Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi (Anonim, 2008). Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada target organ telah menumpuk satu jumlah yang cukup dari agent toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari agent toksik itu berada di target organ, tetapi bisa juga ditempat yang lain. Sebagai contoh, insektisida hidrokarbon yang diklorinasi mencapai konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak menghasilkan efek-efek keracunan yang dikenal. Selanjutnya, untuk kebanyakan racun-racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan akan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Konsentrasi racun dalam tubuh merupakan fungsi dari jumlah racun yang dipaparkan, yang berkaitan dengan kecepatan absorpsinya dan jumlah yang diserap, juga berhubungan dengan distribusi, metabolisme maupun ekskresi agent toksis tersebut (Mansur, 2008) Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Salah satunya adalah sistem urinaria, khususnya ginjal. Pada keadaan tertentu, akan berefek buruk bagi kesehatan, kemungkinan menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologik yang kecil sekali. Pajanan tersebut dapat berupa efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan bagian-bagian sistem urinaria? 2. Apa saja nefrotoksikan dan dimana tempat kerjanya? 3. Apa saja logam berat dan efeknya pada sistem urinaria? 4. Bagaimana prosedur pengujian efek toksik pada sistem urinaria? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan bagian bagian sistem urinaria. 2. Untuk mengetahui bahan nefrotoksikan dan tempat kerja pada sistem urinaria. 3. Untuk mengetahui jenis logam berat yang berefek pada sistem urinaria dan efeknya. 4. Untuk mengetahui prosedur pengujian untuk menilai efek toksik pada sistem urinaria. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sistem Urinaria Dan Bagian-Bagian Sistem Urinaria Sistem urinaria merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sistem urinaria terdiri atas: kedua ginjal (ren, kidney), ureter, kandung kemih (vesika urinaria/urinary bladder/ nier) dan uretra. Sampah metabolisma ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urin. Urin adalah jalur utama ekskresi sebagian besar toksikan. Akibatnya, ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikanpada filtrate membawa toksikan melalui tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu. Karenanya, ginjal adalah organ sasaran utama dari efek toksik. Urin kemudian akan turun melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara periodik akan dikeluarkan melalui uretra. Bagian bagian sistem urinaria antara lain: 1. Ginjal Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm, terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri. Ginjal dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal. Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah: a. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu: 1. Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler). 2. Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distal. b. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini. Fungsi ginjal antara lain: a. Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin yang dihasilkan dari metabolisme

makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa. b. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit. c. Mengatur keseimbangan asam dan basa. d. Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah. e. Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan eritrosit di sumsum tulang. f. Produksi dan ekskresi urin. 2. Ureter Ureter merupakan saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesica urinari (kantong air seni). Mukosa pada ureter membentuk lipatan-lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. 3. Kandung kemih (vesika urinaria/urinary bladder/ nier) Kandung kemih atau vesika urinaria merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung kemudian untuk dibuang secara periodik. 4. Uretra Uretra berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar tubuh. B. Nefrotoksikan Dan Tempat Kerjanya. Bahan toksik dalam sistem urinaria disebut nefrotoksikan. Kelompok utama nefrotoksikan adalah logam berat, antibiotic, anolgesik dan hidro karbon berhalogen tertentu. Semua bagian nefron secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Beratnya beberapa efek beragam dari satu perubahan biokimia atau lebih sampai kematian sel, dan efek ini dapat muncul sebagai perubahan kecil pada fungsi ginjal atau gagal ginjal total. Tempat kerja nefrotoksikan pada bagian-bagian ginjal yaitu : 1. Glomerulus Antibiotic uromisin dapat meningkatkan permeabilitas glomerulus terhadap protein seperti albumin. 2. Tubulus proksimal Kadar toksikan pada tubulus proksimal sering lebih tinggi. Dengan demikian tempat ini sering merupakan sasaran efek toksik. Selain itu, banyak antibiotic juga disekresi oleh tubulus proksimal dan menyababkan perubahan kepada beberapa fungsi tubulus. Contoh antibiotiknya adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin dan amfoterisin-B 3. Tubulus distal Tetrasiklin dan amfoterisin-B mempengaruhi tubulus distal dan mengakibatkan berkurangnya keasaman urin karena salah satu fungsi tubulus ini adalah sekresi H+.

C. Jenis Logam Berat Dan Efeknya Terhadap Sistem Urinaria. Jenis-jenis bahan toksik adalah timbal (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd). Efek toksisitas antara lain adalah : 1. Timbal (Pb) Proses masuknya Pb dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur yaitu melalauui makanan dan minuman, udara, dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Proses metabolisme yang hasilnya akan diangkut melalui darah kemudian akan difiltrasi di ginjal untuk diekskresikan menjadi urin. Darah yang mengandung bahan toksikan berupa Pb akan merusak sel tubulus, sehingga akan merubah fungsi tubulus pada ginjal. Pb ini akan dapat menimbulkan lesi pada tubulus dan lengkung henle. Fungsi tubulus yang terganggu sehingga proses reabsorpsi protein dalam darah yang terjadi dalam tubulus, menyebabkan aminosiduria yaitu adanya asam amino dalam urine. 2. Efek merkuri (Hg) Merkuri masuk ke dalam tubuh biasanya melalui jalur per-oral dengan lewat sistem pencernaaan. Merkuri bersifat korosif bila kontak. Bila termakan, zat ini akan menyebabkan kejang perut dan diare berdarah dengan ulkus korosif, perdarahan, nekrosis pada saluran cerna. Efek ini diikut dengan kerusakan ginjal, terutama nekrosis dan pengelupasan sel tubulus proksimal, sehingga menyumbat tubulus. Darah yang mengandung glukosa, setelah terjadi reabsorpsi seharusnya glukosa akan kembali pada peredaran darah, tetapi karena terjadi gangguan pada tubulus sehingga menyebabkan glukosuria yang ditandai adanya glukosa dalam urine. Seharusnya air seni tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi darah. Glukosuria akan menyebabkan dehidrasi karena air akan terekskresi dalam jumlah banyak ke dalam air seni melalui proses yang disebut diuresis osmosis. Poliuria adalah suatu keadaan di mana volume urine lebih dari normal. Biasanya lebih dari 3 L/hari. 3. Cadmium (Cd) Ginjal adalah organ utama yang diserang oleh paparan kronis kadmium. Kadmium masuk ke tubuh melalui inhalasi dan per oral. Data dari penelitian pada manusia menunjukkan bahwa Kadmium membutuhkan masa 10 tahun untuk menimbulkan kerusakan ginjal namun tergantung pula pada intensitas paparan. Paparan kadmium akan menyebabkan absorpsi dan sekresi aktif pada tubulus proksimal, kadar toksikan pada tubulus proksimal sering lebih tinggi. Selain itu kadar sitokrom P-450 pada tubulus proksimal lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan. Pada dosis yang lebih tinggi logam berat dapat menyebabkan kematian sel, BUN (Nitrogen Urea Darah) yang meningkat, dan anuria. Nefrotoksisitas dapat ditimbulkan oleh kombinasi toksisitas sel langsung dan iskemia akibat vasokonstriksi. Kadmium menyebabkan kerusakan pada glomerulus termasuk albumin meningkat dalam urine dan peneurunan laju filtrasi glomerulus, sehingga menyebabkan aminosiduria yaitu adanya asam amino dalam urine.

D. Prosedur Pengujian Efek Toksik Pada Sistem Urinaria Pemeriksaan fungsional dan morfologik ginjal secara rutin dilakukan sebagai bagian integral dari penelitian toksisitas jangka pendek dan jangka panjang. Pemeriksaan untuk menilai adanya gangguan pada sistem urinaria terdiri dari: 1. Analisis Urin a. Proteinuria. Karena ukuran molekulnya, hanya sedikit sekali protein dengan bobot molekul rendah dapat melalui filtrasi glomerulus. Protein dengan berat molekul rendah dengan mudah diserap kembali oleh tubulus proksimal. Dengan demikian, adanya protein semacam itu di dalam urin merupakan inddikasi hilangnya fungssi reabsorpsi tubulus, seperti pada keracunan Kadmium. Sebaliknya, ekskresi protein dengan berat molekul tinggi menunjukkan hilangnya integritas glomeruli. b. Glikosuria. Glukosa dalam filtrat glomerulus seluruhnya diserap kembali oleh tubulus, asalkan jumlah glukosa yang diserap kembali tidak melebihi maksimum transport (Tm). Dengan demikian, glikosuria tanpa hiperglikemia menunjukkan gangguan fungsi tubulus. c. Volume Urin dan Osmolaritas. Kedua nilai ini biasanya berbanding terbalik dan merupakan indikator fungsi ginjal yang berguna dalam uji pemekatan dan uji pengenceran. Osmolaritas dapat ditaksir dari berat jenis, tetapi pengukuran titik beku urin lebih tepat. Toksikan dapat menyebabkan gagal ginjal keluaran tinggi seperti disebutkan di atas. Sebaliknya, toksikan dapat menyebabkan oliguria atau bahkan anuria akibat kerusakan tubulus, disertai dengan edema interstisial dan endapan atau sisas intraluminal. d. Kapasitas Pengasaman. Kapasitas pengasaman ini dapat dinilai dari pH urin, asam yang dapat dititrasi, dan NH+ . Kapasitas ini akan berkurang bila ada gangguan fungsi tubulus distal. e. Enzim. Enzim seperti maltase dan trehalase dalam urin dapat menunjukan adanya kerusakan pada tubulus proksimal. Kadar lisozim dalam urin sangat mennkat pada kasus keracunan Kromium, tetapi hanya meningkat sedikit saja pada keracunan merkuri. Pada umumnya, enzim dalam urin lbih berguba pada keadaan nefrotoksik akut. 2. Analisis Darah a. Nitrogen Urea Darah (BUN). Nitrogen urea darah diperoleh dari metabolisme protein normal dan diekskresikan melalui urin. Biasanya BUN yang meningkat menunjukkan kerusakan glomerulus. Namun, kadar BUN juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan hepatotoksisitas yang merupakan efek umum beberapa toksikan. b. Kreatinin. Kreatinin adalah suatu metabolit kreatin dan diekskresi seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin dalam darah menunjukkan adanya indikasi rusaknya fungsi ginjal. Selain itu, data kadar kreatini dalam darah dan jumlahnya dalam urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Satu kelemahan prosedur ini adalah kenyataan bahwa sebagian kreatinin disekresi oleh tubulus. 3. Uji Khusus a. Laju Filtrasi Glomerulus (GFR). Laju fitrasi glomerulus dapat ditentukan lebih tepat lagi dengan clearance inuli,suatu polisakarida. Polisakarida berdifusi ke filtrat glomerulus dan tidak diserap kembali maupun diekskresi oleh tubulus. b. Bersihan Ginjal. Bersihan (clearance) ginjal adalah volume plasma yang dibersihkan seluruhnya dari suatu zat dalam suatu unit waktu. Bersihan asam p-aminohipurat (PAH) pada ginjal melebihi bersihan inulin pada ginjal karena PAH bukan hanya disaring oleh glomerulus tetapi juga disekresi oleh tubulus. Berkurangnya pembuangan PAH tanpa disertai penurunan GFR menunjukkan gangguan fungsi tubulus. c. Uji Ekskresi PSP. Laju ekskresi phenolsulfonphthalein (PSP) berhubungan dengan aliran darah padda ginjal. Karenanya, laju eksresi ini sering digunakan untuk menaksirkan fungsi ginjal. Namun menurunnya laju sekresi juga dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. 4. Pemeriksaan Morfologik a. Pemeriksaan Makroskopik b. Mikroskop Cahaya c. Mikroskop Elektron

BAB III PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem urinaria merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sistem urinaria terdiri atas: kedua ginjal (ren, kidney), ureter, kandung kemih (vesika urinaria/urinary bladder/ nier) dan uretra. 2. Bahan toksik dalam sistem urinaria disebut nefrotoksikan. Kelompok utama nefrotoksikan adalah logam berat, antibiotic, anolgesik dan hidro karbon berhalogen tertentu. bagian ginjal yang biasanya diserang oleh nefrtoksikan adalah glomerulus, tubulus proksimal, dan tubulus distal. 3. Jenis-jenis bahan toksik dari kelompok logam berat adalah timbal (Pb) yang dapat mengubah fungsi tubulus, dan menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria., merkuri (Hg) yang dapat menyebabkan terjadinya glukosuria dan poliuria, dan cadmium (Cd) yang menyebabkan kerusakan pada glomerulus. 4. Prosedur pengujian pemeriksaan untuk menilai adanya gangguan pada sistem urinaria terdiri dari: analisis urin, analisis darah, uji khusus dan pemeriksaan morfologik. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iqbal. 2008. Urinalisis (Analisis Kemih). http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ diakses tanggal 18 September 2010

Anonim. 2010. Urinary Excretory System. http://knowledge-storage.com/medicine/37-medicine/57-urinary-excretory-system diakses tanggal 18 September 2010

Anonim. 2010. Urinary System. http://www.medical-look.com/human_anatomy/systems/Urinary_system.html diakses tanggal 18 September 2010

ATSDR. 2008. Cadmium Toxicity: What Diseases Are Associated with Chronic Exposure to Cadmium? http://www.atsdr.cdc.gov/csem/cadmium/cdchronic_effects.html diakses tanggal 18 September 2010

Kurniawan, Wahyu. 2008. Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Profil Darah Pada Mekanik Kendaraan Bermotor Di Kota Pontianak. Thesis. Universitas Diponegoro Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan. Dipublikasikan. http://eprints.undip.ac.id/17625/1/Wahyu_Kurniawan.pdf diakses tanggal 18 September 2010

Lu, Frank.C. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: UI Press

Patil, Arun J. et all. 2006. Effect of Lead (Pb) Exposure on the Activity of Superoxide Dismutase and Catalase in Battery Manufacturing Workers (BMW) of Western Maharashtra (India) with Reference to Heme biosynthesis. International Journal of Environmental Research and Public Health. Dipublikasikan. http://www.mdpi.org/ijerph/papers/ijerph2006030041.pdf diakses tanggal 18 September 2010

http://alzeinsi.blogspot.com/2012/05/makalah-tentang-sistem-urinaria.html

A.

Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra

lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). 1. Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal: 1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia. 2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna). 3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. 4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari : 1. Tes untuk protein albumin Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine. 2. Mengukur konsentrasi urenum darah Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 40) mg%. 3. Tes konsentrasi Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2. URETER Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih ) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya 20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

C. Urine (Air Kemih) 1. Sifat sifat air kemih - Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. - Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. - Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya. - Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.

- Baerat jenis 1.015 1.020. - Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih - Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air - Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin - Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat - Pigmen (bilirubin, urobilin) - Toksin - Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.

b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4. Mikturisi Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri ciri Urine Normal

Rata rata dalam satu hari 1 2 liter, tapi berbeda beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata rata 6.

Daftar Pustaka

Luvina, Evi Dwisang, (2003), Inti Sari Biologi Untuk SMA, Jakarta : Gramedia. Prawirohartono Slamet, (1991), IPA Biologi SMP, Jakarta : Gramedia. Syamsuri Istamar, (2004), Biologi Untuk SMA, Jakarta : Erlangga. Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC. Gambar ginjal, (2008), www.geoogle.com Gambar proses pembentukan urine, (2008), www.geoogle.com

http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html

Vous aimerez peut-être aussi