Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 1, No. 2 : 102 - 108, Agustus 2010
Abstrak Krisis energi yang melanda dunia termasuk Indonesia membutuhkan upaya penghematan energi di semua sektor. Sektor bangunan gedung berperan besar dalam mengkonsumsi listrik untuk keperluan penerangan, pengkondisian ruang maupun operasional peralatan. Artikel ini menekankan pada perancangan bangunan yang dapat mengurangi penggunaan energi listrik untuk penghawaan dan pencahayaan tanpa mengabaikan fungsionalitas, kenyamanan dan estetika bangunan. Metoda studi yang digunakan adalah berupa kajian pustaka. Dari hasil kajian diperoleh pemahaman bahwa penggunaan energi pada bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim, arah hadap bangunan, kualitas lingkungan dan selubung bangunan. Bangunan yang dikonstruksi dengan baik dengan menerapkan konsep rancangan yang tepat dapat mengurangi jumlah pemakaian energi. Kata Kunci: Rancangan Bangunan Hemat Energi PENDAHULUAN Penggunaan energi telah berkembang dalam 30 tahun terakhir seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Demikian halnya dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mengalami pertumbuhan cukup pesat, masih mengandalkan pemenuhan kebutuhan energinya pada tenaga listrik yang hingga saat ini 99,9% masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berbahan bakar minyak (Carepi; 2010). Penyediaan tenaga listrik Nusa Tenggara Barat sudah pada kondisi krisis dimana kapasitas pembangkit listrik yang ada tidak seimbang dengan pertumbuhan beban. Permasalahan krisis energi ini tidak hanya melanda Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetapi sudah merupakan masalah nasional, bahkan dunia. Menurut Silaban (2004), untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin. Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan pada sejumlah kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Para ahli bangunan yang berkiprah dalam penciptaan lingkungan buatan (lingkungan terbangun) mempunyai tanggungjawab yang besar untuk ikut mereduksi penggunaan energi melalui rancangan bangunan yang dapat meminimalkan penggunaan energi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi para perancang lingkungan binaan di era yang terbalut pemanasan global seperti saat ini, karena semakin panjang persoalan yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan rancangan. Hasil rancangan tidak lagi sekedar indah dalam bentukannya dan fungsional dalam
penggunaannya. Tetapi harus pula memperhatikan tingkat keefisienan dalam penggunaan energi yang dalam hal ini adalah mengurangi tingkat pemakaian listrik tanpa mengabaikan keindahan, fungsionalitas dan kenyamanannya.
* Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit 62 Mataram
103
Permasalahannya adalah bagaimana rancangan bangunan yang dapat menghemat penggunaan energi? Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan? Bertolak dari permasalahan tersebut, maka melalui artikel ini penulis ingin memaparkan beberapa hal terkait permasalahan tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Office of Technology Assesment (OTA) tentang Building Energy Efficiency (1992) menyatakan bahwa penggunaan energi pada bangunan di masa yang akan datang akan dikemudikan oleh perubahan teknologi. Penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, perubahan jumlah anggota keluarga, perubahan gaya hidup dan pola migrasi/perpindahan penduduk. Pernyataan ini melengkapi pendapat L. Schipper, dkk. (1989) yang menyebutkan bahwa pola penggunaan energi dalam bangunan seperti misalnya rumah tinggal, dipengaruhi oleh jumlah orang dalam keluarga, pendapatan, lamanya tinggal dalam rumah dan siapa yang tinggal di rumah. Faktor lainnya adalah usia anggota keluarga. Orang tua kebanyakan tidak bekerja sehingga memiliki kecenderungan untuk menggunakan energi lebih banyak daripada orang berusia produktif yang bekerja. Penggunaan peralatan untuk pemanasan, pendinginan, pengudaraan dan kontrol kelembaban meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menciptakan kenyamanan ruang dalam bangunan. Sementara itu, Taylor dalam bukunya Handbook of Energy Efficiency and Renewable Energy (2007) juga menyatakan bahwa penggunaan energi dari bangunan di dominasi oleh pengaruh iklim karena panas yang diperoleh dari konduksi langsung dari sumber panas atau infiltrasi/ekfiltrasi udara melalui permukaan bangunan mencapai 50-80% dari energi yang dikonsumsi. Bangunan yang direncanakan dengan baik, rancangan jendela dan ventilasi yang memadai dan ragam penghematan energi lainnya dapat menurunkan penggunaan energi dengan cukup signifikan. Peluang untuk mempertinggi efisiensi energi adalah pada fase konstruksi yaitu dengan menempatkan dan mengorientasikan bangunan dengan memperhatikan alam, seperti sinar matahari, angin, naungan bumi/bayang-bayang bumi. Pada dasarnya semua perencanaan merupakan jalan pikiran dari ide ke bentuk, termasuk perencanaan perumahan. Perencanaan adalah suatu usaha dalam memanfaatkan sumber-sumber yang ada, dengan memperhatikan keterbatasannya untuk dapat menuju sasaran yang efisien. Menurut Snyder (1984) tujuan utama perencanaan adalah untuk menciptakan bentuk yang memenuhi kebutuhan prilaku. Ketepatan sebuah bentuk tergantung pada derajat kesesuaian dengan konteks sosial, prilaku dan kultural. Selanjutnya menurut Frick (1986), pengarahan pikiran dari ide menuju bentuk ini memerlukan suatu konsep. Konsep yang mengarahkan ide ke bentuk terbagi menjadi 3 bidang. Ketiga bidang ini tidak dapat dilihat perbagian saja, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan. Bidang-bidang tersebut adalah: Bidang lingkungan, yaitu: hubungan proyek yang direncanakan dengan lingkungan kota dan lingkungan yang lebih kecil, konsep site, situasi, orientasi bangunan, jalan manusia dan kendaraan, saluran air, listrik dan sebagainya serta landscaping dan kebisingan.
104