Vous êtes sur la page 1sur 15

1

TENTANG PERINTAH HAJI ( SURAT AL-IMRAN AYAT 97)


A. PENDAHULUAN
Alquran adalah kalam Allah yang berisikan keterangan-keterangan dan
perintah untuk hambanya, sebahagian dari keterangan-keterangan atau perintah itu
ada yang dijelaskan secara mendetil, namun sebahagian yang lain tidak
diterangkan secara mendetil dalam al-Quran sehingga butuh penjelasan dari yang
lain berupa hadis (keterangan dari Rasulullah), namun ada lagi sebahagian yang
lain yang tidak dijelaskan sama sekali dan dibiarkan samar begitu saja atau sering
disebut dengan ayat-ayat mutasyabihat.
Dalam hal ini penulis mencoba memilih sebuah ayat hukum yang
berisikan perintah kemudian merincikan perintah tersebut dengan mengumpulkan
dalil-dalil yang berkenaan dengan perbuatan dari perintah yang diserukan.
Adapun ayat yang menjadi pilihan penulis adalah surat al-Imran ayat 97 yang
berisikan tentang perintah haji. Dan pembahasan penulis mengenai hal ini
meliputi:
1. Penjelasan secara konteks kalimat
2. Penjelasan secara konteks lafazh yang terdiri dari tiga kata kunci yaitu:
lafazh al-haj, man istathaa dan lafazh an-nas
3. Dan uraian mengenai lafazh Al-haj adalah yang paling panjang karena
penulis mencantumkan dalil-dalil tata cara (praktek) mengenai
perbuatan haji yaitu meliputi hadis perintah haji, syarat haji, rukun
haji, wajib haji, waktu pelaksanaan haji, dan miqat haji.

2

B. PEMBAHASAN (Surat al-Imran Ayat 97)
gO1g le4C-47 e4L)O4 NE`
=1g-4O) W }4`4 N-E=E1 4p~E
44g`-47 *.4 O>4N +EEL- OggO
ge^O4l^- ^}4` 4vC4-c- gO^O)
1EO):Ec _ }4`4 4OEE Ep) -.-
/j_EN ^}4N 4-gUE^- ^__

Artinya: Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, di antaranya maqam Ibrahim.
Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan di antara kewajiban
manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-
orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari
(kewajiban) haji, bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
seluruh alam.


Dari ayat di atas yang akan menjadi fokus pembahasan penulis adalah
potongan ayat yang menjelaskan tentang perintah haji yaitu :
*.4 O>4N +EEL- OggO ge^O4l^-
^}4` 4vC4-c- gO^O) 1EO):Ec ^__
Artinya : Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan
haji ke Baitullah, yaitu bagi oaring-orang yang mampu mengadakan perjalanan
ke sana.

a. Secara Ibarat Nash (dilalah Ibarah) potongan ayat tersebut memberikan
pemahaman tentang perintah haji bagi setiap manusia, namun lafaz tersebut
belum ada kejelasan mengenai kapan dilaksanakannya, di mana tempatnya,
tata caranya, kepada siapa diwajibkan, dan lain-lain. Oleh karena itu ayat ini
masih butuh kepada penjelasan dengan menggunakan qaidah lafzhiah yang
lain untuk menerangkan maksud dari ayat tersebut.

3

b. Secara qaidah lafzhiyah. Dalam hal ini penulis menggunakan tiga kata kunci,
yaitu: lafazh an-nas, lafazh man istathaa dan lafazh al-haj
Pertama: lafazh , lafazh tersebut adalah am karena ia kata tunggal
yang di dahului oleh alif-lam jinsiyyah. Meskipun lafazhnya am namun yang
dikehendaki dalam ayat ini adalah sebagian dari afradnya saja, yaitu orang
mukallaf yang mempunyai kesanggupan. Karena penunjukkan lafazh am di sini
maksudnya adalah khusus ( ( .
Kedua: lafazh adalah pengganti (badal) dari lafazh yang
disebutkan sebelumnya. Potongan ayat sebelumnya dipahami bahwa semua
manusia harus menunaikan haji. Kemudian semua manusia yang dikenai
kewajiban ditakhsis dengan lafazh badal ( ) sebagai ganti dari keseluruhan
yaitu bagi orang-orang yang mampunyai kesanggupan; sehingga dengan
adanya takhsish ini berarti orang-orang yang tidak mempunyai kesanggupan tidak
termasuk dalam pengertian am yang dikenai kewajiban haji. Takhsish semacam
ini dinamai takhsish muttasil.
Ketiga: lafazh adalah lafazh mubham yang mujmal, lafazh tersebut
dari sighatnya tidak menunjukkan arti yang dimaksud, tidak pula ditemukan
qarinah yang dapat membawa kita kepada maksudnya, tidak mungkin pula dapat
dipahami arti yang dimaksud kecuali dengan penjelasan dari Nabi.
Pengertian lafazh haji menurut bahasa adalah atau menyengaja, namun dari
lafazh tersebut tidak bisa dipahami maksud dari haji itu sendiri, sehingga dalam
hal ini Syari(Nabi) memindahkan makna haji ke makna yang lain, dalam hal ini
4

disebut makna istilah syari. mengenai pelaksanaan haji itu sendiri adalah
berdasarkan praktek Nabi saw. dalam hadisnya Nabi bersabda:


Artinya: dari Jabir ia berkata: saya melihat Rasulullah , lalu beliau
bersabda, hendaklah kalian turut cara ibadah seperti yang aku kerjakan ini,
karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, apakah aku akan dapat mengerjakan
haji sesudah ini.
dan para ulama merumuskan pengertian haji berdasarkan perbuatan-perbuatan
Nabi yaitu:

(sengaja mengunjungi kabah, untuk melakukan beberapa perbuatan
khusus, pada waktu yang khusus,dengan tujuan yang khusus pula.)
Hadis di atas tidaklah cukup untuk dijadikan keterangan tentang
pelaksanaan atau tata cara haji, sehingga butuh kepada hadis-hadis lain yang
menjelaskan masing-masing dari perbuatan haji itu sendiri.
Kemudian mengenai hukum haji adalah wajib, selain ayat 97 surat al-
Imran, Nabi juga menekankan perintah haji dalam sebuah haditsnya yaitu:

) (
Artinya: Islam itu ditegakkan di atas lima dasar: bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan
Ramadhan

5

Ada juga hadis lain yang menegaskan tentang hal ini:


) (
Artinya dari Ibnu Abbas Nabi saw. bersabda: hendaklah kamu bersegera
mengerjan haji karena sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari
suatu halangan yang akan merintanginya. (HR: Ahmad)

:
...
Artinya: dari Abi Hurairah, Rasulullah telah berkata dalam sebuah khutbahnya:
Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian
mengerjakan ibadah haji, maka hendaklah kamu kerjakan.

Dari ketiga hadis tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa haji hukumnya
adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu menunaikannya, sementara yang
tidak mampu tidak wajib, hal tersebut telah dibatasi oleh ayat yang menerangkan
perintah haji.
Di sisi lain ada juga ayat pada surat al-Baqarah ayat 196, yang
menegaskan perintah haji, hal itu ditandai dari fiil amar yang ada pada ayat
tersebut yang menunjukkan kepada wajib.
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan hukum wadhI seperti
syrat haji, dan rukunnya diketahui dari penjelasan Nabi sendiri baik secara
langsung ataupun tidak langsung (praktek beliau) ketika melaksanakan haji.
Syarat-syarat haji diantaranya: Islam, baligh, berakal, merdeka dan
mampu. Tiga syarat pertama yaitu Islam, baligh, berakal merupakan syarat-syarat
taklif untuk semua ibadah, hal itu dipahami dari konteks hadis
6

, : :


, .
Adapun syarat merdeka merupakan syarat wajib untuk berhaji, karena ibadah haji
merupakan ibadah yang dilaksanakan pada waktu tertentu dan disertai dengan
syarat mampu sementara hambasahaya selalu sibuk dengan hak-hak tuannya.
Sehingga ia dianggap tidak mampu.
Syarat mampu itu sendiri diketahui dari al-Quran surat al-Imran ayat 97.
Biasanya antara rukun dan wajib berarti sama, namun dalam hal haji
berbeda:
Rukun: sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya, apabila ada
yang tertinggal maka hajinya diulang hingga tahun depan.
Sementara wajib haji adalah : sesuatu yang harus dikerjakan, maka apabila ada
yang tertinggal hajinya tetap sah dengan membayar dam.
Adapun rukun haji adalah : ihram, wuquf di arafah, tawaf di kabah, sai,
tahallul. Dalam hal ini penulis mencoba merincikan hadis-hadis yang memberi
keterangan tentang perbuatan haji
- Ihram (berniat mulai mengerjakan haji atau umrah), memang tidak ada hadis
yang secara tegas yang menyatakan bahwa ibadah haji harus diawali dengan
niat, namun hal itu dipahami dari hadis hijrah yang menyatakan bahwa
sempurnanya setiap ibadah diawali dengan niat.
) (
7

- Hadir di padang arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari
tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9 bulan haji sampai terbit fajar
bulan haji tanggal 10. Dalam artian orang yang sedang melaksanakan haji
wajib berada di Padang Arafah pada waktu tersebut. Hal itu diketahui dari
sabda rasulullah saw.:



Artinya: dari Abdurrahman bin Yamur, bahwa orang-orang Najd telah datang
kepada Rasulullah saw.sewaktu beliau sedang wukuf di padang Arafah.
Mereka bertanya kepada beliau, maka beliau terus menyuruh orang
supaya mengumumkan: haji itu hanyalah Arafah.barang siapa yang
datang pada malam sepuluh sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah
mendapat waktu yang sah. (HR: Alkhamsah)

Dalam hadis Rasulullah yang lain menjelaskan bahwasanya barang siapa
yang ketinggalan hadir di Arafah pada malam ke-10 Zulhijjah maka
sesungguhnya telah tertinggal hajinya. Maka hendaklah mengerjakan umrah dan
ia wajib mengulang hajinya pada tahun depan.
Dari hadis tersebut jelas bahwa wuquf merupakan bahagian dari perbuatan
haji atau rukun haji yang apabila di tinggalkan maka hajinya tidak sah.
- Tawaf di Kabah. Tawaf merupakan rukun yang ketiga dalam ibadah haji, hal
ini dipahami dari konteks ayat 29 surat al-Haj


8

Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
Ayat tersebut secara jelas menerangkan tentang perintah tawaf dengan adanya fiil
amar, namun hal itu belum dapat dipahami secara keseluruhan mengenai tata cara,
syarat dan lain sebagainya dan hal itu kita pahami dari praktek Nabi yang
kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian tabiin dan tabi tabiin dan orang-
orang sesudahnya hingga sampai kepada kita sekarang. Dan diantara hadis-hadis
yang menerangkan tentang praktek tawaf adalah:
- :
-
) (
-


) (
- :
(....
)
Hadis-hadis di atas menunjukkan tentang tata cara dan syarat tawaf yang
dilakukan Nabi yaitu dengan menutup aurat seperti yang ditunjuki oleh hadis yang
pertama, kemudian suci dari hadas dan najis sebagaimana yang ditunjuki pada
hadis kedua, dan hadis yang ke tiga menunjukkan bahwa Kabah hendaklah
berada di sebelah kiri orang yang tawaf, kemudian permulaan tawaf hendaklah
9

dari Hajar Aswad, dan bahwa tawaf itu dilaksanakan sebanyak tujuh kali.
Sementara hadis keempat menjelaskan tentang bacaan ketika tawaf.
- Sai (berlari-lari kecil di antara bukit shafa dan marwah)
Sabda Nabi saw.:

: ) (
Hadis tersebut menjelaskan tentang perintah sai, adapun ketentuan saI itu sendiri
dijelaskan dalam ayat al-Quran surat al-Baqarah ayat 158 (
) ayat ini dijelaskan lagi oleh hadis Nabi:
:
Dari Jabir, Rasulullah saw. bersabda, hendaklah kamu mulai saI itu dari
bukit yang terlebih dahulu disebut Allah dalam al-Quran. (Riwayat An-Nasai)
Bukit yang terlebih dahulu disebutkan dalam al-Quran adalah bukit shafa
(lihat al-Quran surat al-Baqarah ayat 158).
Kemudian pekerjaan saI itu dilakukan sebanyak 7 kali dan saI itu sendiri
dilakukan setelah tawaf.
- Tahallul (mencukur atau menggunting rambut) ulama berbeda pendapat dalam
menganggap tahallul sebagai rukun. Pendapat yang terkuat menyatakan bahwa
tahallul merupakan rukun sekurang-kurangnya tiga helai, karena jika
perbuatan ini luput tidak dapat diganti dengan membayar dam.
10

- Menertibkan rukun-rukunnya (keterangannnya adalah perbuatan Rasulullah
saw.)
Adapun beberapa wajib haji adalah:
1. Ihram dari miqat, baik itu miqat zamani atau makani
Ketentuan waktu haji atau miqat zamani adalah dari awal bulan Syawal
sampai terbit fajar Hari Raya Haji (tanggal 10 bulan Haji). Hal ini diketahui dari
firman Allah Swt surat al-Baqarah ayat 197:

Tafsir sahabat tentang bulan-bulan yang dimaklumi itu menurut atsar Ibnu Umar:
) (
Dari Ibnu Umar,Bulan Haji itu ialah bulan Syawwal, Zulkadah, dan sepuluh
hari bulan zulhijjah. (Riwayat Bukhari)
Jadi atsar sahabat (Ibnu Umar) menjelaskan bahwa bulan-bulan yang
dimaklumi adalah awal bulan Syawwal, zulkadah dan sepuluh hari dari bulan
zulhijjah.
Sementara ketentuan miqat makani didapati dari firman Allah surat al-
Baqarah ayat 184:
C4^OU4*OEC ^}4N g--g--
W ~ "Og- eOg~4O4` +EE4Ug
;-gE^-4
11

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji
Ayat tersebut dijelaskan lagi oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya riwayat
Bukhari dan Muslim:





Hadis tersebut menerangkan tentang miqat makani yang ditentukan oleh
Rasulullah sendiri yaitu, bagi ahli Madinah miqatnya dari Zul Hulaifah, bagi ahli
Syam adalah Juhfah, bagi ahli Najd adalah Qarnul Manazil, dan bagi ahli Yaman
adalah Yalamlam. Adapun orang-orang yang negerinya lebih dekat ke mekah dari
tempat-tempat tersebut, maka miqatnya negeri masing-masing sehingga bagi ahli
mekah, miqat mereka adalah dari tempat mereka berada.
2. Berhenti di muzdalifah sesudah tengah malam, di malam hari Raya Haji
sesudah wuquf di Arafah, maka apabila ia berjalan di tengah malam maka ia wajib
membayar dam.
3. Melontar Jamrah Aqabah pada hari Raya Haji, hal ini sesuai dengan hadis
Rasulullah saw. hadis riwayat Ahmad yang menyatakan bahwasanya Rasulullah
melempar Jamrah Aqabah pada hari Raya tanggal 10 Zulhijjah
12



4. Melontar tiga Jumrah pada tanggal 11-12-13 bulan Haji. Tiap-tiap
Jumrah dilontar dengan tujuh batu kecil sesuai dengan hadis yang diriwayatkan
oleh Aisyah :

) (
Jadi jika seseorang telah selesai melontar pada hari pertama dan ke dua, maka
jika ia ingin pulang hal itu dibolehkan baginya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt. Surat al-Baqarah ayat 203
W-NO7^O-4 -.- EO)
+C E1uE` _ }E
OE> O) u-4`O4C E =^)
gO^OU4N }4`4 4OE=> E =^)
gO^OU4N _ ^}Eg _OE>-
W-OE>-4 -.-
W-EOU;N-4 :^^ gO^1)
4p+O=^4q` ^g@
Artinya: Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang
berbilang. barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari,
Maka tiada dosa baginya. dan barangsiapa yang ingin menangguhkan
(keberangkatannya dari dua hari itu), Maka tidak ada dosa pula baginya, bagi
orang yang bertakwa. dan bertakwalah kepada Allah, dan Ketahuilah, bahwa
kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.

Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, talbiah dan
sebagainya. beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah hari raya haji
13

yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijjah. hari-hari itu dinamakan hari-hari
tasy'riq.
sebaiknya orang haji meninggalkan Mina pada sore hari terakhir dari hari
tasy'riq(tanggal 13) mereka boleh juga meninggalkan Mina pada sore hari
kedua(tanggal 12).
5. Bermalam di Mina. Keterangannya adalah perbuatan Rasulullah dan hadis
yang diriwayatkan oleh Aisyah pada point 4. Dalam hal ini orang yang berhaji di
beri pilihan antara mengambil Nafr Awal(bermalam selama dua hari) atau Nafr
Tsani(bermalam selama tiga hari). Keterangannya adalah hadis Aisyah dan surat
al-Baqarah ayat 203 yang tel;ah disebutkan sebelumnya.
6. Tawaf Wada yaitu tawaf yang dilakukan ketika akan meninggalkan kota
Mekah keterangannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
: ,
:
Hadis tersebut menyatakan bahwa tawaf wada itu harus dilakukan karena
Rasulullah melarang orang-orang untuk meninggalkan kota Mekah sebelum
melakukan tawaf dan tawaf ini disebut dengan tawaf wada, kecuali bagi orang-
orang yang haidh maka ia harus membayar dam karena meninggalkan yang wajib.
C. KESIMPULAN PELAKSANAAN HAJI
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pekerjaan-pekerjaan haji dan
umrah adalah: pertama ihram dari miqat kemudian tawaf, saI dan tahallul.
Setelah semua ini dilakukan maka selesailah pekerjaan umrah. kemudian
ditambah lagi dengan pekerjaan-pekerjaan yang khusus untuk haji yaitu: setelah
14

pekerjaan umrah selesai, para jamaah haji menunggu hingga datangnya hari
Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah untuk melakukan wuquf di Arafah, kemudian
mabit di Muzdaliffah pada malam harinya sekaligus mengambil batu, kemudian
pada pagi harinya(10 zulhijjah) berangkat ke Mina untuk melontar Jamrah
Aqabah dan memotong rambut, pada saat ini para jamaah haji sudah boleh
melepaskan pakaian ihramnya termasuk boleh melakukan hal-hal yang
diharamkan pada waktu ihram kecuali berhubungan suami isteri. Setelah itu
melakukan tawaf ifadhah. Pada malam ke-11 para jamaah haji kembali ke Mina
untuk Mabit pada malamnya dan melontar jamrah pada keesokan harinya(setelah
zhuhur sesuai dengan hadis yang telah disebutkan sebelumnya), dalam hal ini
boleh mengambil Nafr Awal(bermalam selama dua hari) atau Nafr
Tsani(bermalam selama tiga hari) yaitu pada malam ke-11,12,13 pada hari tasyriq.
Kemudian melakukan sai. Hingga di sini selesailah semua pekerjaan haji.
NOTE: jika melakukan haji secara Tamattu(umrah dulu baru haji) maka harus
mengerjakan saI lagi seperti praktek yang telah disebutkan sebelumnya, namun
bila melakukan haji secara Ifradh(haji dulu baru umrah) dan Qiran(haji dan umrah
dilakukan secara bersamaan) maka tidak perlu melakukan sai untuk yang kedua
kalinya.
Sebenarnya masih banyak penjelasan tentang bab haji, baik itu yang
dijelaskan dalam al-Quran atau dalam hadis Nabi akan tetapi dalam pembahasan
(belajar istinbath dengan menggunakan dilallah lafzhiyah)) ini pemakalah hanya
15

memadakan hal-hal yang menyangkut syarat, rukun dan wajib haji saja. Wawlahu
Alam Bissawwab

Vous aimerez peut-être aussi