Vous êtes sur la page 1sur 11

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................... 1

I. PEMROSESAN TRANSAKSI........................................... 2
 Kerangka Pemrosesan Transaksi.............................................. 2
 Komponen-Komponen Pemrosesan Transaksi........................ 2
 Arus Transaksi Melalui Siklus Akunting.................................. 5

II. SPI (SISTEM PENGENDALIAN INTERN)...................... 5


 Definisi Sistem Pengendalian Intern........................................ 5
 Unsur Sistem Pengendalian Intern........................................... 6
 Lingkungan Pengendalian (Control Environment)................. 8
 Siapa Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Intern
Akuntansi ?................................................................................ 9
 Pendekatan Untuk Merancang Pengendalian Intern Untuk
Akuntansi................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 11
2

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN


STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

I. PEMROSESAN TRANSAKSI
Salah satu tujuan sistem informasi adalah mendukung operasi
harian perusahaan. Tujuan ini dicapai melalui : (1) pemrosesan
transaksi-transaksi yang disebabkan baik oleh sumber-sumber
ekstern maupun intern, dan (2) menyiapkan keluaran-keluaran
seperti dokumen-dokumen operasional dan laporan-laporan
keuangan.

 Kerangka Pemrosesan Transaksi


A. Jaringan Kerja Keseluruhan Perusahaan
Pemrosesan transaksi terjadi selaras dengan operasi
perusahaan. Perangkat gabungan sistem-sistem pemrosesan
transaksi serupa dengan jaringan kerja yang kompleks dari
operasi-operasi fisik, proses kertas kerja dan arus
data/informasi yang saling bergantung.

B. Sistem Informasi Fungsional


Sistem operasional dan organisasi perusahaan pada
umumnya dibagi berdasarkan fungsi. Untuk memungkinkan
pengendalian yang efektif dan efisien atas operasi dan
koordinasi kegiatan-kegiatan manajerial. Sistem informasinya
haruslah dibagi menurut fungsi-fungsi yang sama. Macam-
macam subsistem informasi fungsional pada tiap-tiap industri
berbeda-beda. Bahkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dalam industri yang sama juga berbeda.
Setiap subsistem informasi fungsional berkaitan erat dengan
penyediaan pengendalian yang ketat terhadap satu atau
beberapa sistem pemrosesan transaksi. Hal yang sama
pentingnya adalah hubungan yang ada pada setiap subsistem
informasi fungsional diantara tingkat operasional dan tingkat
manajerial. Subsistem informasi fungsional membantu arus
informasi transaksi kepada manajer-manajer fungsional.

 Komponen-Komponen Pemrosesan Transaksi


Pemrosesan transaksi terjadi dalam suatu proses. Proses
ini yang dikenal sebagai siklus akunting. Siklus akunting
membutuhkan beragam komponen pembangun. Komponen-
komponen ini meliputi dokumen sumber, jurnal dan register,
lejer dan arsip (file) laporan dan keluaran-keluaran lain, bagan
rekening dan kode-kode lain, rangkaian audit, metode dan alat-
alat pemrosesan, serta pengendalian.
3

A. Dokumen Sumber
Kebanyakan transaksi dicatat pada dokumen sumber,
selain menyediakan catatan-catatan tertulis dokumen sumber
berfungsi :
a. Memicu meng-otorisasi operasi fisik
Sebagai contoh surat pesanan penjualan meng-otorisasi
pengiriman barang dan gangguan kepada pelanggan.
b. Memantau arus fisik
Misalnya surat pesanan penjualan digunakan untuk
memperlihatkan pergerakan barang pesanan dari gudang
ke tempat pengiriman.
c. Mencerminkan akuntabilitas atas tindakan yang diambil
Misalnya tagihan dari pemasok diparaf untuk
memperlihatkan bahwa tagihan ini sudah diperiksa
kebenarannya.
d. Menjaga kemutakhiran dan kelengkapan basis data
Sebagai contoh kopi faktur penjualan digunakan untuk
memutakhirkan saldo dalam catatan sediaan. Catatan
pelanggan dan kemudian diarsipkan untuk kepentingan
riwayat penjualan.
e. Menyediakan data yang dibutuhkan untuk keluaran
Misalnya data dalam surat pesanan penjualan digunakan
untuk menyiapkan faktur penjualan dan ikhtiar penjualan.

B. Jurnal dan Register


Jurnal dan register merupakan catatan akunting yang
memuat data dalam urutan kronologis. Jurnal merupakan
catatan akunting formal awal dalam sistem manual.
Mengikhtiarkan data transaksi dalam satu keuangan. Register
berfungsi sebagai pengganti jurnal atau catatan kronologis
atau buku harian untuk data atau peristiwa yang tidak bersifat
keuangan.

C. Buku Besar dan Arsip


Buku besar (ledger) mengikhtiarkan status perkiraan
dalam satuan keuangan. Nilai transaksi yang muncul dalam
jurnal dipindahkan atau diposkan ke pos perkiraan yang
sesuai. Melalui proses posting ini status setiap perkiraan yang
terpengaruh dimutakhirkan dengan menaikkan atau
menurunkan saldo perkiraan sebesar nilai transaksi. Jadi, jika
jurnal menekankan pada kegiatan transaksi, buku besar
menekankan pada status perkiraan.
4

D. Laporan dan Dokumen


Berbagai laporan umumnya dihasilkan dari pemrosesan
transaksi. Salah satu jenis keluaran laporan dikenal sebagai
laporan keuangan. Sejumlah besar dokumen operasional juga
dihasilkan oleh sistem pemrosesan transaksi. Beberapa dari
dokumen ini dihasilkan untuk memicu tindakan. Dokumen
lain dihasilkan untuk mencatat tindakan-tindakan yang telah
diselesaikan. Dokumen operasional tertentu yang disiapkan
oleh sistem pemrosesan transaksi perusahaan menjadi
masukan dokumen sumber untuk pemrosesan lebih lanjut.

E. Bagian Perkiraan dan Kode Lainnya


Transaksi akunting harus diklasifikasikan dan
dikodekan sebelum diposkan ke dalam buku besar. Bagan
perkiraan merupakan daftar berkode dari perkiraan-perkiraan
yang termuat dalam buku besar umum perusahaan. Pada
dasarnya, ini merupakan struktur data keuangan perusahaan.
Bagan perkiraan ini bukan saja memungkinkan
pengklasifikasian dan pengkodean data transaksi melainkan
juga menyediakan elemen-elemen data rinci untuk menyusun
dan menyajikan informasi dalam laporan keuangan.

F. Rangkaian Audit
Rangkaian audit adalah seperangkat mata rantai yang
dibentuk oleh elemen-elemen pemrosesan transaksi pokok.
Rangkaian audit merupakan alat untuk melakukan
penelusuran dari dokumen-dokumen sumber melalui jurnal
dan buku besar sampai ke total ikhtisar dalam laporan
keuangan atau keluaran keuangan lainnya, dan sebaliknya.
Disamping membantu audit sistem pemrosesan transaksi.
Rangkaian audit memungkinkan :
(1) Koreksi kesalahan yang terdeteksi
(2) Menjawab pertanyaan
(3) Rekonstruksi arsip

G. Tindakan Pengendalian dan Pengamanan


Pemrosesan transaksi yang baik menuntut adanya
berbagai tindakan pengendalian dan pengamanan. Contoh
pengendalian yang telah dijelaskan meliputi bagan perkiraan,
perkiraan pengendali, rangkaian audit, dan metode
pemrosesan sekali tulis. Pengendalian seperti itu harus
didukung dengan dokumentasi yang memadai, meliputi : (1)
manual prosedur, dan (2) uraian tanggung jawab yang
dibebankan kepada mereka yang terlibat dalam pemrosesan
transaksi.
5

 Arus Transaksi Melalui Siklus Akunting


Tiap-tiap sistem pemrosesan transaksi menggabungkan
komponen-komponen yang telah disinggung sebelumnya ketika
transaksi menjalani keseluruhan siklus akunting. Pada bagian ini
kita menelusuri arus penjualan, penerimaan tunai, pembelian,
pengeluaran tunai, dan transaksi pembayaran gaji.

A. Transaksi Penjualan
Untuk kepentingan siklus akunting, arus dimulai
dengan dokumen sumber yang dikenal sebagai faktur
penjualan. Data dari tiap-tiap faktur penjualan : (1)
dimasukkan ke dalam jurnal penjualan, dan (2) diposkan
sebagai debet ke perkiraan pelanggan dalam buku besar
pembantu piutang.

B. Transaksi Penerimaan Tunai


Cek yang diterima dari pelanggan merupakan dokumen
sumber yang mengawali pencatatan sebagian besar transaksi
penerimaan tunai. Tetapi, karena cek sebenarnya adalah uang
tunai, ia tidak boleh digunakan dalam pemrosesan. Sebagai
gantinya, dokumen yang dinamakan tanda bukti penerimaan
disiapkan. Nilai yang terlihat dalam bukti penerimaan
kemudian : (1) dimasukkan ke dalam jurnal penerimaan tunai,
dan (2) diposkan sebagai kredit ke catatan pelanggan pada
buku besar pembantu piutang usaha.

C. Transaksi Pembelian
Jika terjadi transaksi pembelian, dapat dilakukan salah
dari tindakan berikut, yakni : (1) tagihan digunakan sebagai
sumber langsung jumlah yang dimasukkan ke dalam jurnal
pembelian atau register tagihan, (2) tagihan terlebih dahulu
dipindahkan ke voucher pengeluaran, dan dari sini nilai
kewajiban tersebut dimasukkan ke dalam register voucher.

D. Transaksi Pengeluaran Tunai (Kas)

E. Transaksi Pembayaran Gaji

F. Transaksi Akunting Lainnya

II. SPI (SISTEM PENGENDALIAN INTERN)

 Definisi Sistem Pengendalian Intern


Sistem pengendalian intern adalah struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
6

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data


akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Tujuan SPI menurut definisi tersebut adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi, dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Menurut tujuannya SPI dapat dibagi menjadi dua, yakni :


Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting
Control) dan Pengendalian Intern Administratif (Internal
Administrative Control).

 Unsur Sistem Pengendalian Intern


Unsur pokok SPI adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab
fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang,
pendapatan dan biaya.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi
setiap unit organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Ad. 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab


fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework)
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit
organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab
fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut :
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi
adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan suatu kegiatan (misal : pembelian)
Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan.
Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan
perusahaan.
b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
7

Ad. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang


memberikan perlindungan yang cukup terhadap
kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk
menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu,
dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya
setiap transaksi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang
baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat
dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya suatu organisasi.

Ad. 3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan


fungsi setiap unit organisasi.
Cara-cara yang umum ditempuh perusahaan dalam
menciptakan praktek yang sehat adalah :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggung-jawabkan oleh
yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa
pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan
diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal
sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi
tanpa ada campur tangan dari orang atau unit
organisasi lain.
d. Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan
yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga
independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga persekongkolan diantara mereka dapat
dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang
berhak.
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk
mengecek aktivitas unsur-unsur SPI yang lain. Unit
organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf
pemeriksa intern. Agar efektif dalam menjalankan
tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak
melaksanakan fungsi operasi, fungsi penyimpanan,
dan fungsi akuntansi, serta harus bertanggung jawab
kepada manajemen puncak.
8

Ad. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung


jawabnya.
Diantara 4 unsur pokok SPI, unsur mutu karyawan
merupakan unsur SPI yang paling penting. Jika
perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur,
unsur SPI yang lain dapat dikurangi sampai batas yang
minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan
pertanggung-jawaban keuangan yang dapat diandalkan.

 Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan
tindakan para pemilik dan manajer perusahaan mengenai
pentingnya pengendalian intern perusahaan. Efektifitas unsur
pengendalian intern sangat ditentukan oleh atmosfer yang
diciptakan lingkungan pengendalian.

Lingkungan pengendalian memiliki empat unsur, yaitu :


1. Filosofi Dan Gaya Operasi
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic
beliefs) yang menjadi parameter bagi perusahaan dan
karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya
dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh
perusahaan. Filosofi memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan : (1) mengapa perusahaan dalam bisnis ?, (2)
bagaimana perusahaan melaksanakan bisnis ?, (3) apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan sebagai bisnis perusahaan ?.

2. Berfungsinya Dewan Komisaris Dan Komite Pemeriksa


Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini
berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian
dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat
mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di
tangan manajemen (direksi).
Apabila penunjukan akuntan publik dilakukan oleh
manajemen puncak, kebebasan akuntan publik dapat tampak
berkurang dipandang dari sudut pemegang saham. Hal ini
karena manajemen puncak adalah pihak yang seharusnya
dinilai kejujuran pertanggung-jawaban keuangan oleh
akuntan publik. Padahal manajemen puncak yang
menentukan pemilihan akuntan publik yang ditugasi dalam
pemeriksaan laporan keuangan yang dipakai untuk
pertanggung-jawaban keuangan oleh manajemen puncak.
Oleh karena itu, untuk menciptakan independensi akuntan
publik perusahaan-perusahaan yang go public sebaiknya
9

mengalihkan wewenang penunjukan akuntan publik dari


tangan manajemen puncak ke tangan dewan komisaris atau
komite pemeriksaan (audit committee).
Fungsi komite pemeriksaan yang secara langsung
berdampak terhadap akuntan publik adalah :
a. Menunjuk akuntan publik yang melaksanakan
pemeriksaan tahunan terhadap laporan keuangan
perusahaan.
b. Membicarakan luas pemeriksaan dengan akuntan publik.
c. Meminta komunikasi langsung dengan akuntan publik
mengenai masalah-masalah besar yang ditemukan oleh
akuntan dalam pemeriksaan.
d. Menelaah laporan keuangan dan laporan akuntan pada
saat pemeriksaan akuntan selesai dilakukan.

3. Metode Pengendalian Manajemen


Metode pengendalian manajemen merupakan metode
perencanaan dan pengendalian alokasi sumber daya
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan dan pengendalian manajemen dilakukan
melalui empat tahap : (1) penyusunan program (rencana
jangka panjang), (2) penyusunan anggaran (rencana jangka
pendek), (3) pelaksanaan dan pengukuran, dan (4) pelaporan
dan analisis.

4. Kesadaran Pengendalian
Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi
yang ditunjukkan oleh manajemen dari berbagai jenjang
organisasi atas kelemahan pengendalian yang ditunjuk oleh
akuntan intern atau akuntan publik. Jika manajemen segera
melakukan tindakan koreksi atas temuan kelemahan
pengendalian yang dikemukakan oleh akuntan intern atau
akuntan publik, hal ini merupakan petunjuk adanya
komitmen manajemen terhadap penciptaan lingkungan
pengendalian yang baik.

 Siapa Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian


Intern Akuntansi ?
Apabila sebuah perusahaan dikelola oleh manajer
profesional, maka dalam perusahaan ini terdapat pemisahan
antara pemilik dan pemimpin perusahaan. Pemilik menyerahkan
pengelolaan kekayaannya kepada manajer profesional tersebut,
dan dengan demikian manajer profesional berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan hasil pengelolaan kekayaan tersebut
kepada pemiliknya.
10

Pertanggung-jawaban pengelolaan kekayaan pemilik


perusahaan ini disajikan dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan alat pertanggung-jawaban manajemen
puncak atas hasil pengelolaan terhadap kekayaan yang
dipercayakan kepadanya oleh pemilik perusahaan.

 Pendekatan Untuk Merancang Pengendalian Intern


Untuk Akuntansi
Rincian tujuan SPI akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kekayaan perusahaan :
a. Penggunaan kekayaan hanya melalui sistem otorisasi yang
telah ditetapkan.
b. Pertanggung-jawaban kekayaan perusahaan yang dicatat
dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi :
a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah
ditetapkan.
b. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.

Tujuan tersebut dirinci lebih lanjut sebagai berikut :


Ad. 1.a.
1. Pembatasan akses langsung terhadap kekayaan.
2. Pembatalan akses tidak langsung terhadap kekayaan.

Ad. 1.b.
1. Pembandingan rencana periodik antara catatan akuntansi
dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.
2. Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan.

Ad. 2.a.
1. Pemberian otorisasi oleh pejabat berwenang.
2. Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang.

Ad. 2.b.
1. Pencatatan semua transaksi yang terjadi.
2. Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi.
3. Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.
4. Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
5. Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya.
6. Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti.
11

DAFTAR PUSTAKA

W. Wilkinson, Joseph. Sistem Akunting dan Informasi, Jilid Satu, Edisi


Ketiga. Bina Rupa Aksara.

Vous aimerez peut-être aussi