Vous êtes sur la page 1sur 6

APLIKASI KOMPOSIT ALUMINIUM BERPENGUAT Al2O3 PADA TEMPERATUR TINGGI

http://gogetitnararia.wordpress.com/2012/03/13/aplikasi-komposit-aluminium-berpenguat-al2o3pada-temperatur-tinggi/ Pendahuluan Keramik alumina (Al2O3) merupakan keramik refraktori yang sangat keras, biasa diaplikasikan pada struktur temperatur tinggi dan aplikasi substrat karena memiliki kekerasan yang bagus dan koefisien ekspansi thermal yang tinggi. Sayangnya, seperti keramik kebanyakan, alumina memiliki keuletan yang rendah dan fracture toughness yang rendah, sehingga keramik alumina biasanya ditambahkan ke logam (seperti aluminium, kobalt atau niobium) yang kekerasannya rendah namun memiliki keuletan yang tinggi. Metal Matrix Composite dengan matriks aluminium biasanya diperkuat dengan keramik silikon karbida atau keramik alumina. Matriks harus terikat secara kuat dengan penguatnya, namun tidak boleh memiliki interaksi kimia sehingga cara yang baik untuk memperkuat ikatan matriks dengan penguat adalah dengan meningkatkan pembasahanpartikel penguat dengan matriksnya. Apabila pembasahan tidak baik dapat terjadi aglomerasi dari penguat yang dapat mengakibatkan distribusi tegangan yang buruk, banyaknya porositas yang terbentuk dan sifat mekanis yang kurang baik [1]. Untuk meningkatkan pembasahan, diperlukan penambahan aditif pada MMC. Berdasarkan studi yang dilakukan, aditif yang memiliki efisiensi paling tinggi dalam meningkatkan pembasahan untuk partikel keramik silikon karbida atau alumina adalah silikon atau magnesium. [idem]. Persebaran partikulat keramik pada matriks aluminium juga sangat penting dalam produksi material komposit. Distribusi persebaran partikel alumina pada matriks MgO dapat ditingkatkan melalui penambahan MgO [1]. Metode Fabrikasi Beberapa metode untuk fabrikasi komposit aluminium berpenguat partikel alumina ini adalah mechanical alloying dengan high energy milling, proses vortex, deposisi lelehan, metalurgi serbuk, pengecoran ultrasonic, metode liquid. Metode fabrikasi dari komposit aluminium yang digunakan dan dikembangkan akhir-akhir ini adalah metode casting dan metalurgi serbuk. Kumar et al. melakukan penelitian komposit aluminium dengan penguat partikel keramik alumina menggunakan fabrikasi dengan teknik liquid metallurgy. Partikel alumina dipreheating sebelum diaduk pada lelehan aluminium dan diaduk selama 10 menit dengan kecepatan 400 rpm [2]. Su et al. berpendapat bahwa fabrikasi yang baik untuk komposit Al/Alumina ini adalah metode liquid state dengan stir casting. Metode tersebut tidak membutuhkan biaya yang besar dan menghasilkan produk yang bentuknya mendekati cetakannya. Namun metode ini cukup sulit karena partikel alumina yang terdispersi kedalam lelehan matriks sulit mencapai distribusi yang seragam akibat rasio surface to volume yang besar dan kurangnya wettability [3]. Penelitian tersebut menggunakan raw materials serbuk Al dengan ukuran partikel 80 100 m dan serbuk nano Alumina dengan bentuk partikelspherical dan berukuran 65 nm. Ingot aluminium yang digunakan adalah paduan aluminium 2024. Pertama-tama serbuk nano alumina dan serbuk

aluminium dicampur menggunakan ball-milling untuk mengurangi kecenderungan partikel nano alumina yang meng- cluster . Setelah mixing selesai, lalu campuran kedua serbuk tersebut dituang ke lelehan matriks ingot aluminium. Perlakuan ultrasonik ditambahkan pada saat pengecoran untuk proses degassing pada lelehan komposit. Hasil proses menunjukkan bahwa solid-liquid casting dengan perlakuan ultrasonik sangat cocok digunakan untuk memproduksi komposit aluminium dengan nanopartikel alumina.

Gambar 1. Proses fabrikasi komposit aluminium dengan penguat partikel alumina menggunakan metode liquid state casting dengan ultrasonic solidification [4] Rahimian et al. mengembangkan komposit aluminium berpenguat partikel alumina dengan metalurgi serbuk yang diikuti dengan proses sintering [5]. Solid state diffusionmemiliki peran penting dalam pembentukan dan pertumbuhan ikatan interpartikel, jadi ikatan yang dimiliki oleh komposit pada penelitian ini adalah diffusion bonding. Ikatan ini diperkirakan terjadi akibat disolusi atau reaksi antara matriks dan partikulat penguat. Sayangnya, reaksi diffusion bonding ini menurunkan sifat mekanis. Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan ekstrusi. Berdasarkan penelitian, kekerasan maksimum yang dimiliki oleh komposit adalah 76 HB dengan ukuran partikel alumina 3 m yang disinter pada temperatur 600 C selama 45 menit. Borgonovo menjelaskan pada thesisnya, metode metalurgi serbuk cenderung membutuhkan biaya yang lebih besar karena prosesnya yang cukup rumit (blending, pressing, sintering). Keuntungan metode ini adalah kecenderungan partikel alumina untuk meng-cluster dan teraglomerisasi sangat rendah, selain itu juga produk akhir yang dihasilkan mendekati bentuk cetakan aslinya. Selain itu rentang ukuran partikel alumina atau aluminium yang ingin digunakan sangat luas dan sangat banyak pilihannya di pasaran, tergantung pada kebutuhan dan aplikasi [4].

<strong>Gambar 2. Proses fabrikasi komposit aluminium dengan penguat partikel alumina pada metode metalurgi serbuk [4] Corrochano et al. melakukan penelitian dengan menggunakan whiskers alumina sebagai

pengganti partikel alumina pada komposit aluminium. Metode fabrikasi yang digunakan adalah metalurgi serbuk. Serbuk aluminium diatomisasi dengan gas dan diaduk dengan 10 wt. % whiskers alumina dan dilakukan ekstrusi pada temperature 723 K. [6] Berdasarkan studi diatas, dapat disimpulkan bahwa fabrikasi dari komposit aluminium berpenguat partikel keramik alumina dengan metode metalurgi serbuk lebih efektif daripada metode casting, dilihat dari sisi bagusnya ikatan antara matriks dengan partikel penguat. Metode casting lebih digemari karena cost saving namun partikel alumina yang tersebar pada matriks kurang terdispersi secara merata pada matriks diakibatkan kurangnya wettability dan kecenderungan partikel alumina untuk teraglomerisasi dan ter-cluster pada matriks aluminium. Sehingga apabila ingin menggunakan metode castinglelehan aluminium harus ditambahkan unsur paduan yang dapat meningkatkanwettability matriks dengan penguatnya. Perilaku Komposit Aluminium dengan Penguat Partikel Alumina pada Temperatur Tinggi Komposit aluminium berpenguat partikel keramik alumina menghasilkan kombinasi kekuatan yang baik yang disokong oleh partikel keramik alumina dan ketangguhan yang didukung oleh matriksnya. Gudlur et al. melakukan penelitian untuk mengetahui sifatthermal dan mekanis dari komposit aluminium berpenguat partikel alumina. Komposit dengan ukuran partikel aluminium powder yang lebih kecil memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Persentase kandungan alumina harus optimum, apabila terlalu banyak maka dapat menyebabkan kontak antarpartikel alumina dalam matriks yang menyebabkan aluminium sulit untuk mengisi jarak antara partikel alumina dan menurunkan sifat mekanisnya. Tekanan sebesar 502 MPa digunakan untuk meminimalisir porositas yang terjadi sehingga meningkatkan modulus elastisnya [7]. Modulus elastis komposit akan menurun seiring dengan meningkatnya temperatur apabila kandungan keramik alumina tinggi karena adanya tegangan thermal pada komposit. Selain itu tegangan tinggi pada komposit pada kadar aluminium yang tinggi dapat mengakibatkan komposit

mengalami deformasi plastis. Sedangkan apabila kadar alumina yang tinggi, tegangan yang besar dapat menyebabkan retak. Peningkatan temperatur dapat menghasilkan diskontinuitas tegangan yang besar pada antarmuka aluminium dengan alumina yang dapat menyebabkan debonding [7]. Koefisien ekspansi thermal pada komposit ini dipengaruhi oleh kandungan alumina. Apabila persentase volum alumina pada komposit aluminium meningkat, maka koefisien ekspansi thermal menurun. Penggunaan serbuk aluminium dengan ukuran yang kecil, yaitu 4.5 m, memiliki koefisien ekspansi thermal yang lebih rendah daripada serbuk aluminium dengan ukuran yang lebih besar (10 m). El-Kady et al. meneliti karakteristik tarik dari komposit aluminium A356 berpenguat nanopartikel alumina [8]. Penelitian tersebut menggunakan dua variabel ukuran nanopartikel alumina, yaitu 200 dan 60 nm dengan kadar 5 persen volum pada matriks aluminium. Hasil penelitian tersebut adalah nanopartikel alumina dengan ukuran 200 nm meningkatkan sifat tarik dari nanokomposit pada temperatur tinggi (sampai sekitar 300 C). Kenaikan kekuatan tarik ini disebabkan oleh dua hal, yaitu 1) perbedaan koefisien ekspansi thermal dari aluminium dan alumina yang menyebabkan mismatch sehingga menghasilkan dislokasi dan 2) mekanisme penguatan dispersi akibat keberadaan nanopartikel alumina yang tersebar pada matriks sehingga memberikan tegangan tambahan untuk dislokasi slip yang ingin melewati nanopartikel alumina. Gariboldi et al. meneliti mekanisme kerusakan komposit aluminium dengan penguat partikel alumina pada temperatur tinggi. Penelitian menghasilkan apabila komposit diberi beban multiaksial pada temperatur tinggi (diatas 300 C) antarmuka antara matriks dan partikel terjadi debonding. Hasil patahan sampel, yang diuji creep, menghasilkan patahan ulet dengan ukuran dimple yang cukup luas. Pada partikel alumina terjadi pembelahan akibat pembentukan dan pertumbuhan void yang mengakibatkan interface debonding [9]. Aplikasi Komposit Aluminium dengan Penguat Partikel Alumina pada Temperatur Tinggi Aplikasi komposit aluminium ini paling sering melibatkan temperatur tinggi, seperti thermal barrier coatings, mesin turbin, dan piston rod karena ketahanannya yang sangat baik pada temperatur tinggi (biasanya sampai 450 500 C) [7]. Komposit aluminium dengan penguat partikel alumina sukses dikembangkan sebagai komponen automotif,aerospace, dan thermal management. Komposit ini diaplikasikan sebagai fan exit guide vane (FEGV) pada mesin gas turbin [10]. Pada bidang aerospace, komposit aluminium dengan penguat alumina dapat diaplikasikan sebagai vertical tails, wing slat tracks, bulkheads, dan terutama pada mesin jet. Hal tersebut diakibatkan karena komposit ini memiliki ketahanan temperatur tinggi, kekakuan dan kemampuan yang baik [11].

Gambar 3. Komponen fan exit guide vanes (FEGV) yang digunakan pada mesin gas turbin [11] Selain itu, komposit aluminium berpenguat alumina juga digunakan sebagai break padsand rotor pada mobil F1. Komponen rotor dan pads mengalami perubahan temperatur dan tekanan yang tidak seragam di sepanjang permukaannya, sehingga material yang digunakan harus memiliki ketahanan temperatur dan thermal shock yang baik dan material juga harus cukup keras untuk meminimalisir efek regangan. Penggunaan komposit ini dapat mengurangi bobot rotor sebesar 60 % (dibandingkan dengan rotor yang dibuat dari besi tuang). Selain itu penggunaan komposit ini juga meningkatkan efisiensi dan menurunkan emisi bahan bakar sehingga dapat menguntungkan dari segi bisnis dan ekonomi [12]. Pada bidang elektronik dan komunikasi, komposit aluminium berpenguat alumina memiliki peran yang signifikan karena mampu menahan disipasi panas yang dapat mengakibatkan mismatch dari koefisien ekspansi thermal. Tingginya konduktivitas thermal dan tingginya modulus elastis komposit ini semakin menambah keuntungan dalam aplikasinya sebagai hermetic package materials, yang berguna untuk melindungi sirkuit elektronik dari kelembapan udara dan lingkungan yang berbahaya [11]. Kesimpulan Komposit aluminium dengan penguat partikel keramik banyak dikembangkan untuk aplikasi pada temperatur tinggi karena memiliki koefisien ekspansi thermal yang tinggi sehingga ketahanannya pada kondisi temperatur tinggi lebih baik. Salah satu jenis penguat yang cukup banyak digunakan dan dikembangkan pada komposit aluminium ini adalah partikel keramik alumina. Terdapat dua metode yang sering dipakai untuk fabrikasi komposit aluminium dengam penguat partikel alumina ini, yaitu liquid state casting dan metalurgi serbuk. Liquid statecasting lebih digemari karena prosesnya lebih mudah dan murah sehingga menguntungkan dari segi ekonomis. Namun proses ini lebih sulit menghasilkan partikel alumina yang tersebar merata pada matriks, karena partikel alumina cenderung teraglomerisasi dan meng-cluster akibat kurangnya wettability dengan matriks, sehingga perlu ditambahkan unsur lain untuk meningkatkan wettability dari matriks-penguat sehingga tidak terjadi debonding saat komposit diberi beban. Sedangkan metode metalurgi serbuk bekerja dengan baik apabila ukuran alumina yang digunakan dalam skala nanopartikel. Metode ini cenderung lebih membutuhkan biaya lebih karena prosesnya cukup sulit (blending, pressing, sintering). Keuntungan dari metode ini adalah kecenderungan partikel alumina untuk meng-cluster dan teraglomerisasi sangat kecil dan produk akhirnya mendekati bentuk cetakannya [4].

Aplikasi

komposit

aluminium

dengan

penguat

partikel

alumina

ini

meliputi ini

bidang

automotif, aerospace dan

elektronik.

Pada

bidang

automotif,

komposit

digunakan

sebagai breaker pads dan rotor pada mobil F1. Untuk bidang aerospace, komposit ini digunakan sebagai fan exit guide vane (FEGV) pada mesin gas turbin, vertical tails, wing slat tracks, bulkheads, dan terutama pada mesin jet. Dan pada bidang elektronik, komposit ini berguna untuk menahan disipasi panas dan diaplikasikan sebagai hermetic package materials. REFERENSI 1) 2) A.R.I. Kheder,G.S. Marahleh, D.M.K. Al-Jamea. 2011. Strengthening of Aluminum by SiC, G.B. Veeresh Kumar, C. S. P Rao, N. Selvaraj, M. S. Bhagyashekar. 2010. Studies on Al2O3, and MgO. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering Al6061 SiC and Al7075 Al2O3Metal Matrix Composites. Journal of Minerals & Materials Characterization & Engineering 3) Hai Su, Wenli Gao, Zhaohui Feng, Zheng Lu. 2012. Processing, mictrostructure and tensile properties of nano-sized Al2O3particle reinforced aluminum matrix composites. Material and Design 4) 5) Cecilia Borgonovo. 2010. Thesis : Aluminum Nano-composites for Elevated Temperature Mehdi Rahimian, Naser Ehsani, Nader Parvin, Hamid reza Baharvandi. 2009. The effect of Applications. Worcester Polytechnic Institue particle size, sintering temperature and sintering time on the properties of AlAl2O3composites, made by powder metallurgy. Journal of Materials Processing Technology 6) J. Corrochano, C. Cerecedo, V. Valcrcel, M. Lieblich, F. Guitin. 2008. Whiskers of Al2O3as reinforcement of a powder metallurgical 6061 aluminium matrix composite. Materials Letters 7) Pradeep Gudlur, Adam Forness, Jonathan Lentz, Miladin Radovic, Anastasia Muliana. 2012. Thermal and mechanical properties of Al/Al2O3composites at elevated temperatures. Materials Science and Engineering 8) El-Sayed Youssef El-Kady, Tamer Samir Mahmoud, Mohamed Abdel-Aziz Sayed. 2011. Elevated Temperatures Tensile Characteristics of Cast A356/Al2O3Nanocomposites Fabricated Using a Combination of Rheocasting and Squeeze Casting Techniques. Materials Science and Applications 9) Elisabetta Gariboldi, Antonietta Lo Conte. 2008. Damage mechanisms at room and high temperature innotched specimens of Al6061/Al2O3particulate composites. Composites Science and Technology 10) M. K. Surappa. 2003. Aluminium matrix composites: Challenges and opportunities. Sadhana Vol.28 11) http://www.scribd.com/doc/21293976/TALAT-Lecture-1402-Aluminium-Matrix-CompositeMaterials Diakses pada tanggal 5 Maret 2012 12) http://ceramics.org/ceramictechtoday/2012/01/24/new-ceramic%E2%80%93aluminumcomposite-brake-rotor-developed-for-mass-market/ Diakses pada tanggal 5 Maret 2012

Vous aimerez peut-être aussi