Vous êtes sur la page 1sur 8

Cahyo Budi Utomo 11120014 Review Terhadap Pengendalian manajemen Sistem pengendalian manajemen merupakan system yang digunakan

n untuk mengumpulkan,menganalisis informasi ,mengevaluasi dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan pengendalian. System pengendalian manajemen harus menjamin bahwa perusahaan telah menjalankan strateginya secara efektif dan efisien. Karakteristik system pengendalian manajemen yang baik 1. Pernyataan tujuan perusahaan

Pernyataan tujuan memberikan arah kepada komponen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya karena dengan pernyataan tujuan dan didukung dengan sosialisasi yang memadai akan membantu setiap komponen dalam perusahaan,tidak hanya mampu menjalankan segala aktivitas tetapi juga memahami untuk apa mereka menjalankan aktivitas tersebut,apa manfaat bagi perusahaan dan bagimana seharusnya menjalankan aktivitas tersebut sehingga dapat lebih optimal mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

2.

Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan

Rencana perusahaan merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan,disusun untuk mencapai sasaran perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek yang diikuti dengan penentuan trategi untuk mengimplementasikannya. Penyusunan rencana harus diawali dengan adanya identifikasi terhadap ketersediaan sumber daya,berbagai hambatan internal,peluang yang yang mungkin dicapai,dan berbagai hambatan external yang mu gkin dihadapi.selain realistis rencana juga harus memuat tentang keinginan perbaikan secara terus menerus yang harus dilakukan.

3. Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung jawab yang dipikul dan adanya pemisahan fungsi yang memadai. Perencanaan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan harus didukung oleh ketersediaan SDM yang memadai dalam merealisasikan rencana tersebut. keberadaan SDM menjadi sangat penting karena semua wewenang dan tanggung jawab berhubungan denga keberadaan keberadaan SDM tersebut.Kapasitas SDM yang harus tersedia dipengaruhi oleh dua hal penting yaitu kualitas dan kuantitas. 4. System pembuatan kebijakan dan praktek yang sehat pada masing-masing unit organisasi

Berbagai kebijakan dibuat untuk mendukung praktik yang sehat dalam suatu perusahaan,sehingga perumusan kebijakan harus memerhatikan kepentingan pihak yang ada dalam perusahaan itu.untuk mendukung praktik yag sehat,berbagai kebijakan yang dibuat oleh perusahaan harus di komunikasikan pada seluruh pihak yang berkepentingan agar terjadi komunikasi timbale balik anatr kedua kelompok yang utama yaitu pihak karyawan dan pihak perusahaan yang diwakili oleh manajemen (direksi)

5. System penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk memperoleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktek yang sehat untuk dilaksanakan dengan baik. System review merupakan suatu bentuk pengendalian terhadap proses yang berlangsung,dengan cara melakukan review terhadap berbagai aktivitas kegiatan yang dilakukan.

Cahyo Budi Utomo 11120014 Dalam system review yang baik,pelaksanaan supervise harus dilakukan secara memadai,supervisor harus mampu mengarahkan pelaksanaan prosedur berjalan secara ekonomis,efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan. Auditor harus melakukan audit terhadap semua rencana yangdibuat berdasarkan aktivitas yang akan dilakukan. Auditor juga harus menelusuri semua metode yang digunakan oleh manajemen dalam membandingkan pelaksanaan aktivitas yang sesungguhnya dengan rencana yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Elemen system rivew dalam pengendalian manajemen terbagi menjadi dua fungsi v pelaporan internal v fungsi audit internal. Kesimpulan hasil review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen dapat memberikan gambaran kepada auditor tentang: 1. Keandalan system pengendalian manajemen perusahaan dalam memandu operasional yang berlangsung pada perusahaan tersebut dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dokumnetasi,pengukuran dan penilaian terhadap aktivitas yang dilaksanakan. 2. Apakah tersedia cukup bukti yang dibutuhkan dalam pengembangan tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya,sehingga dapat dipergunakan sebagai tujuan audit selanjutnya,tapi jika tersedia cukup bukti pengembangan tujuan audit sementara tidak dilanjutkan. 3. mengetahui Langkah kerja yang dilaksanakan selanjutnya untuk memudahkan program kerja audit lanjutan guna

a. Apakah ruang lingkup kegiatan audit telah ditetapkan dengan jelas dan pekerja audit internal perusahaan telah memenuhi syarat kompetensi,dapat diandalkan dan tepat waktu. b. Menentukan tujuan audit bersama penanggung jawab mengenai audit lanjutan

Tujuh langkah yang dilakukan auditor dalam melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen perusahaan yaitu a. Menetapkan tingkat penting dan pekanya hal-hal pokok dari aktivias yang diaudit.

b. Menilai tingkat kerentanan aktivitas tersebut terhadap penyalahgunaan sumberdaya,kegagalan pencapaian sasaran dan ketidaktaatan terhadap ketentuan,peraturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan. c. d. e. f. g. Mengidentifikasi dan memahami pengendalian manajemen yang relevan Menetapkan apa yang sudah diketahui tentang efektivitas pengendalian Menilai kecukupan design pengendalian Menetapkan melalui pengujian apakah apakah pengendalian yang ada sudah cukup efektif Melaporkan hasil penilaian manajemen dan mendiskusikan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Audit Lanjutan

Cahyo Budi Utomo 11120014 Tujuan memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung tujuan audit yang sesungguhnya,yang telah ditetapkan berdasarkan hasil review dan pengujian pengendalian manajemen. Auditor harus dapat menyusun suatu kesimpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima oleh objek audit. Langkah-langkah audit pada tahap ini meliputi 1. Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang diperlukan.

Menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dalam menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Data yang telah diperoleh memungkinkan didapatkan dari luar perusahaan yang memiliki relevansi dengan kegiatan yang sedang diaudit. 2. Memperoleh bukti-bukti relevan,material dan kompeten.

Bukti dari sudut pandang auditor adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Dalam proses audit,audior harus dapat menganalisis dan menentukan fakta dan informasi yang relevan,andal dan berkaitan dengan tujuan audit. Tujuan dalam perolehan bukti adalah untuk menentukan 1. Criteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima.

2. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang,merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan bagi kegiatan yang diaudit. 3. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan antara kondisi dengan kriteria yang yang telah ditetapkan. Criteria yang harus ada dalam bukti yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan kesimpulan audit: a. b. c. d. Relevan Material Kompeten Cukup : Berhubungan dengan aktivitas yang sedang diaudit : Cukup berarti dalam mempengaruhi kesimpulan yang dibuat : Diperoleh dari sumber independen dan dapat dipercaya : Memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan

3. Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan mengelompokannya kedalam kelompok criteria,penyebab dan akibat Bukti yang telah diperoleh dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokan sesuai dengan elemen tujuan audit yang meliputi : criteria,penyebab, dan akibat. Bukti yang termasuk dalam criteria adalah keseluruha temuan audit yang berkaitan dengan norma /standar yang ditetapkan oleh perusahaan,yang merupakan dasar perusahaan menjalankan aktivitasnya. Bukti yang termasuk dalam kelompok penyebab biasanya berupa tindakan menyimpang atau tindakan positif yang tidak dilakukan yang menjadi sumber ketidakekonomisan,ketidakefisienan operasi dan ketidakefisian pencapaian tujuan. Auditor dapat pula menemukan penyebab yang bersifat positif yang menjadi sumber keekonomisan,keefesienan dan keefektifisian pencapaian tujuan. Bukti yang ditemukan dapat dipahami sebagai dampak dari permasalahan yang terjadi pada objek audit.

Cahyo Budi Utomo 11120014

4.

Pengembangan Temuan dalam Audit Lanjutan

Pengembangan temuan adalah pengumpulan dan sintesa informasi khusus yang bersangkutan dengan program maupun aktivitas yang diaudit,dievaluasi dan dianalisis karena diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan. Melalui pengembangan temuan akan diketahui secara lebih jelas tentang adanya penyimpangan yang terjadi,penyebab terjadinya penyimpangan dan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan temuan a. Pengembangan harus ditekankan pada situasi dan kondisi pada saat program tersebut berlangsung bukan pada saat program tersebut diaudit. b. Pengembangan atas kompleksitas dan besarnya sumberdaya yang terlibat dalam program/aktivitas yang diaudit. c. Audit harus secara jujur dan objektif berdasarkan pertimbangan profesionalismenya melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang diperoleh pada saat audit dan pengungkapan kelemahan yang terjadi secara tidak logis. d. Pengembangan temuan harus dilakukan secara luas dan teliti sehingga bisa menjadi dasar dari pembuatan kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan tepat pada pihak yang diaudit. Apabila auditor menemukan kelemahan yang penting pada program aktivitas yang diaudit maka auditor harus segera menyusun rencana pengembangan semua aspek yang berhubungan dengan masalah tersebut. langkah dalam pengembangan temuan a. Mengenali batas-batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam program/aktivitas yang diaudit b. Memahami secra seksama sebab-sebab terjadinya kelemahan pada program/aktivitas yang diaudit

c. Menentukan apakah kelemahan itu merupakan kelemahan tersendiri maupun kelemahan yang tersebar luas pada berbagai program/aktivitas lain d. e. Menentukan akibat/arti penting dari kelemahan tersebut Menentukan rekomendasi atatu saran-saran untuk perbaikan.

5.

Perubahan Luas dan Arah Pengembangan Temuan

Informasi yang diperoleh selama pengembangan temuan mungkin mengarah pada perlunya melakukan perubahan arah terhadap audit yang telah terencana atau perlu dilakukannya perluasan atau pengurangan ruang lingkup audit. Auditor harus mengawasi secara seksama terhadap perkembangan hal-hal yang mungkin merupakan temuan dan Auditor akan segera mengambil keputusan tentang wujud kegiatan selanjutnya. Pengembangan temuan harus dilanjutkan terus selama temuan tersebut diyakini memberikan informasi yang mendukung keakuratan kesimpulan audit, namun jika temuan yang diperoleh tidak memberikan informasi yang mendukung keakuratan kesimpulan audit (tidak begitu penting dan hanya sedikit informasi yang bisa didapatkan) maka auditnya harus dihentika. 4

Cahyo Budi Utomo 11120014 Perubahan lain yang mungkin terjadi dalam pengembangan temuan menyangkut perlunya pengembangkan informasi pada semua lokasi yang dipilih pada saat perencanaan audit.

Definisi Kertas Kerja SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: kertas kerja adalah catatan catatn yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.

Isi Kertas Kerja Kertas Kerja biasanya berisi dokumentai yang memperlihatkan: 1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik. 2) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan. 3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk: 1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan. Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai. 1. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya. Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihakpihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya. 1. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit. Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. 5

Cahyo Budi Utomo 11120014 Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja. 1. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya. Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM KERTAS KERJA SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya. Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien.

Hal-hal yang ank membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain adalah :

Jika klien tersebut menginginkannya,. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana). Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesame akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH AUDITOR DALAM PEMBUATAN KERTAS KERJA YANG BAIK Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima ank e yang harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini: 1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti: 6

Cahyo Budi Utomo 11120014 a) b) Berisi semua informasi yang pokok. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. 1. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan. 2. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja. 3. Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan. 4. Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-reviewhasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari kertas kerja tersebut TIPE KERTAS KERJA Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini : 1. Program audit (audit program) 2. Working trial balance 3. Ringkasan jurnal adjustment 4. Skedul utama (lead schedule atau top schedule) 5. Skedul pendukung (supporting schedule) PROGRAM KERJA AUDIT Manfaat dari penyusunan program kerja audit antara lain : 1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bias dikomunikasikan kepada setiap tim audit. 2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan supervisornya. 3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan 4. Dapat membnatu para auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan mereka dengan ruang lingkup, tujuan serta langkah langkah kegiatan audit. 5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telah dikerjakan sebelumnya. 6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor. Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok yaitu : a. Informasi Pendahuluan b. Pernyataan tujuan audit c. Instruksi-instruksi khusus d. Langkah-langkah kerja Ketentuan dalam penyusunan program kerja audit: Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan memungkinkan untuk dapat dicapai Setiap langkah pemeriksaan harus merinci prosedur audit yang harus dilakukan Setiap langkah pemeriksaan harus berbentuk instruksi-instruksi mengenai pekerjaan yang harus dilakukan Program audit harus menggambarkan ututan prioritas langkah-langkah pemeriksaan yang dilaksanakan Program audit harus fleksibel namun setiap perubahan harus dengan persetujuan supervisor 7

Cahyo Budi Utomo 11120014 Program audit harus berisi informasi yang perlu untuk dapat dilaksanakan dan dievaluasi secara tepat Program audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh informasi yang telah ada dalam permanen file, tetapi cukup menunjuk file yang bersangkutan Program audit harus menyertakan taksiran waktu yang diperlukan sesuai Audit Program merupakan kumpulan dari prosedur audit yg akan dijalankan dan dibuat secara tertulis.

Vous aimerez peut-être aussi