Vous êtes sur la page 1sur 4

TINJAUAN TERHADAP FUNGSI INSPEKSI: PEMBENTUKAN SATU MEKANISME AKUNTABILITAS ADB YANG BARU

Ringkasan Eksekutif

Mei 2003

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada Desember 1995, Dewan Direktur Direktur Asian Development Bank/ADB menyetujui dibentuknya satu Fungsi Inspeksi (Inspection Function) sebagai upaya untuk menyediakan satu forum bagi para penerima manfaat proyek untuk mengajukan banding kepada suatu badan independen terkait dengan kepatuhan ADB terhadap kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur operasionalnya di proyek-proyek yang didanai ADB. ADB membentuk Fungsi Inspeksi tersebut dalam konteks semakin meningkatnya perhatian terhadap akuntabilitas, transparansi dan partisipasi publik oleh ADB dan bank-bank pembangunan multilateral (multilateral development banks/MDBs) lainnya. Persetujuan terhadap pembentukan Fungsi Inspeksi ini dirancang untuk melengkapi sistem-sistem audit, supervisi dan evaluasi yang ada yang dimiliki ADB. Pada saat Fungsi Inspeksi ADB disetujui, Dewan Direktur mensyaratkan dilakukannya tinjauan dalam waktu 2 tahun sejak disetujuinya daftar awal para tenaga ahli sebagai anggota panel; tinjauan akan mengkaji operasi-operasi Komite Inspeksi Badan (Board Inspection Committee/BIC) dan prosedur-prosedur inspeksi terkait, serta tinjauan terhadap penerapan Fungsi Inspeksi pada operasi-operasi sektor swasta ADB. Pada 1998, ADB melakukan satu tinjauan terhadap Fungsi Inspeksi namun karena ADB mempunyai pengalaman yang terbatas dalam proses inspeksi, hanya beberapa kesimpulan yang dapat ditarik tentang sistem yang ada. Hingga saat itu hanya ada dua permohonan yang diajukan, keduanya terkait Proyek Pengelolaan Air Limbah Korangi (Korangi Wastewater Management Project) di Pakistan, dan BIC menganggap keduanya tidak memenuhi persyaratan. Dukungan terhadap terwujudnya mekanisme-mekanisme akuntabilitas yang kuat di ADB dan bank-bank pembangunan multilateral lainnya terus berlanjut selama satu dekade terakhir. Pada 2000, para penyandang dana ADB merekomendasikan dibentuknya satu fungsi inspeksi yang lebih kuat dan lebih independen dan bahwa ADB perlu melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek sektor swasta.11 Tinjauan berlanjut dan pada kuartal terakhir 2001, Presiden membentuk satu komite pengarah (untuk mengarahkan pelaksanaan tinjauan) dan sebuah kelompok kerja (untuk melaksanakan tinjauan). Satu proses inspeksi penuh yang pertama, yang berkaitan dengan Proyek Pengelolaan Air Limbah Samut Prakarn (Samut Prakarn Wastewater Management Project) di Thailand, dilakukan dari April 2001 hingga Maret 2002 dan kemudian dari pengalaman itu nampak bahwa proses dan prosedur-prosedur inspeksi yang berlaku terlalu berbelit-belit, membingungkan, dan rumit bagi kebanyakan pemangku kepentingan di dalam dan di luar ADB. Inpeksi penuh pertama tersebut juga memunculkan pertanyaan tentang kemandirian, kredibilitas, transparansi dan penyebaran informasi, serta efektivitas Fungsi Inspeksi. Pada 2002, ADB menugaskan dua konsultan untuk membantu melaksanakan tinjauan terhadap Fungsi Inspeksi serta bertindak sebagai nara sumber selama konsultasi-konsultasi eksternal. Pada tahun 2002 dan awal 2003 ADB melakukan konsultasi internal dan eksternal secara luas. Pada 2002, draf kertas kerja pertama dan kedua dibahas secara mendalam pada konsultasi-konsultasi internal maupun eksternal. Kedua draf tersebut menganalisis isu-isu yang diangkat oleh Fungsi Inspeksi yang berlaku dan menawarkan berbagai pilihan untuk pembentukan mekanisme di masa mendatang. Menyusul berakhirnya konsultasi-konsultasi publik pada Agustus 2002, konsultasi-konsultasi internal berlangsung lagi selama September hingga November 2002, dan, sebagai bagian dari konsultasi-konsultasi internal antara Manajemen dan Dewan Direktur, disusun sebuah kertas kerja awal pada November 2002 untuk mendapatkan
1

ADB. 2000. Seventh Replenishment of the Asian Development Fund, para. 129. Manila.

pandangan Dewan Direktur dalam sebuah seminar informal. Pada Januari 2003, diselenggarakan sebuah seminar Dewan Direktur secara informal dan pada Februari 2003, disusun kertas kerja yang mencerminkan hasil dari konsultasi-konsultasi internal dan eksternal, termasuk berbagai komentar yang disampaikan oleh Dewan Direktur selama seminar informal tersebut. Kertas kerja yang dihasilkan ditayangkan di situs web ADB untuk mendapatkan komentar dari khalayak umum. Komentar-komentar yang masuk juga ditayangkan di situs web ADB dan disampaikan kepada Dewan Direktur sebelum menjadi bahan pertimbangan dalam kertas kerja. Kertas kerja yang ada saat ini sudah memasukkan berbagai komentar Dewan Direktur sebagai pertimbangan. iv Usulan dibentuknya mekanisme akuntabilitas yang baru terdiri dari dua fungsi terpisah namun saling melengkapi. Dua fungsi tersebut adalah (i) satu tahap konsultasi yang terdiri dari satu fasilitator proyek khusus (special project facilitator/SPF) yang akan menanggapi masalah-masalah khusus terkait dengan para penduduk yang terkena dampak dalam proyek-proyek yang dibantu ADB melalui berbagai metode yang informal dan fleksibel; dan (ii) satu tahap tinjauan kepatuhan yang terdiri dari sebuah panel (yaitu panel tinjauan kepatuhan [compliance review panelCRP]) untuk menyelidiki dugaan-dugaan pelanggaran terhadap kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur operasional ADB yang telah menimbulkan, atau mempunyai kemungkinan untuk menimbulkan, dampak materi yang langsung dan merugikan terhadap para penduduk yang terkena dampak proyek. Panel akan membuat rekomendasi-rekomendasi untuk memastikan kepatuhan proyek, termasuk rekomendasi, jika perlu, agar dilakukan perubahan-perubahan perbaikan dalam ruang lingkup atau pelaksanaan proyek. Meskipun Kantor SPF dan Kantor CRP secara fisik dan fungsi berbeda satu sama lain, mereka akan terkait dalam menanggapi pengaduan-pengaduan dari para penduduk yang terkena dampak dan untuk meningkatkan efektivitas pembangunan dan kualitas proyek ADB. Tahap konsultasi akan terdiri dari fasilitator proyek khusus (SPF), yang akan dibantu oleh seorang staf profesional dan dua staf administrasi/nasional. SPF akan melapor secara langsung kepada Presiden. CRP akan terdiri dari tiga anggota, salah satunya akan menjadi ketua. CRP akan dibantu oleh satu kantor CRP, yang berfungsi sebagai sekretariat, serta dua staf profesional, salah satunya juga akan bertindak sebagai sekretaris CRP, serta tiga staf administrasi/nasional. CRP akan melapor langsung kepada Dewan Direktur tentang semua aktivitas mereka, termasuk pemantauan yang dilakukan pasca tinjauan kepatuhan dan hasil-hasilnya, kecuali aktivitas-aktivitas khusus dimana CRP akan melapor kepada Komite Tinjauan Kepatuhan Dewan Direktur (Board Compliance Review Committee/BCRC). Struktur BIC yang ada saat ini akan dibuat seperti BCRC, yang akan mempunyai fungsi pengawasan sebagai berikut: (i) usulan kerangka acuan CRP serta kerangka waktu yang jelas sebelum diluncurkan oleh CRP, dan (ii) tinjauan terhadap draf laporan-laporan CRP tentang pelaksanaan pemantauan terhadap semua tindakan perbaikan yang disetujui oleh Dewan Direktur sebagai hasil tinjauan kepatuhan sebelum laporan-laporan tersebut diselesaikan oleh CRP. BCRC akan terdiri dari para anggota Dewan Direktur yang sama dengan BIC. Selain operasi-operasi sektor publik, mekanisme akuntabilitas ADB yang baru akan berlaku bagi operasi-operasi sektor swasta (pinjaman, jaminan, penyertaan modal sejauh itu mencakup kebijakan-kebijakan operasional dan prosedur-prosedur operasional ADB, atau hibah bantuan teknis). Bagian I dari tulisan ini memberikan informasi tentang Fungsi Inspeksi ADB yang berlaku.

Pengalaman-pengalaman dari mekanisme-mekanisme akuntabilitas dari lembaga-lembaga lain disajikan dalam Lampiran 1 (MDBs) dan Lampiran 2 (lembaga-lembaga lain selain MDBs). Satu rangkuman tentang permohonan inspeksi yang diajukan kepada Fungsi Inspeksi yang berlaku disajikan di Lampiran 3. Bagian II memberikan informasi tentang konsultasi-konsultasi tentang tinjauan terhadap Fungsi Inspeksi ADB. Lampiran 4 memberikan rangkuman tentang konsultasi-konsultasi, termasuk empat pilihan non-eksklusif yang disajikan dalam draf kertas kerja pertama dan kedua. Bagian III menjelaskan usulan dibentuknya satu mekanisme akuntabilitas ADB yang baru dengan dua langkah pendekatannya (konsultasi dan tinjauan kepatuhan), termasuk implikasi sumber daya, tanggal mulai berlaku, dan pengaturan transisi. Lampiran 5 menyajikan pengaturan kelembagaan dalam pembentukan mekanisme akuntabilitas ADB yang baru. Lampiran 6 menjelaskan isu-isu khusus tentang penerapan mekanisme akuntabilitas pada operasi-operasi sektor swasta yang diangkat selama konsultasi-konsultasi. Lampiran 7 memberikan rangkuman tentang cara-cara menanggapi pengaduan dan prosedur penyelesaian sengketa. Lampiran 8 berisi tentang draf daftar isi Manual Pelaksanaan yang disusun kembali. Akhirnya, Bagian IV memberikan satu rekomendasi tentang pembentukan mekanisme akuntabilitas ADB yang baru dan hal-hal terkait.

Vous aimerez peut-être aussi