Vous êtes sur la page 1sur 7

CEDERA KEPALA

PENDAHULUAN1 Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalulintas. Adapun pembagian trauma kapitis adalah: Simple head injury Commotio cerebri Contusion cerebri Laceratio cerebri Basis cranii fracture

imple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan. edangkan Contusio cerebri dan !aceratio cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat. "ada penderita harus diperhatikan pernafasan, peredaran darah umum dan kesadaran, sehingga tindakan resusitasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis harus dilakukan secara serentak. #ingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di $umah akit. MEKANISME DAN PATOLOGI1,% Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan langsung pada kepala. &elainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak. Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus. 'ari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. (elombang ini mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan yang disebut )coup* atau ditempat yang berseberangan dengan benturan. PATOFISIOLOGI1,% (angguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan edema yang dapat menyebabkan herniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak tersebut dapat mengalami iskemia, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian meninggal. +ungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah ke otak yang menurun, misalnya akibat syok. &arena itu, pada cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak terganggu sehingga oksigenisasi cukup.

GAMBARAN KLINIS1,% (ambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya. 'erajat cedera dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system (C , yakni metode ,M- .,yes, -erbal, Mo/ement0 1. &emampuan membuka kelopak mata .,0 ecara spontan 1 Atas perintah 2 $angsangan nyeri % #idak bereaksi 1 %. &emampuan komunikasi .-0 3rientasi baik 4 5awaban kacau 1 &ata6kata tidak berarti 2 Mengerang % #idak bersuara 1 2. &emampuan motorik .M0 &emampuan menurut perintah 7 $eaksi setempat 4 Menghindar 1 +leksi abnormal 2 ,kstensi % #idak bereaksi 1 PEMBAGIAN CEDERA KEPALA2 1. Simple Head Injury 'iagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan: Ada riwayat trauma kapitis #idak pingsan (ejala sakit kepala dan pusing 8mumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan cukup istirahat. 2. Commotio Cerebri Commotio cerebri adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 19 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. "asien mungkin mengeluh nyeri kepala, /ertigo, mungkin muntah dan tampak pucat. -ertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya pusat6pusat dalam batang otak. "ada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis. "emeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, ,,(, pemeriksaan memori. #erapi simptomatis,

perawatan selama 264 hari untuk obser/asi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap. 3. Contusio Cerebri "ada contusio cerebri terjadi perdarahan6perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuron6neuron mengalami kerusakan atau terputus. :ang penting untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. 3leh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade re/ersible terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade re/ersible berlangsung. Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme6mekanisme yang beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga terjadi /asoparalitis. #ekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. 5uga karena pusat /egetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul. "emeriksaan penunjang seperti C#6 can berguna untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. #erapi dengan antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan perawatan ;619 hari. 4. Laceratio Cerebri 'ikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater. !aceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral. !aceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung. !aceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. edangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis. . !racture Basis Cranii !ractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa posterior. (ejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena. +raktur pada fossa anterior menimbulkan gejala: <ematom kacamata ."acoon eyes0 tanpa disertai subkonjungti/al bleeding ,pistaksis $hinorrhea +raktur pada fossa media menimbulkan gejala: <ematom retroaurikuler, 3ttorhoe "erdarahan dari telinga 'iagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan =6foto basis kranii. &omplikasi : (angguan pendengaran

"arese >.-?? perifer Meningitis purulenta akibat robeknya duramater +raktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya harus disesuaikan. "emberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi. #indakan operatif bila adanya li@uorrhoe yang berlangsung lebih dari 7 hari. Adapun pembagian cedera kepala lainnya: Cedera &epala $ingan .C&$0 A termasuk didalamnya !aseratio dan Commotio Cerebri o kor (C 12614 o #idak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 19 menit o "asien mengeluh pusing, sakit kepala o Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan neurologist. Cedera &epala edang .C& 0 o kor (C B61% o Ada pingsan lebih dari 19 menit o Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad o "emeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak. Cedera &epala Cerat .C&C0 o kor (C DE o (ejalnya serupa dengan C& , hanya dalam tingkat yang lebih berat o #erjadinya penurunan kesadaran secara progesif o Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas. PEMERIKSAAN PENUNJANG%,2 :ang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah: 1. C#6 can 8ntuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. %. !umbal "ungsi 8ntuk menentukan ada tidaknya darah pada !C harus dilakukan sebelum 7 jam dari saat terjadinya trauma 2. ,,( 'apat digunakan untuk mencari lesi 1. $oentgen foto kepala 8ntuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak DIAGNOSA1 Cerdasarkan ada tidaknya riwayat trauma kapitis disertai gejala6gejala klinis seperti lucid inter/al, peningkatan #?&, gejala lateralisasi, dan pemeriksaan penunjang.

KOMPLIKASI2 5angka pendek : 1. <ematom ,pidural o !etak : antara tulang tengkorak dan duramater o ,tiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang6cabangnya o (ejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian timbul gejala6gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula6mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. ?ni adalah tanda6tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial. o Akut .minimal %1 jam sampai dengan 2F%1 jam0 o ?nter/al lucid o "eningkatan #?& o (ejala lateralisasi A hemiparese o "ada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma subkutan o "emeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. "ada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda6tanda kerusakan traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik positif. o C#6 can : ada bagian hiperdens yang bikon/eks o !C : jernih o "enatalaksanaannya yaitu tindakan e/akuasi darah .dekompresi0 dan pengikatan pembuluh darah. %. <ematom subdural o !etak : di bawah duramater o ,tiologi : pecahnya bridging /ein, gabungan robekan bridging /eins dan laserasi piamater serta arachnoid dari korteF cerebri o (ejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 2 hari pertama &ronis : 2 minggu atau berbulan6bulan setelah trauma o C#6 can : setelah hari ke 2 diulang % minggu kemudian Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent. <iperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak .bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang tengkorak0 ?sodens A terlihat dari midline yang bergeser o 3perasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak .dekompresi0 dengan melakukan e/akuasi hematom. "enanganan subdural hematom akut terdiri dari trepanasi6dekompresi. 2. "erdarahan ?ntraserebral

"erdarahan dalam corteF cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus temporalis. "erdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil6kecil saja. 5ika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan ka/itasi. &eadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena. 1. 3edema serebri "ada keadaan ini otak membengkak. "enderita lebih lama pingsannya, mungkin hingga berjam6jam. (ejala6gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. #ekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat. (ejala6gejala kerusakan jaringan otak juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi. #?& meningkat Cephalgia memberat &esadaran menurun 5angka "anjang : 1. (angguan neurologis 'apat berupa : gangguan /isus, strabismus, parese >.-?? dan gangguan >. -???, disartria, disfagia, kadang ada hemiparese %. indrom pasca trauma 'apat berupa : palpitasi, hidrosis, konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi kekanak6kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi. TERAPI2 C&$ : "erawatan selama 264 hari Mobilisasi bertahap #erapi simptomatik 3bser/asi tanda /ital C& : "erawatan selama ;619 hari Anti cerebral edem Anti perdarahan imptomatik >eurotropik 3perasi jika ada komplikasi C&C : eperti pada C& Antibiotik dosis tinggi &onsultasi bedah saraf

DAFTAR PUSTAKA 1. Chusid, #euroanatomi $orelatif dan #eurolo%y !un%sional, bagian dua. (ajah Mada 8ni/ersity "ress, %911 %. <arsono, $apita Sele&ta #eurolo%i' edisi kedua. (ajah Mada 8ni/ersity "ress, %992 2. ?skandar 5, Cedera $epala' "# 'hiana "opuler. &elompok (ramedia, 5akarta, %911

Vous aimerez peut-être aussi