Vous êtes sur la page 1sur 7

TUGAS UJIAN KASUS MINICEX DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Penguji: dr. Umi Rinasari, MARS, Sp.KK Penyaji: Ornella Widyapuspita, S.Ked (2011-061-098)

FK UNIKA ATMA JAYA RS. BHAYANGKARA TK I RADEN SAID SUKANTO PERIODE 18 AGUSTUS 20 SEPTEMBER 2013 JAKARTA

1. Dermatitis Atopik dan dermatitis kontak iritan Sawar epidermal hampir seluruhnya terdapat pada stratum korneum, umumnya diperbaharui tiap 17-27 hari, tetapi fungsi sawar dapat diperbaiki dalam 2-5 hari setelah setelah adanya perlukaan. Adanya kerusakan pada lapis stratum korneum akan diikuti oleh peningkatan absorpsi cairan perkutan dan peningkatan hilangnya cairan transepidermal yang berbanding lurus dengan hilangnya ketebalan stratum korneum. Dari studi menggunakan ekstraksi solven, didapatkan bahwa lipid epidermis merupakan kontributor utama dari sawar kulit, terdiri atas ceramide (45-50%), kolesterol (25%), dan asam lemak bebas (1015%). Selain lipid, tight junction antara sel epidermal juga memberikan perlindungan berupa blokade water loss, untuk mencegah kulit kering dan keriput. Fungsi abnormal dari barrier epidermis merupakan hal yang terkait kuat dengan eksema atopik, dan hingga kini masih belum jelas apakah kulit kering hanya merupakan konsekuensi dari proses inflamasi. Terdapat mutasi pada gen filaggin di kompleks diferensiasi epidermal. Pada pasien Dermatitis Atopik juga didapatkan adanya mutasi pada SPINK 5 yang mengkode LEKTI, suatu penghambat serine protease, hal ini turut berkontribusi dalam fungsi pelindung abnormal dari epidermis. Iritan meupakan agen baik fisik maupun kimia yang mampu menghasilkan gangguan selular jika dipakai selama waktu yang cukup dan konsentrasi yang cukup. Memori imunologis tidak berperan dan dermatitis dapat muncul tanpa sensitisasi. Kebanyakan bahan kimia masuk menembus kuliit dan mengubah atau merusak sel kulit. Dermatitis muncul apabila pertahanan atau kapasitas perbaikan kulit kalah dibandingkan kerusakan yang ada, atau bila penetasi zat kimia memicu respon inflamasi. Detergen pada pajanan rendah hanya mempengaruhi lapisan tanduk,

mengakibatkan kulit kering dan bersisik dengan menghancurkan enzim lisosom pada lapis tanduk. Pada pajanan tinggi, detergen dapat melarutkan membrane sel dan merusak lisosom.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi potensial irittasi substansi pada kulit manusia:

Absorpsi perkutan difasilitasi oleh perubahan inflamatori oada epidermis. Pajanan terhadap iritan dapat secara signifikan menurunkan fungsi pelindung dan memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk pemulihan. Oleh karena ituu, adanya eksema atau penyait kulit yang baru saja sembuh dapat menjadi faktor predisposisi untuk dermatitis lain. Individu dengan atopi atau riwayat dermatitis tangan, memiliki kulit yang mudah iritasi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa individu dengan atopi memiliki ambang iritasi yang lebih rendah dibandingkan individu dengan kulit normal.

2. Klasifikasi kortikosteroid topikal Golongan I [ultra high] Augmented betamethasone dipropionate 0.05% Clobetasol propionate 0.05% Diflorasone diacetate 0.05% Fluocinonide 0.1% Flurandrenolide 4 mcg/m2 Halobetasol propionate 0.05%

Golongan II [high] Amcinonide 0.1% Betamethasone dipropionate 0.05% Desoximethasone Diflorasone diacetate 0.05% Fluocinonide 0.05% Halcinonide 0.1%

Golongan III [medium to high] Amcinonide 0.1% Betamethasone dipropionate 0.05% Fluticasone propionate 0.005% Triamcinolone acetonide 0.5%

Golongan IV dan V [medium] Betamethasone valerate Desoximethasone 0.05% Fluocinolone acetonide 0.025% Fluticasone propionate 0.05% Hydrocortisone butyrate0.1% Hydrocortisone probutate 0.1% Hydrocortisonee valerate 0.2% Mometasone furoate 0.1% Triamcinolone acetonide 0.025% dan 0,1%

Golongan VI [low] Alclometasone dipropionate 0.05% Desonide 0.05% Fluocinolone 0.01% 4

Golongan VII [least potent] Hydrocortison 1%, 2.5%

3. Klasifikasi antihistamin Fungsi reseptor H-1: Mediasi efek pada otot polos, memicu vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan kontraksi otot polos non vaskular. Fungsi reseptor H-2: Mediasi stimulasi histamine pada sekresi asam lambung Fungsi reseptor H-3: Inhibitor umpan balik di SSP, saluran cerna, paru dan jantung

ANTAGONIS H1 1. Generasi I: Efek sedasi tinggi, antikolinergik a. Alkilamin Chlorpheniramine maleat (CTM) b. Etanolamin Diphenhydramine HCl, dimenhydrinate c. Piperazin Hydroxyzine HCl d. Fenotiazin Promethazine HCl e. Piperadin Azatadine 2. Generasi II: Non sedative, tidak menembus sawar darah otak a. Terfenadinearitmi fatalditarik tahun 1992 b. Loratadine c. Desloratadine d. Cetirizinemetabolit hydroxyzine e. Bepotastine besilate f. Ketotifen

g. Astemizole h. Acrivastine i. j. Azelastine mizolastine

3. Generasi III: Efek samping lebih sedikit a. Fexofenadine HClmetabolit terfenadineaman b. Levocetirizine c. Norastemizole d. Descarboethoxy loratadine

ANTAGONIS H-2 Cimetidine, ranitidine, famotidine, nizatidine

DAFTAR PUSTAKA 1. James, William D.Andrews Diseases of the skin: clinical dermatology.11th ed. 2. Burns T. Breathnach S, Cox N. Griffiths C. Rooks textbook of dermatology. 8th ed 3. Jonathan D.F, Allen R.L, Choosing topical corticosteroid. AAFP. 2009: 79(2):135-140 4. http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Atopic_Dermatitis/ September 2013 5. Thomas Bieber. Atopic dermatitis. Ann Dermatol. 2010 May; 22(2): 125137 diunduh tanggal 11

Vous aimerez peut-être aussi