Vous êtes sur la page 1sur 48

Manajemen Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatn Dengan Pendekatan Sistem


Input: Masalah keperawatan,Karateristik Klien, fasilitas,SDM, Finansial. Proses : Pengetahuan ilmiah,Metodologi,Keperawatan,Model Asuhan keperawatan. Output: Masalah keperawatn teratasi,Mencapai kepuasaan dll. Evaluasi,Umpan Balik.

Manajemen Asuhan Keperawatan/Pasien


Adalah kegiatan merealisasikan pemberian asuhan keperawatn melalui perawat profesional dan tenaga lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan bagi pasien. Tanggung jawab perawat profesional dalam menggunakan keterampilan kepemimpinan/manajemen yang diperlukan dalam pemberian asuhan langsung kepada pasien.

Menggunakan:
Konsep Manajemen. Setiap perawat adalah manajer dalam pemberian asuhan, dan memimpin kelompok perawat. Proses pemecahan masalah pasien. Standar Pelayanan Kesehatan/ Keperawatan penting bagi profesi karena mencerminkan kualitas Pelayanan Kesehatn / Keperawatan.

Hubungan Proses Keperawatan & Peran Kepemimpinan / Manajemen


Komponen Proses keperawatan Pengkajian: Pengumpulan & analisi data. Identifikasi masalah-masalah yang diperlukan dalam membuat DP. Peran Kepemimpinan Pengkajian: Menugaskan perawat/bidan yang kompeten. Melakukan pengkajian awal segera setelah pasien masuk. Memfasilitasi& mendukung upaya perawat. Menetapkan hubungan pasien& menjelaskan peran perawat. Menetapkan hubungan keluarga pasien & orang lain yang penting bagi pasien.

Perencanaan:

Membuat keputusan tentang: -Prioritas asuhan. -Menetapkan tujuan. -Memilih tindakan keperwatan untuk mencapai HYD. -Membuat adaptasi yang dibutuhkan. -Mengembangkan rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik. -Meningkatakan Konferensi perencanaan dengan anggota tim untuk mengembangkan rencana asuhan. -Memimpin konferensi, memfasilitasi kerja kelompok. -Membantu dalam proses perencanaan tim asuhan kesehatan. -Menggunakan rencana asuhan pasien untuk penugasaan. -Mengimplemtasikan pemecahan masalah yang efektif.

Pengaruh PLP dan Manajer Tk. Menengah sangat besar pada model praktek keperawatn di unit, Manajer harus mengorganisasikan pekerjaan dan mengimpletasikan pemberian asuhan pasien.

Cara pengelolaan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh antara lain faktor: - Biaya pelayanan keperawatan, - Ketersediaan perawat profesional, - Tuntunan perubahan demografis dan kemajuan teknologi.

Implementasi : Pemberian asuhan keperawatan yang efesien. Evaluasi : - Mengenal perubahan kondisi pasien. - Membandingkan hasil yang diperoleh dengan HYD. - Revisi rencana asuhan.

Implementasi: - Menjadi model peran. - Memastikan hubungan interpersonal yang baik. - Menugaskan perawat yang kompeten memberi asuhan. - Mengobservasi penampilan perawat yang memberi asuhan dan reaksi pasien. - Mengajar baik bagi perawat maupun pasien. Evalusi: - Yang dievaluasi : pemberi asuhan, asuhan pasien, dan proses asuhan . - Mengimplementasikan ketrampilan evaluasi dengan membandingkan hasil nyata dengan HYD. - Konferensi dengan perawat pemberi asuhan memastikan kebutuhan untuk konferensi tim. - Menetukan kualitas asuhan.

Model Asuhan Keperawatan

Lima model praktek keperawatan yang umum dikenal, yaitu: 1. Fungsional. 2. Tim. 3. Metode kasus atau Total care. 4. Modular. 5. Primer.

Umumnya dapat digunakan di berbagai tatanan. Bentuk terbaik model praktek keperawatan tergantung pada: 1. Ketrampilan dan keahlian staf, 2. Ketersediaan perawat profesional, 3. Akuiti pasien, 4. Kemampuan ekonomi organisasi, 5. Kompleksitas tugas yang harus diselesaikan.

Sebelum memilih model praktek keperwatan : 1. Evaluasi efektifitas model terakhir yang digunakan, untuk menentukan apakah ada kebutuhan untuk merancang ulang pekerjaan sebelum merubah struktur organisasi. 2. Jika sistem saat ini tidak efektif, manajer perlu menguji sumber yang tersedia dan membandingkannya dengan sarana yang diperlukan untuk perubahan. 3. Melibatkan individu atau departemen di luar keperawataan yang dipengaruhi perubahaan. 4. Menguji kekuatan untuk sukses yang dimiliki atau faktor penghambat dari sikap SDM sebelum memodifikasi pengorganisasian pekerjaan.

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan.

1.

Keperawatan Fungsional - Pelayanan keperawataan dibagi menurut tugas dan prsedur. - Membagi staff menurut uraian tugas dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh perawat yg berbeda. - Prioritas : Pelaksanaan instruksi dokter dan berbagai prosedur, pemeberi asuhan fisik, yang sifatnya rutin. - Pemberiaan tugas bisa terjadi tanpa mempertimbangkan kondisi pasien atau penglaman/ kemampuan pemberi asuhan. - Ketenagaan utama pembantu keperwataan, sedikit perwat praktikal, satu sampai dua perawat profesional yang teragritasi. - Metode ini cocok untuk penggunaan jangka pendek/ kondisi emergency/ disaster.

Ka Ru
Pj. Shift: 1. Perawat Obat. 2. Perawat suntik. 3. Pembantu asuhan hygiene. 4. Pengatur Rt. Pasien/Klien.

2. Metode kasus total care. 1.Pemberian semua asuhan langsung kepada pasien oleh perawat profesional. 2.Dasar pemikiran perawat yang paling siap untuk melaksanakan semua askep yang diperlukan pasien. 3.Ketenagaan, harus mempertimbangkan : - Tingkat ketergantungan/keparahan pasien. - Standar asuhan yang ditetapkan institusi. - Perlu lebih banyak perawat profesional. - Jumlah perawat praktikal lebih sedikit. - Pembantu kepaerawatan berfungsi membantu. 4. setiap pasien ditugaskan kepada seorang perawat yang memberi asuhan seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. 5. pasien akan dirawat oleh perwat yang berbeda untuk setiap shift. 6. Tidak ada jaminan pasien dirawat perawat yang sama pada hari berikutnya. 7. Dilaksanakan untuk perawatan khusus seperti isolasi,ICU.

Metoda Kasus = Total Care Kepala Ruangan PJ.Shift

Perawat Profesional: Pasien/Klien Pasien/Klien

3. Metode Keperawataan Tim.

Sistem keperwataan tim adalah sistem pemberian asuhan keperwataan dimana seorang perwat profesional memimpin sekelompok tenaga keperwataan dalam memberikan asuhan keperawataan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas,!984) - Didalam tim tersebut bergabung tenaga keperwataan profesional dan non profesional yang satu sama lain saling mendukung. - Tujuan : Memberikan asuhan keperwataan yang lebih baik dengan menggunakan jumlah staff yang tersedia.

Tim keperwataan didasari atas keyakinan - Setiap pasien berhak menerima pelayanan terbaik. - Setiap anggota tim berhak menerima bantuan dalam melakukan tugas memberi pelayanan sesuai kemampuannya. Dalam Menetapkan Konsep tim - Setiap ruangan/bangsal : 2-3 tim, setiap tim terdiri darii 3-5 perawat (10-20 pasien). - Ketenagaan dalam tim : 1 atau 2 perawat profesional, 1 atau 2 perawat praktikal, 1-2 pembantu perawat,. - Mengadakan konferens tentang asuhan dan pengarahan dalam kelompok 5-10 menit dalam setiap shift. - Jumlah tim ditentukan oleh luas ruangan (Denah) dan tenaga.

Tanggung Jawab
Ketua tim : 1. Membuat perencanaan berdasrakan tugas dan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala bangsal. 2. Membuat penugasaan superfisis, dan evaluasi. 3. Mengetahui kondisi pasien, dan dapat menilai kebutuhan pasien. 4. Mengembangakan kemampuan anggota. 5. Menyelenggarakan konferensi. Anggota Tim: 1. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya. 2. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim. 3. Memberi laporan. Kepala Bangsal/Pj Bangsal: 1. Menentukan standart pelaksanaan kerja. 2. Supervisi dan evaluasi tugas staff. 3. Memberi pengarahan kepada ketua tim.

Komunikasi diantara anggota tim sangat penting, meliputi: - Penugasaan asuhan secara tertulis. - Rencana asuhan keperwataan tertulis. - Laporan kepada dan ketua tim. - Konferensi tim : Membahas masalah asuhan pasien dan masalah tim. - Umpan balik informal yang sering diantar anggota tim. Kepala Ruangan Ketua Tim Anggota Tim Pasien Ketua Tim Anggota Tim Pasien

Keperawataan Primer Pengertian Keperawataan primer (Primary Nursing): Adalah sistem pemberiaan asuhan keperawataan ditingkat rawat inap yang dapat mempermudah realisasi praktek keperawataan profesional. sistem ini menyediakan asuhan yang berfokus pada pasien secara individual dan komprehensif,berkesinambungan sejak pasien dirawat di RS sampai keluar atau pindah ke institusi lain. Konsep dasar 1.PP harus membuat komitmen untuk memberi asuhan yang komprehensif kepada pasien 2.fokus berpusat kpada pasien dan peningkatan kesinambungan dalam perencanaan,pemberian dan evaluasi asuhan. Perubahan renpra merupakan tanggung jawab PP. 3.memungkinkan perawat menggunakan dan mensintesa semua keterampilan kognitif,psikomotor dan afektif yg di perlukan untuk mengkaji dan merancang asuhan keperawatan. 4.Metode penugasan/kasus.

Manfaat sistem keperawatan primer

Terjalinnya hubungan terapetik antara perawat dengan pasien dan keluarga,hubungan profesional antara perawat dengan dokter dan profesi kesehatan lain. Pemamfaatan tenaga perawat efektif. Mutu asuhan yg baik dengan efesiensi biaya dan waktu tercapai.

Bidang telaah pada pemberian asuhan keperawatan konsep dasar

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Susunan staf -perawat profesional sebagai perawat primer/asosiet. -perawat non profesional sebagai asistensi pelaksanan asuhan Penugasan Asuhan berdasarkan instruksi dokter dan asuhan fisik. Kekomprehensifan intervensi keperwatan. Pelaporan pada akhir gilir jaga/shif Pengambilan keputusan tentang asuhan. Akontabilitas terhadap pasien,dokter,penatalaksana dan komuniti. Komunikasi Efektifitas biaya.

Keperawatan primer

Kepala ruang sumber RS perawat primer pasien/klien Pwt asc pagi Pwt Asc sore Pwt asc malam Keperawatan modular ( Tim primer)
Adalah metode modifikasi dari keperawatan primer dan digunakan bila staf keperawatan mencakup tenaga teknikal dan pembantu perawat serta profesional Metode ini disebut sama dengan keperawatan Tim,karena tenaga profesiolnal dan non profesional bekerja sama meawat pasien di bawah kepemimpinan perawat profesional. Keperawatan modular juga disebut sama dengan keperawatan primer karena setiap pasang atau trio tenaga keperawatn bertanggungjawab atas asuhan beberapa pasien sejak masku sampai pulanh. Agar keperawatan modular dapat efektif perlu ditentukan modul tenaga,bisa terdiri dari 2 atau 3 orang tenaga profesional non profesional. jika jumlah perawat profesional dan praktikal dibangsal sama, maka setiap modul dapat terdiri dari 1 atau 2 perawat profesional dan 1 atau 2 perawat praktikal. Kepala bangsal memasangkan pekerja yang kemampuan dan kepribadianya saling melengkapi.

Dokter

Jika staf unit terdiri dari pembantu perawat, perawat profesional dan perawat non profesional, maka perawat profesional dipasangkan dengan pembantu perawat dan melakukan peran kepemimpinan atau coaching lebih banyak pada pasanganya dibandingkan bila seoran profesional di pasangkan dengan perawat praktikal. Suatu tim dengan 2 atau 3 pekerja diberi tanggungjawab penuh untuk 8-12 pasien di satu bagian dibangsal, perlengkapan dan suplay yang diperlukan dalam memberikan asuhan diletakkan dekat dari mereka ( Magargal, 1987 ). Pada keperawatan primer,2 atau 3 pekerja ditata untuk merawat pasien, 2 atau 3 yang lain di tuigaskan pada shif lainya dan hari hari tidak dinas. Meskipun 2 atau 3 pekerja di tugaskan pada setiap modul, tanggungjawab terbesar atas asuhan pasien terletak pada perawat profesional. Perawat profesional juga bertanggungjawab menuntun dan mengajar perawat non profesional di modulnya. Akibatnnya peran perawat profesional pada keperawatan modular lebih sulit dibandingkan denagan keperawataan primer.

Keperawatan tim-primer ( modular )

Kepala ruang
Ketua tim Pwt profesional Anggota tim Pwt profesional Pwt praktikal Pwt pelaksana Pasien/klien Ketua Tim pwt profesional Anggota tim pwt profesional pwt praktikal pwt pelaksana pasien/klien

PENGELOLAAN KETENAGAAN BANGSAL KEPERAWATAN


Tujuan pengelolan staf bangsal kepeperawatan Adalah menjamin keberlangsungan dan kesinambungan pelayanan keperawatan yang berkualitas pada pasien. Agar tujuan tercapai, maka tenaga yg ada perlu dikelola. Ketenagaan yg ada disuatu bangsal, terdiri dari : - tenaga keperawatan, kebidanan. - Non keperawatan; administrasi, pekarya , ahli gizi, pramuwaluyo dsb. Agar tujuan tercapai maka tenaga yang ada perlu di kelola, melalui : supervisi dan evaluasi.

Supervisi adalah :
What Merencanakan Mengarahkan Membimbing Mengajar Mengobservasi Mendorong Memperbaiki Mempercaya Mengevaluasi When Who secara terus menerus pada setiap SDM dg : - sabar -adil -bijaksana Sehingga setia SDM yg dpt melakuakn tugas & memberikan pelayanan yang baik. -terampil -rasa aman. -cepat, tepat , benar. -menyeluruh.`

Why

Sesuai dg kemampuan dan keterbatasanya.

Fungsi superfisi- bukan hanya kontrol apakah segala kegiatan yg dilaksanakan sesuai dengan rencana, tetapi juga bersama perawat bagaimana memperbaiki asuhan keperawatan yg sedang berlangsung. Staf bukan pelaksana pasif, tetapi tenaga profesional sebagai patner kerja : ide, pendapat, pengalaman , dihargai dan diikutsertakan dalam usaha perbaikan asuhan keperawata/ proses keperawatan. Tujuan supervisi 1. kondisi kerja nyaman. 2. perhatian terhadap perencanaan, pelaksanan, pengawasan hasil kerja. Supervisi melalui : 1. Observasi. 2.Arahan.

Supervisi 1. Proses supervisi praktek keperawatan, mengikuti 3 elemen :


- Standar keperawatan sebagai acuan. -Pelaksaan sebagai pembanding pencapaian. - Tindak lanjut untuk mempertahan/ memperbaiki kualitas. 2. Area yang disupervisi : - pengetahuan. -keterampilan. -sikap. 3. cara supervisi : - langsung tidak langsung. 4.prinsip : -berdasarkan garis kekuasaan/struktural/tanggungjawab. -mempunyai dasar pengetahuan dan aplikasi, keterampilan HAM, kepemimpinan. -kerjasama dan demokrasi. -proses manajemen sesuai visi, misi 5. Faktor keberhasilan : - gaya kepemimpinan. - Motivasi - pendelegasian - kominikasi.

EVALUASI KINERJA
Adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang : - Sejauh mana suatu kegiatan tertentu tlah dicapai, - Bagaiman perbedaan pencapaiyan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, - Serta bagaiman mamfaat yg telah dikerjakan itu bila di bandingkan dengan harapan harapan yg ingin diperoleh. Suatu proses menyediakan informasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat alat yg relevan untuk menghasilkan informasi yg sesuai dengan kebutuhan. Sejauh mana kegiatan telah dicapai- untuk membandingkan suatu kegiatan yg tlah diselesaiakn dengan yg seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, dibawah standar atau diatas standar.

Tujuan evaluasi kinerja secara reguler


Membantu kepuasan karyawan untuk memperbaiki kinerja. Memberitahu yang kinerjanya kurang memuaskan dan metode memperbaiki. Indentifikasi yang layak menerima promosi/naik gaji. Mengenal karyawan yang layak menerima tugas khusus. Memperbaiki komunikasi. Dasar untuk kebutuhan pelatihan/ bimbingan khusus. Prinsip- prinsip evaluasi 1. Validitasi : berdasarkan standar prilaku yg di harapkan. 2. Memadai dan mewakili : hindari yg berpusat pada suatu peristiwa. 3. Pelaksana memahami : - isi uraian,standar pelaksanaan,format penilaian. 4. Pendokumentasian jelas- mana yang memuaskan / perlu perbaikan. 5. Yang belum memuaskan dibuat prioritas 6. Hasil penilaian diinformasikan pada ybs- kedua belah pihak siap.

Ruang lingkup observasi- dibandingkan dengan : - yang diharapkan,dari kelompok yang sama , pengalaman kerja. Komponen data kinerja, terdiri atas : - kualitas pekerjaan. - kejujuran. - inisiatif. -kehadiran. -sikap. - kerjasama. - keandalan. -pengetahuan tentang pekerjaan. - tanggungjawab. -pemanfataan waktu.

Penilaian perorangan---- Membantu memperbaiki metode kerjanya. Catatan anekdot------ Data informasi hasil obsedrvasi supervisi. - Diisi setiap waktu. - Potensi dan kelemahanya. - Menjadi pendukung saat diskusi penilaian. - cara yang baik dengan menjawab pertanyaan : 1. Apa yang telah dilakukan? 2. Siapa yang melakukan? 3. Pada siapa? 4. Kapan? 5. Bagaimana?

Faktor yang mempengaruhi kemampuan penilai dalam : 1. mengobservasi dengan akurat dan cermat. 2. Berfikir dan membuat kesimpulan yang logis. Hambatan: 1.hallo effect : tendensi menilai terlalu tinggi karena alasan terlalu tinggi. 2. Horn effect :tendensi menilai lebih rendah karena alasan tertentu. Peran utama kepala bangsal terkait dengan pengelolaan ketenagaan 1. Orientasi 2. Penugasan 3. Pengembangan staf 4. Memperkcil absensi staf 5. Penurunan turn over 6. Klasifikasi pasien 7. Penetapan kebutuha staf.

Ad. 1. Orientasi - Kepala bangsal bertugas melaksanakan progranm orientasi kepada tenaga perawat dan tenaga lain yg akan bekerja di ruaganya. - Orientasi dibangsal/ unit merupakan paling penting. - Orientee membutuhkan orientasi spesifik tentang pekerjaanya dan unit dimana ia ditempatkan. - Waktu untuk orientasi 3 4 bln, 6 atau 12 bulan tergantung pada bentuk dan isi program, serta kebijakan RS. - Program orientasi dapat berbentuk sentralisai, desentralisai, standarisai, atau individual. - Kepala bangsal bertanggungjawab atas pelaksanaan program orientasi unit dan merencanakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik orientee.

Ad.2. Penugasan - kepala bangsal sebagai menejer- bersama ka.bidang memutuskan metode penugasan apa yang akan di gunakan dalam memberikan asuhan di bangsal keperawatan sebelum menentukan ketenagaan. -Kepala bangsal mempunyai peran sangat besar dalam pengorganisasian dan implementasi model pemberian asuhan. Pemilihan sistem penugasan, antara lain tergantung dari : - Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan. - Kebijakan kepengaturan dinas. - Peran, fungsi, dan tanggungjawab perawat. - Kebijakan personalia. - Kebijakan pembinaan dan pengembangan. - Tingakt pendidikan dan pengalaman karyawan. - Kelangkaan tenaga perawat spesialis. - Sikap etis para profesional. - Tipe dan lokasi RS. - Lay out ruang/bangsal keperawataan.

Ad.3. Pengembangan staf 1. Kepala bangsal memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan atau mengembangkan karyawan, karena perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya keperawatan 2. Bertujuan untuk memperbaiki pengetahuan individu dan jabatan, keterampilan serta sikap karyawan. 3. Kegiatan pengembangan staf dibutuhkan untuk membantu perawat mengatasi peran dan mendukung metode/ sistem pemberian asuhan yang di gunakan. Ad. 4. Memperkecil absensi staf. Absen/ mangkir : yaitu kehilangan waktu yang berakibat kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instansi. Faktor penyebab : - Tempat tinggal jauh. - Kelompok karyawan yang banyak. - Sakit. Pola absen : - Sering- pendek pendek. - Jarang- panjang. - Hari- hari tertentu.

Cara mengurangi absen : 1. Sistem pencatatan. 2. Kunjungan rumah 3. kesejahtraan karyawan 4. Meningkatakan kondisi kerja. 5. Suasana kerja kondusif. 6. Sistem penghargaan. 7. Sangsi. Ad. 5. Penurunan perputaran staf ( Turn over ) cara mengurangi : - Selektif saat proses penerimaan karyawan. - Meningkatkan penugasan - Perubahan dalam Job desc - Pengembangan staf Kejenuhan ( burn out ) ; Keadaan dimana individu merasa dirinya semakin kurang kemampuanya, kerja kurang produktif. Penyebab : 1. Peran dan fungsi kurang jelas. 2. Merasa terisolasi 3. Beban kerja berlebihan 4. Terlalu lama pada suatu tempat/ bagian.

Ad.6. Klasifikasi pasien Pengertian - Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan keadaan penyakit, usia pasien. - Pasien di kelompokkan sesuai dengan tingkat ketergangtungan pasien dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan keperawatan pada pasien. Klasifikasi pasien sebagai alat ukur- Tujuan : - Untuk mengetahui beban kerja perawat. - Waktu yang diperlukan untuk asuhan keperawatan. - Keahlian perawat yang diperlukan. - Jumlah tenaga perawat yang diperlukan. Kriteria Klasifikasi Pasien - Berdasarkan kebutuhan/masalah pasien. - peralatan ( alat kesehatan ) yang dipergunakan oleh pasien. - Kompentensi perawat yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Contoh : Douglas, MPKP- Ratna S.

Perawatan minimal : 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. 2. Makan dan minum dilakukan sendiri. 3. Ambulasi dengan pengawasan. 4. Observasi ttv dilakukan setiap shiff. 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil. Perawatan parsial : 1. kebersihan diri dibantu makan minum dibantu. 2. Observasi tanda tanda vital setiap 4 jam 3. ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali 4. Foley catheter, intake output dicatat. 5. Klien terpasang infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.

Perawatan total : 1. Semua kebutuhan klien dibantu 2. Penggantian posisi dan observasi TTV setiap 2 jam 3. Makan melalui NGT terafi intravena 4. Pemakaian suction. 5. Gelisah/ disorientasi Contoh kriteria : ( standar tenaga kep di RS, dir. Yan kep depkes 2005 ) Askep minimal : 2 jam per hari - Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendri . - Makan dan minum dilakukan sendiri - Ambulasi dg pengawasan - Observasi TTV dilakukan setiap shiff - Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

Askep sedang : 3,08 jam per hari - Kebersihan diri dibantu - Makan dan minum dibantu - Obs dan ttv setiap 4 jam - ambulasi dibantu, pengobatn lebih sekali. Askep agak berat : 4,15 jam/hari - Sebagian besar aktifitas dibantu -Obs ttv setiap 2-4 jam sekali. - Terpasang foley catheter -Intake output dicatat. - Terpasang infus - Pengobtan lebih dari skali. - Persiapan pengobatan memerlukan prosedur. Perawatan maksimal ( total ) : 6,16 jam/ hari. - Segala aktifitas diberikan oleh perawat - Posisi diatur - Obs ttv setiap 2 jam - Mkan memerlukan NGT, terapi IV - Penggunaan suction - gelisa/ disorientasi.

Hanson Menyusun kategori pasien dan jam perwatan : Kategori I : selft care = 1-2 jam Kategori II : Minimal care = 3-4 jam Kategori III : Intermediate care = 5-6 jam Kategori IV : Modified intensive care = 10-14 jam Kategori V : Intensieve care = 10-14 jam Althause et all (1982) dan Kirk (1981) = PPNI 1995 Dibagi dalam tingkat : level I (minimal) = 3,2 jam level II ( intermediate) = 4,4 jam level III ( maksimal) = 5,6 jam level IV (intensive) = 7,2 jam

Penetapan kebutuhan staf - Setiap unit/bangsal/ruang harus mempunyai perencanaan sistem ketenangan Keperwatanan, untuk melaksanakan kebutuhan pelayanan setiap shift. - Kebutuhan staff keperawatan dasar jumlah minimal dari tenaga keperawatan pada setiap unit/bangsal/ruang sesuai kebijakan RS dengan menetukan : - jumlah hari kerja efektif perawatab dalam 1 tahun - jumlah hari tidak kerja ( non-efektif) dalam 1 tahun. - jumlah jam perawatan efektif pasien tertentu selama 24 jam. - analisa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Contoh : RS. Cepat Waras. - Jumlah dari 1 tahun = 365 hari - Jumlah hari kerja non affektif dalam 1 tahun : - jumlah hari minggu = 52 hari - jumlah libur nasional = 12 hari - cuti sakit = 2 hari - pengembangan = 2 hari - Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun = 365-80=285 hari. - Jumlah minggu efektif = 285: 7 = 40,71 = 41 minggu. - Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun = 41 minngu x 40 jam = 1640 jam

No Jenis/kategori 1. 2. 3. 4.

Rata-rata pasien/hari

Rata-rata jam perawatan/hari 3,5 4 10 4,5

Jumlah jam perawtan/hari 35 32 10 13,5

Penyakit dalam 10 Bedah Gawat Anak 8 1 3

5.

Kebidanan

2,5

2,5

Rrata-rata jam perawatan/pasien/24 jam, metode di Thailand dan Philipina th 1984 : - Penyakit dalam = 3,4 jam - Bedah = 3,5 jam - Campuran (bedah + peny dalam) = 3,4 jam - Nifas = 3 jam - Bayi/neonatus = 2,5 jam - Anak-anak = 4 jam - Neurologi = 3,8 - Jiwa = 4 sampai 4,5 jam - Rawat jalan = 0,5 jam - UGD = 2,5 jam - Kamar bersalin = 5-8 jam - Kamar operasi RS tipe A dan B = 5- 8 jam - Kamar operasi tipe C dan D = 3 jam.

Perhitungan komplek Dengan menghitung : 1. Jumlah jam kerja efektif 1 perawat/tahun 2. Jumlah jam perawat pasien yang dibutuhkan/tahun 3. Jumlah tenaga perawat yang di butuhkan untuk 1 tahun tanpa cuti hamil 4. Jumlah tenaga perawat penganti cuti hamil 5. Jumlah tenaga tambahan perawat kerena cuti hamil 1. Jumlah jam kerja efektif 1 perawtan/tahun = jumlah hari kerja efektif/tahun x jam kerja efektif/hari. 2. Jumlah jam perawtan pasien/tahun = BOR pasien x rata-rata jam perawatan pasien/24 jam x jumlah hari/tahun 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk 1 tahun tanpa cuti hamil = jumlah jam perawatan pasien/tahun/jumlah kerja efektif 1 perawat/tahun. 4. Jumlah tenanga perawat pengganti perawat yang cuti hamil - asumsi yang cuti hamil = ..% dari jumlah tenaga perawat yang diperlukan untuk 1 tahun tanpa cuti hamil. - jumlah jam yang hilang karena cuti hamil = asumsu cuti hamil x jumlah cuti hamil x jumlah jam kerja perhari.

- jumlah tambahan tenaga perawat yang dibutuhkan = jumlah yang hilang karena cuti hamil = jumlah jam kerja perawatan/tahun 5. Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan dalam sethaun tanpa cuti hamil + jumlah tenaga pengganti perawat yang cuti hamil + jumlah tenaga tambahan karena cuti hamil.

Vous aimerez peut-être aussi