Vous êtes sur la page 1sur 56

12/11/2013

Akuntansi Pajak

DEFINISI AKUNTANSI
Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Akuntansi mengacu pada tiga aktivitas dasar, yaitu mengidentifikasi, merekam/mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi yang terjadi pada organisasi untuk kepentingan pihak pengguna. (Wild & Kwok, 2011)

12/11/2013

Hubungan Akuntansi Pajak dan Akuntansi Keuangan UU Perpajakan SAK Akuntansi Keuangan

Akuntansi Pajak

Laporan Keuangan

SPT

Stake Holders

Konsep Dasar Akuntansi Pajak


Pengukuran dalam mata uang Kesatuan Akuntansi Konsep Kesinambungan Konsep Nilai Historis Periode Akuntansi Konsep Taat Asas Konsep Realisasi Matching Concept

12/11/2013

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN DALAM PERPAJAKAN

WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan WP Badan di Indonesia wajib melenggarakan pembukuan

WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas dimana peredaran bruto yang diperoleh kurang dari Rp 4,8 Milyar per tahun: Tidak wajib menyelenggarakan pembukuan, namun wajib melakukan pencatatan Penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto

(Pasal 28 ayat 1 dan 2 UU KUP)

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN DALAM PERPAJAKAN Pembukuan : - Proses pencatatan secara teratur - Untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan - Menghasilkan laporan keuangan untuk suatu periode tahun pajak

Pencatatan : - Kumpulan data tentang peredaran /penghasilan bruto yang bersifat teratur, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak/ telah dikenakan PPh Final - Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang

12/11/2013

PEMBUKUAN DALAM PERPAJAKAN

Penyelenggaraan Pembukuan dalam Perpajakan : Harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain. (Penjelasan Pasal 28 ayat 7 UU KUP)

TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN


Di Indonesia

Itikad Baik

Taat Asas

Disimpan 10 tahun

Harta, Kewajiban, Modal, Penghasilan, Biaya

Stelsel akrual/ Kas(campuran)

12/11/2013

LAPORAN KEUANGAN PERPAJAKAN Pasal 4 ayat 4 UU KUP: WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan, SPT Tahunan PPh-nya harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Bertujuan

Menyajikan informasi; bahan untuk menghitung PKP/DPP Untuk mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan wajib pajak Dalam self assessment system, merupakan laporan pertanggungjawaban atas kepercayaan menghitung pajak terutang yang diserahkan kepada tiap wajib pajak

Dokumen Dasar

Jurnal

Buku Besar

Neraca Percobaan

Laporan Keuangan (SAK)

Rekonsiliasi

SPT

Laporan Keuangan (Pajak)

12/11/2013

Akuntansi pajak itu penting lho dalam pelaksanaan kewajiban dan hak perpajakan, terutama untuk penghitungan pajak, pengawasan oleh fiskus, dan perencanaan pajak oleh WP

Aspek Perpajakan atas Aktiva Lancar

12/11/2013

Kas, Bank, dan Setara Kas

Aspek Perpajakan : Penghasilan berupa bunga deposito/tabungan dari Bank yang berdomisili di Indonesia, merupakan objek pemotongan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) sebesar 20% dari jumlah bruto PPh Final atas bunga deposito/tabungan dipotong langsung dari jumlah yang dibayarkan oleh Bank Penghasilan berupa bunga deposito/tabungan tidak perlu digabung dengan penghasilan yang dikenakan PPh tidak final dalam menghitung PPh terutang di SPT Tahunan PPh.

Kas, Bank, dan Setara Kas


Aspek Perpajakan : Dikecualikan dari pemotongan PPh (berkaitan dengan Kas di Bank); atas bunga deposito/tabungan yang nilai saldonya tidak melebihi Rp 7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang terpecah-pecah Bunga deposito/tabungan yang diterima/diperoleh bank yang berdomisili di Indonesia/Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan RS/RSS, tanah kavling siap bangun untuk RS/RSS untuk dihuni sendiri

12/11/2013

Kas, Bank, dan Setara Kas


Pencatan Transaksi : Untuk metode pembukuan kas/bank/setara kas, perpajakan tidak mengatur secara rinci, dilakukan menurut praktek akuntansi yang lazim berlaku (PSAK) Pencatatan atas bunga deposito/tabungan yang diterima: Bank Rp xxxx PPh Pasal 4 ayat 2 Rp xxxx Pendapatan Bunga Rp xxxx Akrualisasi biaya/penghasilan karena rekonsiliasi saldo kas dengan saldo bank dan sebagai akibat penggunaan sistem kas kecil dengan metode imprest, penyesuaiannya harus memperhatikan ketentuan perpajakan yang berlaku

Sekuritas
Kategori Investasi Sekuritas (Kieso, 2012) : Trading Securities; sekuritas yang dibeli untuk tujuan dijual kembali dalam jangka waktu yang pendek Available-for-sale (AFS) Securities; sekuritas yang dipegang perusahaan, dimana perusahaan berniat untuk menjualnya di masa yang akan datang Hold-to-maturity Securities; sekuritas yang dipegang perusahaan sampai jatuh tempo

12/11/2013

Sekuritas
Aspek Perpajakan atas Sekuritas yang Diperdagangkan;

Saham; Apabila diperdagangkan di bursa efek, terutang PPh Final sebesar: 0,1% dari nilai bruto transaksi penjualan Di tambah 0,5% dari nilai pasar saham saat IPO, untuk saham pendiri Apabila tidak diperdagangkan di bursa efek, terutang PPh dengan tarif umum atas keuntungan penjualan saham yang dilakukan

Sekuritas
Aspek Perpajakan atas Sekuritas yang Diperdagangkan;

Obligasi; Bunga obligasi dengan kupon (Interest bearing debt securities), terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari jumlah bruto bunga Diskonto dari obligasi dengan kupon, terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan Diskonto dari obligasi tanpa kupon, terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan

12/11/2013

Sekuritas
Aspek Perpajakan atas Sekuritas yang Diperdagangkan; Kerugian atas perdagangan sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek tidak dapat dibebankan sebagai biaya Secara akuntansi keuangan, trading securities, dilaporkan pada fair value, dengan pengakuan unrealized holding gain or losses sebagai bagian dari laba neto. Aturan perpajakan hanya akan mengakui keuntungan atau kerugian apabila telah terealisasi.

Piutang
Piutang adalah klaim/hak yang diharapkan akan dapat diterima dalam bentuk kas. Piutang dapat dikategorikan sebagai Piutang Usaha dan Piutang Lainnya. Piutang usaha merupakan jumlah yang terutang kepada konsumen yang timbul dari transaksi penjualan barang dan jasa, sedangkan Piutang Lainnya, merupakan piutang yang tidak dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan, seperti piutang kepada karyawan.

10

12/11/2013

Piutang

Metode pengakuan kerugian atas piutang tak tertagih (Uncollectible Account) Biaya A/R tak tertagih A/R XXX XXX

Direct write-off method

Allowance method

Biaya A/R tak tertagih XXX Cad.A/R tak tertagih Cad. A/R tak tertagih A/R XXX

XXX

XXX

Piutang
Aspek Perpajakan : Tidak diperkenankan membentuk cadangan/penyisihan

Pembebanan biaya atas kerugian yang timbul dari piutang yang tidak dapat ditagih dapat diakui bila secara nyata tidak dapat ditagih (direct write-off method), dengan syarat : Telah dibebankan sebagai biaya dalam L/R Terdapat daftar nominatif sebagai lampiran SPT Tahunan PPh Penagihannya telah diserahkan kepada PN atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara, atau ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang antara debitur dan kreditur, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah tertentu (syarat ini tidak berlaku untuk penghapusan utang usaha untuk debitur kecil, yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 350.000.000).

11

12/11/2013

Aspek Perpajakan :

Piutang

Cadangan Piutang

Piutang
Aspek Perpajakan : Dalam hal terdapat hubungan istimewa, Dirjen Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya PKP bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Untuk Piutang yang berasal dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam UU PPh, harus dilaporkan dalam akun terpisah dalam Neraca wajib pajak. Menurut UU PPh (Pasal 18 ayat 4), hubungan istimewa terjadi apabila : Terdapat kepemilikan atau penyertaan modal, langsung atau tidak langsung paling rendah 25% Adanya penguasaan melalu manajemen atau penggunaan teknologi Adanya hubungan keluarga

12

12/11/2013

Persediaan
Persediaan: Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pembelian kerja
(SAK) Barang Dagangan/ Barang Jadi Barang dalam proses/Work in process

Persediaan

Bahan Baku

Persediaan
Kapan kepemilikan berpindah???

FOB Destination FOB Shipping Point

13

12/11/2013

Sistem pencatatan persediaan: v Sistem periodik v Sistem perpetual Metode penilaian persediaan: v Specific identification method v Cost flow method (FIFO, LIFO, Average-cost) v Methods of estimating inventories (Gross profit method dan retail inventory method )

Persediaan
Pasal 10 ayat 6 UU PPh; Persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan Sistem pencatatan persediaan harus dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas. Dapat menggunakan sistem perpetual ataupun sistem periodik, atau sistem lainnya yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yang tidak berdasarkan penaksiran atau perkiraan. Metode penilaian persediaan yang diperkenankan : FIFO atau Average-cost.

14

12/11/2013

Beban Dibayar di Muka


Beban dibayar di muka (prepaid expenses): Biaya yang dapat habis terpakai seiring berjalannya waktu (contohnya biaya sewa dan asuransi) atau melalui pemakaian (contohnya perlengkapan/supplies), yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan dicatat sebagai aktiva. Pembebanan biaya melalui alokasi berdasarkan waktu atau jumlah terpakai yang sebenarnya. (Kieso, 2012)

Beban Dibayar di Muka


Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf b UU PPh: Untuk pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi

Tidak terdapat perbedaan antara aturan pajak dan standar akuntansi keuangan dalam hal pengakuan biaya yang harus dibebankan atas akun Beban dibayar di muka.

15

12/11/2013

Pajak Dibayar di Muka


Pajak dibayar dimuka merupakan pembayaran pajak yang dilakukan melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak lain serta pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh WP, yang dapat diperhitungkan dengan PPh terutang untuk satu tahun pajak atau Pajak Keluaran (PPN). Pembayaran pajak di muka diakui sebagai aset bagi WP. (Agoes & Trisnawati, 2013)

Dibayar sendiri

PPh Pasal 25

Melalui Pemotongan/ Pemungutan Pihak Lain

PPh Pasal 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 24 PPh Pasal 26 PPh Pasal 4 ayat 2/Pasal 15 PPN (PM)

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

16

12/11/2013

Aktiva Tetap
Aktiva Tetap: SAK (2009) : aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administrasi dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode Kieso (2012) : sumber daya yang memiliki bentuk fisik, baik ukuran maupun bentuk, yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha, dan tidak ditujukan untuk dijual kepada konsumen, yang diharapkan untuk dapat digunakan oleh perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

Nilai Perolehan Aktiva Tetap


Perolehan melalui pembelian (jual beli): SAK : Harga Beli + Biaya Pembelian (Tranportasi, asuransi, dsb) UU PPh: dalam hal transaksi jual beli tidak dipengaruhi hubungan istimewa, adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima

17

12/11/2013

Nilai Perolehan Aktiva Tetap


Perolehan melalui pertukaran SAK : biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau nilai wajar aktiva yang diterima atau aktiva yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aktiva yang diserahkan UU PPh: jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar

Nilai Perolehan Aktiva Tetap


Perolehan dengan membangun sendiri: SAK : nilai perolehan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembangunan aktiva itu hingga siap digunakan, termasuk biaya overhead (indirect cost) dan biaya bunga pinjaman selama periode pembangunan. Selisih negatif antara biaya membangun sendiri dengan biaya membangun melalui pihak independen (nilai pasar) dapat dianggap sebagai kerugian pada periode yang bersangkutan. UU PPh : mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka pembangunan aktiva, termasuk biaya overhead dan biaya bunga pinjaman selama periode pembangunan. Selisih negatif antara biaya pembangunan dengan nilai pasar tidak dapat dianggap sebagai kerugian pada periode yang bersangkutan.

18

12/11/2013

Nilai Perolehan Aktiva Tetap

Perolehan melalui hibah/bantuan/ pemberian SAK : harga pasar UU PPh : apabila memenuhi ketentuan pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b UU PPh, adalah nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dan dalam hal tidak memenuhi syarat yang diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf a, adalah nilai pasar dari aktiva tersebut.

Perolehan Aktiva Tetap Melalui SGU


Jenis SGU: Sewa pembiayaan (Finance Lease) Sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilik aktiva, Ciri-cirinya berdasarkan SAK: v Kepemilikan aktiva beralih kepada lessee pada akhir masa sewa v Lessee mempunyai opsi untuk membeli aktiva pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi v Masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aktiva sewaan v Pembayaran sewa minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aktiva sewaan v Aktiva sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material Ciri-cirinya berdasarkan peraturan pajak: v Jumlah pembayaran sewa selama periode sewa pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor v Masa sewa ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal gol 1, 3 tahun untuk gol II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan v Terdapat hak opsi dalam perjanjian sewa bagi lessee

19

12/11/2013

Perolehan Aktiva Tetap Melalui SGU


Jenis SGU: Sewa pembiayaan (Finance Lease). (lanjutan) SAK: Lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban sewa pembiayaan dalam neraca sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa ditambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada akhir masa sewa. UU PPh: Lessee akan mencatat nilai aktiva sewaan sebagai dasar penyusutan apabila opsi digunakan pada akhir masa sewa, sebesar nilai sisa aktiva yang bersangkutan. Sewa operasi (operating lease) Sewa yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aktiva, dengan kata lain, dalam perjanjian sewa tidak terdapat opsi kepemilikan bagi lessee. Tidak ada pencatatan nilai perolehan aktiva oleh lessee.

SGU DENGAN HAK OPSI


PSAK: Terdapat pencatatan aktiva pada saat awal SGU oleh Lessee (PV Leasing), sedangkan Lessor mencatat Penanaman Neto Sewa sebesar jumlah piutang sewa ditambah nilai residu dikurangi pendapatan sewa yang belum diakui (selisih antra piutang sewa+nilai residu dengan harga perolehan aktiva yang di SGU-kan) dan simpanan jaminan Pendapatan sewa yang belum diakui, dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan Lessee melakukan penyusutan atas aktiva yang disewa, sedangkan Lessor tidak melakukan penyusutan atas aktiva yang disewakan. Lessee membebankan biaya penyusutan dan biaya bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan dalam setiap periode akuntansi.

20

12/11/2013

SGU DENGAN HAK OPSI


UU Pajak: Lessee dan Lessor tidak boleh membebankan biaya penyusutan atas aktiva yang di SGU-kan Lessee akan melakukan penyusutan setelah masa SGU berakhir Lessee membebankan biaya angsuran pokok sewa dan biaya bunga dalam menghitung laba fiskal Objek PPh bagi Lessor adalah sebagian pembayaran sewa yang merupakan imbalan jasa SGU (seluruh pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok), dengan menggunakan tarif pasal 17 UU PPh Pembayaran angsuran SGU dengan hak opsi dikecualikan dari pemungutan PPN (apabila merupakan capital lease) dan pemotongan PPh Pasal 23 Lessor diperkenankan untuk membentuk cadangan piutang tak tertagih yang dapat dibebankan sebagai biaya fiskal

Pembebanan Biaya atas Perolehan Aktiva Tetap

Baik SAK dan UU PPh mengatur bahwa pembebanan biaya atas perolehan aktiva tetap harus dilakukan melalui penyusutan.

Penyusutan Metode pengalokasian biaya Merupakan proses akuntansi yang mengalokasikan biaya perolehan aktiva tetap secara sistematis dan rasional dalam jangka waktu yang diharapkan, dimana dapat diperoleh manfaat dari penggunaan aktiva tersebut. (Kieso, 2013)

21

12/11/2013

Metode Penyusutan
SAK/AkuntansiKeuangan: v Berdasarkan Penggunaan/Aktivitas; metode jam-jasa, metode jumlah satuan produksi v Berdasarkan waktu; metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlahangka tahun v Berdasarkan kriteria lain; metode berdasarkan jenis dan kelompok

UU PPh: Berdasarkan Pasal 11 UU PPh, metode penyusutan yang diperkenankan hanya metode garis lurus (untuk aktiva tetap berupa bangunan maupun bukan bangunan) dan metode saldo menurun (hanya untuk aktiva tetap berupa bukan bangunan), sedangkan metode penyusutan lainnya tidak boleh digunakan untuk membebankan biaya perolehan aktiva tetap untuk menghitung PPh terutang.

TATA CARA PENYUSUTAN FISKAL

Dilakukan secara taat asas

Dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan Menggunakan masa manfaat dan tarif penyusutan yang telah ditetapkan dalam pasal 11 UU PPh, tanpa memperhitungkan nilai residu pada akhir masa manfaat Penyusutan hanya dapat dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dengan masa manfaat lebih dari 1 tahun, kecuali tanah, yang digunakan untuk 3M

22

12/11/2013

MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN FISKAL

Aspek Perpajakan Lainnya Sehubungan dengan Aktiva Tetap

Transaksi Jual-Beli: PPN? PPh?

Transaksi Tukar Menukar: PPN? PPh?

Pengalihan karena hibah/bantuan: PPN? PPh?

23

12/11/2013

Aktiva Tak Berwujud


SAK: Aktiva Tak Berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Contohnya, hak paten, hak cipta, goodwill, waralaba, dan lain-lain

Entitas dapat mengakui aktiva tak berwujud, apabila : Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aktiva tersebut Biaya perolehan atau nilai aktiva tersebut dapat diukur dengan andal

AMORTISASI FISKAL
Pengeluaran/biaya 3M untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya (seperti biaya perpanjangan HGB/HGU) yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan melalui amortisasi selama masa manfaatnya

Biaya pendirian dan biaya perluasan modal dapat dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi Biaya sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi

24

12/11/2013

METODE AMORTISASI FISKAL

Garis Lurus (GL)

Saldo Menurun (SM)

Unit Produksi

Semua jenis harta tak berwujud/pengeluaran lainnya kecuali hak dan pengeluaran lain di bidang pengelolaan sumber alam

Hanya untuk pengeluaran yang berkaitan dengan hak penambangan/pengusahaan sumber alam

MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI FISKAL

25

12/11/2013

Aspek Perpajakan atas Investasi Jangka Panjang Pada Sekuritas Tertentu

Investasi Pada Sekuritas

Sekuritas: Equity Security; sekuritas yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (seperti waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan Debt Security; sekuritas yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan sekuritas (SAK)

26

12/11/2013

Investasi Saham-Pada Entitas Asosiasi

Entitas Asosiasi; Suatu entitas, termasuk entitas bukan PT seperti persekutuan dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian dalam Joint venture (SAK)

Pengaruh Signifikan; Memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan dalam kegiatan entitas asosiasi, tetapi tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Kepemilikan saham 20% sampai dengan < 50% , kecuali dapat dibuktikan bahwa kepemilikan tersebut tidak mempunyai pengaruh signifikan

Investasi Saham-Pada Entitas Asosiasi (Pengukuran dan Pengungkapan)


Pengukuran investasi saham pada entitas asosiasi dilakukan dengan menggunakan equity method, pengungkapannya diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar (longterm)

Equity Method: Metode akuntansi di mana investasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan; Ditambah/dikurangi untuk mengakui bagian laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan Distribusi dari investee mengurangi nilai tercatat investasi

27

12/11/2013

Investasi Saham-Pada Entitas Anak

Entitas Anak (Subsidiary ): Suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi seperti persekutuan, yang dikendalikan oleh entitas lain (yang dikenal sebagai entitas induk/parent)

Perlakuan secara akuntansi: Pengendalian diperoleh melalui kepemilikan saham lebih dari 50% pada entitas anak Menyusun laporan keuangan konsolidasi, yang menggabungkan pos-pos laporan keuangan dari entitas induk dan entitas anak, sehingga menjadi suatu entitas ekonomi tunggal Entitas induk hanya dapat membuat laporan keuangan tersendiri sebagai informasi tambahan dari laporan keuangan konsolidasi, dan pengukuran investasi pada entitas anak dilakukan dengan menggunakan equity method dan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar (long-term). Di dalam laporan keuangan konsolidasi, transaksi resiprokal antara entitas induk dan entitas anak harus dieliminasi

Investasi Saham-Pada Entitas Asosiasi/Anak

Aspek Perpajakan : Metode pembukuan dilakukan berdasarkan PSAK investasi saham dinilai berdasarkan harga perolehannya Pendapatan dividen (pembagian saldo laba) yang diterima oleh badan usaha berbentuk PT/Koperasi/BUMN(D), dari badan pasangan usahanya yang didirikan dan berada di Indonesia, dimana penyertaan modalnya paling rendah 25%, bukan merupakan objek PPh Penjualan saham melalui bursa efek dikenakan PPh Final sebesar 0,1% dari nilai bruto transaksi Keuntungan penjualan saham yang tidak dilakukan melalui bursa efek di Indonesia dikenakan PPh tidak final dengan menggunakan tarif pasal 17 UU PPh PPh atas penghasilan dan laba entitas induk dan entitas anak dihitung secara terpisah

28

12/11/2013

Investasi Jangka Panjang pada Obligasi


Investasi Jangka Panjang pada obligasi, dimana entitas bertujuan untuk memilikinya sampai dengan jatuh tempo (held-to-maturity secuity), diklasifikasikan sebagai investasi dalam efek utang/obligasi dan disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi premi/diskonto. Premi/diskonto diamortisasi dengan effective-interest method, kecuali strightline-method menunjukkan hasil yang sama.

Investasi Jangka Panjang pada Obligasi (SAK)

Transaksi pembelian obligasi dengan tingkat bunga efektif dapat menimbulkan premi/diskonto Premi/diskonto harus dialokasikan untuk setiap periode akuntansi dengan menggunakan effective-interest method Alokasi nilai premi/diskonto akan mengurangi/menambah pendapatan bunga untuk masing-masing periode akuntansi Selisih harga jual investasi obligasi dengan harga perolehannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian penjualan investasi obligasi

29

12/11/2013

Investasi Jangka Panjang pada Obligasi (UU PPh) Bunga obligasi dengan kupon (Interest bearing debt securities), terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari jumlah bruto bunga Diskonto dari obligasi dengan kupon, terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan Diskonto dari obligasi tanpa kupon, terutang PPh Final sebesar 15%/20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Kerugian penjualan investasi obligasi, termasuk biaya pialang dan biaya lainnya yang terkait dengan penjualan investasi obligasi, tidak dapat dibebankan sebagai biaya

Aspek Perpajakan atas Kewajiban/Hutang & Modal

30

12/11/2013

Kewajiban/Hutang

Kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas (SAK)

Kewajiban Lancar

Kewajiban

Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban Diestimasi

Kewajiban Kewajiban Kontinjensi

31

12/11/2013

Hutang Usaha

Kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian barang/jasa secara kredit, dimana terdapat perbedaan waktu antara saat barang/jasa diterima dengan saat pembayaran. Dalam hal transaksi pembelian dipengaruhi oleh hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU PPh, maka DJP berwenang untuk menentukan kembali nilai hutang dan pembelian Wajib Pajak sesuai dengan transaksi wajar Metode pencatatan dan pelaporan atas hutang usaha dilakukan berdasarkan PSAK, yang dapat dicatat berdasarkan metode bruto atau neto.

Hutang Bank

Hutang bank dapat menimbulkan kewajiban pembayaran bunga bagi debitur Secara SAK maupun fiskal, biaya bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Secara fiskal, apabila terdapat penempatan deposito/tabungan yang dananya langsung atau tidak langsung berasal dari dana pinjaman yang dibebani bunga, maka: Apabila jumlah rata2 pinjaman jumlah rata2 deposito/tabungan, biaya bunga seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya Apabila jumlah rata2 pinjaman > jumlah rata2 deposito/tabungan, biaya bunga yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah biaya bunga atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman dengan jumlah rata-rata deposito/tabungan

32

12/11/2013

Hutang Bank
Biaya bunga pinjaman tetap dapat dibebankan seluruhnya walaupun terdapat penempatan deposito/tabungan yang dananya secara langsung/tidak langsung, jika: Dana pinjaman disimpan dalam bentuk rekening giro Adanya keharusan bagi WP untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito/tabungan Dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito/tabungan tersebut dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah pajak.

Biaya yang Masih Harus Dibayar

Merupakan biaya-biaya yang telah terjadi yang akan dibayar pada kemudian hari Sesuai dengan prinsip akrual, baik SAK maupun fiskal memperkenankan Wajib Pajak untuk melakukan pembebanan biaya yang dilaporkan dalam pos Biaya yang Masih Harus Dibayar Atas pengakuan biaya yang menjadi biaya yang masih harus dibayar, apabila merupakan objek pemungutan/pemotongan PPh, PPh terutang pada saat pembebanan biaya dilakukan

33

12/11/2013

Pendapatan Diterima di Muka

Merupakan pembayaran yang diterima oleh perusahaan atas penjualan barang/jasa, yang diterima sebelum terjadinya transaksi penyerahan barang/jasa . Dilaporkan dalam kelompok kewajiban. Secara fiskal, pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan SAK yang berlaku Berdasarkan UU PPN, pendapatan diterima di muka, telah terutang PPN pada saat pembayaran kas diterima

Hutang Pajak

Merupakan pemungutan pajak yang belum disetorkan oleh perusahaan ke kas negara atau pajak yang telah terutang namun belum dilunasi oleh perusahaan Dapat terbagi menjadi, Hutang pajak yang merupakan pajak yang teruang atas WP sendiri; PPh Pasal 29 Hutang pajak yang merupakan potongan/pungutan pajak dari pihak lain; PPh Pasal 21/22/23/26/4 ayat2/PPN(sebagai Pajak Keluaran)

34

12/11/2013

Pembebasan Hutang (Aspek Perpajakan)

Pembebasan hutang oleh kreditur dianggap sebagai penghasilan bagi debitur, kecuali untuk hutang kepada debitur kecil yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 350 juta, termasuk: Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera Kredit Usaha Tani Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Kredit Usaha Kecil Kredit kecil lainnya dalam rangka mengembangkan usaha kecil dan koperasi

Modal

Modal/ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam entitas, yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada

Modal Saham Tambahan Modal Saham Saldo Laba

Setoran modal bukan merupakan objek PPh bagi Badan Usaha yang menerimanya

35

12/11/2013

Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi rugi-laba periode lalu Saldo laba umumnya dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali terdapat pembatasan saldo laba Secara SAK maupun Fiskal, pembayaran yang bersumber dari saldo laba tidak diperkenankan sebagai biaya untuk tahun buku berikutnya. Setiap pembebanan kepada pos Saldo Laba, yang berkaitan dengan pemegang saham, dapat dianggap sebagai dividen yang merupakan objek PPh, kecuali yang diatur dalam pasal 4 ayat 1 huruf f dan huruf i UU PPh

Aspek Perpajakan atas Penghasilan

36

12/11/2013

Penghasilan
SAK Penghasilan peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi

Mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal

Pendapatan dan Keuntungan

Penghasilan
UU PPh Penghasilan : tambahan kemampuan ekonomis diterima atau diperoleh wajib pajak berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Dengan nama dan dalam bentuk apapun

37

12/11/2013

Pengukuran Penghasilan

Nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima

Nilai tukar dari barang dan jasa

Cash/Cash Equivalent

Disepakati dalam transaksi

Transaksi wajar tanpa dipengaruhi hubungan istimewa

Pengakuan Penghasilan

Realized

Realizable

Earned

38

12/11/2013

Prinsip Umum Pengakuan Penghasilan (Akuntansi Keuangan)

(Kieso, 2013)

Pengecualian Terhadap Prinsip Umum Pengakuan Penghasilan (Akuntansi Keuangan)

1 2

Diakui pada saat selesainya proses produksi Diakui secara proporsional selama tahap produksi Diakui pada saat pembayaran diterima Diakui setelah consignee melakukan penjualan (dan melaporkan hasil penjualan)

3 4

39

12/11/2013

Saat diperoleh Pengakuan PenghasilanUU PPh Saat diterima

Metode Akrual

Metode Kas

Objek PPh

Penghasilan

Tambahan kemampuan ekonomis dengan nama dan dalam bentuk apapun

Pekerjaan

Usaha/Kegiatan

Modal/Harta

Lain-Lain

40

12/11/2013

Imbalan dari pekerjaan/jasa

Laba Usaha, Keuntungan penjualan harta

Bunga, diskonto/ premium

Penghasilan

Tambahan kekayaan neto

Imbalan bunga pajak

Termasuk Pengertian Dividen (UU PPh)


Pembagian laba baik langsung/tidak langsung Pembayaran kembali karena likuidasi > jumlah modal disetor Saham bonus tanpa penyetoran Pembelian kembali saham oleh perseroan, nilainya > jumlah setoran saham Pembagian laba dalam bentuk saham Pencatatan tambahan modal tanpa penyetoran Bagian laba sehubungan dengan kepemilikan obligasi Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis Pembagian SHU kepada anggota koperasi Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham

41

12/11/2013

Non Objek PPh


Bantuan/Sumbangan, termasuk zakat, harta hibahan Warisan Setoran Modal

Penggantian/Imbalan dalam bentuk natura sehubungan dengan pekerjaan/jasa dari WP/Pemerintah Penggantian/klaim asuransi kesehatan/kecelakaan/jiwa/dwiguna/beasiswa kpd OP Dividen/Bagian Laba yang diterima/diperoleh PT (WPDN), koperasi, BUMN/D Iuran yang diterima dana pensiun, termasuk penghasilan dari investasi pada bidang tertentu

Non Objek PPh


Bagian laba yang diterima/diperoleh anggota dari CV, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, kontrak investasi kolektif Penghasilan perusahaan modal ventura dari badan pasangan usaha di Indonesia Beasiswa Sisa lebih dari badan/lembaga nirlaba dalam bidang pendidikan/penelitian Bantuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu

42

12/11/2013

Penghasilan yang dikenakan PPh Final

Karakteristik : Penghasilan yang dikenakan PPh Final, tidak digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final), dalam penghitungan PPh terutang dengan tarif pasal 17 Biaya untuk memperoleh penghasilan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya PPh Final yang dipotong oleh pihak ketiga tidak dapat menjadi kredit
pajak

PPh Final

PPh Pasal 21 atas pesangon/honorarium yang diterima oleh PNS PPh Pasal 22 atas penjualan BBM/BBG/Pelumas PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito/tabungan(tarif PPh; 20%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas transaksi saham di Bursa Efek (tarif PPh; 0,1%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas Hadiah Undian (tarif PPh; 20%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas Pengalihan Hak atas tanah/bangunan (tarif PPh; 5%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas Persewaan tanah/bangunan (tarif PPh; 10%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas Bunga/Diskonto Obligasi (tarif PPh; 15%) PPh Pasal 4 ayat 2 atas Dividen yang diterima WP OP (tarif PPh; 10%) PPh Pasal 15 bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (tarif PPh; 1,2%) PPh Pasal 15 bagi Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN (tarif PPh; 2,64%) PPh Pasal 15 bagi Perwakilan Dagang Asing di Indonesia (tarif PPh; 0,44%) PPh Final atas selisih lebih nilai aktiva karena revaluasi aktiva (tarif PPh; 10%)

43

12/11/2013

Aspek Perpajakan atas Biaya/Beban

Definisi Biaya
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk kerugian ataupun biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan (SAK)

44

12/11/2013

Capital expenditure: Setiap pengeluaran yang memberi manfaat lebih dari satu periode dan dibukukan/dicatat sebagai aktiva

Biaya/Beban
Revenue expenditure: Setiap pengeluaran yang dapat memberi manfaat hanya satu periode yang bersangkutan dan dibukukan/dicatat sebagai beban

(Gunadi, 1997)

Pengakuan Beban
Stelsel kas, diakui pada saat pembayaran Stelsel akrual, diakui pada saat terutang/terjadi, berkaitan dengan Matching Concept (hubungan biaya dan penghasilan yang diterima/diperoleh); Sebab-akibat (Kausalitas) Alokasi sistematis dan rasional Pengakuan segera

45

12/11/2013

Biaya/Beban yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan (UU PPh)


Biaya 3 M Biaya penyusutan/amortisasi (Pasal 11/11A UU PPh) Iuran kepada dana pensiun Kerugian karena penjualan/pengalihan harta untuk 3M Kerugian kurs valas Biaya penelitian/pengembangan perusahaan di Indonesia Biaya Beasiswa, Magang dan Pelatihan Piutang yang tidak dapat ditagih Sumbangan bencana nasional/ penelitian dan pengembangan/ infrastruktur sosial/ pembinaan olahraga/ fasilitas pendidikan di Indoensia

Persyaratan Utama Pembebanan Biaya Secara Fiskal

Beban/biaya bukan termasuk pengeluaran yang secara eksplisit tidak diperkenankan untuk dikurangkan oleh ketentuan perpajakan Beban/biaya berkaitan dengan kegiatan 3M Bukan beban/biaya untuk keperluan pribadi Bukan merupakan pengeluaran kapital Jumlah biaya wajar

46

12/11/2013

Biaya yang Tidak Dapat Dibebankan Secara Fiskal


Pembagian Laba/Dividen Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham/sekutu/anggota Dana/Biaya Cadangan Premi asuransi kesehatan/ kecelakaan/ jiwa/ dwiguna/ beasiswa Jmlh yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kpd pemegang saham/pihak yang mempunyai hubungan istimewa Harta yang dihibahkan/bantuan/sumbangan Pajak Penghasilan

Biaya yang Tidak Dapat Dibebankan Secara Fiskal


Biaya utk kepentingan pribadi WP/tanggungannya Gaji kepada anggota CV (tdk terdiri atas saham), Fa, Persekutuan Sanksi adm./pidana perpajakan Biaya sehubungan dgn penghasilan yang menjadi objek PPh Final/ bukan objek PPh Biaya sehubungan dgn penghasilan yg DPP PPh-nya dihitung dgn menggunakan norma penghitungan ph neto Biaya penyusutan kendaraan jenis sedan/sejenisnya yang dibawa pulang oleh karyawan/telepon/pulsa telepon (50%) Imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa dalam bentuk naturan/kenikmatan Biaya entertainment/promosi yang tidak ada daftar nominatif dalam lampiran SPT Tahunan PPh

47

12/11/2013

Kerugian fiskal dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun
(Pasal 6 ayat 2 UU PPh)

Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan

48

12/11/2013

LATAR BELAKANG REKONSILIASI FISKAL

Laba/RugiLaporan Keuangan Rekonsiliasi

PSAK

Laba/Rugi-PPh Terutang-SPT

UU Pajak

REKONSILIASI FISKAL

Penyesuaian berupa koreksi yang dilakukan terhadap nilai laba akuntansi yang berbeda dengan ketentuan perpajakan sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya nilai PPh Terutang

Laba Akuntansi Keuangan

Koreksi Fiskal

Laba Fiskal

Pajak Kini

49

12/11/2013

Pajak Kini
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan kena pajak pada satu periode

Penghasilan Kena Pajak merupakan laba/ rugi secara akuntansi yang disesuaikan dengan koreksi fiskal berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan.

Koreksi Fiskal

Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Beda Waktu

Beda Tetap

Pajak Tangguhan

50

12/11/2013

Pajak Tangguhan
Timbul karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara akuntansi dan peraturan fiskal, dimana akibat perbedaan waktu tersebut, terdapat harapan pembayaran pajak yang lebih besar/lebih kecil di masa datang.

Timbul dari Koreksi Negatif

Beban Pajak Tangguhan

Kewajiban Pajak Tangguhan

Pajak Tangguhan

Manfaat Pajak Tangguhan

Aktiva Pajak Tangguhan

Timbul dari Koreksi Positif

51

12/11/2013

Penghitungan Pajak Tangguhan

Perbedaan Temporer (Rekonsiliasi Fiskal)

Income Statement (Expenses/Income)

Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Dikalikan Tarif PPh Neraca (Asset/Liability) Deffered Tax Asset

Dikalikan Tarif PPh

Deffered Tax Liability

Net Deffered Tax

Penyajian Pajak Tangguhan

Laba Sebelum PPh PPh : Pajak Kini Pajak Tangguhan Total PPh Laba Setelah PPh

xxxx

xxxx xxxx (xxxx) xxxx

52

12/11/2013

Penghitungan PPh Terutang

PPh Terutang = PKP x tarif pasal 17 PPh Terutang = Penghasilan Netto x tarif pasal 17 [WP OP {Penghasilan Netto PTKP} x tarif pasal 17]

Untuk keperluan penghitungan PPh terutang, nilai PKP dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh

Penghitungan PPh Terutang

Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang=Tarif pasal 17 x PKP = Kredit Pajak PPh Kurang/Lebih Bayar/ Nihil

Rp xxxx Rp xxxx (Rp xxxx) Rp xxxx

53

12/11/2013

Kredit Pajak PPh

Pembayaran Sendiri

Melalui Pemotongan/Pemu ngutan Pihak Ketiga

PPh Pasal 25

PPh Pasal 21/22/23/24/26

Contoh Penghitungan Pajak Kini


PT ABC pada tahun pajak 2009 mempunyai data sebagai berikut : Laba bersih sebelum pajak berdasarkan akuntansi adalah sebesar Rp 600.000.000, dari peredaran bruto sebesar 60 Miliar. Bunga deposito sebesar Rp 50.000.000 Biaya entertainment tanpa daftar nominatif sebesar Rp 20.000.000 Penyusutan aktiva tetap secara akuntansi lebih kecil 10.000.000 dibandingkan penyusutan secara fiskal.
Rekonsiliasi Fiskal : Laba Bersih Akuntansi sebelum PPh Beda Waktu -/- Penyusutan Beda Tetap +/+ Biaya Entertainment -/- Bunga Deposito Laba Fiskal PPh Terutang : 28% x Rp 560.000.000 600,000,000 (10,000,000)

20,000,000 (50,000,000) 560,000,000

156,800,000

54

12/11/2013

Laba Sebelum Pajak Koreksi Beda Tetap : +/+ biaya entertainment -/- biaya deposito Koreksi Beda Waktu -/- biaya penyusutan Laba Kena Pajak PPh Terutang : 28% x Rp 560.000.000 Pajak Kini Pajak Tangguhan (Biaya) =28% x Rp10.000.000 Total Beban Pajak Laba Setelah Pajak

600,000,000

20,000,000 (50,000,000)

(10,000,000) 560,000,000

156,800,000 156,800,000 2,800,000 159,600,000 440,400,000

55

12/11/2013

56

Vous aimerez peut-être aussi