Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995) Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532) Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996). 2.2 Etiologi 1. Faktor Hereditas/keturunan Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara resesif,dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita. 2. Umur Jarang pada masa kanak-kanak awal dan jarang sebelum umur 3 tahun. 3. Faktor Lingkungan (misalnya infeksi, terutama Coxackie B4) atau stress misalnya kehamilan dapat mencetuskan timbulnya diabetes melitus.(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:259) 2.3 Klasifikasi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus dibagi menjadi: 1. Diabetes melitus nyata

2. Diabetes melitus kimia atau laten Tidak ada gejala diabetes melitus, kadar gula darah normal tetapi pasca prandial tampak kenaikan GTT (Glukosa Tolerance Test) seperti pada diabetes. 3. Tersangka diabetes mellitus Terdapat Intolerans terhadap karbohidrat pada keadaan tertentu seperti trauma, infeksi, pemakaian obat-obat (kortikosteroid) stress dan sebagainya. 4. Prediabetes Prediabetes adalah masa sebelum timbulnya diabetes melitus yang nyata.(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:260)

2.4

Patofisiologi Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin membantu transportasi glukosa ke dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi sekunder. Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan metabolisme, karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen vaskular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala

Polydipsia (kehausan). Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan sodium dan terjadi ganggunag elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel akan mengalami starvation (kekurangan makanan atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyphagia, fatigue dan berat badan menurun. Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan lolos dalam urine yang disebut glikosuria. (Suriadi. Askep Pada Anak Edisi I. 2001:75) 2.5 Manifestasi Klinis 1. Onset Biasanya cukup cepat, gejala menjadi semakin jelas dalam 1-6 minggu. Jika hal ini tidak dikenali, maka anak dapat jatuh ke dalam koma diabetes. 2. Simptom a. Anak minum dan makan berlebihan (polidipsi) dan (polifagi) b. Mengeluarkan urine dalam jumlah banyak (poliuri) c. Kelemahan umum d. Cepat lelah dan lesu e. Berat badan menurun f. Nyeri abdomen g. Sering terjadi pada ketoasidosis h. Kulit kering dan tidak elastis karena dhidrasi (Behram. Ilmu Kesehatan Anak. 1998)

2.6

Komplikasi 1. Gangren (jarang) 2. Gangguan pertumbuhan dan pubertas 3. Katarak 4. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun) 5. Hepatomegali

6. Gangguan

mikrovaskuler

dalam

ginjal

(nephropathy)

retina

(Retinopathy), dan intestinal yang dapat menyebabkan gagal ginjal, kebutuhan dan sindroma malabsorbsi. 7. Koma (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)

2.7

Penatalaksanaan Tujuan pengobatan ialah mengembalikan anak kepada kesehatan dan pertumbuhan yang mendekati normal. Hal yang penting ialah pertumbuhan dan perkembangan dengan memperhatikan kekuatan jasmani yang sebaiknya. 1. Diet Makanan harus adekuat untuk pertumbuhan dan aktivitas normal sebaiknya makanan tidak banyak berbeda dengan makanan anak lain dan disesuaikan dengan makanan keluarga. Diet bebas berarti bahwa anak boleh makan sesukanya pada waktu makan, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus menjauhkan diri dari makanan yang manis (gula) dan banyak mengandung karbohidrat. Prinsip diet ini, yaitu: a. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas b. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kg bb/hari c. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat d. Cukup vitamin dan mineral 2. Pengobatan Insulin Penderita diabetes melitus Juvenilis tidak dapat diobati tanpa Insulin, pengobatan oral dengan SULFONUREAS atau biguanides tidak memuaskan dan banyak menyebabkan gejala sampingan pada anak. Dengan pemberian insulin dapat menjadikan kadar gula yang normal atau hampir normal tanpa menyebabkan timbulnya serangan hipoglikemia dan tanpa terlalu membatasi makanan.

Daya kerja bermacam-macam sediaan insulin Daya Kerja Macam Insulin Mulai Bekerja (jam) Puncak (jam) 2-4 2-4 8-10 8-10 14-20 14-24 Lamanya (jam) 6-8 10-12 28-30 28-30 24-36 >36

Cepat sebentar

dan

Insulin regular Semilente WPH Lente PZI Ultralente

2 2 4-8 4-8

Sedang dan agak lama

Lamban dan Lama

Cara pemberian insulin adalah dimulai dengan insulin regular dalam dosis dosis kecil, misalnya 4 unit, tiga kali sehari sebelum makan. Berangsurangsur dinaikkan sampai dosis tepat yang dapat diketahui dari pemerikasaan urin dan gula darah. Kalau dosis sudah tercapai, maka sebagian dari insulin regular dapat diganti dengan lente atau PZI (25% insulin regular dan 75% lente) dan disuntikkan 1 kali sehari Komplikasi pengobatan insulin adalah hipoglikemia dan terjadinya somogji effect yaitu anak jatuh dalam keadaan hipoglikemia, kemudian dalam keadaan hiperglikemia, kadar gula darah normal sukar dicapai. 3. Pediatri Sosial

Orang tua penderita harus dibimbing mengenai penyakit, diet dan pengobatan, misalnya cara menyuntik insulin. (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIABETES MELITUS JUVENIL ( DM TIPE I )

A. Pengkajian 1. Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang berbahaya. 2. Riwayat keluarga Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus. 3. Riwayat Kesehatan Terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku dan manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut: a. Polifagi b. Poliuria c. Polidipsi Hal-hal lain yang perlu dikaji: a. Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia b. Kaji tumbuh kembang anak c. Satus hidrasi d. Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan kusmaul menurunnya kesadaran. e. Kaji tingkat pengetahuan f. Mekanisme koping g. Kaji nafsu makan h. Status berat badan i. Frekuensi berkemih

j. Fatigue k. Irirtabel (Donna L. Wong : 590) 4. Pemeriksaan Laboratorium a. Glikosuria Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia seperti benedict, clinitest, dan sebagainya. b. Hiperglikemia Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya keadaan penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke kadar sebelumnya

membutuhkan waktu lebih lama. c. Ketonuria d. Kolestrol dapat meningkat Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah, tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10 mmol/L) menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti oterosklerosis lebih sering terjadi. e. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun, pH merendah. Bila penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan biokimiawi karena dehidrasinya. (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)

B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria) 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hipertermi

4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan C. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria) 3. Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan hipertermia D. Intervensi 1. Diagnosa I Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat

badan pasien akan ideal. NOC: -Status nutrisi: Intake makanan dan cairan Kriteria Hasil: a. Asupan nutrisi b. Berat badan ideal c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Indikator Skala: 1 = Tidak cukup 2 = Sedikit 3 = Sedang 4 = Kuat 5 = Total

NIC: -Manajemen Nutrisi 1. Kaji berat badan pasien 2. Tingkatkan pemberian makanan yang mengandung protein, vitamin, dan besi (apabila dianjurkan) 3. Berikan makanan tinggi natrium 4. Berikan makanan yang sedikit mengandung gula (glukosa) 5. Seleksi jenis makanan yang tepat 2. Diagnosa II Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan

cairan dan elektrolit terpenuhi. NOC: -Fluid Balance Kriteria Hasil: a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia Umur (tahun) 1-3 3-5 5-8 8-14 14-18 Output urine (ml) 500-600 600-700 700-1000 800-1400 1500

b. Berat jenis urine normal (20-40 mg/dl) c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, dan tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Indikator Skala: 1 = Kompromi yang ekstrem 2 = Sangat kompromi 3 = Cukup Kompromi 4 = Sedikit Kompromi 5 = Tidak kompromi NIC: -Fluid Management (Menejemen Cairan) 1. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan 2. Monitor status hidrasi 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 5. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien makan

3. Diagnosa III Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan hipertermia Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak

terjadi kerusakan integritas kulit. NOC: -Tissue Integrity skin (Integritas Jaringan Kulit) Kriteria Hasil: a. Integritas Kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi) b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit Indikator Skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan NIC: -Pressure Skin Management 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih 2. Monitor kulit adanya kemerahan 3. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Vous aimerez peut-être aussi