Vous êtes sur la page 1sur 6

INTERAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN PENGAMATAN JENIS-JENIS LEUKOSIT

INTISARI Imunitas atau kekebalan adalah sistem pada organisme yang bekerja melindungi tubuh terhadap pengaruh antigen yang dapat bersifat patogen bagi tubuh. Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui istilah dalam immunobiologi, mampu memahami proses interaksi antigen-antibodi, mampu menjelaskan reaksi positif maupun negatif dari model tes aglutinasi, mampu mengenali dan memahami jenis-jenis sel darah yang berperan dalam proses immunologi serta mampu melakukan prosedur pembuatan sediaan apus.Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan pemeriksaan golongan darah. Golongan darah ditentukan oleh kehadiran atau ketidakhadiran antigen. Dari hasil percobaan didapatkan hasil sampel probandus pertama mengalami penggumpalan pada semua antibodi yang berarti probandus pertama memiliki golongan darah AB dan rhesus +. Sedangkan sampel probandus kedua dan ketiga tidak menunjukkan penggumpalan untuk anti-A, B, dan AB namun menggumpal untuk anti-D sehingga menunjukkan bahwa probandus kedua dan ketiga bergolongan darah O. Untuk mengetahui adanya infeksi dapat dilakukan penghitungan sel darah putih dengan pembuatan sediaan apus. Terdapat perbedaan presentase hasil penghitungan leukosit dengan nilai normal yang dimungkinkan terjadi karena ketidaktelitian praktikan dalam mengamati dan menghitung sel-sel sistem ataupun karena orang yang diamati sel darahnya dalam keadaan tidak normal atau sedang terinfeksi penyakit sehingga jumlah sel darah bisa berkurang atau lebih. Kata Kunci :Antibodi, antigen, leukosit PENDAHULUAN Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil, eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN (polymorphonuclear). Respon imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen tersebut. Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistem fagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik. Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui istilah dalam immunobiologi, mampu memahami proses interaksi antigen-antibodi, mampu menjelaskan reaksi positif maupun negatif dari model tes aglutinasi, mampu mengenali dan memahami jenis-jenis sel darah yang berperan dalam proses immunologi serta mampu melakukan prosedur pembuatan sediaan apus. BAHAN DAN CARA Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah ini memerlukan bahan dan alat seperti sampel darah, gelas obyek, antigen, satu set larutan antisera (Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D), lanset serta mikroskop.

Cara kerjanya yaitu mempersiapkan peralatan kemudian memberi tanda pada gelas obyek daerah A, B, AB, dan D. Kemudian mengambil sampel darah probandus dengan cara menusuk jari tengah probandus menggunakan lanset dan darahnya diteteskan pada gelas obyek di masing-masing daerah yang telah diberi tanda. Setelah itu larutan antisera diteteskan pada masing-masing sampel darah sesuai dengan kode. Satu sampai dua menit kemudian diamati dengan mata telanjang ataupun dengan bantuan mikroskop untuk melihat terjadinya aglutinasi. Untuk mengamati jenis-jenis leukosit diperlukan bahan dan alat-alat seperti sampel darah, gelas obyek, aquades, methyl alkohol, can giemsa 3%, mikroskop cahaya, hand tally counter, lancet, dan kapas alkohol. Pertama kali yang harus dilakukan adalah membuat sediaan film darah tipis dengan cara menyiapkan 2 buah obyek gelas (A dan B), jari tengah probandus ditusuk kemudian darahnya diteteskan di atas obyek gelas A. Obyek gelas B ditarik sedikit ke belakang hingga menyentuh tetesan darah pada gelas obyek A dan timbul kapilaritas sehingga darah akan segera menyebar sepanjang sisi gelas obyek B. Setelah terjadi kapilaritas, obyek gelas B didorong menjauhi tetesan darah di obyek gelas A dengan mantap dan cepat sehingga akan terjadi film darah yang tipis. Hasil tersebut kemudian dikeringkan di udara. Proses selanjutnya adalah pewarnaan yang dilakukan dengan memfiksasi obyek gelas A dalam methyl alkohol selama 3-4 menit kemudian mengeringkannya dalam suhu ruang. Langkah selanjutnya menetesi seluruh permukaan sediaan oles dengan larutan Giemsa 3% dan didiamkan selama 30-40 menit. Setelah itu sediaan dicuci dengan aquades dingin, dikeringkan, dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran lemah (10x). Sediaan diperiksa dari daerah kepala sampai ekor dan dipilih bagian yang eritrositnya tidak saling menumpuk kemudian diamati lebih lanjut dengan menggunakan perbesaran 100x untuk dihitung jenis leukositnya. HASIL PENGAMATAN 1. Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah Tabel 1. Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah No 1 2 3 Probandus Laksmi Islamy Rebecca Aglutinasi terjadi pada Anti A Anti B Anti AB + + + Anti D + + + Golongan darah AB O O Rhesus + + +

+ = ada aglutinasi - = tidak ada aglutinasi 1. Interpretasi hasil penghitungan jenis leukosit Eritrosit berwarna merah muda, nukleus leukosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma leukosit berwarna sangat ungu muda, granula dari leukosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari leukosit netrofil dan leukosit basofil berwarna ungu muda. Tabel 2. Interpretasi hasil penghitungan jenis leukosit probandus I Macam Sel Lapang Pandang Jumlah

Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Jumlah

I I I III

II

III I III I 5

IV

VI I

VII I II III 6

VIII

IX 2 = 4.67% 3 = 7.14% 14 = 33.33% 17 = 40.5% 6 = 14.28% 42

II III I 5

I I I 3

I 2

I IIIII III 10

I III 4

Tabel 3. Interpretasi hasil penghitungan jenis leukosit probandus II Macam Sel Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Jumlah Lapang Pandang I II III IV I I II I I I II I I 1 3 4 3 V I II I 4 VI VII I I II I 5 VIII I I III III 8 IX I II I 4 Jumlah 7 = 19.4% 7 = 19.4% 12 = 33.33% 10 = 27.7% 0% 36

II II 4

Tabel 4. Interpretasi hasil penghitungan jenis leukosit probandus III Macam Sel Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Jumlah PEMBAHASAN 1. a. Interaksi Antigen-Antibodi Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope (Brownlee, 2007). Antigen adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit. Salah satu cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Istilah antigen sendiri merupakan singkatan antibody-generator (pembangkit antibodi). Masing-masing antigen mempunyai bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi antibodi yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut (Campbell, 2004). Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim dengan substratnya. Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim (Sadewa, 2008). Kompleksitas antara antigen-antibodi terjadi saat antiserum dicampur dalam perbandingan 1:1 dengan antigen. Ikatan antara antigen-antibodi terjadi karena kekuatan kimia dan molekuler yang dibangkitkan antara faktor antigen dan area pengikat antigen pada Fab end molekul Lapang Pandang I II III IV V VI VII VIII IX Jumlah 0 0 21 = 70% 8 = 26.67% 1 = 3.33% 30

II I I 1 3

II

III I 4

I III 4

IIIIIIII II I I 9 3

II I 3

antibodi. Faktor antigen berasal dari permukaan molekul dan dalam reaksinya dengan imunoglobulin akan cocok dengan salah satu reseptor imunoglobulin. Ikatan yang terjadi antara antigen dan molekul imunoglobulin walaupun sangat spesifik namun ikatannya lemah dan reversibel. Ikatan elektrostatik yang didapatkan dari interaksi antara beban positif dan negatif dalam molekul antigen dan antibodi, ikatan hidrogen, dan kekuatan intermolekul tipe Van der Waals adalah yang terpenting. Tes aglutinasi adalah pendiagnosa yang berguna untuk mendeteksi dan mengukur antibodi spesifik dalam serum pasien, untuk mengidentifikasi antigen seperti bakteri dan virus (yang dikenal dengan antisera) serta untuk menentukan golongan darah. Hemaglutinasi adalah aglutinasi sel darah merah oleh antibodi yang spesifik untuk antigen membran sel. Pemeriksaan golongan darah adalah contoh dari hemaglutinasi. Molekul antibodi dengan satu reseptor pengikat dan satu reseptor bebas terikat pada antigen membentuk jembatan (linkage) antara 2 mokelul antigen. Ikatan silang antigen-antibodi ini berlanjut membentuk pola geometris komplek tiga dimensi sampai menghasilkan satu kelompok besar. Aglutinasi ini terjadi bila ukuran antigen lebih dari 2 m (Nolte, 1977). Golongan darah ditentukan oleh kehadiran atau ketidakhadiran antigen. Struktur kimia antigen golongan darah disusun oleh rantai gula panjang berulang-ulang yang disebut fukosa, yang dengan sendirinya membentuk antigen O bagi golongan darah O. Fukosa juga berperan sebagai dasar dari golongan darah lainnya. Golongan darah A adalah antigen O (fukosa) ditambah gula yang disebut N-asetil galactosamin yang ditambahkan pada ujungnya. Golongan darah B adalah fukosa ditambah gula berbeda, D-galactosamin, pada ujungnya. Golongan darah AB adalah fukosa ditambah N-asetil galactosamin dan D-galactosamin. Rantai gula panjang berulangulang ini seperti antena, yang memproyeksi keluar dari permukaan sel-sel kita, mengawasi antigen asing. Masing-masing golongan darah memproduksi antibodi terhadap golongan darah lainnya. Inilah mengapa kita bisa menerima transfusi dari sebagian golongan darah tetapi tidak dari yang lainnya. Antibodi golongan darah ini tidak berada di sana untuk memperumit transfusi, tetapi lebih untuk melindungi tubuh dari zat-zat asing, seperti bakteri, virus, parasit dan beberapa makanan nabati yang mirip antigen golongan darah asing. Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya sangat lengket. Ketika sel, virus, parasit dan bakteri digumpalkan, mereka melekat satu sama lain dan menggumpal, yang menjadikan tugas pembuangan mereka lebih mudah. Ini lebih seperti memborgol kriminal menjadi satu. Mereka menjadi tidak berbahaya daripada ketika dibiarkan bergerak dengan bebas. Aglutinasi merupakan konsep penting dalam analisis golongan darah. Antibodi golongan darah ini, yang seringkali disebut isohemaglutinin, merupakan antibodi paling kuat dalam sistem kekebalan tubuh, dan kemampuan mereka untuk menggumpalkan selsel golongan darah yang berbeda sangat kuat sehingga bisa diamati dengan cepat di slide kaca dengan mata biasa (Anonim, 2009). Dari hasil percobaan di atas didapatkan hasil sampel probandus pertama mengalami penggumpalan pada semua antibodi. Hal ini berarti probandus pertama memiliki golongan darah AB dan rhesus + karena semua antibodi mengenali adanya kedua antigen A dan B serta antigen Rh dalam sel darah probandus. Sedangkan sampel probandus kedua dan ketiga tidak menunjukkan penggumpalan untuk anti-A, B, dan AB namun menggumpal untuk anti-D. Ini menunjukkan bahwa probandus kedua dan ketiga bergolongan darah O. Golongan darah O tidak memiliki kelompok antigen yang benar. Namun demikian, ia memiliki antigen H, yang tersembunyi dalam semua golongan darah lainnya (Anonim, 2009).

1. b. Sel-sel Darah Putih Terdapat lima jenis utama sel darah putih yaitu monosit, neutrofil, basofil, eosinofil, dan limfosit (Campbell, 2004). Untuk mengetahui adanya infeksi dapat dilakukan penghitungan sel darah putih. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) artinya tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah disebut leukopenia atau sitopenia yang berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi (Yayasan Spiritia, 2004). Menurut terbitan New Mexico AIDS InfoNet (2009) jenis-jenis leukosit dan jumlahnya adalah sebagai berikut : 1. Neutrofil: Berfungsi melawan infeksi bakteri jumlahnya normalnya berkisar antara 5570%. 2. Basofil: Fungsi basofil tidak begitu dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1% leukosit. 3. Eosinofil: Biasanya 1-3% leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan reaksi terhadap parasit. 4. Limfosit: Ada dua jenis utama limfosit yaitu sel-B untuk membuat antibodi dan sel-T untuk menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Jumlah limfosit umumnya 20-40% leukosit. 5. Monosit: Disebut juga makrofag. Biasanya berjumlah 2-8%. Sel ini melawan infeksi dengan memakan kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Bila monosit ada di jaringan tubuh, mereka disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi bakteri. Dari hasil praktikum di atas dapat diketahui probandus I memiliki jumlah basofil, eosinofil, limfosit dan monosit yang melebihi normal serta jumlah neutrofil yang kurang dari normal. Probandus II memiliki jumlah basofil dan eosinofil yang melebihi normal, jumlah neutrofil dan monosit yang kurang dari normal serta jumlah limfosit normal. Probandus III memiliki jumlah basofil, neutrofil, limfosit, dan monosit normal dan jumlah eosinofil yang kurang dari normal. Perbedaan persentase ini dimungkinkan terjadi karena ketidaktelitian praktikan dalam mengamati dan menghitung sel-sel sistem imun karena perbedaan sel-sel leukosit satu dengan yang lainnya tidak terlihat dengan jelas. Hal tersebut bisa juga karena orang yang diamati sel darahnya dalam keadaan tidak normal atau sedang terinfeksi penyakit sehingga jumlah sel darah bisa berkurang atau lebih. KESIMPULAN 1. Interaksi antigen-antibodi dapat diketahui melalui pemeriksaan golongan darah. Interaksi ini ditunjukkan dengan terjadinya penggumpalan saat antigen dan antibodi dicampurkan. 2. Terdapat perbedaan presentase hasil penghitungan leukosit dengan nilai normal yang dimungkinkan terjadi karena ketidaktelitian praktikan dalam mengamati dan menghitung sel-sel sistem imun atau karena orang yang diamati sel darahnya dalam keadaan tidak normal atau sedang terinfeksi penyakit sehingga jumlah sel darah bisa berkurang atau lebih. DAFTAR PUSTAKA Campbell Neil A, et all. 2004. Biologi Jilid III. Edisi V. Jakarta : Erlangga. Hal 77.

Nolte William A. 1977. Oral Microbiology. Third Edition. Saint Louis : The C. V. Mosby Company. Hal 162. Sadewa Hamim. 2008. Imunokimia & Imunoglobulin. http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/biochemistry/1746654-imunokimia-imunoglobulin/. (diunduh tanggal 26 September 2009). Anonim. 2009. 4 Pathologi Kelelahan. http://74.125.153.132/search?q=cache:j_b85CDfwPwJ: www.terangdunia.com/article/health/767-4-pathologi-kelelahan.pdf+penggumpalan+ antigen+antibodi+filetype:pdf&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. (diunduh tanggal 26 September 2009) Yayasan Spiritia. 2004. http://www.i-base.info/itpc/Indonesian/spirita/docs/LembaranInformasi/LI106.pdf. (diunduh tanggal 26 September 2009) Brownlee Jason. 2007. Antigen-Antibody Interaction. http://www.ict.swin.edu.au/personal/ jbrownlee/2007/TR20-2007.pdf. (diunduh tanggal 26 September 2009) New Mexico AIDS InfoNet. 2009. Complete Blood Count. http://www.aidsinfonet.org /fact_sheets/view/121. (diunduh tanggal 26 September 2009)

Vous aimerez peut-être aussi