Vous êtes sur la page 1sur 12

Skrining Fitokimia

Annisa Firdausi / I21111019


Fitokimia 2014

Pendahuluan

Untuk menelusuri kandungan senyawa dalam tumbuhan dan aktivitas biologinya dapat dilakukan dengan 2 cara pendekatan, yaitu : Pendekatan fitofarmakologi Pendekatan skrining fitokimia

1. 2.

Skrining fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri atau kandungan senyawa aktif penyebab efek toksik atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh suatu ekstrak tumbuhan bila diuji dengan sistem biologi (Harborne, 1987).

Metode skrining fitokimia digunakan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder, makromolekul serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggolongkan tumbuhan.

Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, bunga, buah, dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan sebagainya.

Syarat Pemilihan Metode Skrining Fitokimia


Sederhana Cepat Selektif pada golongan senyawa yang dipelajari Bersifat semikuantitatif Dapat memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari

Uji / Skrining Fitokimia


Uji fitokimia yang sering dilakukan antara lain :
1.

Uji polifenol
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3.

Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.

2.

Uji kuinon
Ekstrak diteteskan di atas plat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N

Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah.

3.

Uji alkaloid
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan. Larutan didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagen Wagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat).

Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.

4.

Uji triterpenoid, steroid dan saponin


Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menandakan adanya saponin. Ekstrak yang sudah ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klorida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard.

Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah. Hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.

5.

Uji Tanin
Serbuk tumbuhan (2gr) dipanaskan dengan air (10ml) selama 30 menit di atas tangas air. Disaring, filtrat ditambah larutan NaCl 2% (1ml), jika terjadi suspense atau larutan gelatin 1% (5ml).
Hasil

positif ditandai dengan adanya tanin atau zat samak

6.

Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis pereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam pekat dan Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel reaksi warna flavonoid berikut (Venkataraman, 1962):

Vous aimerez peut-être aussi