroik pada usia pubertas dan dewasa. (6ones, 20%0). $eberapa penelitian mengemukakan adanya keterkaitan hormonal yang dibuktikan dengan dermatitis seboroik infantil yang dapat sembuh spontan dan mun+ul kembali pada usia pubertas (*+hwart,, 200#). Adanya sedikit perbedaan pre(alensi antara laki!laki dan perempuan (%0& pada laki!laki, '. & pada perempuan) memberikan gambaran kemungkinan adanya keterkaitan androgen dalam patogenesis dermatitis seboroik (1orld /ealth 9rgani,ation, %'':). -ematangan kelenjar sebasea merupakan faktor permisif bagi

berkembangnya dermatitis seboroik, peran seborrhea sendiri dalam patogenesis penyakit ini masih diperdebatkan (6ones, 20%0). *eborrhea adalah kulit yang tampak berminyak (seborrhea oleosa), karena peningkatan produksi sebum (tidak selalu dapat ditemukan pada pasien). 1alaupun seborrhea merupakan faktor

predisposisi, tetapi dermatitis seboroik tidak termasuk dalam penyakit kelenjar sebasea (1olff, 2002). $anyak insidensi dermatitis seboroik didapatkan dari kelompok pasien dengan A0D*, dan pasien dengan peningkatan seropositi(e /0" yang belum menampakkan gejala klinis A0D*. Diabetes 4ellitus terutama pada indi(idu obesitas, sprue, gangguan alabsorbsi, epilepsy, mendapatkan terapi neurolepti+ seperti haloperidol, dan reaksi terhadap arseni+ dan emas biasanya memiliki gejala klinis erupsi berbentuk seperti dermatitis seboroik (6ames, 2002). *e+ara histologis, perbedaan antara dermatitis seboroik primer dengan yang disertai underlying disease A0D* dapat dilihat dalam tabel berikut ;

*umber ; 1olff, 2002. 2." Epide#iologi Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang paling sering ditemukan walaupun perkiraan pre(alensinya terbatas oleh kurangnya

(alidasi kriteria untuk diagnosis atau grading. *e+ara global, pre(alensi dermatitis seboroik adalah )! &. Dandruff atau ketombe yang merupakan bentuk paling ringannya lebih umum dijumpai dengan estimasi pre(alensi % !20& populasi dunia (*elden, 20%)). $entuk infantil sangat banyak ditemukan, yang biasanya mengenai kulit kepala (+radle +ap), wajah, dan area diaper. -ondisi ini dialami oleh :0& bayi usia 0!) bulan dan biasanya sembuh dengan spontan sebelum usia % tahun. *ur(ei oleh National Health and Nutrition Examination, yang mengikutsertakan sampel dengan rentang usia %!:7 tahun di Amerika *erikat, menunjukkan bahwa pre(alensi dermatitis seboroik adalah %%.#& se+ara keseluruhan dan 2.2& ().0& laki!laki, 2.#& perempuan) pada kelompok yang signifikan se+ara klinis. Pre(alensi signifikan se+ara klinis pada dermatitis seboroik berada pada tingkat paling rendah pada kelompok usia < %2 tahun (<%&) dan tertinggi pada kelompok ) !77 tahun (7.%&) (8aldi, 200'). Penelitian lain menunjukkan bahwa dermatitis seboroik ditemukan pada %0& anak laki!laki dan '. & anak perempuan. Pre(alensi tertinggi pada usia 0!) bulan kemudian menurun dengan drastis pada usia % tahun dan sedikit meningkat pada empat tahun berikutnya. 4ayoritas pasien (:2&) mengalami dermatitis seboroik skala ringan sampai sedang. Pre(alensi menunjukkan perkiraan peningkatan lebih tinggi se+ara konsisten pada usia lanjut dibandingkan dengan populasi umum (*+hwart,, 200#). 2.$ Patofisiologi

Dermatitis seboroik terkait dengan le(el normal Malassezia dengan respon imun abnormal. Pada pasien, ditemukan adanya penurunan *el . helper, phytohemagglutinin, dan stimulasi konkana(alin serta titer antibodi dibandingkan dengan subjek kontrol. -ontribusi spesies Malassezia pada timbulnya dermatitis seboroik mungkin disebabkan oleh akti(itas lipase (pelepasan asam lemak bebas inflamatori) dan kemampuannya untuk mengakti(asi jalur komplemen alternatif (*elden, 20%)). =tiologi dermatitis seboroik memang sangat kompleks, tetapi banyak peneliti yang menyebutkan adanya keterkaitan kuat dengan hifa lipofilik Pityrosporum ovale. Densitas hifa menentukan tingkat berat aau ringannya penyakit, dan penurunan jumlah hifa biasnaya terjadi sebagai respon terhadap terapi. *ehingga adanya hifa tersebut mungkin merupakan faktor patogenik pada indi(idu yang memiliki faktor predisposisi. Pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan adanya peningkatan regulasi interferon >, ekspresi interleukin #, iterleukin %!?, dan interleuikin 7. *elain itu, juga ditemukan peningkatan ekspresi ligand sitotoksik aktif dan perekrutan 8- sel (6ames, 2002). Dalam penelitian lain oleh Antonella, disebutkan bahwa patofisiologi dermatitis seboroik dalam gambar berikut ini ;

10

@ambar 2.% Patofisiologi Dermatitis *eboroik

*umber ; Antonella, 20%2 2.7.% *eborrhea *eborea adalah kulit yang tampak berminyak (seborrhea oleosa), walaupun penignkatan produksi sebum tidak selalu dapat terdeteksi pada pasien. *eborea merupakan faktor predisposisi, tetapi dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit gangguan kelenjar sebasea. 0nsidensi tinggi dermatitis seboroik pada bayi terkait dengan ukuran dan akti(itas kelenjar sebasea pada usia tersebut. Diketahui bahwa bayi baru lahir memiliki kelenjar sebasea yang luas

11

dengan sekresi sebum yang tinggi. 3okasi predileksi (wajah, telinga, kulit kepala, dan bagian atas pundak) adalah area!area yang kaya folikel!folikel sebasea. Pada pasien dermatitis seboroik, sering didapatkan kelenjar sebasea yang lebih luas pada spe+imen histologis. Penelitian menunjukkan bahwa lemak permukaan kulit tidak meningkat tetapi komposisi lipid se+ara khusus memiliki karakteristik peningkatan proporsi kolesterol, trigliserida, dan paraffin, serta penurunan sAualane, asam lemak bebas, dan waB ester (1ollf, 2002). 2.7.2 Pengaruh 4ikrobial Pada dermatitis seboroik infantil, andida al!icans sering ditemukan

pada lesi kulit dan spe+imen feses. 1alaupun uji intrakutan, antibodi agglutinasi positif, dan transformasi limfosit positif pada bayi dengan dermatitis seboroik membuktikan adanya sensitisasi andida al!icans, hal tersebut tidak dapat

menerangkan patogenesis penyakit ini (1ollf, 2002). *+huster mengemukakan bahwa organisme Malassezia furfur atau bentuk hifanya yaitu Pityrosporum ovale merupakan etiologi dermatitis seboroik. 6umlah organisme ini diketahui meningkat pada pasien dermatitis seboroik dan dapat diketahui dengan pasti dari kultur lesi. /asil penelitian eksperimental menunjukkan bahwa infeksi Malassezia furfur mengakibatkan timbulnya dermatitis seboroik. Malassezia furfur mengakibatkan respon inflamasi dengan menginduksi produksi sitokin oleh keratinosit atau dengan keterlibatan sel 3angerhans dan akti(asi .!limfosit ("alia, 200#).

12

2.7.) Caktor 0nflamasi Caktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya inflamasi adalah akti(itas lipase dari P."vale yang dapat menyebabkan lepasnya asam lemak bebas dari jaringan lemak kulit. 1alaupun abnormalitas kualitatif dalam komposisi sebum tidak terlihat pada dermatitis seboroik, abnormalitas ringan pada permukaan lipid dapat diakibatkan oleh keratinisasi inefektif yang dapat terlihat se+ara histologis. Pada bayi dengan dermatitis seboroik, tampak adanya peningkatan kadar asam lemak esensial yang tidak terjadi pada anak normal. Abnormalitas tersebut dapat berubah menjadi normal pada tahap remisi spontan. /al ini menguatkan teori mengenai gangguan fungsi en,im delta!# saturase transien. *tudi lain menunjukkan bahwa pasien dermatitis seboroik memiliki kadar asam lemak bebas rendah dan peningkatan kadar trigliserida ("alia, 200#). 2.7.7 Disfungsi 0mun .erdapat kemungkinan adanya defek respon imun seluler terhadap P."vale pada pasien dermatitis seboroik, walaupun bukti!bukti pendukungnya masih belum lengkap, 4eskipun hubungan antara dermatitis seboroik dan hifa 4alasse,ia masih belum dipahami dengan jelas, tetapi hal ini mendukung postulat bahwa kolonisasi P.ovale yang kuat pada pasien diakibatkan oleh adanya

perubahan sistem imun seluler, sehingga perkembangan dermatitis seboroik tergantung pada reaksi sistem imun pasien terhadap antigen dari P.ovale ("alia, 200#).

2.7. @angguan 8utrisi

13

Pada dermatitis seboroik infantil, terkait dengan adanya defisiensi biotin baik yang disebabkan oleh gangguan metabolisme asam lemak bebas maupun akibat sekunder dari defisiensi holokarboksilase atai biotinidase (1ollf, 2002). 2.% &e'ala Klinis Pada bayi, gejala dermatitis seboroik khas dengan adanya lesi pada kepala yang disebut cradle cap, dengan krusta tebal, pe+ah!pe+ah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan tidak gatal. Pada lokasi lain, tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan skuama berminyak serta tidak gatal. *ementara pada dewasa, dermatitis seboroik mun+ul dengan keluhan gatal. Pada area seboroik pasien dewasa, tampak ma+ula, folikular atau perifolikular atau papula kemerahan dan kekuningan dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi, skuama, dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah, atau berminyak (Pohan, 200 ). .erdapat beberapa (arian klinis dermatitis seboroik, dapat dilihat pada tabel berikut ;

@ambar 2.2 "arian -linis Dermatitis *eboroik

14

*umber ; 8aldi, 200' Pre(alensi tertinggi dermatitis seboroik memang tampak pada bayi (usia 0!) bulan) dengan gejala klinis yang sangat khas (+rusta la+tea, milk +rust, atau +radle +ap). Pada bayi, sering didapatkan krusta yang tampak seperti sisik dengan akumulasi debris epitel yang melekat (6ames, 2002). 6arang terjadi kerontokan rambut dan inflamasi. *elama perjalanan penyakit, kulit bayi akan semakin tampak kemerahan, dan area yang berskuama

15

tampak sangat jelas dibatasi oleh ma+ula eritematosa berbatas jelas yang ditutupi dengan skuama berminyak. Area lipatan retroaurikular biasanya terkena yang dapat berkembang dengan komplikasi berupa otitis eksterna. Dengan pakaian yang lembap dan pemakain popok pada bayi, akan semakin menyediakan lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Area!area yang banyak terkena karena lembap adalah leher, aBila, anogenital, dan selakangan. $anyak dijumpai kasus dengan infeksi oportunistik bakteri lainnya (1ollf, 2002). 3einerDs syndrome adalah bentuk klinis dermatitis seboroik infantil berat dengan eritematosa dan lesi kulit eksematus ekstensif. Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi komponen komplemen (5 ). *indrom ini disertai dengan . al!icans, #.$ureus, dan

manifestasi klinis seperti diare dan penurunan berat badan (*+hwart,, 200#). -eadaan umum pasien tampak sangat sakit, disertai anemia, diare, dan (omitin. $iasanya juga ditemukan infeksi bakterial sekunder. .erdapat dua bentuk dari 3einerDs syndrome, yaitu familial dan non familial. $entuk nonfamilial disebabkan oleh defisiensi 5 yang mengakibatkan opsonisasi defektif. Pasien dengan 3einer syndrome umumnya memberikan respon baik terhadap antibiotik dan infus fresh fro,en plasma atau whole blood. =tiologi dan patofisiologi penyakit ini masih belum diketahui (1ollf, 2002). Pada pasien dewasa, dandruff (pityriasis si++a) adalah bentuk ringan dari dermatitis seboroik. Pitiriasis steatoides adalah bentuk lain dari dermatitis seboroik yang khas dengan lesi berminyak, disertai dengan eritema dan akumulasi krusta tebal. $entuk lain dari dermatitis seboroik pada kulit kepala meliputi ma+ula ar+uata, polisiklik, atau berkrusta, dan psoriasiform, serta plak berkrusta

16

atau eksudatif. 3esi biasanya tersebar di antara rambut!rambut kulit kepala, telinga, region post!aurikular, dan leher. Pada area!area tersebut akan ditemukan ma+ula dengan tepi kon(eks berwarna kuning kemerahan. Pada indi(idu berkulit hitam, lesi ar+uata dan petealoid biasanya ditemukan di kulit kepala. Pada kasus yang berat, biasanya ditemukan lesi di seluruh kulit kepala dengan krusta yang tampak kotor dan bau tidak enak (6ames, 2002). 2.( Diagnosis Banding dan Penegakan Diagnosis Diagnosis banding yang paling mendekati untuk dermatitis seboroik infantile adalah dermatitis atopi. -arakteristik yang paling penting untuk membedakan antara dermatitis seboroik dan dermatitis atopik adalah dengan melihat lokasi terbanyak ditemukannya lesi. 3esi banyak ditemukan di lengan atas dan tungkai adalah khas pada dermatitis atopi sementara lesi ditemukan meningkat di aBilla pada dermatitis seboroik. 3esi yang hanya mun+ul hanya pada area diaper lebih +ondong pada dermatitis seboroik infantile. Pemeriksaan radioallergosorbent dan kadar immunoglobulin = total berguna untuk

membedakan antara dermatitis atopi pada fase awal dan dermatitis seboroik infantil. @ejala klinis berupa gatal ringan bahkan tidak ada, menunjukkan ke+enderungan pada dermatitis seboroik. .etapi, ada beberapa peneliti yang meyakini bahwa dermatitis seboroik bukan merupakan entitas tersendiri tetapi suatu (arian klinis dari dermatitis atopi. Dengan tidak mengesampingkan kemungkinan s+abies, psoriasis, dan histiosis sel 3angerhans (1ollf, 2002).

@ambar 2.) Dermatitis Atopi 0nfantil

17

@ambar 2.7 /istiositosis 3angerhans

@ambar 2. Psoriasis pada bayi

18

*ementara, diagnosis banding untuk dermatitis seboroik pada orang dewasa adalah pityriasis kapitis, psoriasis (ulgaris, dermatitis kontak, rosasea, kandidiasis intertrigo, eritrasma, tinea kruris, dermatitis kontak alergi, dan erupsi obat (Pohan, 200 ). $erdasarkan predileksi spesifiknya, dapat dilihat dalam tabel berikut ;

*umber ; 1olff, 2002 @ambar 2. Pitiriasis -apitis

19

@ambar 2.# Psoriasis (ulgaris

@ambar 2.# Pityriasis Eosea

Diagnosis terutama ditegakkan dengan adanya gejala klinis yang khas. $ila meragukan, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti; histopatologis gambaran dermatitis kronis dan spongiosis jelas -9/ %0!20& tampak sporaF blastokonidia, tidak ada hifa

20

1oodDs lamp fluoresensi negatif

(Pohan, 200 ) *e+ara histologis, pada epidermis tampak akantosis regular dengan beberapa penipisan pada suprapapila.Didapatkan berbagai derajat spongiosisdan eksositosis limfosit. @ambaran karakteristik khas yaitu adanya krusta bersisik fokal yang menempel pada ostia folikuler (6ames, 2002). Dapat dilihat pada gambar berikut ini ;

*umber ; Antonella, 20%2 .abel perbedaan dermatitis seboroik dengan penyakit lainnya, dapat dilihat sebagai berikut ; .abel 2.% Diagnosis $anding Dermatitis *eboroik dan Perbedaan @ejala -linisnya

21

*umber ; *+hwart,, 200# 2.) Terapi

22

Eekomendasi terapi Dermatitis *eboroik dari $merican $ssociation of %amily Physician adalah sebagai berikut ; .abel 2.2 .erapi Dermatitis *eboroik rekomendasi AACP

*umber ; *+hwart,, 200#

Eekomendasi terapi Dermatitis *eboroik dari %itzpatric&s 'ermatology adalah sebagai berikut ;

23

PADA $AG0 (08CA8.03 D*) Pembersihan krusta dengan Asam Antijamur 4etronida,ol 3itium

D=1A*A

*alisilat )& dalam oli(e oil atau larutan water solubleH kompres dengan oli(e oil hangatH potensi pemberian rendah kortikosteroid topikal

(e.g Analog (itamin D 0sotreonin

hidrokortison) selama beberapa hariH penggunaan sampo bayiH agen

antijamurH perawatan kulit adekuat Cototerapi dengan krim kulit khusus untuk bayi.

Eekomendasi terapi Dermatitis *eboroik dari Pedoman Diagnosis dan .erapi E*I dr. *oetomo adalah preparat antifungi dan antiinflamasi. *ementara pada bayi, untuk skuama pada kepala dapat diberikan kompres dengan minyak mineral hangat 2!%2 jam, dan dilanjutkan dengan sampo bayi. Intuk skuama yang tebal dan difus, dapat dikombinasi dengan +oal tar dan keratolitik, losion kortikosteroid %!) kali sehari dan salep a+idum salysili+um &. Intuk orang dewasa dengan gejala klinis khas berupa keluhan gatal, terapi pada wajah dapat diberikan krem ketokona,ol 2& dioleskan %!2 kali sehari untuk menekan eritema dan gatal. .erapi pada badan dapat diberikan ,in+ atau +oal tar dalam shampoo atau mandi dengan sabun ,in+. D* berat pada dewasa ; .ablet kortikosteroid dan tablet ketokona,ol 200 mg %B% selama ) minggu. Eekomendasi terapi menurut 1/9 adalah penggunaan sampo keratolitik untuk mengurangi inflamasi dan krusta. .erdapat berbagai jenis sediaan suspensi

24

berbahan dasar deterjen atau sampo yang mengandung bahan aktif seperti asam salisilat, +oal tar, pyrithione ,in+, dan selenium sulfide. 5ara penggunaan yang benar untuk men+pai hasil maksimal adalah dengan mengusapkan sampo di seluruh bagian kulit kepala kemudian dibiarkan 2!) menit sebelum dibilas. Preparat yang mengandung kombinasi sulfur dan asam salisilat dapat digunakan di area!area lain yang terkena termasuk kulit kepala. Pemberian kortikosteroid topikal, gentian (iolet, dan golongan a,ole seperti kerokona,ol dilaporkan efektif untuk mengurangi keluhan. .etapi penggunaan ketokona,ol kontraindikasi untuk anak berusia di bawah 2 tahun (1orld /ealth 9rgani,ation, %'':).

Vous aimerez peut-être aussi