Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan [2] saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus. Gejala umum meliputimengi, batuk, [3] dada terasa berat, dan sesak napas. Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan [4] lingkungan. Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi pada kurun [5] waktu tertentu, dan spirometri. Asma diklasifikasikan secara klinis berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran [6] ekspirasi. Asma dapat pula diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik [7] (intrinsik) dimana atopi dikaitkan dengan predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe [8] 1. Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat [9] (misalnya salbutamol) dan kortikosteroid oral. Pada kasus yang sangat parah mungkin diperlukan [10] pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di rumah sakit. Gejala ini [11] dapat dicegah dengan menghindari pencetusnya, seperti misalnya alergen dan iritan, dan dengan [12] penggunaan kortikosteroid hirup. Beta agonist reaksi lambat(LABA) atau leukotrien antagonis dapat ditambahkan, selain pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat [13] dikontrol. Prevalensi asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada [14][15] tahun 2011, 235300 juta orang terserang asma secara global, termasuk adanya 250.000 [15] kematian.
Daftar isi
[sembunyikan]
2 Penyebab
o o o o
2.1 Lingkungan 2.2 Genetika 2.3 Kondisi medis 2.4 Serangan asma
3 Patofiologi 4 Diagnosis
o o o o
o o
o o
sumber]
MENU 0:00 Suara mengi atau bengek yang didengar dengan stetoskop.
Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, [16] dan batuk. Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit untuk [17] dikeluarkan. Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk apa yang disebut mirip nanahyang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang [18] disebut eosinofil. Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau sebagai [19] respons terhadap kegiatan olah raga atau udara dingin. Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma [20] yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.
Penyebab[sunting | sunting
sumber]
Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit dan [4][25] belum sepenuhnya dimengerti. Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga [26] respons terhadap terapi. Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan [27] lingkungan hidup yang berubah.
Tingkat endotoksin
Genotip CC
Genotip TT
Pajanan tinggi
Risiko rendah
Risiko tinggi
Pajanan rendah
Risiko tinggi
Risiko rendah
[50]
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen. Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit ini sekitar [50] 25%. Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah diantaranya:GSTM1, IL10,CTLA-
4, SPINK5,LTC4S, IL4R and ADAM33. Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung [51] daftar gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji. Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu [51] [52] penelitian asosiasi genetika saja; masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain . Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan [4] lingkungan tertentu. sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam wilayahCD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut [49] dan juga tingkat pajanan endotoksin.
[51]
Patofiologi[sunting | sunting
sumber]
Penyumbatan pada lumen bronkiiolusdengan eksudat seperti lendir, sel gobletmetaplasia, dan penebalan epitelil membran basal pada seseorang yang menderita asma.
Asma merupakan kondisi yang diakibatkaninflamasi]] kronis pada saluran napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya [16] saluran napas itu sendiri yang berubah. Biasanya terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag, danneutrofil. Kemungkinan ada juga [41] keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.
Diagnosis[sunting | sunting
sumber]
Walaupun asma merupakan kondisi yang sudah dikenal secara umum, namun tidak terdapat [41] kesepakatan universal mengenai definisi asma. Definisi yang ditetapkan oleh Global Initiative for Asthma adalah "kelainan peradangan kronis pada saluran napas dimana banyak sel dan elemen sel berperan. Kelainan peradangan kronis tersebut berhubungan dengan respons berlebih dari saluran napas yang menyebabkan mengi berulang, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk terutama di malam hari atau dini hari. Semua kejadian ini biasanya berhubungan dengan penyumbatan saluran napas yang luas namun bervariasi di paru-paru yang dapat pulih secara spontan atau setelah [16] pemberian terapi ". Pada saat ini tidak ada uji yang tepat untuk melakukan diagnosis melainkan dengan melihat pola [5][41] gejala penyakit dan reaksinya terhadap terapi.. Dugaan diagnosis asma adalah bila ditemukan riwayat: mengi berulang, batuk atau sesak napas dan semua gejala ini terjadi atau memburuk karena [63] aktivitas olahraga, infeksi virus, alergen atau polusi udara. Spirometri digunakan untuk konfirmasi [63] diagnosis asma. Untuk anak-anak dibawah usia enam tahun diagnosis asma menjadi lebih sulit [64] karena anak-anak pada usia tersebut terlalu muda untuk menggunakan alat spirometri.
metakolin provokasi berupa proses inhalasi zat dengan konsentrasi yang tinggi yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas pada individu yang rentanterhadap asma saluran. Jika negatif maka berarti orang tersebut tidak berpenyakit asma; namun jika positif, bukan berarti orang [41] tersebut memiliki asma, karena tes ini tidak spesifik untuk asma.. Bukti pendukung lainnya yaitu: terdapat perbedaan sebesar 20% pada puncak laju aliran ekspirasi setidaknya tiga hari dalam seminggu untuk paling tidak dua minggu, kondisi peningkatan 20% pada puncak aliran udara setelah dilakukan terapi menggunakan salbutamol, kortikosteroids atau prednison yang dihirup, atau penurunan 20% pada puncak aliran udara pasca pajanan [68] terhadap pemicu. Variabilitas uji puncak laju aliran udara lebih besar daripada spirometri, sehingga tes tersebut tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin penegakkan diagnosis. Pemeriksaan tersebut bermanfaat untuk pemantauan harian mandiri pasien dengan asma derajat sedang hingga berat, untuk memeriksa efektivitas pengobatan baru. Pemeriksaan ini dapat juga berfungsi sebagai [69] pedoman terapi pada pasien dengan serangan asma akut..
Keparahan
intermiten
2/minggu
2/bulan
80%
<20%
2 hari/minggu
Persisten ringan
>2/minggu
34/bulan
80%
2030%
>2 hari/minggu
Persisten sedang
Harian
>1/minggu
6080%
>30%
harian
ersisten berat
Secara kontinu
Seringnya (7/minggu)
<60%
>30%
dua kali/hari
Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi [6] paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi. Asma bisa juga diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non- atopik (intrinsik), berdasarkan pada gejala yang [7] munculditimbulkan oleh alergen (atopik) atau bukan (non-atopik). Klasifikasi asma sampai saat ini dibuat berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada saat ini tidak ada metode lain untuk [70] mengklasifikasikan subgrup asma diluar metode ini. Menemukan cara lain untuk mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik terhadap jenis terapi yang berbeda saat ini menjadi tujuan utama [70] penelitian mengenai asma..
Meskipun asma adalah kondisi obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak dianggap bagian dari penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan khusus untuk gabungan penyakit yang tidak dapat disembuhkan kembali seperti sedia kala sepertibronkiektasis,bronkhitis kronik, [71] dan emfisema. Tidak seperti penyakit diatas, obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat pulih kembali seperti sedia kala, akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis pada asma dapat menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak dapat disembuhkan [72] karena perubahan bentuk pada saluran napas. Berbeda dengan emfisema, asma akan [73] mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya alveoli.
Tanda-tanda klinis
Pengukuran
Kelelahan
"Normal" PaCO2
Sianosis
Puncak aliran 3350% Sangat akut (orang tertentu pada) Frekuensi pernapasan 25 bernapas setiap menit
Gejala memburuk
Sedang
Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma. Gejala klasiknya [41] adalah sesak nafas, mengi, and rasa berat di dada. Walaupun gejala tersebut adalah gejala primer [75] asma, namun beberapa orang dengan asma datang dengan gejala batuk, dan pada kasus yang [74] sangat parah, aliran udara benar-benar terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi. Tanda yang dapat ditemukan pada saat serangan asma yaitu penggunaan otottambahan untuk bernapas yaitu (sternokleidomastoid dan otot scalene di leher), terdapat juga denyut nadi paradoks (denyut nadi yang melemah pada saat menarik napas dan denyut nadi menjadi kuat saat [76] menghembuskan napas), serta penggembungan dada yang berlebihan . warna biru di kulit dan [77] kuku bisa terjadi akibat kekurangan oksigen. Pada asma serangan ringan Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu 200 L/men atau 50% dari [78] perkiraan terbaik. Asma serangan sedang yaitu antara 80 sampai 200 L/men atau 25% sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan bertambah parah berat yaitu 80 L/men atau 25% dari [78] perkiraan. Asma serangan berat , sebelumnya dikenal sebagai status asmatikus, adalah bertambah parahnya asma atau serangan asma akut yang tidak memberikan respons terhadap terapi standar dengan [79] bronkodilator dan kortikosteroid. Setengah dari kasus ini terjadi karena infeksi dan yang lainnya [79] terjadi karena alergen, polusi udara atau pemakaian obat yang tidak cukup atau tidak sesuai. Brittle asthma adalah jenis asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang.. Tipe 1 asma brittle adalah penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi meskipun dengan pengobatan yang memadai. Tipe 2 brittle asma adalah asma yang sebelumnya sudah terkontrol dengan baik, [74] tiba-tiba mengalami serangan berat.
[74]
dingin. beta2 agonis hirup sepertinya tidak meningkatkan performa atletik para atlet yang tidak [82] mengidap penyakit asma namun pemberian dosis secara oral bisa meningkatkan ketahanan dan [83][84] kekuatan.
[81]
Pencegahan[sunting | sunting
sumber]
[92]
Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki bukti kuat. Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap rokok baik pada saatdalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan [92] rekomendasi indikasi penyakit ini. Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga [93] mungkin bermanfaat. Namun, pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini dalam keadaan [94] yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan dan rekomendasi yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang memiliki gejala alergi terhadap piaraan [95] tersebut. Pembatasan asupan selama masa kehamilan atau pada saat menyusui juga tidak pernah [95] terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan. Pengurangan atau penghilangan senyawa
tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada orang-orang yang sensitif bisa jadi [85] memberikan hasil efektif.
sumber]
Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa [96] disembuhkan. Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus [97] diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala. Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal merokok, hewan peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-pemicu tersebut. Jika menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk menggunakan obat. Obat farmasi dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala. Pengobatan khusus untuk asma [98][99] secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan reaksi-lambat. Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien yang mendapatkan serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan namun persisten (terjadi serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau stabiliser sel mast. Bagi pasien yang mendapatkan serangan setiap hari, disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis yang lebih tinggi. Pada serangan asma sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan ke dalam rancangan [9] pengobatan ini.
alat hirup Salbutamol metered dose yang biasa digunakan untuk mengobati asma.
Reaksi-singkat agonis beta2-adrenoseptor (SABA), seperti salbutamol (albuterol USAN) atau Nama yang Diadopsi Amerika Serikat, merupakan pengobatan garis pertama untuk gejala [9] asma. Obat Antikolinergik, misalnya ipratropium bromida, memberikan manfaat lain saat digunakan dalam kombinasi dengan SABA untuk pasien yang mengalami gejala sedang atau [9] berat. Bronkodilator antikolinergik juga dapat digunakan jika pasien tidak dapat menoleransi [71] SABA. agonis adrenergik versi lama yang kurang selektif seperti epinefrin hirup, memiliki tingkat [103] kemanjuran yang setara dengan jenis SABA. Meski demikian, obat-obatan tersebut tidak direkomendasikan karena kekahawatiran akan terjadinya stimulasi berlebihan terhadap [104] jantung.
alat hirup Fluticasone propionate metered dose yang biasa digunakan untuk pengendali jangka panjang.
Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia untuk pengendali [98] jangka panjang. Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai kecuali untuk kasus penyakit [98] berat yang persisten yang mungkin membutuhkan kortikosteroid oral. Biasanya, formula hirup direkomendasikan untuk digunakan satu atau dua kali sehari, tergantung tingkat keparahan [105] gejala. Long-acting beta-adrenoceptor agonist (LABA) atau Agonis beta-adrenoseptor reaksi-lambat seperti salmeterol dan formoterol dapat memperkuat pengendalian asma, meskipun hanya pada [106] orang dewasa, bila dikombinasikan dengan kortikosteroid hirup. Manfaatnya pada anak-anak [106][107] belum jelas. Jika digunakan tanpa steroid, obat-obatan ini meningkatkan risiko [108] terjadinya efek samping , bahkan saat digunakan bersama kortikosteroid, risiko ini tetap sedikit [109][110] mengalami peningkatan. Antagonis Leukotrien (seperti montelukast dan zafirlukast) bisa jadi digunakan bersama kortikosteroid hirup sebagai tambahan, dan secara khusus digunakan dalam satu rangkaian [98] dengan LABA. Tidak ada cukup bukti yang menguatkan manfaat penggunaan obat-obatan ini [111][112] untuk serangan asma akut. Pada anak-anak di bawah lima tahun, obat-obatan ini menjadi [113] terapi tambahan kortikosteroid hirup yang lebih sering dipilih. Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lain yang tidak begitu disukai [98] dibandingkan kortikosteroid.
Metode konsumsi obat Obat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan dengan spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah silinder plastik yang mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima dalam dosis penuh. Alat nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-sama efektif untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah memang ada [114] perbedaan jika diterapkan pada gejala berat. Dampak merugikan Penggunaan kortikosteroid hirup dengan dosis konvensional dalam jangka panjang membawa risiko [115] dampak merugikan yang ringan. Risiko tersebut antara lain timbulnya katarak dan menurunnya [115][116] tinggi perawakan tubuh.
Magnesium sulfat pengobatan intravena telah menunjukkan efek bronkodilasi bila digunakan [10][118] sebagai tambahan pengobatan dalam serangan asma akut berat. Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus berat yang tidak [10] menunjukkan respons. Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu hanya digunakan [117] dalam kasus ekstrim.
Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek tambahan yang [117] berarti untuk beta-agonis yang dihirup. Penggunaannya dalam serangan asma akut masih [119] kontroversial. Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi mekanis diperlukan pada orang yang hampir mengalami gagalnafas; namun, tidak ada bukti klinis untuk [120] mendukungnya.
Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid dan [121] LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan. Pengobatan ini melibatkan aplikasi energi panas [121] terkontrol ke dinding saluran nafas dalam serangkaian sesi bronkoskopi. Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi selanjutnya tampaknya [122] diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui.
Prognosis[sunting | sunting
sumber]
Disability-adjusted life year untuk asma per 100.000 penduduk dalam tahun 2004.[130] no data <100 100150 150200 200250 250300 300350 350400 400450 450500 500550 550600 >600
Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit [131] ringan. Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit [132] yang lebih baik dan perbaikan dalam pengobatan. Secara global asma menyebabkan disabilitas/ ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga tahun 2004 (16 jutaan [133] orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah). Dari asma yang didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu
dekade. Perubahan saluran nafas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan perubahan [134] yang berbahaya atau bermanfaat. Pengobatan dini dengan kortikosteroid tampaknya mencegah [135] atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.
[50]
Epidemiologi[sunting | sunting
sumber]
Tingkat asma di berbagai negara di dunia tahun 2004. no data <1% 1-2% 2-3% 3-4% 4-5% 5-6% 6-7% 7-8% 8-10% 10-12.5% 12.515% >15%
[14][15]
Hingga tahun 2011, 235300 juta orang di seluruh dunia menderita asma, dan sekitar 250.000 [16] orang meninggal per tahun karena penyakit ini. Tingkatnya berbeda-beda antar Negara dengan [16] prevalensi antara 1 dan 18%. Lebih sering ditemukan di negara maju dibandingkan negara [16] [41] berkembang. Jadi tingkatnya terlihat lebih rendah di Asia, Eropa Timur dan Afrika. Di negara maju penyakit ini lebih banyak diderita oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi [16] sementara di negara berkembang lebih biasa ditemukan di kalangan atas. Alasan untuk perbedaan [16] ini tidak diketahui. Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan [136] menengah. Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dibandingkan anak [16] [137] perempuan , asma berat terjadi pada keduanya setara. Sebaliknya wanita dewasa memiliki [16] tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria dan lebih sering ditemukan di kalangan orang [41] muda dibandingkan orang tua. Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan 2008 sehingga [41] penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak tahun 1970an. Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an dengan peningkatan terbaru terutama di [140] [108] negara berkembang. Asma diderita sekitar 7% penduduk Amerika Serikat dan 5% penduduk [141] [142] Inggris. Di Kanada, Australia dan Selandia Baru tingkatnya sekitar 14 15%.
[138][139]
Sejarah[sunting | sunting
sumber]
Asma dikenali di Mesir Kuno dan diobati dengan meminum ramuan dupa yang dikenal [143] sebagai kifi. Penyakit ini secara resmi disebut sebagai masalah pernafasan oleh [Hipokrates]] sekitar tahun 450 Sebelum Masehi, dengan nama Yunani yang berarti "terengah-engah" membentuk [41] dasar dari nama modernnya. Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian [23] berkaitan dengan emosi. Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subyek ini mencoba menjelaskan patofisiologi dari penyakit itu, sementara satu di tahun 1872 menyimpulkan bahwa asma
bisa disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat gosok kloroform. Perawatan [146] medis pada tahun 1880, termasuk penggunaan intravena dari obat yang disebut pilokarpin. Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma dan rinitis [147] [148] alergi. Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905. Kortisteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950an sementara kortisteroid hirup dan agonis [149][150] beta aksi pendek pilihan mulai banyak digunakan pada tahun 1960an. Selama tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah satu dari tujuh besar penyakit psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis, dengan pengobatan sering berdasarkan psikoanalisa [151] dan penyembuhan dengan bicara lain. Karena para psikoanalis ini menginterpretasikan mengi asma sebagai tangisan yang tertahan dari anak yang mencari ibunya, mereka menganggap pengobatan depresi khususnya penting untuk individu yang menderita asma
[144][145]