Vous êtes sur la page 1sur 132

NO: 02010694/AKT/2007

PENERAPAN TAX PLANNING DALAM MEMINIMALKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG PT. "X"

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program S-l Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra

Oleh: Yosef Ervin Riadi Oedi Tjahjadi NRP: 32402154 JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2007

LUMBAR PEN(;KSAHAN Skripsi

PENERAPAN TAX PLANNING DALAM MEMINIMALKAN PAJAK PKNGHASILAJN (PPh) TERUTANG PT. "X" Olch:
Yosef Ervin Riadi Oedi Tjahjadi MRP: 32402154

Diterima Olch: Jurusan Akuiitansi Fakultas h'konomi Universitas Kristen Pefra Surabaya, 1 Desember 2006 Pembimbing I:
LL-

Pembimbing 2:

.*
Yenni MkigotinaJSn., MSL Ak NIP: 98039 Ketua Tirn Penguji: Arja Saduariu, SF. Ak NfP: 99025

------ TC
Y. Joei KetuaJurusan: .an: f ^^ Ak..BAP MP: 98007 YfcnniKlapiJotirtc. SK. MSL. Ak NIP: 98039 Chrisiiawan. St:.. MSL

ii

LEMBAR FERNY ATAAN PERSJCTUUAN PL1JL1KAS1 KARYAILMIAH INI UK KEPENTINGAX AKABEMIS

Sebagai mahastswa Universilas Kristco Petra, yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Numa : Yosef Frvin Riadi Oedi Tjalijadi NRP : 32402154

demi pengembangan iltmi peogetahuan, meayelujui unluk meinberikan kepada Universilas Kristen Pelra Hak Bebas Roy alii Non-FJesklnaif (/von-exduvive Royalty-Free Right) alas karya ilmiah saya yang berjudul: "Penerapan Tax Manning Dalam Meminimalkan Pajak Penghasilao (PPh) Terulang PT. "X". beserta pcrangkat yang dipcrlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalli Non-Ek&klusif ini Universilas Kristen Petra berhak menyioopan, mengalihmedia'Tonnat-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data {database)* mcndistribusikannya, dan menampilkan/mempubhkasjkannya di Internet atau media lain unluk kepenlingan akadcmis lanpa perlu meminia ijin dari saya sclama tctap mcncantumkan nama saya sebagai penuhVpeneipla.

Saya bcrsedia unluk menanggung sccara pribadi, lanpa mdibalkan pihak Universilas Kristen Petra. segala bentuk tvintutan hukum yang timbul alas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiab saya ini. Dcmikian pcrnyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuatdi Piitla Uinggal

: Surabaya : 1 Desemher 2006 Yang Menyatakan,

\ (YiwerErvm Riadi Oedi Tjalijadi)

in

KATAPKNGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkal dan kasih karuniaNya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Project Bisnis yang berjudul "Penerapan Tax Planning dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang PT. "X", sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi Universitas Kristen Petra. Tersusunnya Tugas Akhir Project Bisnis ini adalah berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. yang dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Yenny Mangoting, SE., MSi., Ak., selaku pembimbing 1 yang telah membimbing dan membantu dengan penuh kesabaran dalam pengerjaan Skripsi ini dan juga selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Petra. 2. Bapak Arja Sadjiarto, SE., Ak., selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan penuh kesabaran dan tiada bosannya membimbing, mengarahkan. serta memberikan semangat pada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini. 3. Segenap dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Petra yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Kristen Petra. 4. Staf Tata Usaha Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Petra Surabaya yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran Skripsi ini. 5. Pihak Perpustakaan Universitas Kristen Petra, yang telah menyediakan berbagai jurnal-jurnal dan buku-buku pendukung yang dibutuhkan dalam penyelesaian Skripsi ini. 6. Pimpinan, Staf, dan karyawan PT. "X" yang telah sudi meluangkan waktunya untuk memberikan data yang diperlukan dalam penyelesaian Skripsi ini. 7. Papa (Aim) dan Mama yang dengan penuh kesabaran terns memberikan dorongan semangat, doa, kasih sayang yang tak terhingga artinya dalam perjalanan hidup dan studi penulis.

iv

8. Anggota keluarga tercinta, Ko Irwan, Ko Andi, Ko Aris, Ko Rinal, Ci Hanny, Ci Rika, Vania, Hansel, Jojo dan Isaac yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang sangat berarti dalam penyelesaian Skripsi ini. 9. Teman-teman Project Bisnis, Reeky dan Fenny, yang selama penyelesaian Skripsi ini telah berjuang dan berbagi suka dan duka bersama-sama. 8. Teman-teman, Abraham, Jimmy, Guntur, Angga, Faustinus, Yosi, Melvin, Linda, Rika, Mia, PongLing dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu, memberikan keceriaan mendengarkan serta memberi dukungan kepada penulis. 9. Semua pihak yang telah ikut membantu sehingga dapat terselesaikannya Skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu diperlukan masukan berupa saran dan kritik demi penyempurnaannya. Terlepas dari semua itu semoga Skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surabaya, 1 Desember 2006

Penulis

ABSTRAK

Yosef:

Skripsi
Penerapan Tax Planning dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang PT. "X". PT. "X" adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan dan penjualan AC dan mesin pendingin (cool storage). Sebagai bentuk partisipasinya dalam pembangunan nasional, perusahaan berperan aktif dengan cara membayar pajak. Perusahaan cenderung menganggap pajak sebagai pengurang laba, sehingga dalam perkembangannya perusahaan berusaha untuk meminimalkan pajak. Untuk itu perusahaan membutuhkan perencanaan pajak yang dapat meminimalkan pajak dalam hal ini PPh Badan tanpa melanggar ketentuan peraturan perpajakan yang ada. Jenis penelitian yang digunakan bersifat aplikasi, yang berupa studi kasus pada suatu perusahaan dan penelitian ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam meminimalkan pajak penghasilan (PPh) Badan melalui penerapan perencanaan pajak. Dalam penelitian ini penerapan perencanaan pajak dapat menghemat PPh Badan sebesar Rp. 26,810,400,Kata Kunci : perencanaan pajak, PPh Badan.

ABSTRACT

Yosef: Mini thesis The Implementation of Tax Planning to Minimize the Payable Income Tax

ofPT "X".
PT. "X" is a company which produces, assemblies and sells air conditioner (AC) and cool storage. As its participation in the national development, the company is active in paying the tax. The company usually thinks that tax is a reason that decreasing the profit, because of that, the company tries to minimize the Income Tax without breaking the rule of the tax that existed. This kind of research that was used more on its application in the form of case study (in a company) and this research was done, in order to help the company in minimizing the income tax by using the application of tax planning. This research shown that the application of tax planning could save the company income tax by Rp. 26,810,400,Key words : tax planning, company income tax.
VII

Universilas Kristen Petra

DAI-TAR LSI

HALAMANJUDUL .................................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................... ABSTRAK................................................................................................................. DAFTARISI .............................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... DAFTARTABEL ...................................................................................................... DAFTAR LAM PI RAN ............................................................................................ 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ LI. Latar Belakang ............................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 1.5. Batasan Penelitian ...................................................................................... 1.6. Sistematika Skripsi....................................................................................... LANDASAN TEORI ....................................................................................... 2.1. Pajak Penghasilan ........................................................................................ 2.1.1. Subjek Pajak.................................................................................... 2.1.2. Objek Pajak Penghasilan................................................................. 2.1.2.1. Penghasilan Yang Termasuk Objek Pajak ...................... 2.1.2.2. Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final .......................... 2.1.2.3. Penghasilan Yang Bukan Merupakan Objek Pajak .......... 2.1.3. Pengurang Penghasilan .................................................................. 2.1.3.1. Biaya Yang Diperkenankan (deductible expenses).... 2.1.3.2 Biaya Yang Tidak Diperkenankan ( non deductible expenses) ......................................................... 2.2. Perencanaan Pajak ....................................................................................... 2.2.1. Memaksimalkan Penghasilan Yang Dikecualikan ......................... 2.2.2. Memaksimalkan Biaya Fiskal ....................................................... 2.2.3. Pemilihan Metode-Metode Akuntansi .......................................... 2.2.4. Pemilihan Bentuk-Bentuk Kesejahteraan Karyawan .................... viii

i ii iii iv vi vii x xi xii I 4 4 4 4 4 5 7 7 7 10 11 12 13 14 15 16 17 19 21 21 24

Universilas Kristen Petra

3. METODE PENELITIAN .................................................................................... 3.1. Rancangan Penelitian ................................................................................... 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 3.3. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data .................................................. 3.4. Unit Analisis ............................................................................................... 3.5. Teknik Analisis Data....................................................................................

35 35 35 36 36 36

4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38 4.1. Gambaran Umum ....................................................................................... 38 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................... 38 4.1.2. Tujuan Penisahaan ......................................................................... 39 4.1.3. Lokasi Penisahaan........................................................................... 39 4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................... 40 4.2. Deskripsi Data .............................................................................................. 42 4.2.1. Kebijakan-Kebijakan Yang Diterapkan Penisahaan ....................... 42 4.2.2. Penyajian SSP danLaporan Laba Rugi Penisahaan ....................... 44 4.2.3. Koreksi Fiskal ............................................................................... 48 4.3. Analisis Data dan Pembahasan ................................................................... 51 4.3.1. Memaksimalkan Penghasilan Yang Dikecualikan ......................... 51 4.3.2. Memaksimalkan Biaya Fiskal dan Meminimalkan Biaya Yang Tidak Dapat Dikurangkan ................................................... 52 4.3.2.1 Biaya Pajak.................................................................... 52 4.3.2.2 Biaya Listrik, Telp, Air ................................................. 52 4.3.2.3 Biaya Iklan .................................................................... 52 4.3.2.4 Biaya Penyusutan .......................................................... 53 4.3.2.5 Biaya Entertainment...................................................... 54 4.3.2.6 Biaya Sumbangan.......................................................... 54 4.3.3. Pemilihan Metode-metode Akuntansi ............................................ 55 4.3.3.1 Metode Penilaian Persediaan ........................................ 55 4.3.3.2 Metode Penyusutan ....................................................... 55 4.3.4. Pemilihan Bentuk-bentuk Kesejahteraan Karyawan ...................... 56 4.3.4.1 Perawatan Kendaraan.................................................... 56 4.3.4.2 Biaya Perjalanan Dinas ................................................. 56 4.3.4.3 Makanan dan Natura lainnya ........................................ 57 4.3.4.4 Biaya Konsumsi ............................................................ 58 4.3.4.5 Pengobatan Karyawan .................................................. 58 4.3.5. PPh Pasal 21 .................................................................................. 60 4.3.5.1 PPh Pasal 21 Karyawan (metode net basis) .................. 60 4.3.5.2 PPh Pasal 21 Karyawan (metode Tunjangan PPh sebesar PPh Pasal 21 terutang) .............................. 61 4.3.5.3 PPh Pasal 21 Karyawan (metode Gross Up) ................ 61 4.3.6. Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan ................................... 61 4.3.6.1 Penerapan Tax Planning Pada Penisahaan (metode net basis) ............................................................................. 61 4.3.6.2 Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan (metode Tunjangan PPh sebesar PPh Pasal 21 terutang) .................................................................. 65 4.3.6.3 Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan

ix
Universitas Kristen Petr

4.3.7.

(metode Gross Up) ........................................................ 69 Perbandingan Pelaksanaan Pemberian Tunjangan PPh Sebesar PPh Pasal 21 Terutang, Metode Gross Up, dan Metode Net Basic............................................................................ 73

5.

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 76 5.1, Kesimpulan ................................................................................................ 76 5.2. Saran ............................................................................................................ 77

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................... 78 LAMPIRAN .............................................................................................................. 79

x Universilas Kristen Petra

DAFTAR (JAMBAR

Gambar4.1 41

Bagan Struktur Organisasi FT. "X" ........................................................

XI

Universilas Kristen Petra

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5. Tabel 4.6

Harta Berwujud Kelompok Bukan Bangunan .................................... Harta Berwujud Kelompok Bangunan ................................................ SSP PT."X" tahun 2005 .................................................................... Laporan Laba Rugi FT "X" .................................................................. Rincian Biaya Lain-lain PT "X" ........................................................... Laporan Laba Rugi PT "X" (Revisi Konsultan) ................................... Rincian Biaya Lain-lain PT "X" (Revisi Konsultan) ............................ Laporan Laba Rugi PT "X" (setelah tax planning dengan metode net basis) ................................................................................................

23 24 44 45 46 47 50

64

Tabel 4.7

Rincian Biaya Lain-lain PT "X" (setelah tax planning dengan metode net basis) .................................................................................. 65

Tabel 4.8

Laporan Laba Rugi PT "X" (setelah tax planning dengan metode tunjangan PPh Pasal 21) ........................................................................ 68

Tabel 4.9

Rincian Biaya Lain-lain PT "X" (setelah tax planning dengan metode tunjangan PPh Pasal 21) ............................................................ 69

Tabel 4.10

Laporan Laba Rugi PT "X?" (setelah tax planning dengan metode gross up)................................................................................................. 72

Tabel 4.11

Rincian Biaya Lain-lain PT "X" (setelah tax planning dengan metode gross up).................................................................................... 73 74

Tabel 4.12 Tabel 4.13

Rekapitulasi Jumlah PPh temtang PT. "X" .......................................... Rekapitulasi Jumlah Laba Komersial dan Penghematan Pajak PT. "X" ..................................................................................................

75

xii
Universitas Kristen Petra

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 79 Lampiran 2

Daftargaji dan PPh pasal 21 Tahunan 2005 PT."X" .............................

Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan setelah tax planning metode net basis ................................................................................................ 82

Lampiran 3

Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan setelah tax planning metode Tunjangan sebesar PPh Pasal 21 temtang .............................................. 85

Lampiran 4

Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan setelah tax planning metode gross up .................................................................................................. 88

Lampiran 5 91 Lampiran 6

Daftar inventaris mesin dan kendaraan PT. "X" ....................................

Daftar Inventaris Mesin dan Kendaraan fiskal PT. "X" tahun 2005 ....................................................................................................... 93

Lampiran 7 95

Daftar Inventaris ....................................................................................

xiii
Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai sumber-sumber penerimaan negara yang dapat dignnakan untuk menjalankan program pembangunan negaranya. Demikian halnya dengan negara Indonesia yang mempunyai dua sumber penghasilan yang digunakan untuk mendanai pembangunan nasionalnya yaitu penerimaan yang berasal dari dalam negeri dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri Indonesia yang potensial adalah berasal dari pajak. Secara umum pajak didefinisikan sebagai suatu kewajiban kenegaraan bempa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang

pelaksanaannya diatur dalam Undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dimana warga negara dan anggota masyarakat tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung dari pajak yang telah dibayarkan. Pajak dapat dilihat dari dua sisi, sebagai kontribusi masyarakat pelaku bisnis kepada pemerintah dan sebagai unsur pengurang laba. Masyarakat pelaku bisnis secara luas ikut memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam bentuk pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini perusahaan menganggap pajak sebagai sumbangan. Namun di sisi lain pajak juga merupakan unsur pengurang dari laba atau pajak dianggap sebagai beban perusahaan yang berpengaruh pada after tax profit, rate of return, dan cash flow. Pada akhirnya pajak adalah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak harus memahami ketentuan-ketentuan umum perpajakan, salah satu ketentuan tersebut adalah mengenai self assessment system. Dalam self assessment system* seluruh proses pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dimulai dari menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang, menyetor pajak terutang ke kas negara, melaporkan perhitungan dan penyetoran, serta mempertanggungjawabkan semua kewajiban dilakukan oleh Wajib Pajak . 1
Universitas Kristen Petra

Menurut Markus (2002: 230) sistem self assessment mempunyai kelemahan karena kurang efektif dan efisien sehingga untuk menutupi kelemahan dan sebagai pelengkap sistem self assessment digunakan dua sistem pemajakan yaitu sistem pemotongan {withholding system) dan sistem pemungutan {collecting system). Sistem pemotongan yaitu pelaksanaan pemajakan dilakukan oleh pihak lain dengan cara pihak lain itu memotong pajak dari jumlah yang dibayarkannya kepada Wajib Pajak lalu menyetorkannya ke kas negara untuk dan atas nama Wajib Pajak. Sistem berikutnya yaitu sistem pemungutan yaitu pelaksanaan pemajakan dilakukan oleh pihak lain dengan cara pihak lain itu memungut pajak dari Wajib Pajak yang bersangkutan, lalu menyetorkannya ke kas negara untuk dan atas nama Wajib Pajak. Untuk menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas tertentu dapat dicapai perusahaan melalui perencanaan pajak. Perencanaan pajak dapat diartikan sebagai perencanaan sistematik dari pemilihan metode-metode yang ada dalam rangka meminimalkan kewajiban pajak terutang pada periode saat ini dan periode yang akan datang . Kesalahan dalam perencanaan pajak dapat berakibat fatal, karena akibat yang ditanggung perusahaan bisa berakumulasi. Contohnya adalah pengenaan sanksi baik administrasi maupun pidana yang merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu dihindari melalui perencanaan pajak yang baik. Pada perencanaan pajak ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi model-model penghematan pajak yang akan dilakukan. Perencanaan pajak dapat dilakukan melalui tax avoidance yaitu upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengurangi beban pajaknya yang harus dibayar dengan memanfaatkan celah-celah dan kelemahan Undang-undang atau peraturan perpajakan {loopholes) tanpa melanggar Undang-undang tersebut. Perencanaan pajak yang dibahas disini adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang dikenakan atas laba perusahaan atau Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sebagaimana diatur dalam Undang-undang no. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP), pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
Universitas Kristen Petra

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Langkah-langkah yang dapat diambil dalam melakukan perencanaan pajak terhadap PPh terutang Badan adalah dengan memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, memaksimalkan biaya fiskal dan meminimalkan biaya yang tidak dapat dikurangkan. pemilihan metode-metode akuntansi, dan pemilihan bentuk-bentuk kesejahteraan karyawan. PT. "X" adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan dan penjualan AC dan mesin pendingin {cool storage). PT. "X" juga menyediakan fasilitas lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang spesifik seperti heat recovery system, energy efficient system, marine application, shock and explosion proof, dan very high ambient. PT. "X" dalam menjalankan usahanya tentu tidak dapat dilepaskan dari kewajiban membayar pajak yang merupakan bentuk partisipasi kepada negara. Namun dari hasil wawancara awal PT. "X" lebih cenderung menganggap pajak yang dibayarkan sebagai beban bagi perusahaan dan berusaha untuk meminimalkan pajak yang akan dibayar pada negara tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku Berdasarkan permasalahan itu saat ini perusahaan dalam perkembangannya membutuhkan perencanaan pajak yang tidak hanya meminimalkan jumlah PPh terutang melainkan juga meminimalkan resiko yang ada terkait dengan sanksi administrasi perpajakan yang mungkin timbul karena adanya pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang ada. Penelitian ini berbentuk project bisnis. Oleh karena itu, maka skripsi ini akan membahas permasalahan riil yang terjadi dalam perusahaan terkait dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban perpajakan serta alternatif bentuk Tax Planning dengan tujuan meminimalkan jumlah PPh Badan terutang Tahun 2005, setelah melakukan survey awal dan wawancara dengan pihak perusahaan, serta pengamatan terhadap laporan keuangan fiskal perusahaan. Masalah dalam skripsi
Universitas Kristen Petra

ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (1) Penerapan Tax Review atas pajak penghasilan (PPh) badan sebagai dasar evaluasi SPT Tahunan, (2) Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 karyawan tahun 2005 pada PT. "X", (3) Tax Planning dalam rangka meminimalkan PPh Terutang PT "X". Skripsi ini akan membahas tentang langkah-langkah tax planning dalam rangka meminimalkan PPh terutang PT. "X".

1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah: Langkah-langkah tax planning seperti apakah yang dapat diterapkan pemsahaan untuk meminimalkan jumlah PPh terutang?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai ialah untuk memberikan langkah-langkah tax planning yang dapat diterapkan di perusahaan yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

1.4 Man fa at Penelitian 1. Memberikan masukan bagi perusahaan dalam merencanakan dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 2. Memberikan referensi dalam usaha menerapkan tax planning yang sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan.

1.5 Batasan Penelitian Tax planning yang dibahas dalam project ini adalah tax planning PPh Badan atas PT. "X" berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang terbatas pada peminimalan beban PPh Badan. Wajib Pajak Badan adalah Badan yang menurut peraturan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut/pemotong pajak tertentu.

Universitas Kristen Petra

1.6 Sistematika Skripsi Untuk memudahkan pembahasan masalah yang ada maka penulisan skripsi nantinya akan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu : 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat yang bisa diperoleh dan batasan penelitian serta sistematika pembahasan skripsi ini. 2. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung penulisan skripsi yang meliputi tentang Pajak Penghasilan (PPh), Subjek dan Objek pajak, Penghasilan yang termasuk Objek Pajak, Penghasilan yang dikenakan PPh final, Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, Pengurang Penghasilan, perencanaan pajak, tujuan perencanaan pajak, dan langkah-langkah perencanaan pajak dengan memanfaatkan celah-celah

(loopholes) dari peraturan perpajakan yang ada, pemilihan bentuk kesejahteraan karyawan, dan pemilihan metode akuntansi yang sesuai. 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penelitian berupa rancangan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen dan pengumpulan data, unit analisis dan teknik analisis data terhadap obyek penelitian. 4. DESKRIPSI DATA dan PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran secara umum pemsahaan tempat penelitian dilakukan seperti : sejarah singkat pemsahaan dan kegiatan usaha perusahaan. Pada bab ini juga diuraikan mengenai analisa penelitian yang isinya antara lain mengenai sistem perpajakan yang diterapkan perusahaan terkait dengan Pajak penghasilan (PPh badan), penyajian laporan laba-rugi pemsahaan tahun 2005, koreksi fiskal perusahaan, pemilihan bentuk-bentuk kesejahteraan karyawan, pemilihan metode-metode akuntansi, perhitungan PPh 21 dengan metode

Universitas Kristen Petra

tunjangan sebesar PPh 21 terutang, metode net basis dan dengan metode gross up. 5. KESIMPULAN dan SARAN Dalam bab ini akan diberikan kesimpulan dan saran-saran terhadap apa yang diteliti mengenai penerapan sistem perpajakan pada PT. "X" sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang diharapkan agar bermanfaat bagi perusahaan maupun penulis.

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TKORI

2.1. Pajak Penghasilan Pajak mempakan pungutan berdasarkan Undang-undang oleh pemerintah. Secara administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung {direct tax) dan pajak tidak langsung {indirect tax). Beban pajak langsung umumnya ditanggung oleh orang pribadi atau badan, sedangkan pajak tidak langsung ditanggung oleh masyarakat. Pajak yang diasumsikan sebagai biaya atau beban sangat mempengaruhi pihak manajemen pemsahaan dalam meningkatkan laba {profit). Secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia bagi pemsahaan untuk dibagi sebagai dividen maupun diinvestasikan kembali. Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (1995:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Bagi perusahaan pajak dianggap sebagai beban, karena mengurangi laba pemsahaan, sehingga perusahaan berusaha untuk meminimalkan pajak tersebut untuk memaksimalkan laba dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing. Dalam melaksanakan kewajibannya, Wajib Pajak selalu berusaha membayar pajak yang terutang sekecil mungkin, sepanjang hal tersebut dimungkinkan dalam Undang-undang.

2.1.1.

Subjek Pajak

Asas yang berkaitan dengan subjek pajak adalah : 1. Asas Domisili, yaitu suatu asas pemungutan pajak berdasarkan domisili atau tempat subjek pajak. 2. Asas Sumber, yaitu pemungutan pajak berdasarkan sumber penghasilan yang diperoleh oleh subjek pajak.

7 Universitas Kristen Petra

Yang menjadi subjek pajak adalah: a.l. Orang pribadi Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang berlempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam pengertian orang pribadi yang berlempat tinggal di Indonesia. Keberadaan orang pribadi di Indonesia diperhitungkan apabila orang tersebut lebih dari 183 hari, tidak hams berturut-turut tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Sebagai subjek pajak seseorang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri. Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

a.2.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak

yaitu ahli waris Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

b.

Badan Sebagaimana diatur dalam Undang-undang no. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan

Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP), pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Dalam UU PPh ini, bentuk usaha tetap ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri, terpisah dari badan. Oleh karena itu, walaupun perlakuan perpajaknnya dipersamakan dengan subjek pajak badan,

Universitas Kristen Petra

untuk pengenaan Pajak Penghasilan, bentuk usaha tetap mempunyai eksistensinya sendiri dan tidak termasuk dalam pengertian badan. Badan Usaha Milik Negara dan Daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya. Dengan demikian, setiap unit tertentu dari badan pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.

Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai subjek pajak, yaitu: 1) Dibentuk berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD; 3) Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggota Pemerintah Pusat atau Daerah.

c.

Bentuk Usaha Tetap Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia.

Subjek pajak yang menerima/memperoleh penghasilan dalam Undang-undang disebut sebagai Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima/ diperolehnya selama 1 tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam UU PPh adalah tahun takwim, namun Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 bulan.

Universitas Kristen Petra

10

2.1.2.

Objek Pajak Penghasilan Pengertian penghasilan menurut UU PPh adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang dapat dipakai konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apa pun. Undang-undang ini menganut sistem pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari mana pun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Pengertian penghasilan dalam Undang-undang ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan. Pengelompokan penghasilan berdasarkan aliran tambahan kemampuan ekonomis dibagi menjadi: a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaaan bebas, seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya. b. c. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak maupun harta tak bergerak, seperti bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau harta yang tidak dipergunakan untuk usaha. d. Penghasilan Iain-lain adalah penghasilan yang berupa hadiah, pembebasan utang, keuntungan selisih kurs, selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap.

Universitas Kristen Petra

II

2.1.2.1. Penghasilan yang termasuk Objek Pajak Yang termasuk objek pajak penghasilan menurut UU PPh pasal 4 ayat 1, yaitu: a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, grafikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini ; b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan ; c. Laba usaha ; d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai penganti saham atau penyertaan modal ; 2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota ; 3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan , atau pengambilalihan usaha ; 4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, pemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya; f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian hutang; g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dari dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian hasil usaha operas i; h. Royalty; i. j. Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta; Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
Universitas Kristen Petra

12

k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai jumlah terlentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; I. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi; 0. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

2.1.2.2. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final Penghasilan-penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan tetapi pemungutannya bersifat final. Yang dimaksud final adalah: 1. Pajak dipungut oleh pemungut pajak pada saat penghasilan diterima atau diperoleh 2. Pajak yang dibayar oleh pemungut pajak pada saat penghasilan diterima atau diperoleh. 3. PPh final selalu dikenakan pada penghasilan bruto (nilai penjualan) dengan mempertimbangkan profit margin rata-rata sektor usaha itu tanpa ada pengurang atas penghasilan bruto.

Yang termasuk penghasilan yang dikenakan PPh final adalah: 1. Penghasilan dari bunga deposito, tabungan, dan diskonto SBI. Yang diperdagangkan dan atau dilaporkan perdagangan di bursa efek, baik obligasi, koperasi maupun surat utang negara/ obligasi pemerintah. 2. Penghasilan dari hadiah undian. 3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas di bursa efek. 4. Penghasilan dari pengalihan harta bempa tanah dan atau bangunan. 5. Penghasilan dari sewa harta tak bergerak seperti rumah atau ruko. 6. Penghasilan dari jasa konstruksi.

Universitas Kristen Petra

13

7. Penghasilan pada saat transaksi penjualan obligasi di bursa efek dan atau dilaporkan ke bursa efek atas capital gain, baik obligasi koperasi maupun obligasi pemerintah/ surat utang negara.

2.1.2.3. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Yang merupakan penghasilan yang dikecualikan menurut UU PPh Pasal 4 ayat (3), antara lain: a. Bantuan, sumbangan; termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak; b. Warisan; c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah; e. Pembayaran dari pemsahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa; f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak modal pada badan usaha yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; 2. dan bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut; g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja, maupun karyawan; h. Penghasilan dan pensiun dari modal yang ditanamkan dalam bidang tertentu yaitu deposito, sertifikat deposito, tabungan pada bank di Indonesia, sertifikat
Universitas Kristen Petra

14

Bank Indonesia, obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia; saham pada Perseroan Terbatas yang tercatat di bursa efek Indonesia; i. Bagian laba yang diterima

ataii diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi; j. diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha: k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan Modal Ventura (perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai perusahaan pasangan usaha dalam bentuk penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu) berupa bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan d Indonesia dan keuntungan dengan syarat badan pasangan usaha tersebut: l.Merupakan perusahaan kecil, menengah yaitu yang penjualan bersihnya setahun tidak melebihi Rp 5.000.000.000,-, atau yang menjalankan kegiatan Bunga obligasi yang diterima atau

dalam sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri keuangan; dan 2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

2.1.3.

Pengurang Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto

(net bases of luxation). Jadi untuk mendapatkan penghasilan neto sebagai dasar pengenaan pajak penghasilan bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, penghasilan brutonya terlebih dulu dikurangi dengan beban yang dapat dikurangkan sebagai biaya. Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapat, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan objek pajak dan atau telah dikenakan pajak penghasilan final, tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Dalam membebankan biaya, UU PPh menganut konsep match and link, yaitu beban yang dapat dikurangkan sebagai biaya adalah pengeluaran-pengeluaran yang ada hubungan langsung untuk mendapat, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Beban ini disebut dengan pengurang penghasilan bruto (deductible expenses). Sedang pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai
Universitas Kristen Petra

15

biaya disebut non-deductible expenses. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dibebankan adalah pengeluaran-pengeluaran yang sudah ditentukan menurut peraturan perpajakan.

2.1.3.1. Biaya yang diperkenankan (deductible expenses) Biaya yang boleh dikurangkan menurut UU PPh Pasal 6 ayat (1), antara lain: a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sevva, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan; b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. c. luran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan; d. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing; f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat tertentu: 1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial; 2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang kreditur dengan debitur yang bersangkutan; 3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

Universitas Kristen Petra

16

4. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktur Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

2.1.3.2. Biaya yang tidak diperkenankan (non-deductible expense) Selain biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menurut UU PPh, ada juga biaya yang tidak dapat diakui dalam perpajakan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tax planning. Biaya yang tidak dapat dikurangkan menurut UU PPh pasal 9 ayat (1): a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; b. Biaya yang dikeliiarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, keculai jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan. e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan; f. Jumlah yang melebihi kewajaran dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

Universitas Kristen Petra

17

g. Harta yang dihibahkan, bantuan (kecuali untuk GNOTA) atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; h. Pajak penghasilan; i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan;

Biaya yang tidak dapat dikurangkan menurut UU PPh pasal 9 ayat (2): Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau pasal 11 A.

2.2.

Perencanaan Pajak Perencanaan pajak adalah langkah avval dalam melakukan manajemen pajak.

Umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi tersebut terkena pajak. Bila suatu transaksi tersebut terkena pajak, selanjutnya apakah pembayaran dimaksud dapat ditunda pembayaran dan lain sebagainya. Di dalam melakukan perencanaan pajak seorang Wajib Pajak harus tetap berpedoman pada peraturan pajak yang berlaku. Tujuan dari perencanaan pajak adalah membuat agar beban pajak serendah mungkin dengan tidak melanggar Undang-undang atau peraturan perpajakan yang ada.

Universitas Kristen Petra

IN

Manfaat perencanaan pajak pada prinsipnya adalah : a. Penghematan kas keluar, dalam hal ini perencanaan pajak dapat mengurangi beban pajak yang merupakan biaya bagi pemsahaan. b. Mengatur aliran kas (cash flow), dalam hal ini perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas yang lebih akurat. Pengertian perencanaan pajak menurut Suandy (2000:7) adalah tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan, perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh Wajib Pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes ). Tiga cara yang biasa digunakan dalam perencanaan pajak untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak, yaitu : 1. Tax Saving adalah upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengurangi beban pajak perusahaannya melalui pengendalian pajak yang hams ditanggung oleh pemsahaan atas transaksi yang dilakukan, dengan tidak membeli produk-produk yang mengandung PPN yang tinggi, pergeseran pajak (shifting) yaitu dengan melakukan pemindahan beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, kapita/isasi yaitu pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli, Iransformasi yaitu pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya (akan mempengaruhi harga jualnya). 2. Tax Avoidance adalah upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengurangi beban pajaknya yang hams dibayar dengan memanfaatkan celah-celah dan kelemahan Undang-undang atau peraturan perpajakan (loopholes) tanpa melanggar

Undang-undang tersebut. Atau penghindaran pajak dengan menuruti aturan yang ada, misalnya : dengan memberikan bantuan atau sumbangan kepada panti asuhan. 3. Tax Evasion adalah upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam mengurangi jumlah pajaknya yang hams dibayar secara illegal, yaitu dengan cara

menyembunyikan atau mengelapkan keadaan yang sebenarnya.


Universitas Kristen Petra

19

Seorang perencana pajak (tax planner) dalam melakukan perencanaan pajak hanya menggunakan 2 cara, yaitu tax saving dan tax avoidance* karena keduanya merupakan perbuatan yang tidak melanggar Undang-undang (legal). Melainkan lebih ditekankan pada perencanaan pajak dengan cara tax avoidance, yaitu cara penghindaran atau pengelakan pajak dengan memanfaatkan celah-celah dan kelemahan Undang-undang (loopholes) yang ada tanpa melanggar peraturan perpajakan terhadap laporan keuangan perusahaan. Langkah-langkah dalam melaksanakan tax planning PPh Badan dilakukan melalui beberapa cara yaitu : 1. Memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan (Undang-undang Nomor 2000, pasal 4 ayat 3) 2. Memaksimalkan Biaya Fiskal (pasal 6) dan Meminimalkan Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan (pasal 9) 3. Pemilihan metode-metode Akuntansi 4. Pemilihan bentuk-bentuk Kesejahteraan Karyawan 17 tahun

2.2.1.

Memaksimalkan Penghasilan yang dikecualikan Dalam tax planning seorang Wajib Pajak dalam mengupayakan untuk

meminimalkan pajak, salah satu cara yang dapat digunakan adalah memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dalam aturan perpajakan. Sebelum mengetahui penghasilan yang dikecualikan dalam UU PPh, harus diketahui apa saja yang termasuk dalam penghasilan dalam perpajakan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tax planning. Dengan mengetahui apa saja yang merupakan penghasilan yang dikecualikan sebagai upaya untuk melakukan perencanaan pajak {tax planning) diharapkan perusahaan dapat mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan terhadap kewajiban pajaknya. Selain beberapa poin yang relevan dari penghasilan yang dikecualikan oleh Undang-undang, juga ada beberapa contoh yang dapat dilakukan dalam upaya menerapkan tax planning terhadap penghasilan atau laba perusahaan.

Universitas Kristen Petra

20

a. Mengubah sumber penghasilan. Untuk perusahaan di dalam grup, penghasilan dibukukan di perusahaan yang tarif pajaknya lebih rendah, dengan kata lain dianjurkan untuk mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha, karena di negara Indonesia mengatur bahwa pembagian dividen antar corporate (inter corporate dividend) tidak dikenakan pajak (UU PPh pasal 4 ayat (3) huruf f). Cara lain yang dapat dilakukan adalah melalui pemindahan transaksi yaitu transaksi yang dilakukan antar perusahaan A dialihkan ke perusahaan B yang satu grup, hal ini dilakukan dalam kasus laba perusahaan A besar sedang perusahaan B labanya kecil sehingga untuk membagi pajak agar perusahaan A tidak terkena tarif 30% terlalu besar maka sebagian penjualan dialihkan ke perusahaan B. Contoh: Perusahaan A pabrik sepatu dan B adalah distributor keduanya bergerak di bidang yang sama dan dimiliki oleh kelompok usaha yang sama. A membukukan kerugian dan B membukukan keuntungannya. Sehingga A yang melakukan tagihan atas B. b. Merencanakan waktu penerimaan penghasilan di tahun pajak berikutnya. Penghasilan yang didapat tahun ini pada bulan-bulan akhir sebisa mungkin direncanakan untuk diterima di tahun berikutnya, sehingga pajak terutang atas penghasilan yang tinggi tahun ini dapat dilimpahkan untuk periode berikutnya. Contoh: Laba tahun 2000 tinggi dan diperkirakan akan menurun tahun 2001. Maka sebagian penjualan bulan Desember 2000 ditunda sampai Januari 2001. c. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperbolehkan oleh Undang-undang. Jika diketahui bahwa PKP (laba) perusahaan besar akan dikenakan tarif pajak tinggi/tertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba pemsahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung bagi perusahaan, dengan syarat biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan Contoh : biaya untuk riset dan dari PKP (deductible).

Universitas Kristen Petra

21

pengembangan, biaya pendidikan dan pelatihan, biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran, investasi jangka pendek atau jangka panjang dan Iain-lain.

2.2.2.

Memaksimalkan Biaya fiskal Salah satu cara dalam meminimalkan pajak temtang yang dilakukan dalam tax

planning adalah memaksimalkan biaya fiskal. Biaya fiskal adalah biaya yang menurut Undang-undang Perpajakan dapat dikurangkan dari laba kotor atau penghasilan bruto. Semakin besar biaya fiskal yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menyebabkan semakin kecil laba bersih sebelum pajak dan otomatis akan mengurangi pajak temtang. Dalam tax planning selain memaksimalkan biaya fiskal, hal lain yang harus diperhatikan adalah meminimalkan biaya yang menurut Undang-undang Perpajakan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Sebab semakin besar biaya yang tidak dapat dikurangkan berarti hal itu akan merugikan Wajib Pajak karena penghasilan sebelum pajak akan lebih besar dari yang sesungguhnya dan hal itu akan mengakibatkan pajak temtang yang dibayar akan lebih besar. Oleh karena itu dalam melakukan tea' planning WP hams mengetahui biaya yang boleh dikurangkan dan biaya yang tidak boleh dikurangkan.

2.2.3.

Pemilihan metode-metode Akuntansi

a. Pemilihan metode penilaian persediaan Ada dua metode penilaian persediaan yang diizinkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode masuk pertama keluar pertama {first in first out/FIFO). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi, metode average akan menghasilkan HPP yang lebih tinggi dibanding dengan metode FIFO. HPP yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil sehingga PKP juga akan menjadi lebih kecil. Contoh : perusahaan A menjual BKP Rp. 1.000,-. HPP dengan menggunakan metode FIFO Rp.400,-, sedangkan dengan menggunakan metode average Rp.436,-, maka laba yang akan diperoleh perusahaan A dengan menggunakan metode average lebih kecil daripada menggunakan FIFO.

Universitas Kristen Petra

::

b. Penentuan metode penyusutan secara tepat (pasal 11 UU PPh) "Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi", (Standar Akuntansi Keuangan,

PSAK:1996:17). 1. Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Aktiva tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 16 tentang aktiva tetap dan aktiva Iain-lain, PSAK nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu jumlah aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Langkah yang dapat diambil dalam melakukan perencanaan pajak terhadap penyusutan adalah memilih metode penyusutan garis lurus (straight line) atau saldo menurun (double declining). Dalam memilih metode penyusutan jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat memakai metode penyusutan dipercepat (saldo menurun) sehingga biaya atas penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak sebaliknya jika diperkirakan pada awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan garis lurus yang memberikan biaya yang lebih kecil. 2. Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus. melainkan dibebankan melalui penyusutan. Dalam pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
Universitas Kristen Petra

ketentuan

ini

23

mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun lidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian dalam perhitungan dan penerapan tarif penyiisutan untuk keperluan pajak perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan fiskalnya, karena dapat berbeda dengan penyiisutan untuk akuntansi. Sejak tahun 1995 peraturan perpajakan mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan secara individual per aktiva, tidak lagi secara gabungan seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil yang sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara golongan. UU PPh secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan saat dilakukan pengeluaran. Dalam sistem penyusutan UU PPh, semua aktiva tetap berwujud yang memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan : a. Harta Berwujud Kelompok Bukan Bangunan

Dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Harta Berwujud Kelompok Bukan Bangunan Kelompok harta berwujud bukan bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Masa manfaat Tarif Penyusutan Metode garis lurus 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 11
25 7< 12,5%

Metode saldo menurun


5Q7<

25% 12,5% 10%

6,25% 5%

Sumber: UU No 17 tahun 2000 pasa

Universitas Kristen Petra

24

b.

Harta Berwujud Kelompok Bangunan Dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut:

Tabel 2.2 Harta Berwujud Kelompok Bangunan Kelompok Harta Berwujud Bangunan Bangunan permanen Bangunan tidak permanen Sumber : UU No 17 tahun 2000 pasal 11 Masa manfaat 20 tahun 10 tahun Tarif Penyusutan 5% 10%

Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan aktiva tetap berwujud bukan bangunan yaitu metode saldo menurun ganda (double declining method) atau metode garis lurus (straight line). Metode mana yang akan digunakan tergantung pada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan taat asas. Metode itu harus digunakan terhadap seluruh kelompok harta.

2.2.4.

Pemilihan bentuk-bentuk Kesejahteraan Karyawan Peluang melakukan efisensi PPh Badan sangat banyak yang dapat dilakukan

pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan. Strategi efisiensi PPh Badan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan ini, sangat tergantung dari kondisi perusahaan, sebagai berikut: 1. Pada pemsahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak (PKP/ tax income) yang telah dikenakan tarif tertinggi (di atas Rp. 100 juta ) dan pengenaan PPh Badannya tidak final, diupayakan seminimal mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefit) karena menurut UU PPh pasal 9 ayat ( 1 ) huruf e pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya. 2. Untuk perusahaan yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final, sebaiknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefit), karena pemberian natura dan kenikmatan (fringe benefit) kepada karyawan tidak termasuk obyek PPh Pasal 21, sedangkan pengeluaran untuk pemberian natura dan kenikmatan (fringe benefit) tersebut

Universitas Kristen Petra

25

tidak mempengaruhi besarnya PPh Badan, karena PPh Badan Final dihitung dari presentase atas penghasilan bruto sebelum dikurangi dengan biaya-biaya. 3. Bagi perusahaan yang masih rugi, pemberian natura dan kenikmatan {fringe benefit) tidak berpengaruh terhadap PPh Pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil. Pelaksanaan lax planning PPh Pasal 21 mengenai kesejahteraan karyawan dapat dilakukan sebagai berikut: A. Transportasi Untuk Karyawan B. Makanan dan Natura Lainnya C. Pengobatan/Kesehatan Karyawan D. Pembayaran Premi Asuransi untuk Karyawan E. luran Pensiun dan luran Jaminan Hari Tua F. Bonus dan Jasa Produksi G. Pakaian Kerja Karyawan H. PPh Pasal 21 Karyawan

A. Transportasi Untuk Karyawan Transportasi untuk karyawan diberikan oleh perusahaan untuk membantu karyawan mengatasi masalah transportasi. Pemberian transportasi untuk karyawan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Perusahaan menyediakan mobil dinas. Jika kenikmatan menggunakan sarana transportasi milik perusahaan tidak diperlakukan sebagai penghasilan karyawan menurut UU PPh Pasal 9 ayat (1) huruf e perusahaan tidak dapat mengurangkan biaya yang berkaitan dengan transportasi (biaya penyusutan, eksploitasi, atau pemeliharaan) sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. 2. Perusahaan memberikan tunjangan transport. Pemberian tunjangan transportasi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek PPh Pasal 21 merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi perusahaan.
Universitas Kristen Petra

26

Dari kedua alternatif di atas, memberikan tunjangan transport lebih menguntungkan karena dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi penisahaan. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian tunjangan pajak ini bagi penisahaan juga menipakan pengeluaran yang dapat dilakukan sebagai biaya.

B. Makanan dan Natura Lainnya Pemberian makanan dan natura lainnya kepada karyawan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Perusahaan menyediakan catering untuk karyawan. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP 213/PJ/2001 pasal 2, penyediaan makanan dan minuman bagi karyawan tidak dianggap sebagai penghasilan bagi karyawan namun dapat dibebankan sebagai biaya bagi perusahaan. 2. Tunjangan beras atau uang makan. Pemberian tunjangan beras atau uang makan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan penghasilan yang kena pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) hunif a dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan. Dari kedua alternatif di atas, maka lebih menguntungkan apabila penisahaan menyediakan catering untuk karyawan, karena apabila diberikan dalam bentuk tunjangan atau uang makan akan berpenganih pada Take Home Pay yang diterima karyawan.

C. Pengobatan/Kesehatan Karyawan Penisahaan biasanya memberikan fasilitas pengobatan/kesehatan pada

karyawannya. Pemberian fasilitas pengobatan/kesehatan kepada karyawan itu dapat dilakukan sebagai berikut:

Universitas Kristen Petra

27

l.Perusahaan mendirikan klinik sendiri atau bekerja sama dengan pihak rumah sakit tertentu. Jika karyawan pemsahaan memperoleh fasilitas pengobatan yang tidak diterima dalam bentuk uang tunai maka menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikecualikan, bagi yang bersangkutan penerimaan kenikmatan ini bukan penghasilan. Dengan sendirinya, menurut UU PPh pasal 9 ayat (1) huruf e pembayaran kenikmatan tersebut oleh perusahaan tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Jika biaya pengobatan karyawan dibayarkan langsung pada klinik, rumah sakit, dan dokter lain di luar pemsahaan, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikecualikan, bagi karyawan merupakan kenikmatan yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan. Dengan demikian, menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran uang tunai ini dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian penggantian ini akan menambah beban Pajak Penghasilan karyawan yang bersangkutan. 2. Karyawan yang diberi tunjangan kesehatan secara rutin baik sakit maupun tidak. Jika biaya pengobatan tersebut diberikan kepada karyawan dalam bentuk penggantian uang tunai, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21, bagi karyawan penggantian ini merupakan penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan. Dengan demikian menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran uang tunai ini dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian penggantian ini akan menambah beban Pajak Penghasilan karyawan yang bersangkutan. 3. Karyawan diikutkan asuransi kesehatan, sehingga klaim jika sakit dilakukan ke perusahaan asuransi. Biaya asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a dapat dikurangkan sebagai biaya, dan bagi karyawan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/I998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 pengeluaran ini diperhitungkan sebagai

Universitas Kristen Petra

28

penghasilan. Apabila ternyata kemudian ada pembayaran santunan asuransi, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikecualikan, penerimaan ini bukan penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian, perusahaan yang membayar santunan asuransi tidak memotong Pajak Penghasilan tertanggung atas karyawan.

Dari ketiga alternatif tersebut di atas, yang menguntungkan adalah alternatif (2) dan (3). Alternatif (1) kurang baik karena bagi perusahaan, pemberian fasilitas pengobatan yang tidak diterima dalam bentuk uang tidak dapat dikurangkan sebagai biaya dalam laporan keuangan. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan supaya perusahaan dapat mengurangkan pengeluaran tersebut sebagai biaya maka kepada masing-masing karyawan harus diberikan tunjangan pengobatan tersebut. Untuk mengetahui jumlah ini klinik atau rumah sakit harus membuat catatan besarnya biaya pengobatan, masing-masing karyawan tiap bulan. Perusahaan kemudian memotong kembali tunjangan pengobatan dari penghasilan karyawan yang telah dikenakan pajak pada tiap akhir bulan. Hasil pemotongan itu dipergunakan untuk menyelenggarakan klinik atau rumah sakit. Tunjangan ini merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi perusahaan. Karena penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan, dan dengan demikian merupakan pengeluaran yang dapat dikurangkan bagi perusahaan. Karena penghasilan karyawan bertambah sebagai akibat dari tunjangan pengobatan ini, karyawan dengan sendirinya akan membayar Pajak Penghasilan yang lebih besar. Tambahan beban Pajak Penghasilan ini diringankan oleh perusahaan dengan jalan memberikan tunjangan pajak kepada karyawan yang bersangkutan sebesar tambahan beban pajak tersebut. Pembayaran tunjangan pajak ini bagi perusahaan juga merupakan pengeluaran yang dapat dikurangkan sebagai biaya.

Universitas Kristen Petra

29

D. Pembayaran Premi Asuransi Untuk Karyawan Karyawan di perusahaan mendapatkan asuransi yang berupa: asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa. Asuransi untuk Karyawan dapal dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Premi ditanggung perusahan. Apabila premi asuransi dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja, menurut UU PPh tentang Objek PPh Pasal 21, merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Ketentuan ini dibuat untuk menyelaraskan dengan ketentuan yang ada dalam pasal 4 ayat (3) huruf e, yang menyatakan bahwa pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa tidak termasuk sebagai Objek PPh. 2. Premi ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang PPh Pasal 21, dapat dikurangkan sebagai biaya dalam SPT PPh Pasal 21. Pada waktu yang bersangkutan menerima penggantian atau santunan asuransi, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek PPh Pasal 21 yang dikecualikan, penerimaan tersebut bukan merupakan objek pajak. 3. Premi sebagian ditanggung perusahaan selain ditanggung oleh karyawan. Untuk premi yang ditanggung perusahaan, menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran tersebut boleh dibebankan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan dan bagi karyawan yang bersangkutan, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek PPh Pasal 21, adalah penghasilan yang merupakan objek pajak. Premi yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 28I/PJ/1998 tentang pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21, dihitung sebagai pengurang penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan. Dari ketiga alternatif tersebut di atas, perusahaan memakai alternatif premi sebagian ini
Universitas Kristen Petra

ditanggung

perusahaan

sebagian

ditanggung

karyawan

karena

30

mempakan aturan dari pemerintah mengenai premi asuransi Jamsostek yang mewajibkan pemberi kerja menanggung premi asuransi karyawan.

E. Iuran Pensiun dan Iuran Jaminan Hari Tua Karyawan di perusahaan juga mendapatkan iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua. Iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Iuran ditanggung perusahaan. Jika iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh perusahaan, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek PPh Pasal 21 yang dikecualikan, bukan merupakan penghasilan bagi karyawan dan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf c dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi perusahaan. 2. Iuran ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan. Jika iuran dan iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21, iuran tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya dalam SPT PPh 21 bagi karyawan yang bersangkutan. 3. Iuran sebagian ditanggung perusahaan sebagian ditanggung oleh karyawan. Jika iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua sebagian ditanggung perusahaan sebagian ditanggung karyawan yang bersangkutan maka iuran yang ditanggung perusahaan sebagian ditanggung karyawan yang bersangkutan maka iuran yang ditanggung perusahaan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf c dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan dan iuran yang ditanggung karyawan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 21,dapat dikurangkan sebagai biaya dalam SPT PPh Pasal 21.

Dari ketiga alternatif diatas, perusahaan memakai alternatif iuran sebagian ditanggung perusahaan dan sebagian ditanggung karyawan. Ini merupakan aturan dari pemerintah tentang iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua yang
Universitas Kristen Petra

31

mewajibkan perusahaan menanggung sebagian dari iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua.

F. Pakaian Kerja Karyawan Di perusahaan ada karyawan yang menggunakan pakaian kerja yang sehubungan dengan lingkungan kerja dan ada yang menggunakan seragam karyawan pada umumnya. Untuk itu kebijakan mengenai pakaian kerja karyawan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Pakaian kerja sehubungan dengan lingkungan kerja, misalnya satpam, seragam karyawan hotel, pilot. Untuk pakaian yang berhubungan dengan lingkungan kerja menurut KEP 213/PJ/2001 pasal 3 ayat (1) dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan. Bila perusahaan menyeragamkan pakaian karyawannya yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan kerja menurut KEP 213/PJ/2001 pasal 3 ayat (2) tidak dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan. 2. Seragam karyawan pada umumnya Seragam karyawan pada umumnya yang dimaksudkan di sini yaitu karyawan perusahaan memakai pakaian miliknya sendiri seperti karyawan pada umumnya.

Dari kedua alternatif di atas, maka lebih menguntungkan menggunakan seragam karyawan pada umumnya, karena menyeragamkan pakaian karyawan yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan kerja tidak dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan. Untuk karyawan yang harus memakai seragam seperti: satpam.harus diberikan seragam. Ini dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan karena berhubungan dengan lingkungan kerja.

G. Bonus dan Jasa Produksi Perusahaan biasanya memberikan bonus dan jasa produksi pada karyawan. Pemberian waktu bonus dan jasa produksi dapat dilaksanakan menurut

Universitas Kristen Petra

32

pembebanannya dan bentuknya. Menun.it waktu pembebanannya dapat dibedakan menjadi: 1. Dibebankan dalam tahun berjalan. Bila dibebankan dalam tahun berjalan maka bonus dan jasa produksi diberikan pada akhir tahun. Bonus akhir tahun akan diberikan pada bulan Desember. 2. Dibebankan pada laba ditahan. Bila dibebankan pada laba ditahan maka bonus dan jasa produksi akan diberikan pada tahun berikutnya.

Menu rut bentuknya, bonus dan jasa produksi dapat diberikan dalam bentuk: 1. Hadiah akhir tahun. Bila diberikan dalam bentuk hadiah akhir tahun menurut UU PPh pasal 9 ayat (I) huruf e penisahaan tidak dapat mengurangkan biaya hadiah akhir tahun sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. 2. Bonus akhir tahun. Bila diberikan dalam bentuk bonus akhir tahun menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281.PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf a dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi penisahaan.

Dari kedua alternatif di atas, bila perusahaan dalam keadaan laba, lebih baik membebankannya pada tahun berjalan sehingga labanya akan lebih kecil dan beban pajaknya berkurang. Bila perusahaan dalam keadaan rugi, tidak menjadi masalah akan dibebankan pada tahun berjalan atau tahun berikutnya. Bila dibebankan pada tahun berjalan maka akan menambah kompensasi kerugian Penghasilan Kena Pajak di tahun berikutnya. Bila dibebankan tahun berikutnya akan mengurangi Penghasilan Kena Pajak di tahun berikutnya. Bentuk bonus akhir tahun adalah alternatif yang terbaik karena bagi penisahaan dapat dikurangkan sebagai biaya dalam Penghasilan Kena Pajak penisahaan dan bagi karyawan merupakan Penghasilan Kena Pajak. Penambahan
Universitas Kristen Petra

33

beban pajak bagi karyawan dapat ditunjang oleh perusahaan dalam bentuk tunjangan PPh sebesar penambahan beban pajak bagi karyawan yang bersangkutan.

H. PPh Pasal 21 Karyawan PPh Pasal 21 karyawan adalah pajak yang dibebankan pada karyawan atas penghasilan yang diperoleh dari pemberi kerja. PPh Pasal 21 itu dipungut oleh pemberi kerja kemudian disetorkan pada pemerintah. PPh Pasal 21 tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. PPh ditanggung karyawan yang bersangkutan. Jika PPh ditanggung karyawan yang bersangkutan maka karyawan membayar PPh 21 sejumlah yang terutang yang dilaporkan melalui SPT PPh Pasal 21. SPT PPh Pasal 21 adalah surat pemberitahuan yang diisi oleh pemberi kerja pada pemerintah mengenai PPh pasal 21 yang dipungutnya. Dalam SPT PPh Pasal 21 itu dirinci mengenai karyawan beserta gaji, tunjangan, bonus, PTKP, serta pajak penghasilan yang harus dibayarkannya. 2. Tunjangan PPh. yaitu tunjangan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pemberi kerja pada karyawan untuk membantu karyawan dalam membayar pajak penghasilan. Jika karyawan mendapatkan tunjangan PPh menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang Objek PPh Pasal 21 bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak dan bagi perusahaan menurut UU PPh Pasal 6 ayat (1) huruf a pemberian tunjangan PPh itu dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak perusahaan sebagai biaya tunjangan PPh. Jumlah tunjangan PPh yang diberikan kepada karyawan dapat dihitung melalui 2 cara, yaitu: a. Pemberian tunjangan PPh sejumlah PPh Pasal 21 terutang. Jumlah tunjangan PPh yang diberikan perusahaan kepada karyawan didasarkan pada jumlah PPh Pasal 21 terutang sebelum pemberian tunjangan PPh. Jumlah PPh Pasal 21 terutang sebelum pemberian tunjangan PPh ini akan diberikan dalam bentuk tunjangan PPh. Setelah diberikan
Universitas Kristen Petra

34

tunjangan PPh dihitung lagi PPh Pasal 21 terutang yang hams ditanggung oleh karyawan. Jumlah PPh Pasal 21 terutang yang hams ditanggung karyawan ini jumlahnya akan lebih besar dari jumlah tunjangan PPh. Akibatnya Take Home Pay (THP) yang diterima karyawan akan lebih kecil daripada penghasilan bruto sebelum pemberian tunjangan PPh. b. Pemberian tunjangan PPh dengan menggunakan metode gross up. Jumlah penghasilan bruto sebelum pemberian tunjangan PPh dijadikan dasar perhitungan dengan metode gross up. Jumlah tersebut akan dijadikan Take Home Pay (THP). Take Home Pay (THP) adalah jumlah penghasilan yang diterima karyawan setelah dipotong pajak. Untuk itu dilakukan perhitungan jumlah tunjangan PPh dikurangi PPh Pasal 21 terutang sama dengan Take Home Pay (THP). 3. (metode net basis). Pajak penghasilan dapat juga ditanggung oleh pemsahaan, maksudnya karyawan tidak perlu membayar pajak penghasilannya karena pajak penghasilannya dibayar oleh pemberi kerja. Karyawan akan menerima gaji tanpa dikurangi pajak. Jika PPh ditanggung oleh pemsahaan menurut UU PPh pasal 9 ayat (1) humf i maka pemsahaan tidak dapat mengurangkannya dalam Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan bagi karyawan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.281/PJ/1998 tentang Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikecualikan. Pajak yang ditanggung pemsahaan bukan merupakan penghasilan. Dari ketiga alternatif tersebut di atas, akan lebih menguntungkan apabila pemsahaan memberikan tunjangan PPh pada karyawannya. Jika memberikan tunjangan pajak maka karyawan akan dikenai pajak atas tunjangan PPh tersebut. Ini akan menambah beban pajak penghasilan bagi karyawan. Upaya yang didapat dilakukan adalah dengan memberikan tunjangan pajak sebesar tambahan beban pajak tersebut. PPh ditanggung oleh pemsahaan

Universitas Kristen Petra

3. MKTODK PKNELI HAN

3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini berbentuk project bisnis. Oleh karena itu, skripsi ini akan membahas permasalahan riil yang terjadi dalam pemsahaan terkait dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban perpajakan serta alternatif Tax Planning dengan tujuan

meminimalkan jumlah PPh Badan terutang Tahun 2005, melalui Tax Planning. Aspek-aspek permasalahan dalam pemsahaan yang akan ditelaah meliputi (1) Penerapan Tax Review atas pajak penghasilan (PPh) badan sebagai dasar evaluasi SPT Tahunan, (2) Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 karyavvan tahun 2005 pada PT. "X'\ (3) Tax Planning dalam rangka meminimalkan PPh Terutang PT "X". Di sini permasalahan yang dibahas adalah langkah-langkah tax planning yang dapat diterapkan pemsahaan untuk meminimalkan jumlah PPh terutang Dari hasil penelitian ini, pemsahaan dapat membandingkan kemungkinan keuntungan yang dapat dicapai dengan menerapkan tax planning dalam pemsahaan. Diharapkan penelitian ini dapat membantu pemsahaan untuk melihat kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh, peningkatan laba komersial, dan penurunan laba pada laporan fiskal melalui penerapan tax planning PPh Badan.

3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berisi mengenai kondisi pemsahaan seperti daftar aktiva tetap, dan kebijakan akuntansi serta perpajakan pemsahaan serta kebijakan pemsahaan terkait kesejahteraan karyawan yang dapat diperoleh secara lisan maupun tertulis, sedangkan data kuantitatif bempa laporan keuangan pemsahaan seperti laporan laba rugi pemsahaan, laporan laba mgi fiskal pemsahaan beserta jumlah PPh terutangnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber internal pemsahaan tempat dilakukannya penelitian yang didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan narasumber yang merupakan internal auditor di 35
Universitas Kristen Petra

36

perusahaan yang menjadi objek penelitian, dengan membuat daftar pertanyaan dan melakukan dokumentasi. Data lainnya diperoleh berupa catatan-catatan akuntansi perusahaan dalam bentuk laporan keuangan dan lampiran-lampiran serta literatur yang berhubungan dengan penulisan ini.

3.3. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Instrumen adalah alat yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Disini digunakan beberapa instrumen antara lain dengan wawancara secara langsung pada karyawan perusahaan yang menjadi objek penelitian, dengan membuat daftar pertanyaan dan melakukan dokumentasi untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Wawancara, yaitu kegiatan tanya jawab dengan pihak yang bersangkutan seperti pegawai-pegawai perusahaan khususnya pada pegawai bagian yang diperkirakan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Beberapa pertanyaan yang diajukan terkait masalah pemberian kesejahteraan karyawan, biaya-biaya perusahaan, kebijakan umum dan perpajakan perusahaan. 2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa dokumen diperlukan dalam pembahasan tax planning seperti laporan laba rugi perusahaan, kebijakan akuntansi dan perpajakan perusahaan dan daftar aktiva tetap.

3.4. Unit Analisis Adapun yang menjadi Unit Analisis data ialah tax planning dengan tujuan meminimalkan PPh terutang PT. "X".

3.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif tanpa menggunakan analisis statistik. Data yang diperoleh dari perusahaan dianalisis sesuai dengan tujuan peneliti, yaitu : 1. Mengumpulkan data-data perusahaan yang diperlukan dalam melakukan tax planning seperti laporan laba rugi komersial, laporan laba rugi fiskal, daftar aktiva tetap dan kebijakan akuntansi serta perpajakan perusahaan.
Universitas Kristen Petra

37

2. Melakukan evaluasi atas koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dengan memahami prosedur dan kebijakan yang berlaku di perusahaan terkail dengan pajak. 3. Melihat sumber-sumber penghasilan perusahaan dan membuat perencanaan pajak atas penghasilan perusahaan dengan jalan memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan. 4. Melakukan perencanaan pajak terhadap biaya-biaya umum dan operasional perusahaan dengan jalan memaksimalkan biaya yang boleh dikurangkan (biaya fiskal) dan meminimalkan biaya yang tidak boleh dikurangkan. 5. Melakukan pemilihan metode-metode akuntansi yang sesuai dengan peraturan perpajakan. 6. Memberikan perencanaan pajak dengan pemilihan bentuk-bentuk kesejahteraan karyawan. 7. Melakukan perencanaan pajak dan perbandingan besamya penghematan pajak dan pengaruhnya terhadap laba setelah pajak antara PPh Pasal 21 karyawan dengan metode net basis, metode tunjangan PPh Pasal 21 sebesar PPh Pasal 21 terutang dan metode gross up.

Universitas Kristen Petra

4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran LI mum 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1969, didirikan usaha penjualan onderdil pendingin di Surabaya. Komitmen berlanjut, kesuksesan dan pengalaman yang menjadi dasar langkah selanjutnya dalam perakitan dan pengembangan produk dari PT. "X". Bisnis utamanya adalah penjualan, perakitan, perbaikan dan servis Air Conditioner dan pendingin. Berawal dari beberapa proyek, saat ini PT. "X" telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terkemuka dalam bidang perakitan Air Conditioner dan pendingin di daerah Surabaya dan mempunyai komitmen yang kuat dalam memberikan kepuasan pelanggan. Pada tahun 1998, pabrik perakitan Air Conditioner dan pendingin ini didirikan di Surabaya. Chillers dan Unit untuk aplikasi yang spesial didesain, diproduksi, dan diuji di sini. PT. "X" memberikan solusi dalam bidang pendingin yang sesuai dengan selera konsumen dan memberikan manfaat lebih. Layanan puma jual secara aktif melalui para teknisi ahli dalam bidang pendingin memberikan fleksibilitas yang tinggi dan selalu menjadi pilihan konsumen di Surabaya. Aktivitas yang selama ini dilakukan dan yang akan dilakukan di masa depan selalu dijalankan dengan motto : "every cooling solution, we have it-arid it may stay forever". Saat ini, staff penjualan dan pemasaran PT. "X" mampu memberikan masukan dan konsultasi kepada konsumen dengan memberikan solusi terbaik yang dapat dilakukan dalam: a. b. c. d. Air Conditioner Refrigeration Refrigerated Dehumidifying Layanan Purna Jual (after sales service) dan Peningkatan Sistem PT. "X" juga menyediakan fasilitas lain dalam memenuhi kebuluhan-kebutuhan pelanggan yang spesifik seperti heat recovery system, energy efficient system, marine application, shock and explosion proof dan very high ambient. 38
Universitas Kristen Petra

39

4.1.2.

Tujuan Perusahaan Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap perusahaan dapat menjalankan

aktivitasnya tidak terlepas dari tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan suatu penjelasan dari cita-cita yang hendak dicapai oleh perusahaan di dalam menjalankan usahanya. Tujuan mempunyai sifat yang berantai artinya saling terkait antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lain. PT. "X" didirikan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yang dimaksud adalah : 1. 2. 3. Meningkatkan omset penjualan. Memaksimalkan laba perusahaan. Menciptakan kelancaran proses produksi. Sedangkan, tujuan

jangka panjang PT. "X" antara lain adalah : 1. Menjaga produksi. 2. Memperluas pangsa pasar/ekspansi perusahaan. 3. Menjaga agar perusahaan tetap mampu bersaing di dalam negeri. 4. Membangun citra yang baik di mata konsumen dengan berusaha memberikan pelayanan dan mutu yang terbaik. kelangsungan hidup perusahaan dengan menjaga kontinuitas

4.1.3.

Lokasi Perusahaan Penetapan lokasi perusahaan mempakan masalah yang berdampak pada tujuan

jangka panjang perusahaan. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan secara matang dan akurat serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan adanya perluasan/ekspansi perusahaan di masa mendatang. Lokasi yang strategis dari perusahaan merupakan hal yang sangat penting, sebab disamping ada hubungannya dengan masa depan juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Sedangkan keputusan untuk mendirikan perusahaan tertentu akan mempunyai efek yang penting sekali bagi sukses atau gagalnya operasi perusahaan. Oleh karena itu lokasi atau tempat perusahaan haruslah ditentukan secara cermat dan matang serta mempertimbangkan faktor-faktor yang dianggap turut memegang peranan penting bagi kelancaran proses produksi dan juga
Universitas Kristen Petra

40

operasi

perusahaan.

Sehingga

dengan

demikian

lokasi

perusahaan

akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan usaha perusahaan. PT. "X" merupakan sebuah pemsahan yang bergerak di bidang perakitan, penjualan, perbaikan dan servis Air Conditoner dan pendingin yang terletak di Surabaya Utara. Alasan-alasan yang menjadi perlimbangan untuk memilih lokasi tersebut adalah : 1. Trans portasi Lokasi perusahaan yang dekat dengan pelabuhan serta terletak pada jalur lalu lintas dimana sarana dan prasarana pengangkutan tidak mengalami kesulitan. 2. Sumber Energi Sumber energi merupakan faktor yang horns diperhatikan karena turut

mempengaruhi proses produksi perusahaan. Di sini sumber energi khususnya tenaga listrik yang dibutuhkan cukup tersedia. 3. Ekspansi Lokasi perusahaan yang sesuai dengan Master Plan Pemerintah dan terletak di kawasan industri sehingga memungkinkan untuk dapat mengadakan perluason usaha,

4.1.4.

Struktur Orgonisosi Perusohoon Struktur organisasi suatu perusahaan ditentukan berdasarkan misi, tujuan, dan

strategi perusahaan. PT. *"X" termasuk dalam tipe organisasi kekuasaan garis (line authority). Struktur organisasi kekuasaan garis adalah struktur organisasi dimana kekuasaannya langsung menyalur dari atas ke bawah. Di dalam tipe organisasi kekuasaan garis, Direktur bertanggung jawab untuk membuat keputusan dan menangani semua masalah yang timbul, sehingga Direktur hams selalu mengawasi setiap peristiwa yang terjadi dalam perusahaan.

Universitas Kristen Petra

41

Dircktur I wan Chandra

i
r Business Manager : Sugianto r

Auditor: Andryanlo Factory Manager : Hcndy Damans

Sates : Chandra. Erwin. Yanuar

APM : Johancs Prod Dale : Tri Bintarti

Proyck & Service Kcpala Tcknisi: Totok & Yudi Kcpala Service : Yudi & Tolok Adm Proyck & Service : Ninis Quality Control: Agus NL Engineering Maintenance : Darmanto & Hariadi Product Development: Aricf Sales Support: Amicn Kcpala Gudang: Yatik PPIC: Aeus NL Prod Support: Johancs

Gudanq. Bahan Kcpala Gudang : Yalik Adm Gudang: Puji Opcrasional Gudang: Rokhana

Pcmbclian Bahan (lokal): Yalik

Finance & Accounting

Finance : Lina Accounting : Dcsi Operator & Kas Kccil : Yuli Kurir: Didin

General Affair <& HRD Andryanto

Security : M. Sukri & Dipo House Keeper: Prapti

Gambar 4.1

Basan Stmktur Orsanisasi PT. "X" Universitas Kristen Petra

42

4.2. Deskripsi Data PT. "X" sebagai penisahaan manufaktur yang kegiatan utamanya adalah penjualan, perakitan, perbaikan dan servis Ait Conditioner dan pendingin yang berorientasi domestik, sedangkan kegiatan impor hanya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku saja. Sebagai hasil dari kegiatan operasi penisahaan diperoleh laba yang akan dikenakan pajak. Pajak bagi perusahaan menipakan unsur pengurang dari laba atau pajak dianggap sebagai beban penisahaan yang berpenganih pada after lax profit, rate of return, dan cashflow. Bagian ini akan menampilkan data yang diperoleh dari PT. "X". Data yang akan ditampilkan antara lain adalah Laporan Laba Rugi tahun 2005, Neraca tahun 2005. daftar aktiva, daftar karyawan, data penjualan, Laporan Keuangan Fiskal.

4.2.1.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Perusahaan. Dalam menjalankan usahanya ada beberapa kebijakan yang diterapkan

penisahaan antara lain : 1.

Kebijakan Umum

a. Untuk Pembukuan perusahaan menggunakan sistem accrual basis b. Penjualan menipakan penghasilan yang diperoleh dari usaha utama perusahaan yaitu penjualan AC dan pendingin baik secara tunai maupun kredit. c. Harga Pokok Penjualan adalah jumlah biaya pembuatan barang yang dijual dalam satu periode. d. Untuk menghitung persediaan perusahaan menggunakan metode rata-rata tertimbang {weighted average-method). e. Biaya pengangkutan meliputi biaya pengangkutan dan pengiriman barang jadi kepada pembeli. f. Biaya perjalanan dinas merupakan biaya perjalanan karyawan perusahaan yang menjalankan tugas dari kantor. Biaya ini biasanya dikeluarkan untuk membiayai biaya perjalanan dalam rangka promos i oleh sales di luar kota, maupun biaya perjalanan bagi karyawan yang melakukan pengiriman barans ke luar kota.

Universitas Kristen Petra

43

g. Biaya telepon, air, listrik merupakan pengeluaran untuk biaya telepon dimana di dalamnya termasuk penggunaan untuk pemakaian handphone oleh direktur sebagai fasilitas dari pemsahaan. Biaya air dan listrik dibayarkan sepenuhnya untuk keperluan pemsahaan. 2. Kebijakan terkait Perpajakan a. Untuk menghitung penyusutan pemsahaan menggunakan metode garis lurus (straight line-method) namun dalam pengakuan umur ekonomisnya tidak mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku sehingga diperlukan adanya koreksi fiskal. b. Penghasilan Iain-lain pemsahaan diperoleh dari penjualan besi plat, jasa pemotongan besi plat, laba selisih kurs dan pendapatan bunga bank. c. Kebijakan pemsahaan yang berkaitan dengan PPh Pasal 21 karyawan antara lain : 1. Pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang akan ditanggung oleh pemsahaan. Dengan demikian gaji yang diterima oleh karyawan tidak dikurangi dengan PPh pasal 21 karena pemsahaanlah yang menanggung biaya/beban PPh pasal 21. 2. Biaya perawatan kendaraan diberikan pada divisi marketing dan pimpinan sebagai pengganti biaya perawatan dan perbaikan kendaraan yang dibawa oleh karyawan sebagai fasilitas. 3. Tunjangan makan dan transportasi diberikan kepada selumh karyawan dalam bentuk uang kehadiran per hari yang jumlahnya tergantung dari masa kerja dan jabatan karyawan. 4. Pemberian penggantian pengobatan diberikan dengan batas I kali biaya gaji per bulan dalam 1 tahun. 5. Biaya perjalanan dinas menggunakan bon sementara untuk pelaksanaan proyek di luar daerah Surabaya. Besarnya penggantian selama di proyek atau dinas keluar sejumlah Rp 50.000,-/hari. 6. Seluruh karyawan pada PT. "X" berstatus karyawan tetap. 3. Kebijakan Manajemen Dalam mengimport sebagian besar bahan baku pemsahaan mengunakan jasa importir lain, sehingga pemsahaan hanya membayar jasa kepada Importir.
Universitas Kristen Petra

44

4.2.2.

Penyajian SSP dan Laporan Laba Rugi Penisahaan

Tabel 4.1 SSP PT "X" tahun 2005

DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SURAT SETORAN PAJAK

(SSP)
7|
6 11

LEMBAR Arsip WP 6 16 . | 0 | o| 0

NPWP

6 7

-LsJ-

Diisi sesuoi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yttiiff dimiliki

NAMAWP ALAMAT

: :

PT"X" ........................ .................................

MAP/Kode Jenis Pajak

Kode Jenis Setoran

Uraian Pembayaran Untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh badan

|4| ll ll ll2l 6l

|2 I 0 lol
Masa Pajak

Tahun
0 Ags Sep Okt Nop Des
pajak

Jan

Pcb

Mar

Apr

Mci

Jun

Jul

0
Diisi lai/un leiulaiignyti

Htri i.iii.ui silting patki salah salu kolom bulwi iinluk masa yang berkenaan

Nomor Ketetapau
Dihi sesaai Nomor KeMapan : STP. SKPKB, SKPKBT

/ Terbilang

Jumlah Pembayaran
Diisi ileiigitn rupttih penuh

: Seratus Delapan Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Tujuh Rupiah Wajib Pajak/Penyetor Surabaya tgl 22 Maret 2006
Cop dan litnda laiigun

Rp. 189.291.757 Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran Tanggal 22 Maret 2006
Capihin lumlu hoigtui

Nama Jelas : Herbert Simatupang Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

Nama Jelas : Andrianto

Universitas Kristen Petra

45

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT. "X"

PT. X Laporan Laba Rugi Komersial Periode 1 Januari 2005 - 31 Desember 2005 (dalam rupiah) Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor BIAYA USAHA Biaya pengangkutan Biaya perjalanan dinas Biaya telp, air, listrik Biaya gaji dan upah Biaya asuransi Biaya iklan Biaya penyusutan Biaya perbaikan & pemeliharaan mesin Biaya jasa konsultan Biaya entertainment Biaya kantor Biaya bunga bank Biaya administrasi Bank Prov. Kredit Biaya sumbangan
PPh Pasal21 '

77,172,812,140 74.668.887.805 2,503,924,335 90,662,550 227,943,366 88,494,426 1,305,725,000 21,729,800 52,894,050 177,545,770 14,184,325 25,000,000 81,293,089 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 23,250,000 20,539,650 2,223,000 6,562,850 369,257.020 3.052,772,888 (548,848,553)

PBB, Bea Materai Biaya pemeliharaan bangunan Biaya Lain-lain TOTAL BEBAN USAHA RUGIUSAHA PENDAPATAN LAIN-LAIN Bunga tabungan Penjualan besi plat Jasa pemotongan besi plat Selisih kurs TOTAL PENDAPATAN LAIN-LAIN LABA BERSIH

204,564,355 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1,341,409,848 792,561,295

Universitas Kristen Petra

46

Tabel 4.3 Biaya Lain-lain PT. "X"

PT "X" Biaya Lain-fain (dalam rupiah) Biaya pengobatan karyawan Biaya pengurusan surat dan notaris luran RT, RW, dan keamanan Biaya komisi dan lembur Biaya pakaian seragam satpam Biaya langganan koran Biaya pos dan telekomunikasi Biaya tol dan parkir Biaya kebersihan Biaya perawatan kendaraan Biaya konsumsi Biaya Pajak Biaya jasaimportir Biaya untuk kepentingan direktur TOTAL 27,287,590 25,625,000 1,800,000 215,239,487 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 52,189,843 20,047,500 5,687,500 369,257,020

Dengan pertimbangan kesederhanaan maka perusahaan menyajikan laporan laba rugi dimana tidak ada perincian mengenai Harga Pokok Penjualan sehingga setelah diserahkan kepada konsultan laporan laba rugi disesuaikan dengan ketentuan yang ada dan juga dilakukan koreksi fiskal terhadap pos-pos yang ada dalam laporan laba rugi sehingga dapat menjadi dasar dalam menghitung PPh Tcrutang PT. "X".

Universitas Kristen Petra

47

Tabel 4.4 Laporan Laba Rugi PT. "X" ( Revisi Konsultan)


PT. X Laporan Laba Rugi Fiskal Periode 1 Januari 2005 - 31 Desember 2005 (dalam rupiah) Komersial 77,172,812,140 65,738,850,390 751,220,000 7,959,580,605 123,515,303 125,895.625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75.557.807.433 1,615,004,707 90,662,550 227,943,366 88,494,426 769,744,487 21,729,800 52,894,050 54.030,467 25,000,000 81,293,089 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 23,250,000 20,539,650 2,223,000 6,562,850 154.017.533 2,163,853,260 (548,848,553) Koreksi Fiskal 77,172,812,140 65,738,850,390 751,220,000 7,959,580,605 132,961,903 125.895,625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75.567.254.033 1,605,558,107 90,662,550 198,124,391 70,848,516 769,744,487 21,729,800 13,223,512 36,817.500 25,000,000 40,538,589 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 0 0 2,223,000 6,562,850 58.188.250 1,879,131,437 (273,573,330) 0 748,735.366 154,781,230 233.328.897 1.136,845.493 863,272,163 Ket

PENJUALAN Harga Pokok Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Pabrik Lainnya Bahan Baku Tidak Langsung Penyusutan Mesin dan Sarana Listrik Pemakaian Listrik dan Air Biaya Pemeliharaan Pabrik Biaya perbaikan & pemeliharaan mesin Biaya Oli dan Bahan Bakar Biaya Lain-lain LABA KOTOR BIAYA USAHA Biaya pengangkutan Biaya perjalanan dinas Biaya telp, air, listrik Biaya gaji dan upah Biaya asuransi Biaya iklan Biaya penyusutan Biaya jasa konsultan Biaya entertainment Biaya kantor Biaya bunga bank Biaya admin istrasi Bank Prov. K red it Biaya sumbangan PPh Pasal 21 PBB, Bea Materai Biaya pemeliharaan bangunan Biaya Lain-lain

9,446,600

(29,818,975) (17,645,910)

b c

(39,670,538) (17,212,967) (40.754,500)

d e f

(23,250,000) (20,539,650)

g h

(95.829,283)

PENDAPATAN LAIN-LAIN Bunga tabungan Penjualan besi plat Jasa pemotongan besi plat Selisih kurs TOTAL PENDAPATAN LAIN-LAIN LABA BERSIH

204,564,355 204,564,355 748.735.366 154,781,230 233.328.897 1.341.409,848 792,561,295

Universitas Kristen Petra

48

PPh terutang tahun 2005 :

10% x Rp l5%xRp 30% x Rp

50,000,000 50,000,000 763,272,000

= Rp 5,000.000.= Rp 7,500,000.-

Sumber : internal perusahaan.

= Rp 228.981.600.Rp 241,481.600,-

4.2.3.

Koreksi Fiskal

a. Biaya Penyusutan Mesin dan Sarana Listrik Biaya penyusutan Mesin dan Sarana Listrik dikoreksi negatif sebesar Rp. 9,446,600.- karena adanya perbedaan metode yang digunakan oleh perusahaan dan oleh peraturan perpajakan yang diatur dalam pasal 11 UU PPh. Perusahaan menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 10 tahun untuk mesin-mesin produksi, sedangkan menurut pajak, mesin termasuk pada kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun. b. Biaya Perjalanan Dinas Biaya perjalanan dinas dikoreksi positif sebesar Rp 19,818,975.- karena dalam biaya perjalanan dinas terdapat biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan keluarga karyawan. Sedangkan sejumlah Rp. 10,000,000.- dikoreksi berdasar pasal 9 ayat (1) humf i UU PPh dimana biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya tidak bisa dikurangkan dari perhitungan penghasilan bruto. c. Biaya Listrik, Telepon, Air Biaya Listrik, Telepon, Air dikoreksi positif sebesar Rp. 17,645,910.- karena biaya telepon digunakan untuk kepentingan pribadi dan ada pemberian fasilitas Handphone bagi direktur yang hanya dapat dibiayakan sebesar 50% berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP - 220/PJ./2002, Tgl. 18-04-2002. d. Biaya Iklan Biaya iklan dikoreksi positif sebesar Rp. 39,670,538.- karena biaya iklan memiliki masa manfaat 4 tahun sehingga hams diamortisasi berdasar pasal 6 ayat (1) huruf b dan pasal 11A UU PPh dimana pembebanan biaya yang mencakup lebih dari 1 tahun harus dialokasikan dalam beberapa periode.
Universitas Kristen Petra

49

e. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan dikoreksi positif sebesar Rp. 17,212,967.- karena adanya perbedaan metode yang digunakan oleh perusahaan dan oleh peraturan perpajakan yang diatur dalam pasal 11 UU PPh. Penisahaan menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 tahun untuk kendaraan, sedangkan menurut pajak, kendaraan termasuk pada kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun. f. Biaya Entertainment Biaya entertainment dikoreksi positif sebesar Rp. 40,754,500.- karena tidak ada daftar nominatif yang menjelaskan penggunaan uang tersebut. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986. g. Biaya Sumbangan Biaya sumbangan dikoreksi positif sebesar Rp. 23,250,000.- karena menurut UU PPh Pasal 9 ayat (1) huruf g sumbangan tidak boleh menjadi pengurang penghasilan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan. Bagi pihak yang menerima sumbangan juga bukan merupakan Objek Pajak sepanjang diterima tidak dalam hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan. h.

PPh Pasal 21 Karyawan

PPh Pasal 21 karyawan merupakan pajak atas penghasilan karyawan yang ditanggung oleh perusahaan. Sehingga biaya PPh Pasal 21 dikoreksi positif sebesar Rp. 20,539,650.- karena tidak dapat dikurangkan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan sesuai pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh.

Universitas Kristen Petra

50

i.

Biaya Iain-lain

Tabel 4.5 Biaya Lain-lain FT. "X


PT"X" Biaya Lain-lain (dalam rupiah)

Biaya pengobatan karyawan Biaya pengurusan surat dan notaris luran RT, RW, dan keamanan Biaya pakaian seragam satpam Biaya langganan koran Biaya pos dan telekomunikasi Biaya tol dan parkir Biaya kebersihan Biaya perawatan kendaraan Biaya konsumsi Biaya Pajak Biaya jasa importir Biaya untuk kepentinqan direktur
TOTAL

Komersial 27,287,590 25,625,000 1,800,000 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 52,189,843 20,047,500 5,687,500 154,017,533

Koreksi (27,287,590) (1,800,000)

Fiskal
0

Ket i1 i2

25,625,000 0 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1,800,000 4,541,750 0 0 20,047,500 0 58,188,250

(4,541,750) (4,322,600) (52,189,843) (5,687,500) (95,829,283)

i3 i4 i5 16

Penjelasan Tabel 4.5 : 1. Pengobatan Karyawan Biaya pengobatan yang keseluruhan berjumlah Rp. 27,287,590.- tidak dapat dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi perusahaan sesuai pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh . 2. Biaya luran RT dan RW. Biaya iuran RT dan RW harus dikoreksi positif sebesar Rp 1,800,000.-karena iuran ini dibayarkan sebagai sumbangan bagi pengembangan lingkungan di sekitar perusahaan sesuai pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh. 3. Biaya Perawatan Kendaraan Biaya untuk pemeliharaan kendaraan harus dikoreksi positif sebesar Rp 4,541,750.-, karena biaya perbaikan dan perawatan kendaraan yang menjadi fasilitas bagi karyawan tersebut hanya dapat dibiayakan sebesar 50 % saja berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP -220/PJ./2002,Tgl. 18-04-2002.

Universitas Kristen Petra

51

4. Biaya Konsumsi Biaya konsumsi harus dikoreksi positif sebesar Rp 4,322,600.- karena biaya konsumsi tersebut dikeluarkan hanya untuk kepentingan direktur dan karyawan tertentu sesuai pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh. 5. Biaya Pajak Biaya pajak merupakan angsuran PPh pasal 25 dan PPh Pasal 22 yang berasal dari transaksi dengan bendaharawan pemerintah, yaitu sebesar Rp 52,189,843.yang tidak dapat dibiayakan berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh. 6. Biaya untuk Kepentingan Direktur Biaya untuk kepentingan direktur harus dikoreksi positif sebesar Rp 5,687,500.- karena sesuai dengan pasal 9 ayat (1) huruf i UU PPh biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya tidak bisa dikurangkan dari penghasilan bruto. i. Pendapatan bunga bank

Pendapatan bunga bank sudah dikenai pemotongan PPh final sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000, sehingga dalam laporan laba rugi fiskal harus dikoreksi negatif sebesar Rp. 204,564,355.-.

4.3. Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1. Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan Dari data yang diperoleh dari perusahaan sumber-sumber penghasilan pemsahaan yaitu : 1. Penjualan Air Conditioner dan pendingin; 2. Penjualan besi plat 3. Jasa pemotongan besi plat 4. Pendapatan bunga bank Dalam melaksanakan tax planning perusahaan harus dapat memaksimalkan

penghasilan-penghasilan yang dikecualikan dan yang dikenakan PPh final. Berdasarkan sumber-sumber penghasilan yang ada maka pendapatan bunga bank
Universitas Kristen Petra

52

merupakan penghasilan yang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk dapat memperkecil PKP, karena penghasilan bunga bank sudah dikenai pemotongan PPh final, sehingga dalam laporan laba rugi fiskal hams dikoreksi sebesar Rp. 204,564,355.-.

4.3.2.

Memaksimalkan Biaya Fiskal dan Meminimalkan Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan

4.3.2.1. Biaya Pajak Biaya pajak merupakan angsuran PPh pasal 25 dan PPh Pasal 22 yang berasal dari transaksi dengan bendaharawan pemerintah, yaitu sebesar Rp 52,189,843.- yang tidak dapat dibiayakan. Biaya Pajak ini dapat dikreditkan untuk mengurangi pajak terutang tahun 2005, namun harus disertai bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti setor PPh Pasal 25. Berkaitan dengan hal ini, maka bukti pungut/potong serta bukti setor harus diadministrasikan dengan baik sehingga dapat memenuhi syarat material dan formal dalam pengkreditan pajak.

4.3.2.2. Biaya Listrik, Telepon, Air Biaya Listrik, Telepon, Air dikoreksi sebesar Rp. 17,645,910.- karena biaya telepon digunakan untuk kepentingan pribadi dan ada pemberian fasilitas handphone bagi direktur yang hanya dapat dibiayakan sebesar 50% berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-220/PJ./2002, Tgl. 18-04-2002. Dari sisi perusahaan akan lebih menguntungkan apabila memilih kebijakan pemberian fasilitas handphone dari perusahaan.

4.3.2.3. Biaya Iklan Biaya iklan dikoreksi sebesar Rp. 39,670,538.- karena biaya iklan memiliki masa manfaat 4 tahun sehingga harus diamortisasi karena tidak dapat dibiayakan sekaligus dalam I tahun berdasar pasal 6 ayat (1) huruf b dan pasal 11A UU PPh dimana pembebanan biaya yang mencakup lebih dari 1 tahun harus dialokasikan dalam beberapa periode. Biaya iklan dengan kontrak lebih dari 1 tahun akan menguntungkan perusahaan disatu sisi yaitu perusahaan akan mendapatkan harga kontrak yang
Universitas Kristen Petra

53

lebih murah daripada kontrak iklan yang berdurasi 1 tahun atau kurang. Namun kontrak iklan yang lebih dari 1 tahun akan merugikan perusahaan karena dalam pembebanannya perusahaan harus melakukan amortisasi sehingga akan berpengaruh pada cash outflow perusahaan. Biaya iklan yang dikeluarkan per tahun akan mengakibatkan total biaya yang lebih besar daripada kontrak iklan dengan durasi lebih dari 1 tahun namun perusahaan dapat membebankannya sekaligus pada tahun yang bersangkutan. Sebaiknya biaya iklan dikeluarkan untuk masa manfaat 1 tahun atau kurang, sehingga dapat dibiayakan seluruhnya pada tahun tersebut.

4.3.2.4. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan dikoreksi sebesar Rp. 7,766,367.- karena adanya perbedaan metode yang digunakan oleh perusahaan dan oleh peraturan perpajakan. Perusahaan menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 tahun untuk kendaraan dan 10 tahun untuk mesin-mesin produksi, sedangkan menurut pajak, kendaraan dan mesin termasuk pada kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun. Penentuan masa manfaat aktiva mesin dan kendaraan sebaiknya disamakan dengan peraturan perpajakan, agar lebih mudah dalam perhitungan pajak. Untuk kendaraan yang sebelumnya diberikan sebagai fasilitas kepada direktur dan divisi marketing hanya dapat dibiayakan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian. Perusahaan dapat membiayakan seluruhnya apabila kendaraan kantor tidak diberikan sebagai fasilitas bagi direktur dan divisi marketing, melainkan digunakan hanya untuk keperluan perusahaan saja. Dalam menghitung besarnya penyusutan per tahun, peraturan perpajakan hanya memperbolehkan 2 metode, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Perhitungan penyusutan aktiva PT. "X" menggunakan metode garis lurus untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp. 184,058,778.-, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp. 113,753,664.-. Karena itu, untuk menghitung biaya penyusutan sebaiknya menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus selain sesuai dengan peraturan perpajakan, lebih sederhana, dan akan menyebabkan biaya penyusutan tiap tahun relatif stabil.
Universitas Kristen Petra

54

4.3.2.5. Biaya Entertainment Biaya entertainment dikoreksi sebesar Rp. 40,754,500.- karena tidak ada daftar nominatif yang menjelaskan penggunaan uang lersebut. Biaya entertainment dapat dibiayakan apabila penisahaan dapat memenuhi syarat-syarat yang diatur oleh peraturan perpajakan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-27/PJ.22/1986. Wajib Pajak dalam hal ini perusahaan harus dapat membuktikan, bahvva biaya-biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (syarat formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan perusahaan (syarat material) yang merupakan Objek PPh. Biaya entertainment merupakan beban yang boleh dibiayakan oleh penisahaan jika ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha penisahaan dan dibuatkan daftar nominatif entertainment tanpa harus menambah penghasilan bagi pihak yang menerima entertainment. Untuk dapat membiayakan biaya entertainment maka biaya entertainment harus diserlai dengan bukti eksternal seperti bon atau kuitansi pembayaran restoran. Daftar nominatif harus dilampirkan pada saat penyampaian SPT Tahunan ke kantor pajak yang berisi : a. Tanggal entertainment yang diberikan; b. Nama tempat dimana entertainment diberikan; c. Alamat tempat dimana entertainment diberikan; d. Jumlah nipiah dari entertainment yang diberikan; e. Rekan usaha yang diberi entertainment yang memuat nama, alamat, jabatan, nama perusahaan, dan jenis usaha.

4.3.2.6. Biaya Sumbangan Biaya sumbangan dikoreksi sebesar Rp. 23,250,000.- karena menurut peraturan perpajakan sumbangan tidak boleh menjadi pengurang penghasilan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan. Bagi pihak yang menerima sumbangan juga bukan merupakan Objek Pajak sepanjang diterima tidak dalam hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Biaya sumbangan yang diperkenankan diatur lebih lanjut dengan KMK. Sampai dengan tahun 2005 biaya
Universitas Kristen Petra

55

sumbangan yang dapat dibiayakan hanya sumbangan untuk bencana alam tsunami di Aceh dan Sumatra Utara serta sumbangan untuk GNOTA.

4.3.3.

Pemilihan metode-metode akuntansi

4.3.3.1. Metode p>enilaian persediaan Perusahaan dalam melakukan penilaian persediaan menggunakan metode average (rata-rata tertimbang). Untuk efisiensi pajak, terutama dalam kondisi perekonomian yang inflasi dimana harga barang cenderung naik, maka penggunaan metode average mempunyai dampak HPP perusahaan menjadi lebih tinggi. sehingga dapat mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil sehingga PKP juga akan menjadi lebih kecil.

4.3.3.2. Metode penyusutan Perusahaan saat ini menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung beban penyusutan. Sedangkan metode penyusutan yang diperbolehkan menunit perpajakan adalah metode garis lurus {straight line) dan metode saldo menurun (double declining). Namun lama masa manfaat yang diperkirakan oleh perusahaan berbeda dengan pengelompokan yang telah ditetapkan oleh perpajakan. Menurut perusahaan, masa manfaat aktiva mesin adalah selama 10 tahun, dan 5 tahun untuk aktiva kendaraan dan sarana listrik. Sedangkan menurut perpajakan aktiva mesin dan kendaraan masuk ke dalam kelompok 2 yang memiliki masa manfaat 8 tahun. Pada awal masa manfaat penggunaan metode saldo menurun akan berakibat jumlah penyusutan menjadi lebih besar daripada metode garis lurus dan makin menurun pada periode-periode berikutnya. Tetapi pada akhir masa manfaat berlaku sebaliknya, yaitu jumlah beban penyusutan menggunakan metode garis lurus lebih besar daripada metode saldo menurun. Namun pada saat umur ekonomis aktiva habis, maka jumlah akumulasi penyusutan/amortisasi dari kedua metode ini sama. Sebaiknya perusahaan dalam memilih metode penyusutan menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis yang disamakan dengan peraturan

Universitas Kristen Petra

56

perpajakan. Hal ini akan membantu perusahaan dalam menyusun laporan laba rugi fiskal karena tidak perlu melakukan koreksi terhadap biaya penyusutan.

4.3.4.

Pemilihan bentuk-bentuk kesejahteraan karyawan

4.3.4.1. Perawatan Kendaraan Biaya untuk pemeliharaan kendaraan sebesar Rp 9.083.500.- yang dipakai oleh direktur dan divisi marketing tidak dapat dikurangkan seluruhnya sebagai biaya perawatan kendaraan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan. Jumlah biaya yang dapat dibiayakan hanya 50%. yaitu sebesar Rp. 4,541,750.- sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP - 220/PJ./2002, Tgl. 18-04-2002 dimana diatur biaya perbaikan dan perawatan yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah perbaikan dan perawatan kendaraan dalam tahun pajak yang bersangkutan. Perusahaan dapat membiayakan seluruhnya apabila kendaraan kantor tidak diberikan sebagai fasilitas bagi direktur dan divisi marketing, melainkan digunakan hanya untuk keperluan perusahaan saja.

4.3.4.2. Biaya Perjalanan Dinas Biaya perjalanan dinas dikoreksi sebesar Rp 19,818,975.- karena dalam biaya perjalanan dinas terdapat biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan keluarga karyawan. Sedangkan sejumlah Rp. 10,000.000.- dikoreksi dikarenakan tidak ada bukti yang mendukung. Biaya perjalanan dinas atau SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) umumnya terdiri dari tiga komponen biaya yaitu biaya transportasi, biaya akomodasi, dan uang saku. Biaya transportasi merupakan komponen pengeluaran untuk membiayai transportasi untuk sampai ke tempat tujuan. Unsur transportasi ini dapat diberikan dalam bentuk uang maupun dalam bentuk tiket untuk alat transportasi tertentu. Biaya akomodasi merupakan komponen pengeluaran untuk membiayai penginapan selama karyawan melakukan perjalanan dinas dan biayanya diberikan dalam bentuk uang atau voucher hotel yang sudah di booking di lokasi, serta

Universitas Kristen Petra

57

pengeluaran untuk menutup biaya hidup selama karyawan yang bersangkutan di luar kota atau di luar negeri seperti contohnya untuk makan dan laundry pakaian. Ketiga komponen biaya ini akan berp>engaruh pada aspek PPh Pasal 21, khususnya bila perusahaan memberi kebijakan pemberian biaya perjalanan dinas secara lumpsum atau diberikan dalam bentuk uang dengan jumlah tertentu yang bersifat tetap. Bagi penisahaan biaya yang dikeluarkan secara lumpsum ini bisa dikurangkan dari penghasilan bruto namun bagi karyawan merupakan penambah penghasilan. Sedangkan apabila perusahaan memberikan biaya perjalanan dinas secara reimbursement, maka hanya uang saku yang menjadi Objek PPh pasal 21 karena pemberian uang saku dapat disamakan dengan pemberian secara lumpsum sehingga uang saku merupakan penambah penghasilan bagi karyawan dan bagi penisahaan menipakan biaya yang dapat dikurangkan. Biaya transportasi dan akomodasi apabila diberikan secara reimbursement bukan merupakan penghasilan bagi karyawan namun bisa dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan. Reimbursement hams memenuhi persyaratan: a. Tidak boleh ada mark up dan/atau mark down b. Bukti asli diserahkan ke penisahaan c. Diusahakan menggunakan atau atas nama perusahaan

4.3.4.3. Makanan dan Natura Lainnya Penisahaan tidak memberikan makan siang ataupun tunjangan beras kepada karyawan. Penisahaan memberikan dalam bentuk uang kehadiran yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan jabatan dan masa kerja masing-masing karyawan. Pemberian uang kehadiran ini dapat dikurangkan sebagai biaya dalam laporan laba rugi (fiskal) penisahaan tetapi menipakan penghasilan bagi karyawan. Dengan demikian dari sisi karyawan akan menambah PPh Pasal 21 terutang. Sedangkan pemberian makan bersama bagi karyawan bukan merupakan Objek PPh Pasal 21 karena makan bersama menipakan pemberian dalam bentuk natura. Dengan demikian dari sisi karyawan pemberian makan bersama ini tidak akan menambah PPh Pasal 21 terutang. Di sisi perusahaan berdasarkan pasal 9
Universitas Kristen Petra

58

ayat (1) humf e UU PPh , penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Akan tetapi khusus penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dalam pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh tersebut juga diatur hal yang berbeda dari ketentuan umumnya. Artinya pemberian makanan dan minum bersama walaupun bentuknya natura, dapat dibiayakan oleh perusahaan (deductible expenses). Dengan demikian di sisi perusahaan akan mengurangi beban PPh Badan yang terutang. Apabila dibandingkan perlakuan pajak dalam hal pembiayaan pemberian makan bersama dengan pemberian tunjangan makan berupa uang kehadiran maka akan lebih menguntungkan karyawan dan perusahaan apabila memilih kebijakan pemberian makan bersama. Oleh karena itu dengan adanya tax planning ini, para karyawan diusahakan untuk diberikan makan dan minum bersama dengan konsekuensi uang kehadiran tiap karyawan dikurangi sebesar Rp. 6,000.- per hari.

4.3.4.4. Biaya Konsumsi Biaya konsumsi harus dikoreksi sebesar Rp 4,322,600.- karena biaya konsumsi tersebut dikeluarkan hanya untuk kepentingan direktur dan karyawan tertentu . Perusahaan dapat membiayakan biaya konsumsi apabila konsumsi diberikan pada seluruh karyawan atau diberikan dalam bentuk tunjangan. Akan lebih menguntungkan apabila perusahaan menyediakan makan dan minum bagi seluruh karyawan karena berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP 213/PJ/2001 pasal 2, penyediaan makanan dan minuman bagi karyawan tidak dianggap sebagai penghasilan bagi karyawan namun dapat dibebankan sebagai biaya bagi perusahaan.

4.3.4.5. Pengobatan Karyawan Perusahaan akan mengganti biaya pengobatan yang telah dikeluarkan oleh karyawan baik biaya pemeriksaan dokter ataupun pemberian obat. Biaya yang dikeluarkan tersebut dapat diganti seluruhnya ataupun sebagian dengan jumlah platfon atau batas maksimal dengan limit satu kali gaji dalam satu tahun.
Universitas Kristen Petra

60

karyawannya. Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi bisa menjadi beban perusahaan secara keseluruhan atau bisa menjadi beban karyawan, terganlung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Dalam aturan pajak, perlakuan atas premi asuransi karyawan yang dibayarkan perusahaan disebutkan secara eksplisil dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d UU PPh. Dalam penjelasan atas UU tersebut disebutkan bahwa premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dan pada saat orang pribadi dimaksud menerima pengantian atau santunan asuransi (klaim), penerimaan tersebut bukan merupakan objek pajak. Sedangkan apabila premi asuransi dibayar atau ditanggung oleh perusahaan, maka bagi perusahaan tersebut boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai yang menerimanya merupakan penghasilan yang menjadi objek pajak. Dikarenakan penggantian biaya pengobatan tidak dapat dibebankan oleh perusahaan, maka sebaiknya perusahaan mengikutsertakan karyawan pada program asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan ini diberikan kepada seluruh karyawan yang besarnya sama yaitu Rp. 400,000.- per tahun.

4.3.5.

PPh Pasal 21

4.3.5.1. PPh Pasal 21 Karyawan (metode net basis) Biaya PPh Pasal 21 dikoreksi sebesar Rp. 20,539,650.- karena biaya PPh Pasal 21 tidak dapat dikurangkan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan sesuai UU PPh Pasal 9 ayat ( 1 ) huruf h. Setelah pelaksanaan tax planning jumlah PPh pasal 21 terutang karyawan sebesar Rp 23,982,680.-. Perbedaan sejumlah Rp. 3,443,030.- disebabkan adanya pertambahan penghasilan karyawan berupa uang lembur dan komisi yang belum dipotong oleh perusahaan serta diikutsertakannya karyawan pada program asuransi kesehatan. Jumlah PPh Pasal 21 setelah tax planning dihitung dengan menggunakan PTKP tahun 2006. Dengan penggunaan metode ini biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembayaran PPh Pasal 21 karyawan tidak dapat dikurangkan dalam laporan rugi fiskal.

Universitas Kristen Petra

61

4.3.5.2. PPh Pasal 21 Karyawan (Tunjangan PPh sebesar PPh Pasal 21 Terutang) Biaya PPh Pasal 21 dikoreksi sebesar Rp. 20,539,650.- karena biaya PPh Pasal 21 tidak dapat dikurangkan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan sesuai UU PPh Pasal 9 ayat (1) humf h. Untuk itu perusahaan dapat memberikan tunjangan PPh sebesar PPh 21 terutang karyawan tersebut. Dampak dari pemberian tunjangan PPh Pasal 21 sejumlah PPh yang terutang adalah bertambahnya beban pajak bagi karyawan yang bersangkutan. Agar penambahan beban pajak itu tidak merugikan karyawan maka seluruh tambahan pajak akibat penambahan penghasilan bagi karyawan itu juga akan ditanggung oleh perusahaan. Setelah pelaksanaan tax planning jumlah PPh pasal 21 terutang karyawan sebesar Rp 25,719,300.-. Pemberian tunjangan PPh itu merupakan penghasilan yang dikenai pajak bagi karyawan dan dapat dikurangkan sebagai biaya tunjangan PPh bagi karyawan sebesar Rp. 23,982,680.- dengan metode tunjangan sebesar PPh pasal 21 terutang.

4.3.5.3. PPh Pasal 21 Karyawan (Metode Gross Up) Perusahaaan membayar PPh pasal 21 terutang karyawannya. PPh pasal 21 karyawan sebesar Rp 20,539,650.- tidak dapat dikurangkan dalam laporan laba rugi (fiskal) perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat memberikan tunjangan PPh dengan metode gross up. Pembayaran PPh Pasal 21 dengan metode gross up dari sudut pandang karyawan tidak akan berpengaruh terhadap take home pay. Jumlah Take Home Pay yang didapat karyawan melalui tunjangan PPh Pasal 21 metode gross up akan sama dengan Take Home Pay apabila PPh Pasal 21 ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Setelah pelaksanaan tax planning dengan metode gross up jumlah PPh pasal 21 terutang karyawan sebesar Rp. 25,900,122.-.

4.3.6.

Penerapan Tax Planning Pada Perusahaaan

4.3.6.1. Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan (metode net basis) Dampak penerapan tax planning bagi perusahaan adalah berkurangnya jumlah koreksi fiskal perusahaan. Jumlah koreksi fiskal positif sebelum tax planning adalah sebesar Rp. 70,710,868.- dan koreksi fiskal sesudah tax planning adalah sebesar 33,185,641.- Beban pajak penghasilan terutang perusahaan
Universitas Kristen Petra

Rp.

62

juga menurun. Jumlah PPh terutang sebelum pelaksanaan tax planning adalah Rp. 241,481,600.- dan jumlah PPh terutang sesudah tax planning adalah Rp. 222,441,200,-. Penghematan pajak yang diperoleh akibat pelaksanaan tax planning sebesar Rp. 19,040,400,- Laba komersial setelah pajak adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan sesudah dipotong pajak penghasilan. Sebelum pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah: Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak Rp. 792,561,295.Rp. 241,481,600.Rp. 551,079,695.-

Sesudah pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah: Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak Rp. 766,618,797.Rp. 222.441,200,Rp. 544,177,597.-

Selisih laba setelah pajak sebagai akibat pelaksanaan tax planning adalah sebesar (Rp. 6,902,098.-). Dampak pelaksanaan tax planning terhadap laporan laba rugi perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Terhadap Laporan Keuangan komersial : Bertambahnya biaya gaji dan upah yang disebabkan diikutsertakannya karyawan pada program asuransi kesehatan yang juga berakibat pada berkurangnya jumlah biaya Iain-lain. Dampak lain adalah bertambahnya jumlah total beban usaha perusahaan yang menyebabkan laba bersih perusahaan ikut menurun, sehingga pajak terutang juga semakin kecil. Namun disisi lain penambahan jumlah beban usaha juga berpengaruh pada penurunan jumlah laba setelah pajak. 2. Terhadap Laporan Keuangan Fiskal : Berkurangnya jumlah koreksi fiskal perusahaan yang disebabkan beberapa hal berikut: a. Perubahan perkiraan masa manfaat aktiva yang disesuaikan dengan

peraturan perpajakan. Karena perubahan ini, maka perhitungan penyusutan

Universitas Kristen Petra

63

aktiva komersil dan fiskal menjadi sama, sehingga koreksi fiskal menjadi tidak ada. b. Direktur dan bagian pemasaran tidak lagi diberikan fasilitas berupa kendaraan, sehingga beban penyusutan kendaraan dapat dibiayakan 100%. c. Pengikutsertaan karyawan dalam program asuransi kesehatan membuat pemsahaan dapat membiayakan beban yang dikeluarkan atas premi asuransi kesehatan karyawan tersebut.

Universitas Kristen Petra

64

Tabel 4.6 Laporan Laba Rugi PT. "X" (setelah tax planning dengan metode net basis)
PT "X" Laporan Laba Rugi Fiskal Periode 1 Januari -31 Desember2005

PENJUALAN Harga Pokok Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Pabrik Lainnya Bahan Baku Tidak Langsung Penyusutan Mesin dan Sarana Listrik Pemakaian Listrik dan Air Biaya Pemeliharaan Pabrik Biaya perbaikan & pemeliharaan mesin Biaya Oli dan Bahan Bakar Biaya Lain-lain LABA KOTOR BIAYA USAHA Biaya pengangkutan Biaya perjalanan dinas Biaya telp, air. listrik Biaya gaji dan upah Biaya makan minum karyawan Biaya asuransi Biaya iklan Biaya penyusutan Biaya jasa konsultan Biaya entertainment Biaya kantor Biaya bunga bank Biaya PPh Pasal 21 Biaya administrasi Bank Prov. K red it Biaya sumbangan PBB, Bea Materai Biaya pemeliharaan bangunan Biaya Lain-lain

(d alam rupiah) Komersial 77,172,812,140 65,738,850,390 702,146,000 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16.918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,518,180,033 1,654,632,107 90,662,550 227,943,366 88,494.426 739,334,487 119,808,000 21,729,800 52,894,050 51.096,875 25,000,000 81,293,089 31,182,750 485,761,284 26,932,730 3,800,000 24.723,958 23,250,000 2,223.000 6,562,850 126.729,943 2,229.423,158 (574,791,051)

Koreksi

Fiskal 77,172,812,140 65,738,850,390 702,146,000 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,518,180,033 1,654,632,107 90,662,550 198,124,391 70.848,516 739,334,487 119,808,000 21,729,800 13,223,512 51,096,875 25,000,000 40,538,589 31,182,750 485,761,284 0 3,800,000 24,723,958 0 2,223.000 6,562,850 67.052,600 1,991,673,162 (337,041,055) 0 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1.136.845,493 799,804,438

(29,818,975) (17,645.910)

(39.670,538)

(40,754.500)

(26,932,730)

(23,250,000)

(59,677,343)

PENDAPATAN LAIN-LAIN Bunga tabungan Penjualan besi plat Jasa pemotongan besi plat Selisih kurs TOTAL PENDAPATAN LAIN-LAIN LABA BERSIH

204,564,355 204,564,355 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1.341,409.848 766.618,797

Universitas Kristen Petra

65

Tabel 4.7 Biaya Lain-lain PT. "X" (setelah (ax planning)

Biaya Lain-Lain (dalam rupiah) Komersial 25,625,000 1,800,000 500,000 660,000 2,651.500 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 52,189,843 20,047,500 5,687,500 126,729,943 Koreksi (1,800,000) Fiskal 25,625,000 0 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1.800,000 9,083,500 4,322,600 0 20,047,500 0 67,052,600

Biaya pengurusan surat dan notaris luran RT, RW, dan keamanan Biaya pakaian seragam satpam Biaya langganan koran Biaya pos dan telekomunikasi Biaya tol dan parkir Biaya kebersihan Biaya perawatan kendaraan Biaya konsumsi Biaya Pajak Biaya jasa importir Biaya untuk kepentinqan direktur TOTAL

(52,189,843) (5,687,500) (59,677,343)

PPh terutang tahun 2005 :

10% x Rp 15% x Rp 30%xRp

50,000,000.- = Rp 5,000,000.50.000,000.- = Rp 7,500,000.699,804,000,- = Rp 209,941.200.Rp 222,441,200,-

Sumber : internal perusahaan, data olahan.

4.3.6.2. Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan (metode Tunjangan PPh Sebesar PPh Pasal 21 Terutang). Dampak penerapan tax planning bagi perusahaan adalah berkurangnya jumlah koreksi fiskal perusahaan. Jumlah koreksi fiskal positif sebelum tax planning adalah sebesar Rp. 70,710,868.- dan koreksi fiskal sesudah tax planning adalah sebesar Rp. 6,252,911.- Beban pajak penghasilan terutang perusahaan juga menurun. Jumlah PPh terutang sebelum pelaksanaan tax planning adalah Rp. 241,481,600.- dan jumlah PPh terutang sesudah tax planning adalah Rp. 215,246,300,-. Penghematan pajak yang diperoleh akibat pelaksanaan tax planning sebesar Rp. 26,235,300,- Laba komersial setelah pajak adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan sesudah dipotong pajak penghasilan. Sebelum pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah:
Universitas Kristen Petra

66

Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak

Rp. 792,561,295.Rp. 241.481,600.Rp. 551,079,695.-

Sesudah pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah: Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak Rp. 769,568.847.Rp. 215.246,300.Rp. 554,322,547.-

Selisih laba setelah pajak sebagai akibat pelaksanaan tax planning adalah sebesar Rp. 3,242,852.-. Dampak pelaksanaan tax planning terhadap laporan laba rugi perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Terhadap Laporan Keuangan komersial : Bertambahnya biaya gaji dan upah yang disebabkan pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dan pengikutsertaan karyawan dalam program asuransi kesehatan, yang juga berakibat pada berkurangnya jumlah biaya Iain-lain. Dampak lain adalah bertambahnya jumlah total beban usaha perusahaan yang menyebabkan laba bersih perusahaan ikut menurun, sehingga pajak temtang juga semakin kecil. Namun dengan bertambahnya beban usaha akibat pemberian tunjangan PPh Pasal 21 sebesar PPh Pasal 21 terutang dan pembayaran premi asuransi kesehatan karyawan ini berdampak pada meningkatnya laba setelah pajak perusahaan. 2. Terhadap Laporan Keuangan Fiskal : Berkurangnya jumlah koreksi fiskal perusahaan yang disebabkan beberapa hal berikut: a. Pembahan perkiraan masa manfaat aktiva yang disesuaikan dengan peraturan perpajakan. Karena perubahan ini, maka perhitungan penyusutan aktiva komersil dan fiskal menjadi sama, sehingga koreksi fiskal menjadi tidak ada. b. Direktur dan bagian pemasaran tidak lagi diberikan fasilitas berupa kendaraan, sehingga beban penyusutan kendaraan dapat dibiayakan 100%. c. Pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dan pengikutsertaan karyawan dalam program dapat
Universitas Kristen Petra

asuransi

kesehatan

menyebabkan

perusahaan

67

mengurangkan beban PPh Pasal 21 karyawan dan premi asuransi kesehatan tersebut dalam laporan laba rugi fiskal. Karena itu beban PPh Pasal 21 dan premi asuransi kesehatan karyawan tidak perlu dikoreksi.

Universitas Kristen Petra

68

Tabel 4.8 Laporan Laba Rugi PT. "X" (setelah tax planning dengan metode tunjangan PPh Pasal 21)
PT "X" Laporan Laba Rugi Fiskal Periode 1 Januari -31 Desember2005

PENJUALAN Harga Pokok Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Pabrik Lainnya Bahan Baku Tidak Langsung Penyusutan Mesin dan Sarana Listrik Pemakaian Listrik dan Air Biaya Pemeliharaan Pabrik Biaya perbaikan & pemeliharaan mesin Biaya Oli dan Bahan Bakar Biaya Lain-lain LABA KOTOR BIAYA USAHA Biaya pengangkutan Biaya perjalanan dinas Biaya telp, air. listrik Biaya gaji dan upah Biaya makan minum karyawan Biaya asuransi Biaya iklan Biaya penyusutan Biaya jasa konsultan Biaya entertainment Biaya kantor Biaya bunga bank Biaya administrasi Bank Prov. K red it Biaya sumbangan PBB, Bea Materai Biaya pemeliharaan bangunan Biaya Lain-lain

(d alam rupiah) Komersial 77,172,812,140 65,738,850,390 706,560,450 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16.918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,522,594,483 1,650,217,657 90,662,550 227,943,366 88,494,426 758,902,717 119,808,000 21,729,800 52,894,050 51.096,875 25,000,000 81,293,089 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 23,250,000 2,223,000 6,562,850 126.729.943 2,222,058,658 (571,841,001)

Koreksi

Fiskal 77,172,812,140 65,738,850,390 706,560,450 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,522,594,483 1,650,217,657 90,662,550 198,124,391 70.848,516 758,902,717 119,808,000 21,729,800 13,223,512 51,096,875 25,000,000 40,538,589 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 0 2,223,000 6,562,850 67.052.600 2,011,241,392 (361,023,735) 0 748,735,366 154,781.230 233,328.897 1.136.845.493 775,821,758

(29,818,975) (17,645.910)

(39,670,538)

(40,754.500)

(23,250,000)

(59,677,343)

PENDAPATAN LAIN-LAIN Bunga tabungan Penjualan besi plat Jasa pemotongan besi plat Selisih kurs TOTAL PENDAPATAN LAIN-LAIN LABA BERSIH

204,564,355 204,564,355 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1.341.409.848 769,568,847

Universitas Kristen Petra

69

Tabel 4.9 Biaya Lain-lain PT. "X" (setelah (ax planning)

Biaya Lain-Lain (dalam rupiah) Komersial Koreksi 25,625,000 (1,800,000) 1,800,000 500,000 (52,189,843) 660,000 2,651,500 (5,687,500) 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 52,189,843 20,047,500 5,687,500 126,729,943 (59,677,343) 10% x Rp 15% x Rp 30%xRp Fiskal 25,625,000 0 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 0 20,047,500 0 67,052,600

Biaya pengurusan surat dan notaris luran RT, RW, dan keamanan Biaya pakaian seragam satpam Biaya Iangganan koran Biaya pos dan telekomunikasi Biaya tol dan parkir Biaya kebersihan Biaya perawatan kendaraan Biaya konsumsi Biaya Pajak Biaya jasa importir Biaya untuk kepentingan direktur TOTAL PPh terutang tahun 2005 :

50,000,000.- = Rp 5,000,000.50.000,000.- = Rp 7,500,000.675,821,000,- = Rp 202,746.300.Rp 215,246,300,-

Sumber : internal perusahaan, data olahan.

4.3.6.3. Penerapan Tax Planning Pada Perusahaan (Metode Gross Up) Dampak penerapan tax planning bagi perusahaan adalah berkurangnya jumlah koreksi fiskal perusahaan. Jumlah koreksi fiskal positif sebelum tax planning adalah sebesar Rp. 70,710,868.- dan koreksi fiskal sesudah tax planning adalah sebesar Rp. 6,252,911.- Beban pajak penghasilan terutang perusahaan juga menurun. Jumlah PPh terutang sebelum pelaksanaan tax planning adalah Rp. 241,481,600.- dan jumlah PPh terutang sesudah tax planning adalah Rp. 214,671,200.-. Penghematan pajak yang diperoleh akibat pelaksanaan tax planning sebesar Rp. 26,810,400.- Laba komersial setelah pajak adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan sesudah dipotong pajak penghasilan. Sebelum pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah:

Universitas Kristen Petra

70

Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak

Rp. 792,561,295.Rp. 241.481,600.Rp. 551,079,695.-

Sesudah pelaksanaan tax planning laba setelah pajak adalah: Laba bersih komersial Pajak Penghasilan Laba setelah pajak Rp. 767,651,045.Rp. 214.671,200,Rp. 552,979,845.-

Selisih laba setelah pajak sebagai akibat pelaksanaan tax planning adalah sebesar Rp. 1,900,150.-. Dampak pelaksanaan tax planning terhadap laporan laba rugi pemsahaan adalah sebagai berikut: 1. Terhadap Laporan Keuangan komersial : Bertambahnya biaya gaji dan upah yang disebabkan pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dan pengikutsertaan karyawan dalam program asuransi kesehatan, yang juga berakibat pada berkurangnya jumlah biaya Iain-lain. Dampak lain adalah bertambahnya jumlah total beban usaha perusahaan yang menyebabkan laba bersih perusahaan ikut menurun, sehingga pajak terutang juga semakin kecil. Namun dengan bertambahnya beban usaha akibat pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dengan metode gross up dan pembayaran premi asuransi kesehatan karyawan ini berdampak pada meningkatnya laba setelah pajak perusahaan. 2. Terhadap Laporan Keuangan Fiskal: Berkurangnya jumlah koreksi fiskal pemsahaan yang disebabkan beberapa hal berikut: a. Perubahan perkiraan masa manfaat aktiva yang disesuaikan dengan peraturan perpajakan. Karena perubahan ini, maka perhitungan penyusutan aktiva komersil dan fiskal menjadi sama, sehingga koreksi fiskal menjadi tidak ada. b. Direktur dan bagian pemasaran tidak lagi diberikan fasilitas berupa kendaraan, sehingga beban penyusutan kendaraan dapat dibiayakan 100%. c. Pemberian tunjangan PPh Pasal 21 dan pengikutsertaan karyawan dalam program asuransi kesehatan menyebabkan perusahaan dapat mengurangkan asuransi
Universitas Kristen Petra

beban

PPh

Pasal

21

karyawan

dan

premi

71

kesehatan tersebut dalam laporan laba rugi fiskal. Karena itu beban PPh Pasal 21 dan premi asuransi kesehatan karyawan tidak perlu dikoreksi. Perbedaan metode tunjangan dengan metode gross up yaitu pada penggunaan metode gross up, karyawan tidak perlu menanggung beban PPh Pasal 21 sama sekali.

Universitas Kristen Petra

72

Tabel 4.10 Laporan Laba Rugi PT. "X" (setelah lax planning dengan metode Gross Up) PTnXn
Laporan Laba Rugi Fiskal Periode 1 Januari -31 Desember 2005 (dalam rupiah)

PENJUALAN Harga Pokok Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Pabrik Lainnya Bahan Baku Tidak Langsung Penyusutan Mesin dan Sarana Listrik Pemakaian Listrik dan Air Biaya Pemeliharaan Pabrik Biaya perbaikan & pemeliharaan mesin Biaya Oli dan Bahan Bakar Biaya Lain-lain LABA KOTOR BIAYA USAHA Biaya pengangkutan Biaya perjalanan dinas Biaya telp, air, listrik Biaya gaji dan upah Biaya makan minum karyawan Biaya asuransi Biaya iklan Biaya penyusutan Biaya jasa konsultan Biaya entertainment Biaya kantor Biaya bunga bank Biaya administrasi Bank Prov. K red it Biaya sumbangan PBB, Bea Materai Biaya pemeliharaan bangunan Biaya Lain-lain

Komersial 77,172,812,140 65,738,850,390 706,781,588 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,522,815,621 1,649,996,519 90,662,550 227,943,366 88,494,426 760,599,021 119,808,000 21,729,800 52,894,050 51,096,875 25,000,000 81,293,089 31,182,750 485,761,284 3,800.000 24,723,958 23,250,000 2,223,000 6,562,850 126,729,943 2,223,754,962 (573,758,443)

Koreksi

Fiskal 77.172,812,140 65,738,850,390 706,781,588 7,959,580,605 132,961,903 125,895,625 16,918,900 14,184,325 755,455,145 72.187.140 75,522,815,621 1,649,996,519 90,662,550 198,124,391 70,848,516 760,599,021 119,808,000 21,729,800 13,223,512 51,096,875 25,000,000 40,538,589 31,182,750 485,761,284 3,800,000 24,723,958 0 2,223,000 6,562,850 67.052,600 2,012,937,696 (362,941,177) 0 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1.136.845.493
773.904.316

(29,818,975) (17,645,910)

(39,670,538)

(40,754,500)

(23,250,000)

(59,677,343)

PENDAPATAN LAIN-LAIN Bunga tabungan Penjualan besi plat Jasa pemotongan besi plat Selisih kurs TOTAL PENDAPATAN LAIN-LAIN LABABERSIH

204,564,355 204,564,355 748,735,366 154,781,230 233.328.897 1.341.409.848


767.651.405

Universitas Kristen Petra

73

Tabel 4.11 Biaya Lain-lain PT. "X" (setelah lax planning)

Biaya Lain-Lain (dalam rupiah) Komersial Koreksi 25,625,000 (1,800,000) 1,800,000 500,000 (52,189,843) 660,000 2,651,500 (5,687,500) 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 52,189,843 20,047,500 5,687,500 126,729,943 (59,677,343) 10% x Rp 15% x Rp 30%xRp Fiskal 25,625,000 0 500,000 660,000 2,651,500 2,362,500 1,800,000 9,083,500 4,322,600 0 20,047,500 0 67,052,600

Biaya pengurusan surat dan notaris luran RT, RW, dan keamanan Biaya pakaian seragam satpam Biaya Iangganan koran Biaya pos dan telekomunikasi Biaya tol dan parkir Biaya kebersihan Biaya perawatan kendaraan Biaya konsumsi Biaya Pajak Biaya jasa importir Biaya untuk kepentingan direktur TOTAL PPh terutang tahun 2005 :

50,000,000.- = Rp 5,000,000.50.000,000.- = Rp 7,500,000.673,904,000,- = Rp 202,171.200.Rp 214,671,200,-

Sumber : internal perusahaan, data olahan.

4.3.7.

Perbandingan Pelaksanaan Pemberian Tunjangan PPh Sebesar PPh Pasal 21 Terutang, Metode Gross Up, dan Metode Net Basis Perbandingan jumlah PPh terutang Badan dan PPh Pasal 21 karyawan

antara metode pemberian tunjangan PPh sebesar PPh Pasal 21 terutang, metode gross up* dan metode net basis adalah sebagai berikut:

Universitas Kristen Petra

74

Tabel 4.12 Rekapitulasi Jumlah PPh terutang PT. "X"

Sebelum tax planning PPh Badan Terutang PPh Pasal 21 Jumlah pajak yang harus disetorkan perusahaan 241,481,600 20,539,650 262,021,250

Tunjangan sebesar PPh Pasal 21 terutang 215,246,300 25,719,300


240,965,600

Gross Up

Net Basis

214,671,200 25,900,122 240,571,322

222,441,200 23,982,680
246,423,880

Di antara tiga metode yang ada jumlah PPh terutang lebih kecil dengan penggunaan metode gross up yaitu sebesar Rp. 240,571,322.-. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode gross up biaya tunjangan PPh karyawan lebih besar daripada penggunaan metode tunjangan PPh Pasal 21 sebesar PPh Pasal 21 terutang yang dengan sendirinya penggunaan metode gross up akan memperbesar biaya yang boleh dikurangkan oleh perusahaan yang berpengaruh terhadap laporan laba rugi fiskal yaitu jumlah PPh terutang yang lebih kecil. Sedangkan dalam penggunaan metode net basis perusahaan tidak dapat membiayakan PPh Pasal 21 karyawan sebesar Rp. 23,982,680.sehingga dalam laporan laba rugi fiskal akan dikoreksi yang menyebabkan laba fiskal perusahaan dan PPh terutang perusahaan juga akan meningkat.

Perbandingan jumlah laba komersial dan besarnya penghematan pajak sebelum dan setelah tax planning dengan metode pemberian tunjangan PPh Pasal 21 sebesar PPh terutang, metode gross up, dan metode net basis adalah sebagai berikut:

Universitas Kristen Petra

75

Tabel 4.13 Rekapitulasi Jumlah Laba Komersial dan Penghematan Pajak PT. "X

Laba Komersial setelah pajak Penghematan Pajak setelah tax planning Jumlah manfaat yang diperoleh

Tunjangan sebesar PPh Pasal 21 terutang 3,242,852

Gross Up

Net Basis

1,900,150 (6,902,098) 19,040,400

26,235,300 26,810,400

29,478,152 28,710,550

12,138,302

Jumlah laba komersial setelah pajak akan lebih besar jika menggunakan metode pemberian tunjangan PPh sebesar PPh pasal 21 terutang. Perbedaan ini disebabkan biaya tunjangan PPh karyawan yang lebih kecil jika menggunakan metode pemberian tunjangan PPh sebesar PPh pasal 21 terutang. Dari perbandingan ketiga metode tersebut, perusahaan lebih baik jika menggunakan metode gross up karena dengan metode gross up, Take Home Pay karyawan akan sebesar penghasilan bruto sebelum pernberian tunjangan PPh. Dengan metode gross up tidak akan merubah Take Home Pay karyawan. Berbeda dengan metode pemberian tunjangan sebesar PPh pasal 21 terutang. Take Home Pay karyawan akan lebih kecil jika dibandingkan penghasilan bruto sebelum pemberian tunjangan PPh. Selain itu, bagi perusahaan metode gross up akan membuat jumlah PPh terutang mereka menjadi lebih kecil yaitu sebesar Rp. 394,278.-. Sedangkan jumlah penghematan pajak dengan metode tunjangan PPh Pasal 21 sebesar PPh pasal 21 terutang akan lebih banyak yaitu sebesar Rp. 767,602.- tetapi apabila perusahaan bertujuan untuk mensejahterakan karyawan maka metode yang tepat adalah dengan metode gross up.

Universitas Kristen Petra

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan mengenai penerapan Tax Planning yang

mungkin dilakukan untuk meminimalkan jumlah pajak terutang pada PT. "X", maka dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahvva tax planning yang selama ini telah dilakukan oleh konsultan pajak perusahaan belum maksimal sehingga masih ada peluang untuk mengadakan penghematan pajak terkait pembayaran PPh terutang perusahaan. 2. Dalam menghitung penghasilan karyawan perusahaan tidak mencatatnya secara konsisten dimana dalam perhitungan gaji dilakukan secara bulanan sedangkan dalam perhitungan uang kehadiran dilakukan secara harian yang mana perusahaan mengambil kebijakan satu bulan sama dengan 25 hari. Sedangkan menurut Peraturan perpajakan dalam menyebulankan penghasilan harian harus dikalikan dengan 26, sehingga terdapat perbedaan sebesar Rp. 14,724,000.-. 3. Sebelum tax planning, jumlah PPh terutang Badan dan PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan adalah Rp. 246,423,880.-,dan biaya atas PPh Pasal 21 karyawan sebesar Rp. 23,982,680 tidak dapat dibebankan perusahaan dalam laporan laba rugi fiskal. 4. Setelah tax planning dengan metode tunjangan sebesar PPh 21 terutang, jumlah PPh terutang Badan dan PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan adalah Rp. 240,965,600.5. Setelah tax planning dengan metode net basis jumlah PPh terutang Badan dan PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan adalah Rp. 246,423,880.6. Setelah tax planning dengan metode gross up, jumlah PPh terutang Badan dan PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan adalah Rp. 240,571,322.7. Dengan pertimbangan pembagian beban antara karyawan dan perusahaan maka akan lebih baik apabila perusahaan menggunakan metode gross up.

76
Universitas Kristen Petra

77

5.2.

Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari project ini,

sebaiknya perusahaan menerapkan tax planning dengan rincian sebagai berikut: 1. Sebaiknya PT. "X" menyusun suatu perencanaan pajak (tax planning) pada awal tahun anggaran sehingga dapat diperoleh hasil dari tax planning secara maksimal. 2. Dalam melakukan tax planning perusahaan harus tetap memperhatikan kesejahteraan karyawan dimana karyawan merupakan asset utama perusahaan. 3. Perusahaan harus dapat memaksimalkan pendapatan Iain-lain yang diperoleh dari penghasilan bunga tabungan dan deposito untuk menghindari tarif pajak tertinggi, karena penghasilan bunga tabungan dan deposito telah dikenakan PPh final sebesar 20%. 4. Dalam hal pengobatan karyawan perusahaan selama ini menggunakan metode reimbursement dimana atas biaya pengobatan ini tidak dapat dibebankan dalam laba mgi fiskal sehingga akan lebih menguntungkan apabila perusahaan mengikutsertakan karyawannya dalam program asuransi kesehatan. 5. Perusahaan sebaiknya tidak perlu memberikan fasilitas mobil dinas kepada direktur dan divisi marketing sehingga biaya penyusutan dan perawatan mobil tersebut dapat dibiayakan seluruhnya. 6. Perusahaan lebih baik memberikan tunjangan PPh Pasal 21 dengan metode gross up karena tidak akan mempengaruhi take home pay karyawan. 7. Dalam rangka menghemat waktu dan tenaga, penyusunan kebijakan akuntansi perusahaan sebaiknya sebisa mungkin disesuaikan dengan peraturan perpajakan sehingga perusahaan tidak perlu lagi melakukan koreksi atas laporan keuangannya misalnya dalam metode penyusutan aktiva tetap.

Universitas Kristen Petra

Lampiran 1 Daftar gaji dan PPh pasal 21 Tahunan 2005 PT. "X"
No 1 Nama
l,'3i"i Chandi 3 LvoHui Audiloi Business rnanaqoi Jabalan Status

Gaii sebulan 4.000.000 2.000.000 2.250.000 2.250.000 1,500,000 1.500.000 1.500.000 1.600.000 i.eoo.ooo 1.400.000 1.350.000 1.400.000 1.400.000 1.250.000 1.250,000 1.750.000 1,600,000 1.750.000
TOO.:.:.:. 650.000 650.000 6 75. CCO

Gaii setahun 48.000.000 24.000.000 27.000.000 27.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 19.200.000
10.200.o:o

UK 12.000.000 8250.000 8250.000 8250.000 6,000,000 6.000.000 6.000.000 6.000.000


6 . 00 0. 0 0 0

THR 4.000.000 2.000.000 2.250.0OO 2.250.000 1,500,000 1.500.000 1.500.000 1.600.000


UOO.OOO

Penan asi Ian bruto 64.000.000 34250,000 37.500.000 37.500.000 25,500,000 25.500,000 25.500.000 26.800.000 26,800,000 24.200.000 23.550.000 24.200.000 24,200,000 21500.000 21.500,000 29.500,000 26,800.000 29.500.000 14550,000 13.700.OOO 13,700,000 14.025.000 26.150,000 24.200,000

Biava ibtn 1296.000 12S6.000 1296.000 1296.000 127S.000 1275.000 1275.000 1296.000
1 .206.000

Pen a ha! neto 62.704.000 32.954.000 36.204.000 36.204.000 24,225,000 24225.000 24.225.000 25.504.000 25.504,000 22.990.000 22.372.500 22.990.OCO 22.990.000 20425.000 20.425,000 28204.000 25.504,000 28204.000 13.632.500
13. 015. 000

PTKP 16.600.OOO 14.400.000 14400.000 12.000.000 12,000,000 14400.000 14400.000 12.000.000 13,200,000 12.000.000 12.000.000 1S.600.OCO 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 15.600.000 16.800.000 16,800,000 12.000.000 14.400.000 12.000.000

PKP 45.904.000 18.554,000 21.604,000 24.204.000 12,225,000 9.825.000 9.825.000 13.504.000


12XO4.000

PPh 21 3340.400 927.700 1.090.200 1210.200 611250 491250 491.250 675.200


5 15.200

K/3 K/1 K;i


TK-

2 Andryanto 3 Sudanto
4 Hendv

Feclorv Manager Sales Sales Sales Kecaia Tehrisi 8 3ervee Keoala Tekrist S service Adm provek 5 service
Predict Do7-?bpni^-i1

5 Chandra 6 Ei'.'.'in
7 Yama i 6 Tot*

TK7K/1 TK'2
TKK-

9 Yud 10 II 12 13 14 15 16
17

Ntnis Ariel Amien


Yank

TK/-

16.800.000 16200.000 16.800.000 16.600.000 15.000.000 15.000.000 21.000.000 19200,000 21.000000 8/100.000 7.800.000
7.800.O00

6.000.000 6.000.000 6.000.CO0 6,000,000 5250.000 S.250,000 6.750.000 6,000.000 6.750.000 5250.000
5 . 25 0. 0 0 0 5.250. 000

1.400.000 1.350.000 1.400.000 1,400.000 1.250.000 1.250.000 1.750.000


1.500.000

1210.000 1.177.500 1210.000 1210.000 1.075.000 1.075.000 1296.000


1.296.000

10.990.000 10.372.000 7.390.0CO 10,990,000 8425.000 8.425,000 16.204.000 13,504,000 16204,000 0


0

549.500 518.600 369.500 549.500 421.250 421.250 810.200


575.2 00

TKVK.2

Sales Support Kepala Gudara. PemQ bahan


Adm Gidanq Orjora'lcnal Qudarq

TKVTKITKITK'TK-

Puj Rokhsna Una


Vuli

Finance Operator S KasKedl


Area irrtinq

18 19 20
21

Dea Odin MSukri Dlpo Prapti Johanes Tti Brflarti

TWK/2
K3 Ki

1.750.000
7 00.CO0

1296.000 717.500 685.000 685,000 701250 1296.000 1210,000

810200 0 0
0 50.150

Kurir
Security S-curity H'ui'.: Ke >.:oi APMS Pred depict

650.000
650. 00 0 675.000

13,015,000 13.323.750 24.654,000 22.990.000

0 1323,000 10.454.000 10.990.000

22 23
24

TK>K/1 TK/-

8.100.000 18.600.000 16.800.000

5250.000 6.000.000 6.000.000

1.550.000 1.400.000

1.550.000 1.400.000

522.700 549.500

PrcdDale

25

AgusNL

PPIC a Quality Corflrd

K2

1,600,000

19200,000

6,000,000

1,600,000

26.800,000

1,296,000

25,504.000

15,600.000

9,904.000

495,200

No 26
27

Nama Sno Robi Sa&to Junaidl Lukman Anoaa & am Aau"a Db Pandu Alan Dedi Tedjo Yudo Ratimai Karsino Paio Tikno Uamo Rama Pilyant o Sari to Edi Anlok Jalmito lekrisi lekriai lekrisi teknial teknlsl tekrtel toknsl tekrlsl teknsi tekrisi tekrisi lekrisi Produksi Prodtfcsi PfOdLkSI PradiAsl ProdLhsi PfcdLhsi PfodJisi ProdtkBl ProdiAsi Prodtfcsi Prcdifcsi Produksi PraJiksi

Jabstsn

Status TK/TK-

Gaji sebulan 1 250.000 1 250.000 1 250,000 1 250.000 1 250.000 1 250.000 1 250.000 1 250.000 1 250.000 1 250.000 1 250,000 1 250.000
750. COO

Qaji setahun 15,000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15,000,000 15.000.000 9.000.000 9.000.000
9.000.CO0

UK 5.550.000 5.550.000 5,550,000 5.550.000 5.550.000 5.550.000 S.550.000 5.550.000 5.550.000 5.550.000 5,550,000 5,550.000 5.250.000 S.2S0.000
5.2 50.000

THR
1

Penqhasilan brulo 21.800.000 21.600.000 21,800,000 21.800,000 21.800.000 21.800.000 21.800,000 21.800,000 21.800.000 21.800.000 21.600,000 21.600.000 15.000.000 15.000.000 15,000,000 15,000,000 15.000.000 15.O00.0CO 15,000,000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 13,700,000 13,700,000 13,700,000

Biaya jbln 1 090.000 1 090.000 1 090,000 1 090.000 1 090.000 1 090.000 1 090.000 1 090.000 1 090.000 1 090.000 1 090,000 1 090.000 750.000 7S0.000 750.000
750.000

Penqhsl neto 20.710.000 20.710.000 20.710.000 20.710.000 20.710.OOO 20.710.000 20.710,000 20.710.000 20.710.000 20.710.000 20.710.000 20.710.000 14250.000 14.250.000 14,250,000 14.250.000 14.250.000 H.250.CO0 14.250.000 14250.000 14.250.000 14.250.000 13,015,000 13.015.000 13.015.000

PTKP 12.000.000 12.000.000 14,400,000 15.600.000 12.000.000 16.800.000 14.400.000 14.400.000 13200.000 14.400.000 16,800,000 16.800.000 12.000.000 14.400.000 16,800,000 12,000.000 1S.600.CO0 13200.CO0 14.400.000 12.000.000 16.800.CO0 15.600.000 12.000,000 16.800.000 14400.000

PKP 8.710.000 8.710.000 6,310,000 5.110.000 8.710.000 3.910.000 6.310.000 6.310.000 7.510.000 6.310.000 3,910,000 3.910.000 2250.000
0

PPh21 435.500 435.500 315,500 255,500 435.500 195.500 315.500 315.500 375.500 315.500 195,500 195.500 112.500 0
0

250.000
250,000 250.000 250.000 2 50.000

1 I

28 29 30
31

K-'l K/2 TK.'K.3

l 1
I 1

250.000
250.COO

32 33 34 35 36 37 38 39
40

K/1 TK/2 TK.'1 K>1 K,3 K/3

i 2S0.OO0
1 2 5 0 . COO

250.CO0
250.CO0

1 250,000 750.000 750.000 750,000


75 0.0 CO 750.000

TKIK:l Ki TK/K/2
K.-

750.000 750,000
7 5 0.0 CO

0 2.250.000 O 1.O50.OCO 0 2250.000 O O 1,015,000 0 0

41 42 43 44 45 46
47

9.000.000 9.000.000 9.000.000 9,000,000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 7,600,000 7.600.000 7.800.000

S .250.000 5.250.000 5.250.000 5,250.000 5.250.000 5.250,000 5250.000 5,250,000 5250.000 5250.000

112.500 0
52.500

7S0.CCO 750.COO
7 50. :-:: 750.CCC 750.CCO

750.000
750.000 7 50.000 7:0.000 750.000

750.0OO 750.000 750.000 7 50.000

TK/2 TK>K/3
K:

0 112.500 0 0 50,750 0 0

750.OOO 650,000
650 ::: 6 5 0 . COO

750.000 650.000
550.: :: 650.CCO

750.000 685,000
68 5 . 0 0 0 585.000

48

TK'K/3 K/1

49 50

51

Mustofa

ProdLksi

K.I

550 :::

7.600.000

5250.000

650.000

13.700,000

53 5 . 0 0 0

13.01S.O00

14400.000

No
52 /.*.

Nama ProdiAsi PrediJisi

Jabstsn

Status TK/KI2 K/2

Gaji sebulan 650.000


650 :::

Qaji setahun 7.600.000 7.800.000

UK 5.250.000 5.250.000

THR 650.000 650,000 650.000 650 .COD

Penqhasilan bailo 13.700.000 13.700.000

Biaya jbln 685.000 1585.000 685,000 685.000

Penqhal neto I3.015.OOO 13.015.OOO

PTKP 12.000.000 15.600.000

PKP 1.015.000
0

PPh21 50.750 0

53

Aitha Kiiman 5Jamat

54 55

ProdLkHl ProdLhsi

650,000 650.OCO K1 K/3 K/2 TKVK2

7,600,000 7.800.000 7,800,000 7,800,000 7,800.000 7,800.000 7.600.000 7.800,000 7,600.000 7.800,000
7.600.000

5550.000 5.250.000
5.-50.000

13,700,000 13.700.000

13,015,000 13.015.000

15,600,000 13500.000 U ,400,000 16.800,000 15,600.000 12.000.000 15.600.000 14,400,000 13500.000 14400.000 14.400.000 898.600,000

00

00

56

Supar Bowo Puj Udin Rebo Neon

Pnzdiksi PfodJisi ProdLkHl ProdLkai Prodifesi Prodifcai Produkai Prcdiksi Pradutal Jumlah

650,000 650.CCO 650.o:o 650.COO 650,000 650.CO0


5 50 ::: 650.OZO

650.000
: 50. ::>: 650.:>::

13,700,000 13.700,000 13.700,000 13,700.000 13.700.000 13.700,000 13.700,000 13,700,000 13.700,000 1.305.725.000

685,000
685.000 685.000 585.000 685.000

1 8 . 0 1 5.COO

0 0 0 1.015.000 0 0 0 0 0 389.889.000 20.539.650

57 58 59 60 61 62 63 &l

5.250.000 5550.000 5550,000 5.250.000 5,250,000 5550.000 5550.000


5.250.000

13.015,000 13.015,000 13.015,000 13.015.000 I3.0IS.000 13.015,000 13,015.000


18.015.000

0 0
50.750

650.COO &50.O00
550.U 00 6 5 0 . ::: 650.CCO

0 0 0 0
0

K/1
TK/1 K/l K/1

655.000 68 5 . 0 0 0 685.000

Joto
Stswanso Dull ah

650.000 72,125000

650.000 72.12S.CO0

6&S.000 61.262.250

865,500.000

358.100.000

1.2il.d62.7S0

Lampiran 2 Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan setelah tax planning


No Nama
Status

Gait selahun 58,608.000 30,708.000 33,708,000 33.708.000 22,368.000 22.368.000 22,368.000 23.568.000 23,568.000 21.168.000 20,568,000 21,168.000 21.168.000 18,588,000 18,588.000 26.148.000 23,568.000 26.148.000 11,988.000 11,388.000 11.388.000 11.688.000 22.968.000 21,168.000 23.568.000

lembur+komisi 4.130.000 4,400,000 1.310.000 6.790.000 15,778,967 24.334.214 18.416.306 3.440.000 2.560,000 2.640,000 4,920,000 1.220.000 2,660,000
310.000

Promt asutansi 400,000 400,000 400,000 400.000 400,000


400.000

THR 4.000.000 2,000,000 2.250.000 2.250.000 1,500,000 1.500.000 1.500,000 1.600.000 1.600,000 1.400.000 1.350,000 1.400.000 1.400.000 1,250,000 1,250.000 1.750.000 1.600.000 1.750.000 700,000 650.000 650.000 675.000 1.550.000 1.400,000 1.600.000

Penqhsl brulo 67.138.000 37,508,000 37,668,000 43.148.000 40,046.967 48.602.214 42,684,306 29.008.000 28.128.000 25.608.000 27,238,000 24.188.000 25.648.000 21.048.000 21.078,000 30.658,000 26.888.000 31.538,000 14,288,000 13,068,000 12.918.000 13.303.000 26.678.000 24,168.000 27.088.000

Biaya jt>tn

Penqhsl neto 65.842.000 36,212.000 36,372.000 41.852.000 38,750.967 47.306.214 41,388,306 27.712.000 26,832.000 24,327,600 25,942.000 22,978.600 24.365.600 19.995.600 20,024.100 29.362.000 25,592.000 30,242.000 13,573.600 12,414,600 12.272.100 12,637.850 25.382.000 22.959.600 25,792.000

PTKP 18.000.000 15,600,000 15,600,000 13.200.000 13.200.000 15.600.000 15,600,000 13,200.000 14.400.000 13,200.000 13.200,000 16,800.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13,200.000 13.200,000 16,800,000 18,000,000 18.000.000 13.200.000 15.600.000 13.200.000 16.800.000

PKP 47,842.000 20,612.000 20,772,000 28.652.000 25,550.000 31.706.000 25,788,000 14,512.000 12,432.000 11.127,000 12,742.000 6,178.000 11.165.000 6.795.000 6,824,000 16.162.000 12,392.000 17.042.000 0 0 0 0 9.782.000 9,759,600 8,992.000

PPh 21 3.534.200 1,030,600 1,038,600 1.615.200 1,305,000 1.920.600 1,328,800 725,600 621,600 556,350 637,100 308.900 558.250
3 3^.750

1 Iwan Chandra
2 Andryanto

rC3
K1 K.-l

1.296,000 1.296.000 1.296,000 1.296.000 1.296.000 1.296.000 1.296,000 1.296.000 1.296.000 1.280.400 1.296.000 1,209,400 1,282,400 1.052,400 1.053,900 1,296.000 1.296.000 1.296.000 714,400 653.400 645.900 665,150 1.296.000 1.208,400 1.296.000

3 Sugiamo 4 Hendy Damans

TK/TKA K/1 TK/2 TK/WTKTK-

5 Chandra
f> Erwin

7 Yanuai 8 Totok 9 Yudi


10 11

400,000 400,000 400.000 400,000 400,000 400,000 400,000


400.000

Ninis

Ariel
Ami en Yalik
Fuji

12 13
14

KJ2 TK/TK TK-

15 16 17
18 19

Rokhana Una Yuli Desi Didin


M.Sukii

840.000 2.360,000 1,320.000 3.240,000 1,200.000 630,000 480.000 540.000 1.760.000 1,200,000 1.520.000

400.000 400,000 400.000


400.000

341,200 808.100 619.600


852.100

TK/TK/TKK2

400,000 400,000 400.000 400,000 400.000 400.000 400,000

0 0 0 0 489.100 487.980 449,600

20 21 22 23 24 25

Kft Ki3

Dipo
Piapti

7K/K1

Johanes
Tn Binlarti

IK/KJ2

AQUSNL

26

Sino

TK -

18,900.000

2.960,000

400,000

1.250,000

23,510,000

1.175.500

22.334.500

13,200,000

9.134.000

456,700

No
27

Nama Robi Sap lo Junadi Lukman Anqqa


Bmrn

Status TKK-1

Gajl setahun 18,900.000 18.900.000 18,900,000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18,900.000 18.900.000 18,900.000 18,900.000 18,900.000 12.588.000 12.588.000 12.588.000 12,588.000 12.588.000 12.588.000 12.588.000 12.588.000 12,588.000 12.588.000 11.388,000 11,388.000 11.388.000 11.388.000 11.388.000

lembur+komisi

Premi asuransi

THR 1.250.000 1.250,000 1,250,000 1,250.000 1.250.000 1,250.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.250,000 750.000 750,000
750.000

Penqhsl bruto

Biaya [bin

Penqhsl neto

PTKP

PKP 8,678,000 6,164.000 4.736.000 7.880,000 3.612.000 6.506.000 6,734.000 6.566.000 5,822.000 3,536,000 3,650,000 3.613.000 0
0

PPh21 433,900 308,200 236,800 394,000 180.600 325,300 336.700 328.300 291.100 176.800 182,500 180.650 0
0

2.480,000 2.360.000 2.120,000 1.640,000 2.200.000 2.720.000 2.960,000 1.520.000 2.000.000 2.120.000 2.240.000 3.960.000 2.080.000 3.440.000 3.150,000 3.480.000 3.000.000 3.560.000 2.080.000 2.870.000 3.320,000 3.320,000 3.480,000 3.360.000 2.420.000 2,680,000

400,000 400,000 400.000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000
400.000

23.030.000 22.910.000 22.670,000 22.190.000 22.750.000 23,270.000 23,510.000 22.070.000 22.550.000 22.670,000 22.790.000
17.OOA.000

1.151,500 1.145,500 1.133,500 1.109.500 1.137.500 1.163.500 1.175.500 1.103.500 1.127.500 1.133.500 1,139,500 884.900 790,900
858.000

21,678,500 21,764.500 21,536,500 21.060.500 21.612.500 22,106.500 22.334.500 20.966.500 21.422.500 21,536.500 21,650,500 16.613.100 15.027,100
16.310.100

13,200.000 15.600.000 16.600.000 13.200.000 16.000.000 15.600.000 15,600.000 14,400.000 15.600.000 16.000,000 16.000.000 13.200.000 15,600.000 18.000.000 13,200,000 16.800.000 14.400,000 15.600.000 13.200,000 18,000.000 16.800.000 13.200.000 18.000.000 15,600.000 15.600.000 13.200,000

26 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
40 41

Wz
TK/K/3
K1

Aqunq Dio Pandu Alan Deal


Ttdjo

TKffi TK/1 K/1


1(3

Ktt TK/IC1 Kf3


TK--

Yudo Rahmat Karsino Paiio Tikno Lianlo Rama Priyanlo Sarjilo


Edi

15.818.000 17.178.000 16,883,000 17.218.000 16,738.000 17.29S.000 15.816,000 16.608.000 17.058.000 15.758.000 15.918.000 15.798,000 14.858.000 15.116,000

400,000 400.000 400.000 400,000 400,000 400,000 400,000


400.000

750,000 750.000 750.000 750.000 750,000 750,000 750,000


050. COO

844,400 860.900 836.900 864.900 790.900 830,400 852,900


787.000

16,043,600 16.357.100 15,901,100 16.433.100 15,027,100 15,777.600 16.205,100 14,970.100 15,122,100 15,008,100 14,115.100 14,362.100

2,643,000 0 1.501.000 633,000 1.627,000 0 0 1,770,000 0 0 0 1.162.000

142,150 0 75.050 41.650 91,350 0 0 86.500 0 0 0 58.100


DO

42 43 44

K/2 K/TK2

45 46 47

TK/K/3 K/2
TK K.-3

I I2
3

48

49 50 51 52

Anlok Jatmiko Muslola Ajis

400.000 400,000 400.000 400,000

650,000 650,000 650.000 650.000

795,900 789.900 742,900 755.900

K/1 K/1
TK--

No
53

Nama Aitha Kitman Slam 91 Sup at Bowo Puji Udin Rgbo Neon Joko Siswanto Dull ah JUMLAH

Status K2 K'2 K/K/1 K/3


K.2

Gall sotahun 11.388.000 11,388.000 11,388,000 11.388.000 11,388.000 11.388,000 11,388.000 11.388.000 11.388.000 11,388.000 11,388.000 11.388.000 1,128.516.000

lembur.komisl 3,360,000 2.840.000 3.120.000 3.160.000 3.300.000 2.460.000 2.870.000 2.320.000 2.480.000 2.080.000 2.320.000 2.870.000 215.239.487

Premi asuransi 400,000 400,000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 400,000 400.000 25.600.000

THR 650.000 650,000 650,000 650,000 650,000 650,000 650,000 650.000 650.000 650,000 650,000 650.000 72,126.000

Penqhsl bruto 15.798.000 15.278,000 15,556,000 15,598.000 15.738.000 14.916.000 15.306,000 14.756.000 14,916.000 14.518,000 14.758.000 15.308.000 1.441.480.487

Biaya [bin 789.900 763.900 777,900 779,900 786.900 745,900 765,400 737.900 745.900 725,900 737,900 765.400 64.313.050

Penqhsl neto 15,008,100 14.514.100 14.760,100 14.618.100 14.951.100 14.172.100 14,542.600 14,020.100 14.172.100 13,792.100 14.020,100 14.542.600 1,377,167,437

PTKP

PKP 0 0 360,000 0 0 0 1,342,000 0 0 0 0 0 445.115.600

PPh21
0

16,600.000 16,600.000 14,400,000 15.600.000 18,000.000 16.600.000 13.200.000 16.600.000 15.600.000 14.400,000 15.600.000 15.600.000 975.600.000

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64

0
19.000

0 0 0 67,100 0 0 0 0 0 23.982.680

TK/W2 W1 TK.l tC1 K/1

I
!' a.

Lampiran 3 Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan selelah tax planning metode Tunjangan sebesar PPh Pasal 21 terutang
No
i

Nama Iwan Chandra

Status
K:3

Gaji+Tunjangan PPh 21 70.672.200 38.538.600 38,706.600 44,763.200 41.351.967 50,522.814 44.013.106 29,733.600 28,749,600 26,164.350 27.875.100 24,496.900 26,206,250 21.387.750 21.419.200 31.466.100 27,507.600 32,390.100 14,288.000 13,068.000 12,918.000 13.303.000 27,167,100 24.655.980

Biaya Jabatan 1,296.000 1,296,000 1,296.000 1,296.000 1.296.000 1,296,000 1.296,000 1.296.000 1,296,000 1,296.000 1.296,000 1,224.845 1,296.000 1.069.306 1.070.960 1.296.000 1.296.000 1,296,000 714.400 653,400 645.900 665,150 1.296.000 1,232,799

Penghuflin Neto 69.376.200 37,242.600 37.410,600 43,467.200 40.055,967 49,226.814 42.717.106 28.437.600 27,453.600 24,868.350 26.579.100 23.272.055 24.910,250 20.318.363 20.348.240 30.170.100 26,211.600 31,094.100 13,573.600 12,414.600 12,272,100 12.637,850 25.871,100 23,423.181

PTKP

PKP 51.376,000 21,642,000 21.810.000 30,267,000


26. S55. 00 0

PPh 21 3,956.400 1,062.100 1,090,500 1.776.700 1,435.500 2.112,600 1.461.700 761.850 652.650
5S3.400

THP (tunj) 66.715.800 37,456,500 37,616.100 42,986.500 39.916.467 48,410,214 42.551.406 28,971.750
23. 000. 950

16.000.000 15,600,000 15,600.000 13,200,000 13,200,000 15,600,000 15,600.000 13200.000 14,400,000 13,200,000 13200.000 16.600.000 13.200,000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13,200,000 13,200.000 16,600.000 16,000.000 16.000.000 13.200,000 15,600.000 13,200.000

2 Andryanio 3 SuQianto 4 Handy Damaris 5 Chandra 6 Erwin 7 Yanuai 8 Tolok 9 Yudi


to

K'1 K/1 7WTK-

K'1 TK>2 TK/KTK

33.626.000 27.117.000 15.237,000 13.053,000 11.668,000 13.379.000 6.472.000


1 1.710.0011

Ninis Ariel
Am lei)

25,580.950 27.206.150 24.173.300 25.620,750 21.031.850 21.061.800 30.617.600 26,857,050 31,495.400 14,288.000 13,068.000 12,918.000 13.303,000 26.653.550 24,144.830

11 12 13 14 15 16
17

TK'K/2
TK-

666,950 323.600 565,500 355.900 357,400 648.500


653.550

Yalik Puji Rokhana Lina Yuli Desi Didin M.Sukri Dipo Prapli Johanes Tti Bintarti

TK-'TWTK/TKTK-

7.118.000 7.148.000 16.970.000


13.011.003

18 19 20
21

17.894,000 0 0
0

694,700 0 0
0

KJ2 Ktt
K.3 TK-

22 23 24

0 10,271.000 10.223.000

0 513,550 511,150

K/1 TK/-

25

Aqus NL

K2

27,537.600

1,296.000

26,241,600

16,800.000

9.441.000

472,050

27.065.550

No
2b

Nama Sino Robi Sapto Junaidi Lukman Anqqa Biam -Viuna Dio Panzlii Alan Dedi Tedjo Yudo Rahmal Katsino Paijo Tikno Llanlo R am a Privanto Saijito Edi Antok Jalmiko Must of a

Status
TKTK-

Gaji+Tunianqan PPh 21 23.966.700 23.463,900 23,218.200 22,906.800 22.584.000 22,930.600 23,595,300 23.846.700 22,398.300 22,841.100 22.846.800 22.972.500 17.878.650 15.818.000 17.178,000 17.030.150 17.218.000 16.813.050 17,339.650 15,909.350 16,608.000 17.058,000 15,846.500 15,918.000 15,798.000 14,858.000

Biaya Jabatan 1.198,335 1.173,195 1 160,910 1 145,340 1 129.200 1 146.530 1 179,765 1 192.335 1 119,915 1 142.055 1 142,340 1.148.625 693,933
700.000

Penqhastlan Neto 22,768.365 22.290,705 22,057,290 21,761,460 21,454.800 21,784.070 22,415.535 22.654.365 21.278.385 21,699.045 21,704,460 21.823.875 16.984.718
15.027.100

PTKP

PKP 9.568,000 9.090.000 6,457,000 4.961.000 8.254.000 3.784.000 6.815,000 7.054.000 6.878,000 6.099.000 3.704,000 3.823.000 3.784,000 0 0 2.978.000 0 1.572.000 872.000 1,913.000 0
O

PPh 21 478.400 454,500 322,850 248.050 412.700 189,200 340.750 352,700 343,900 304,950 185,200 191,150 189,200
O

THP (luniJ 23,488.300 23.009,400


22.305.350

13,200,000 13.200,000 15.600.000 16.800.000 13.200.000 18.000.000 15,600.000 15.600.000 14,400.000 15.600.000 18.000,000 18.000.000 13.200,000 15.600.000 18,000,000 13.200.000 16,800.000 14,400.000 15,600,000 13.200.000 18,000.000 16,800,000 13,200,000 18,000.000 15,600.000 15,600.000

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
30

K/1 K/2 TKA K/3 K/1 TK/2 TK/1


K1

22.658.750 22.171.300 22.741,400 23.254.550 23,494.000 22.054.400 22.536.150 22,661.600 22.781.350 17.689,450 15.818.000 17.178.000 16.881.250 17,218.000 16,734.450 17,296.050 15.813.700 16,608.000 17,058.000 15,753.800 15.918.000 15,798.000 14.858.000 DC

K/3 K/3 7WK/1


K/3

40 41 42 43 44 45 46
47

858,900 851.508 860,900 840,653 866,983 795,468 830,400 852.900 792,325 795.900 789,900 742.900

16.319.100 16.178.643 16.357.100 15,972.398 16.472.668 15.113.883 15,777.600 16.205,100 15,054.175 15,122.100 15.008.100 14.115.100

0 148.900 0
73.000

TK/K/2
K-

TK'2 TOKO
K-2

43.600
95.650

0
0

48 49 50
51

TK'-

1.854.000 0 0 0

92,700 0 0 0

K/3 K/1
K1

No 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 Ajis At ilia

Nama

Status TKK? K/2 K/K/1 K/3 K/2 TK>102 Kl TK/1 K/1 K/1

Gaji+Tunianqan PPh 21 15.176.100 15,798,000 15,278,000 15.577.000 15.598,000 15,738.000 14,918.000 15.375.100 14.758.000 14.918.000 14.518,000 14,758.000 15,308.000 1.465,463.167

Biaya Jabatan 758,805 789,900 763.900 778,850 779,900 786.900 745,900 768,755 737.900 745.900 725,900 737.900 765,400 64.636.864

Penqhastfan Noto 14.417.295 15,008,100 14.514.100 14,798.150 14.818,100 14.951.100 14,172.100 14,606.345 14,020.100 14,172.100 13,792.100 14.020.100 14.542.600 1.400.826.303

PTKP 13.200,000 It-.&JO.OOu 16,800,000 14,400.000 15,600.000 18.000.000 16.800.000 13.200.000 16.800.000 15.600.000 14.400,000 15.600.000 15.600,000 975.600.000

PKP 1.217,000 0 0 398.000 0 0 0 1.406.000 0 0 0 0 0 468.769.000

PPh 21 60.850 0 0 19.900 0 0 0 70.300 0 0 0 0 0 25.719.300

TNP (lunil 15.115.250 15.798,000 15,278,000 15.557.100 15.598.000 15,738.000 14.918.000 15.304.800 14.758.000 14,918,000 14,518,000 14.758.000 15.308.000 1.439,743.867

Kirman Slaniel Supat Bo wo Puji Udin Rebo Neon Joko Siswanlo Dul loh Jumlah

Lampiran 4 Perhitungan PPh Pasal 21 Tahunan setelah tax planning metode gross up
No
Nama
Slot us

Ponqhsi brulo 67,136.000 37,508.000 37,658.000 43.148.000 40.046967 48.602.214 42.684,306 29.008.000 28.128,000 25.608.000 27,238,000 24.188.000 25.648,000 21.048.000 21.078.000 30.658.000 26.888.000 31.538.000 14,288,000 13.068,000 12.918.000 13.303.000 26.678.000 24,168,000 27.088.000

Biaya labatan 1.296.000 1,296.000 1,296.000 1,296.000 1,296.000 1,296.000 1,296.000 1.296000 1,296.000 1.296,000 1,296.000 1.224.845 1,296000 1.069,388 1,070.960 1,296.000 1,296.000 1.296.000 714.400 653.400 645.900 665,150 1,296.000 1,232,799 1.296.000

PTKP 18.000.000 15,600.000 15.600,000 13.200.000 13.200.000 15.600.000 15.600,000 13.200.000 14.400.000 13.200.000 13.200,000 16.800.000 13.200.000 13.200,000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 16.800.000 18,000,000 18.000.000 13.200.000 15.600.000 13,200,000 16.800.000

Biaya Jb!n+PTKP 19.296.000 16.896,000 16,896,000 14.496.000 14,496,000 16.896.000 16,896,000 14,496.000 15,696.000 14,496.000 14,496,000 18,024.845 14,496.000 14,269.388 14,270.960 14,496.000 14,496.000 14.496.000 17,514,400 18,653,400 18.645.900 13.865.150 16.896,000 14,432,799 18,096.000

PKP 47.842.000 20,612,000 20.772,000 28.652.000 25.550.000 31.706.000 25.788,000 14.512.000 12.432.000 11.112.000 12,742,000 6.163.000 11.152.000 6.778.000 6.807,000 16,162.000 12,392.000 17,042,000 0 0 0 0 9.782.000 9.735,000 8.992.000

Gross Up

Biaya Ga]i

1 Iwan Chandra
2 Andryanlo

K/3
K1 K.l

4.030.941 1,084.842 1,093.263 1.794.667 1,450.107


2.134.024

71.168.941 38,592.842 38,761,263 44.942.667 41.497.074 50.736.238 44,160.784 29.771.789 28.782.316 26,192.842 27.908,632 24.512.377 26.234,947 21.404.769 21,436.265 31.508.632 27,540,211 32.434,947 14,288.000 13,068,000 12.918.000 13.303.000 27.192.842 24.680.379 27.561.263

3 Sugianto 4 Handy Daman's 5 Chandra


6 Erwin

TK/TK/K/1 TK/2 TKfKA


TKTK-

7 Vanuai S Tolok 9 YuS


10 11

1,476,478 763,785 654.316 584,842 670,632 324.377 586,947


3=6.769

Ninis
Afiof

12 13
14 15

Amien Yatik Piiji Rokhana Una Yuli Desi Didin M.Sukri Dipo Prapli Johanes Tri Bintarti Aqus NL

K/2 TK/r K.IK.-

358,265 850,632 652.211


856.94 7

16 17
18 15

TK/TK/TKK2

0 0 0 0 514.842 512.379 473,263

20 21 22 23 24 25

K/3

K/a
TK/K.-I

TICK/2

26

Sino

TK

23,510,000

1.198.335

13,200.000

14,398.335

9,111.000

479,561

23,989.561

No 27 26 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 4S 49 50 51 Robl Sapta

Nama

Slat us TKK1 KJ2 TK/K/3 K/1 TKfc TW1 K/1 K/3 K/3 TK/K/1 K/3 TKK/2 K/IK2 TK'K/3 K/2 TICKS K/1 K/1

Penqhsl brulo 23.030.000 22.910.000 22.670.000 22.190.000 22.750.000 23.270,000 23,510.000 22,070.000 22.550.000 22,670.000 22.790.000 17.698.000 15.816.000 17.178.000 16.886.000 17.218.000 16,738,000 17.298,000 15.818,000 16.608.000 17,058.000 15.758.000 15.918,000 15.798.000 14.858.000

Biaya |abatan 1,173.195 1,160.910 1,145,340 1.129.200 1.146.530 1.179.765 1.192,335 1.119.915 1.142.055 1.142.340 1.148.625 893.933 790.900 658.900 851.508 860.900 840.653 866.983 795,468 830.400 852,900 792.325 795,900 789.900 742,900

PTKP 13.200.000 15.600.000 16,800,000 13.200.000 18,000,000 15.600.000 15.600.000 14.400.000 15.600.000 18.000.000 18,000,000 13.200.000 15.600.000 18.000.000 13,200.000 16.800.000 14.400.000 15.600,000 13,200.000 18.000.000 16.800.000 13.200,000 18.000.000 15,600.000 15.600.000

Biaya Jbln+PTKP 14,373.195 16,760.910 17,945,340 14.329.200 19.146.530 16,779.765 16.792.335 15.519,915 16.742.055 19,142.340 19,148.625 14.093.933 16.390.900 18.858.900 14,051.508 17.660.900 15,240.653 16,466.983 13.995,468 18,830.400 17,652.900 13.992,325 18.795.900 16.389.900 16.342.900

PKP 8,656.000 6,149.000 4,724.000 7.860.000 3,603.000 6.490.000 6.717,000 6.550.000 5.807,000 3,527.000 3.641.000 3.604.000 0 0 2.836,000 0 1.497.000 831.000 1,822.000 0 0 1.765.000 0 0 0

Gross Up 455.621 323.636 248,666 413.726 189.656 341.591 353,561 344,741 305,681 185.666 191,651 189.688 0 0 149.289 0 78.808 43.738 95,923 0 0 92,930 0 0 0

Biaya Ga|i 23,485.621 23.233.636 22.918.666 22.603.726 22.939,656 23,611.591 23,863.561 22,414.741 22.855.681 22.855.666 22,981,651 17.887.688 15.818.000 17.178.000 17,037.289 17.218.000 16.816.808 17,341.738 15.913.923 16,608.000 17.058.000 15,850.930 15,918.000 15,798.000 14,858.000

Junatdi Lukman Anciqa Bram Aqunq Dio Pandu Alan Dedi Tedjo Yixlo Rahmal Karsino Paijo Tikno Li.into Rama Prlyanto Sarjilo Edi Anlok Jatmiko Mustola

52

Ajis

IK-

15.118.000

758.805

13,200.000

13.958.805

1.159.000

61.010

15.179.010

No 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Ariha Kirman Slamel Supai BO'AO Puji Udin Re bo Neon Joke

Nama

Slat us

Penqhsl brulo 15.798.000 15.278,000 15,558,000 15.59S.000 15,736.000 14.918,000 15.308.000 14.758.000 14.918.000 14.518.000 14.758,000 15.308.000 1.441.460.487

Biaya |abatan 789.900 763,900 778,850 779.900 786.900 745.900 768,755 737.900 745,900 725.900 737.900 765.400 64.636. &G4

PTKP 16.800.000 16.800.000 14.400,000 15.600.000 18,000,000 16.800.000 13.200.000 16.800.000 15.600.000 14.400.000 15,600,000 15.600.000 975.600.O00

Biaya Jbln+PTKP 17,589,900 17.563,900 15,178,850 16,379.900 18,786.900 17,545.500 13.968.755 17.537.900 16,345.900 15,125.900 16.337.900 16.365.400 1.040.236.864

PKP 0 0
379,000

Gross Up

Biaya Ga|l

K? K2 K/K/1 K/3 K/2


TK/K>'2

0 0
19,955

15,79,8.000 15,278,000 15.577.955 15.598.000 15.738.000 14,918,000 15.378.487 14.758.000 14.918.000 14.518,000 14,758,000 15.308.000 1.467.360.609

0 0 0
1,339.000

0 0 0
70.487

0 0 0 o 0
444.792.000 25.900.122

0 0 0 0 0

K/1 fKI
K.'1

Siswanlo Dullah

K/1 Jumlah

s
5

Lampiran 5 Daftar inventaris mesin dan kendaraan PT. "X"


Tanqqal 30/10/1998

Oty

Nama Baranq Cutting Machine LVD 3100 X 6,35 mm HST-C 31/G Press Brake LVD 100 Ton PPBL-H 100/30 Bgo Mesin Tekuk 90 (Fasti) Mesin Tekuk 45 (Schechre)

%
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Harqa Belt 372,597,542 7,482.000 4,988.000 7,929,000 5,985.600 5,985,600 7,980,800 6,484,400 6,235,000 1,995,200 14,964,000 13,467.600 7,980,800 6.484,400 3,990,400 4,489,200 4,239,800 129,400,000 30,027.050 82,100,000 57,465.600 110.000.000

Penyusutan 2005 37,259,754 748,200 498,800 792,900 598,560 598,560 798,080 648,440 623,500 1 99,520 1,496,400 1.346,760 798.080 648,440 399,040 448,920 423,980 12,940,000 3.002,705 8,210,000 5,746,560 11.000.000

Ak. Penyusutan 267,028,238 5,362,100 3,574,733 5,021,700 3,790,880 3,790,880 5,054,507 4.106,787 3,948,833 1,263.627 9,477,200 8.529,480 5,054,507 4,106,787 2,527,253 2,843,160 2,685,207 56,073,333 12,761,496 34,892,500 13,887,520 23,833,333

Nilai Buku Akhir 2005 105,569,304 2,119,900 1,413,267 2,907,300 2,194,720 2,194,720 2,926,293 2,377,613 2,286,167 731.573 5,486,800 4,938,120 2,926,293 2,377,613 1,463,147 1,646,040 1,554,593 73,326,667 17,265,554 47,207,500 43,578,080 86,166.667

2/9/1999

Mesin AlpackTP-201 Mesin Gergaji (Forte) Mesin Penarik Mur Mesin Las Argon Metkle type TIG 350 WG Las Listrik Mesin Hidrolik (Eckold) Mesin Las Titik (Dalex) Stamping Machine Compressor Angin 10 PK Mesin Bor Universal (Theisen) + Tooling Tooling of Universal Bohr Machine Mesin Potong Plat Merk Trumpi Mesin Pemotong Lubang Lingkaran (Fasti) Mesin Metal Hobel (Scrap)

31/08/01 30/09/01 8/8/2003 6/11/2003

Mesin Press 500 Ton Mesin Veshai Mesin Press 500 Ton Matras D 800 & 900 Mesin Press Hidrolic

24

Nilai Mesin

892,271.992

89.227,199

479,614,061

412,657,931

Tanqqal 02/02/99 02/02/99 24/02/99 31/8/99 31/01/00 31/S/00 31/3/01 31/3/01 31/7/03 31/7/03

Qty

Nama Baranq Panther L1288 Fl Panther Pick Up Sepeda Motor L 5919 BG Panther B 491 BV Sepeda Motor Harley Truk Suzuki Elf Kijang Mitsubishi L300 Sepeda Motor GL Max Mobil

%
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Harga Beli 50,000,000 37,500,000 4,200.000 50,000,000 1 04,928,000 17,000,000 128,470,000 77,500,000 8,250,000 35,855.000 513.703.000

Penyusutan 2005 0 0 0 0 1,748,800 2,266,667 25,694,000 15,500,000 1,650,000 7.171,000 54.030,467

Ak. Penyusutan 50,000,000 37,500,000 4,200,000 50,000,000 104,928,000 17,000,000 122,046,500 73,625,000 3,987,500 17.329,917 480,616,917

Nilai Buku 2005 0 0 0 0 0 0 6,423,500 3,875,000 4,262,500 18,525,083 33,086,083

Nilai Kendaraan

Sarana dan Instalasi Listrik

20

171,423.233

34.288,104

154,754,446

1 6,668,787

Lampiran 6 Daftar Inventaris Mesin dan Kendaraan fiskal PT. "X'' tahun 2005
Tanqqal 30/10/1998 Oty 1 Nama Baranq Cutting Machine LVD 3100 X 6,35 mm HST-C 31/G Press Brake LVD 100 Ton PPBL-H 100/30 Bgo Mesin Tekuk 90 (Fasti) Mesin Tekuk 45 (Schechre) 2/9/1999 Mesin AlpackTP-201 Mesin Gergaji (Forte) Mesin Penarik Mur Mesin Las Argon Merkle type TIG 350 WG Las Listrik Mesin Hidrolik (Eckold) Mesin Las Titik (Dalex) Stamping Machine 3 Compressor Angin 10 PK Mesin Bor Universal (Theisen) + Tooling Tooling of Universal Bohr Machine Mesin Potong Plat Merk Trumpi Mesin Pemotong Lubang Lingkaran (Fasti) Mesin Metal Hobel (Scrap) 31/08/01 30/09/01 8/8/2003 6/11/2003 Mesin Press 500 Ton Mesin Veshai Mesin Press 500 Ton Matras D 800 & 900 Mesin Press Hidrolic

%
12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 1 2.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 1 2.5% 12.5% 12.5%

Harga Sell 372,597,542 7,482,000 4.988.000 7.929,000 5,985.600 5,985,600 7,980,800 6,484,400 6,235.000 1,995,200 14,964,000 13,467.600 7,980.800 6,484,400 3,990,400 4,489,200 4.239,800 129,400.000 30.027.050 82,100,000 57,465.600 110.000.000

Penyusutan 2005 46,574,693 935,250 623,500 991,125 748,200 748,200 997,600 81 0,550 779,375 249,400 1,870,500 1.683,450 997,600 810,550 498,800 561,150 529,975 16,175,000 3.753,381 10,262,500 7.183,200 13.750,000

Ak. Penyusutan 333,785,298 6.702,625 4.468,417 6.277,125 4.738,600 4,738,600 6,318,133 5,133,483 4,936,042 1,579,533 11,846,500 10.661,850 6,318,133 5,133,483 3,159,067 3,553,950 3,356,508 70,091,667 15.951,870 43,615,625 17.359,400 29,791,667

Nilai Buku Akhir 2005 38,812,244 779,375 519,583 1,651,875 1,247,000 1,247,000 1,662,667 1,350,917 1,298,958 415,667 3,117,500 2.805,750 1,662,667 1,350,917 831,333 935,250 883,292 59,308,333 14.075,180 38,484,375 40.106,200 80,208.333

24

Nilai Mesin

892.271.992

111.533,999

599.517,577

292.754,415

Tanggal 02/02/99 02/02/99 24/02/99 31/8/99 31/01/00 31/8/00 31/3/01 31/3/01 31/7/03 31/7/03

Qty

Nama Baranq Panther L 1288 Fl Panther Pick Up Sepeda Motor L 5919 BG Panther B 491 BV Sepeda Motor Harley Truk Suzuki Ell Kijang Mitsubishi L300 Sepeda Motor GL Max Mobil

% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5% 12.5%

Harqa Beli 50,000,000 37,500,000 4,200,000 50,000,000 104,928.000 17,000,000 128,470,000 77,500,000 8,250,000 35,855,000 513,703,000

Penyusutan 2005 6,250,000 4,687,500 525.000 6,250,000 0 2,125,000 16,058,750 9,687,500 1,031,250 4,481,875 51,096,875

Nilai Kendaraan

30/10/98

Saranadan Instalasi Listrik

12.5%

171,423,233

21,427,904

95

Lampiran 7 Daftar Inventariss


Tanggal 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 Qty 3 2 7 1 6 20 33 2 1 1 4 1 1 1 2 1 3 3 1 4 3 3 1 8 6 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 2 6 1 1 3 2 1 Jangka Plat Gergaji Besi Kikir Sirip-sirip Ballvalve Piringan/Mata Grenda Mala Grenda Gagang las merk Oerlikon Brender Selang spiral untuk angin Regulator untuk las Penembak angin si I ikon Mesin Bor Halus Kunci untuk Brender Penarik rivet Sambungan Kunci Sock Kunci Sockpanjang 13 Kunci Sockpanjang 17 Alat Pembuka Jangka Sorong (Sketmat) Regulator Oksigen Regulator Asetelin Gagang Brender Brender Las Line kabel Rivet Avdel Gergaji Elektronik Hairdryer plastik Drip (bikin titik) Drip (pemotong) Paket selang cadangan Brender Las Grenda Vacuum Cleaner Tang pemotong Rivet Mikrometer 0-25 mm Mikrometer 25-50 mm Mikrometer 50-75 mm Alat Pembuat Jalur draft Tang Penjepit Plat (besar) Tang Penjepit Plat (kecil) Tang Penjepit Plat (U) Brender Las Tembak Silikon Tang sanggem Water Pass Peran Udara model pistol Paku untuk beri tanda Catok Kaca mata las hitam Nama Baranq

%
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Harqa Beli 149,640 49,880 74,820 24,940 149,640 144,652 164,604 748,200 608.536 39,904 199,520 573,620 446,920 39,904 174,580 45,890 62,350 103,750 224,460 249,400 897,840 897,840 374,100 673.380 648,440 498,800 947,720 249,400 39,904 49,880 773,140 349,460 448,920 249,400 857,936 99,760 99,760 99,760 1,596,160 99,760 149,640 49,880 1,551,268 39,904 299,280 29,928 1 9,952 24,940 99,760 14,964

s/dDes 2004 149.640 49,880 74,820 24,940 149,640

Penyusutan 2005

s.'d 2005 149,640 49,880

- -

74,820 24,940 149,640 144,652

144.652 164,604 748,200 608,536 39,904 199,520


-

164,604 748,200 608,536 39,904 199,520 573,620

573,620
-

446,920 39,904 174,580 45,890 62,350 103,750


-

446,920

39,904 174,580 45,890 62,350 103,750 224,460

224,460 249,400 897,840 897.840 374,100 673,380


-

249,400 897,840 897,840

374,100 673,380 648,440

648,440 498,800 947,720 249,400


-

498,800 947,720 249,400 39,904

39.904 49,880 773,140 349,460 448,920 249,400 857,936 99.760 99.760 99,760 1,596.160 99,760 149,640 49,880 1,551.268 39,904 299.280 29,928 19.952 24,940 99,760 14.964

- -

49,880 773,140 349,460 448,920 249,400 857,936 99,760 99,760 99,760 1,596,160 99,760 149,640 49,880 1,551,268 39,904 299,280 29,928 1 9,952 24,940 99,760 14,964

- -

Universilas Kristen Petra

96
Qty Nama Baranq Kaca mata putih M i kro m eter/sketm at Harga Beli 14,964 34,916 21.431,900 90,000 70,000 76,800 55,000 41.000 9,890 490,294 350,000 950,000 425,000 166,000 150,000 8,810,000 35,000 120,000 16,500 214,000 592,500 385,000 143,820 91.462 61,617 570,000 1,170,000 1,565,000 200,000 1,935,000 2.804,361 6,293,357 2.477,500 1,275,000 3,496,733 1,655,457 2,473,500 4.028,500 1,593,800 1.038,800 1,393,000 3,007,500 1,044,000 1,828,000 12,480,500 1,150,000 2.000,000 45,000 70,000 60,000 57,500 2.100,000 Penyusutan 2005 3d 2005 14,964 34,916 21.431,900
-

Tanqqal
6/8/1998 6/8/1998 6/8/1998 26/2/1 999 13/03/1999 27/03/1999 27/03/1999 29/03/1999 14/03/1999 15/03/1999 23/03/1999 23/03/1999 24/03/1999 22^03/1999 30/04/1999 30/04/1999 30/04/1999 30/04/1999 30/04/1999 30/04/1999 30/04/1999 5/3/1999 5/12/1 999 17/05/1999 17/05/1999 17/05/1999 17/05/1999 31/09/1999 18/10/1999 30/11/1999 31/12/1999 31/01/2000 29/02/2000 31/03/2000 30/04/2000 31/05/2000 3Q<06/2000 31/07/2000 31/08/2000 30/09/2000 31/10/2000 30/11/2000 31/12/2000 31/01/2001 31/05/2001 31/07/2001 30*09*2001 04/02/1998 16/06/1998 16/06/1998 22/12/1998 05/01/1998

%
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

s/dDes
2004 14,964 34,916 21,431,900 90,000 70.000 78,800 55.000 41,000 9,890 490,294 350,000 950,000 425,000 166,000

Rakbesi
Mata Gergaji Mesin las Gunting plat Sanfex gergaji Meteran Pisau Cutter CT 274 B 2 2 Manofold Refco (BM 2-6+R-12) Roll Roda Katrol Matras Plong Matras Plong (Female) bundar 16 Mata Bor Nachi Selang Panjang Container untuk pos satpam Tang Rivet Handle Kunci Meteran Gergaji Besi Alat Produksi Alat Pemadam Api Tang Ampere digital KT 9010 Tube Bender 3/8 Tube Bender 1/4 Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Kunci Pipa 5 dim Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Alat Produksi Kalkulator Citizen SDC 8008 Kalkulator SDC 839 Kalkulator LC 5600 Kalkulator Citizen SDC 8280 HP Scanjet SP (Scanner)

90,000

- -

70,000 76,800 55,000 41,000

- -

9,890 490,294 350,000 950,000 425,000 1 66,000

150.000 8,810,000 35.000 120,000 16,500 214,000


-

1 50,000

8,810,000 35,000 120,000 1 6,500 214,000 592,500

592,500 385,000 143,820 91,462 61,617 570,000 1,170,000 1,565.000 200,000 1,935,000
-

385,000 143,820 91,462 61,617 570,000 1,1 70,000 1,565,000 200,000 1,935,000 2.804,361

2,804.361 6,293.357 2,477.500 1,275,000 3,496,733 1,655,457 2,473.500 4,028.500 1,593,800 1,038.800 1,393,000 3,007,500 1,044,000 1,828,000 12,480,500 1,150,000 2,000.000 45,000 70.000 60.000 57,500 2,100,000

- -

6,293,357 2,477,500 1,275,000 3,496,733 1,655,457 2,473,500 4,028,500 1,593,800 1.038,800 1,393,000 3.007,500 1,044,000 1,828,000 12,480,500 1,150,000 2.000,000 45,000 70,000 60,000 57,500 2,100,000

- -

- -

Universitas Kristen Petra

? 5 ro ? ro

a o o r o c o c o c o o r o a r o p> o o t_ <_ o ro y cj> en ro ro o M M M o o o o

o co M o

co o en M o

co ro <o p> o I^J o ro w IU IU o o

iy

iy

io

cj. en _L _k

<o o

en o

o o S en y tj

co co co eg o o eg o o co ^ ^ io io io io io io ^ j>

co

w y
IO IO IO IO IO IO IO IO IO
CD ID ID CO IO IO IO IO IO

IO

-2 O

O O

(JJ &J en
ID ID IO IO IO IO ID IO CD

V $

O -

D _ Q (0

<><><><* cj IO IO IO IO <s> to to to to ID io io io io

IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO IO

ID ID to IO CD CD

ee
CD CD CD CD

ID ID IO ID ID ID

5"
3

< <

w "
A
P

5 A P A ! " a

A L3

7s O 3. "0

TJ 2.
TJ

= 0

A p
o

1
h

X P o IT 3 = -a -- P tV ! P| 3T X

TJ

TJ

-o

I I
Tl

1 5 15
3 co

-i "il re T3 o 3

TJ X o 3 tl a

-* re ! !

>
CD

p x~ c p

~D n" M O3 -1 CO

TJ TJ CD n P 3 p to
P

U 2a

o
1

x-

CO

A
o 3 c

A o "D

t II 1 ?
P" 3

w cp

A p

TJ CD

A o

A P

A P

7T CP cp o o "1

: o n" > xQ " I


Ul

3 Q.

X p

3.

X p

A
P

* 3 % P

ii

to

ii

ii

11
'i
c

-
\j

IP J

11

^ > X TJ ^. rn P
P O CO o CD

re 3

s CD ?

3T

5 5"

1 1t i o o IT 1 I ? i. > o o > 1 1 i I
ro n> y o a.

J H g
H

IU p

A A -: 3 S% n

o V)

I ? 3 A
T3 T3 S? A

TJ

TJ

"0

rT J

0)

oop
p
CD g ffl 0^ O '^

cc

f
P

o o 3
X
INJ IV)

Ol Ol en en o> oi

oiijicflcnoioioicncni^ojoiciioioiijicncnoicncnoii^cncnoicnoiu

Ol Ol o o

UlO>OlOlOlOlOOl

CD

Ul

IO

JO O

a
IV) Ol

Q O

4 - O O O O O O O O O O Q O

.t _i. _co O) Ol Ol o CD Ol

jv) O o

0)000000000

c<
(TJ 1 Ol CD IO ro --J oi IV) oi iv) Ol w Ol

w
si N co

co
Vj " b

- Ol

--J t\>

Ol co Ji Vi o o oi "oi ^ oi

V -t Ul CO

n u

(S o o

-1 o

o o

-J J^ CO Ul

CD

CD

(L>

-J

w M Ul

Ul

Ul - o

o iS o o
(1

Ol

IV) Oi IV)

^
' )

CD -J Ul

_k

o
c> Jo

-k
[ -

Ul

o
u.;

CD I* O C D

s j ro Ul

ro o
(i

Ul M O O O

r* Ul -J

ro o
c>

_k -J Ul

Ul tfi r> NJ

r*

_i

4*

CD ro -J yj n c Ul

w Q.

JJ

o u

o o

o o

* . 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ) O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O I O O ) O O O I O I
c>

* O
O

O
o

O O

l.J

f t
*

IX

ro s u is CO
o o

JCO 0)

s 4i

SJ t-

% CD
0)

Ul ro

CO -xj Ol
-1

98
Tanqgal 31/12/2000 31/01/2001 28/02/2001 31/03/2001 30/04/2001 31/05/2001 Qty Nama Baranq Inventans Kontor Inventar s Kantor Inventars Kantor Inventar s Kantor Inventar s Kantor Inventars Kantor JUM L AH

%
50 50 50 50 50 50

Harqa Bell 4.662,500 7,435,000 11.883,580 7,368,000 1,430,000 1.200,000 279,974,549

sd Des 2004 4,662.500 7,435,000 11,883.580 7,368,000 1,430.000 1,200,000 279,974,549

Penyusutan 2005

sd2005 4,662,500 7,435,000 11,883,580 7,368,000

- -

1,430,000 1,200,000 279,974,549

Universitas Kristen Petra

Vous aimerez peut-être aussi