Vous êtes sur la page 1sur 8

Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memiliki fungsi sebagai penghubung dua bagian jalan yang terputus

oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan lain lain. Jembatan memiliki banyak fungsi, sehingga peran jembatan semakin sangat penting oleh sebab itu harus ada pemantauan kondisi (condition monitoring) dan perawatan secara terjadwal agar jembatan dapat tetap berfungsi dengan baik. Sebagai contoh seperti jembatan yang terletak di daerah Brebes, Jawa Tengah jembatan yang disebut jembatan pemali ini, sering mengalami kerusakan dalam konstruksinya, Jembatan pemali sering sekali mendapat perbaikan namun tidak bertahan lama. Kegagalan Bangunan Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000, Definisi Kegagalan Bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi Jalan & Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas. Dengan demikian Jalan dan Jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap perpindahan kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan Waktu yang Sesingkat Mungkin dengan persyaratan Nyaman dan Aman (Comfortable and Safe). Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai apakah suatu Jalan/ Jembatan mengalami kegagalan fungsi bangunan atau tidak.Secara khusus definisi Kegagalan Bangunan untuk Jalan dan Jembatan adalah suatu kondisi dimana bangunan Jalan dan Jembatan tidak mampu melayani pengguna jalan sesuai dengan kecepatan rencana secara Nyaman dan Aman. Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan Kegagalan bangunan dari segi tanggung jawab dapat dikenakan kepada institusi maupun orang perseorangan, yang melibatkan keempat unsur yang terkait yaitu : (1) menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 26, ketiga unsur utama proyek yaitu: Perencana, Pengawas dan Kontraktor (pembangun). (2) menurut pasal 27, jika disebabkan karena kesalahan pengguna jasa/bangunan dalam pengelolaan dan menyebabkan kerugian pihak lain, maka pengguna jasa/bangunan wajib bertanggung-jawab dan dikenai ganti rugi. Penyebab Kegagalan Struktur Jembatan Kegagalan Perencana Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak mengikuti TOR, (b) Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang berlaku, (c) Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik, (d) Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen konstruksi, (e) Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup dan akurat, (f) Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya beban rencana) dalam perencanaan, (g) Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik (h) Kesalahan gambar rencana.

Kegagalan Pengawas Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar, (b) Tidak mengikuti TOR, (c) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, (d) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode konstruksi yang benar, (e) Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis. Kegagalan Pelaksana Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak, (b) Salah mengartikan spesifikasi, (c) Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar, (d) Tidak menggunakan material yang benar, (e) Salah membuat metode kerja, (f) Salah membuat gambar kerja, (g) Pemalsuan data profesi, (h) Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah. Kegagalan Pengguna Bangunan Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Penggunaan bangunanan yang melebihi kapasitas rencana, (b) Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana, (c) Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan yang sudah ditetapkan, (d) Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya. Bangunan Bawah Pondasi adalah merupakan bagian yang paling penting dari bangunan bawah struktur jembatan yang harus meneruskan beban kendaraan serta bagian-bagian diatasnya ke lapisan tanah. Kegagalan bangunan bawah (pilar atau abutmen) terjadi apabila keruntuhan atau amblasnya bangunan bawah tersebut dan atau terjadi keretakan struktural yang berpengaruh terhadap fungsi struktur bangunan atas. Kegagalan pondasi dibagi sesuai dengan jenis pondasi yaitu: A. Pondasi Langsung, kegagalan pada pondasi langsung secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami: AMBLAS berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada elevasi rencana. MIRING berarti posisi pondasi langsung tersebut tidak sesuai dengan posisi vertikal rencana. PUNTIR berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi miring yang tidak beraturan . B. Pondasi sumuran, kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama dengan Pondasi Langsung. C. Pondasi Tiang Pancang Beton/ Baja, kegagalan pondasi tiang pancang beton/ baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami: AMBLAS berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada elevasi rencana. PATAH yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan poor bangunan bawah yang mengakibatkan tiang pancang tidak berfungsi, atau tiang pancang beton mengalami retak struktural.

Kasus kasus yang sering terjadi pada pondasi Banyak kasus kegagalan bangunan akibat kegagalan pondasi yang tidak dapat diperbaiki sehingga seluruh bangunan (gedung atau jembatan) tidak dapat berfungsi lagi, atau untuk perbaikannya harus memerlukan biaya tinggi Terjadi patahan pada pondasi Biasanya kejadian patahan terjadi pada pondasi menerus dari bahan pasangan batu kali Patahan terjadi karena kurang baiknya daya dukung tanah dibawah pondasi dan tidak diantisipasi dengan luasan pondasi yang cukup. Patahan juga dapat terjadi apabila kekuatan sloof tidak cukup kuat dalam menunjang kekakuan pondasi. Patahan jg dapat terjadi pada kondisi tanah yang tdk homogen,misalnya adanya bagian-2 tanah yang gembur sedangkan bagian yang lain cukup keras Adukan pasangan pondasi yang kurang baik juga dpt memperparah kondisi patahan yang terjadi Penurunan pada pondasi Penurunan/settlement Pengertian penurunanpondasi yaitu amblasnya pondasi bangunan tanpa atau dengan disertai patahnya konstruksi pondasi, sehingga kondisi bangunan bisa turun lurus vertikal atau turun miring. Penurunan pondasi menerus maupun titik dapat terjadi apabila kondisi tanah kurang stabil, tetapi struktur pondasi masih solid, sehingga bangunan menjadi miring kaku. Pada sistem pondasi titik, penurunan yang tidak seragam dapat mengakibatkan patahnya ikatan/sloof pengaku pondasi. Penurunan pondasi juga dapat disebabkan oleh kurang baiknya sistem drainasi dibawah bangunan, sehingga air tanah dpt menggerus kekuatan tanah pendukung pondasi.

Untuk mencegah kegagalan pondasi, harus sejak dini diantisipasi yaitu dari tahap penyelidikan tanah dilapangan(insitutest) dan dilab mekanika tanah, perencanaan dan perhitungan daya dukung pondasi serta penurunannya dan tahapan pelaksanaan pondasi

Kesalahan yang sering terjadi serta penanganannya (Buku Best Practice Penanganan Jembatan)

Contoh kerusakan kerusakan bangunan bawah jembatan

Vous aimerez peut-être aussi