Vous êtes sur la page 1sur 14

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat

Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas system reproduksi dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN PADA KLIEN EFUSI PLEURA yang merupakan salah satu persyaratan akademik dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha semaksimal mungkin namun kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, dan kami menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis selanjutnya. Kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 2 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penelitian

1 2 3 3 4 4 5 5 5 6 6 7 9 9 10 11 11 13 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.2 Etiologi 2.3 Tanda dan Gejala 2.4 Patofisiologi 2.5 Pemeriksaan diagnostic BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.2 Penyimpangan KDM 3.2 Diagnosa keperawatan 3.3 Rencana Keperawatan BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efusi pleura ganas (EPG) kini telah menjadi suatu permasalahan klinis yang umum terjadi pada penderita kanker. EPG dapat disebabkan oleh hampir semua jenis keganasan, dimana hampir sepertiganya karena kanker paru. Saat ini kanker paru merupakan penyebab terbanyak EPG sebanyak 36% (7,2% dari seluruh kasus efusi) dari seluruh kasus EPG. EPG dapat menimbulkan gejala awal pada kanker yang belum terdiagnosa, atau sebagai komplikasi lebih lanjut pada pasien yang telah didiagnosa mengidap kanker, ataupun sebagai manifestasi pertama kekambuhan kanker sesudah menjalani pengobatan.Bila dijumpai diagnosis EPG berarti menandakan buruknya prognosis.Penderita kanker yang disertai EPG memiliki daya tahan hidup rata-rata kurang dari 6 bulan sejak terdiagnosa sebagai EPG. Oleh karena itu semakin cepat suatu efusi pleura tersebut dapat dibedakan apakah ganas atau jinak tentunya akan sangat membantu dalam menentukan penatalaksanaan yang tepat terhadap penyakit yang mendasarinya dan turut meningkatkan prognosis. Di Indonesia, pemeriksaan CEA cairan pleura untuk menunjang diagnosisEPG karena kanker paru hanya pernah sekali dilakukan di RS.Dr.Sutomo Surabaya oleh Irawan dkk (2002) dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang. Irawan dkk melaporkan bahwa kadar CEA cairan pleura diatas 10 ng/ml sebagai kriteria skrining optimal untuk menentukan EPG karena kanker paru dengansensitivitas 77,8%; 63,6% nilai prediksi positif; 50% nilai prediksi negatif; dan60% keakuratan, sedangkan spesifisitas 50% untuk CEA cairan pleura diatas 20 ng/ml. Hal yang menarik bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perbandingan hasil sitologi dengan kadar CEA cairan pleura, sehingga kadar CEA cairan pleura dapat digunakan sebagai sarana diagnostik tambahan pada kasus EPG karena kanker paru. Disadari bahwa sensitivitas dan spesifisitas kadar CEA cairan pleura terhadap diagnosis suatu EPG cukup bervariasi dari berbagai laporan hasil penelitian yang lebih banyak dilakukan di Amerika dan Eropa. Namun di Medan, penelitian terhadap sensitivitas kadar CEA cairan pleura karena kanker paru tersebut belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sensitivitas pemeriksaan CEA cairan pleura, yang nantinya dapat menjadi sarana penunjang
3

diagnostik non-invasif tambahan yang lebih cepat, mudah dan nyaman untuk pasien terutama pada kasus EPG dengan hasil sitologi/histologi negatif. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas perlu diteliti apakah pemeriksaan CEA cairan pleura dapat digunakan sebagai sarana penunjang diagnostik untuk menentukan suatu EPG karena kanker paru. 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mengetahui peranan pemeriksaan CEA cairan pleura dalam menentukan

suatu EPG karena kanker paru. 2. Tujuan khusus Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan CEA cairan pleuradalam menentukan suatu EPG karena kanker paru.stadium kanker paru tanpa harus menjalani prosedur pemeriksaan dengan tindakan invasive yang sering menemui kendala untuk dilakukan pada pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000) Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995) 2.2 Etiologi 1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. 2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar : a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah c. Peningkatan tekanan negative intrapleural d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.3 Tanda dan Gejala 1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. 2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak. 3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan. 4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu). 5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. 6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

2.4 Patofisiologi Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat
6

jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum. 2. Ultrasonografi 3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang). 4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. 5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

2.6 Penatalaksanaan Medis

1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis). 2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu. 3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang
7

dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru. 4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. 5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

BAB 3 KONSEP KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian

1. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, umur,pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit. 2. Keluhan utama Adanya penumpukan cairan di rongga pleura. 3. Riwayat penyakit dahulu. Klien pernah bedah dada/trauma. 4. Pengkajian fisik 5. Keadaan umum: baik 6. Kesadaran compos mentis.

3.2 Penyimpangan KDM

Infeksi Masuk ke saluran pernapasan atas Infeksi pada rongga pleura Penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tekanan pola pleura pariental Desakan cairan pada area paru

Daya ekspansi paru tidak efektif ketidakseimbangan suplai O2 dan CO2 Frekuensi napas meningkat

Ekspansi paru tidak efektif

Pelepasan mediator kimia

Ketidakefektifan Pola Napas

Reseptor saraf nyeri terangsang

Merangsang pelepasan Neurotransmitter nyeri

Thalamus Lateralis

Korteks serebri

Nyeri dipresepsikan

Nyeri Akut

10

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut 2. Ketidakefektifan pola napas

3.4 Rencana Keperawatan No 1 Diagnose Keperawatan Nyeri akut (00132) Defenisi : Setelah NOC dilakukan NIC asuhan Pengkajian : pasien nyeri untuk atau pada

keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Minta klien dapat menilai

Pengalaman sensori dan diharpkan emosi yang

tidak memperlihatkan

pengendalian

ketidaknyamanan skala nyeri (0 10)

menyenangkan

akibat nyeri, yang dibuktikan oleh sebagai

adanya kerusakan jaringan indicator

berikut Tindakan Mandiri :

yang actual atau potensial ; (sebutkan 1 5 : tidak pernah, 2. Bantu pasien untuk lebih awitan yang tiba tiba atau jarang, kadang kadang, sering, perlahan dengan intensitas atau selalu ) ringan sampai berat dengan akhir diantispasi yang atau dapat dapat berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dengan melakukan pengalihan

melalui TV, radio, tape, dan interaksi dengan

diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.

pengunjung Health Education : 3. Informasikan kepada

pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri strategi dan tawarkan yang

koping

disarankan.

11

Ketidakefektifan napas (00032) Defenisi : Inspirasi ekspirasi member adekuat dan yang ventilasi /

pola Setelah

dilakukan

asuhan Pengkajian : 1. Kaji kebutuhan insersi jalan napas Tindakan Mandiri : 2. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan Health Education : 3. Informasikan pasien dan kepada keluarga

keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan klien dapat

atau menunjukan pola napas efektif, tidak yang dibuktikan oleh status yang pernapasan

tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola napas Kolaborasi : 4. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernapasan pola

12

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Efusi pleura

mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas. 4.2 Saran Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000. Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999 Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997. Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2.Media Aesculapius.FKUI.1982. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarths, Ed8.Vol.1, Jakarta, EGC, 2002. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997. Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

14

Vous aimerez peut-être aussi